• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Batasan Istilah

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi yang didapat dari hasil penalaran, pengamatan, pengalaman, maupun komunikasi untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat dipercaya sehingga dapat memberikan kesimpulan yang benar. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan peneliti yaitu:

a) Interpretation (interpretasi) yaitu dapat menuliskan diketahui dan ditanyakan.

b) Analysis (analisis) yaitu dapat menuliskan konsep apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan soal.

c) Evaluation (evaluasi) yaitu mdapat menuliskan penyelesaian soal.

d) Inference (inferensi) yaitu dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditanyakan dengan tepat.

b. Relasi dan Fungsi a) Relasi

Diberikan dua himpunan A dan B, maka relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang menghubungkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.

Relasi bisa digambarkan dengan diagram panah, diagram kartesius, serta himpunan pasangan berurutan.

b) Fungsi

Fungsi atau pemetaan dari himpuanan A ke himpunan B ialah relasi yang memasangkan tiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B. Tepat satu artinya tidak boleh lebih serta tidak bisa kurang dari satu. Himpunan A disebut daerah asal (domain). Himpunan B disebut daerah kawan (kodomain).

Himpunan dari tiap anggota himpunan B yang memiliki pasangan di A disebut daerah hasil (range).

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari kata latin mathematica, yang awalnya diambil dari kata Yunani yaitu matematike yang berarti mempelajari.

Perkataan ini mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Berdasarkan dari awal sejarah kata tersebut, maka matematika dapat diartikan yakni ilmu pengetahuan yang didapat melalui cara bepikir ataupun bernalar. Matematika biasa diartikan dengan tepat karena mengingat banyak manfaat dan ikatan dalam bidang ilmu lainnya.

Beberapa definisi para ahli mengenai matematika antara lain:

a) Suherman (2001)

Matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.

b) Ramdani (2006)

Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

c) Hamzah dan muhlisrarini (2014)

Matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau praktis dan penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan, dan matematika sekolah.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, peneliti mengartikan matematika adalah pengetahuan, hasil pemikiran dan konsep terstruktur yang saling berhubungan untuk mendefinisikan secara jelas dan akurat serta melatih cara berpikir ataupun bernalar.

Karakteristik matematika yaitu memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, dan konsisten dalam terjemahannya.

Matematika selalu dipandang sebagai ilmu dasar yang membidangi ilmu-ilmu lainnya, karena itulah matematika sering disebut ratu ilmu-ilmu. Adapun beberapa fungsi matematika (Hamzah & Muhlisrarini, 2014) yaitu:

a) Sebagai suatu struktur

Matematika sebagai suatu struktur artinya disusun atau dibentuk dari hasil pemikiran manusia seperti ide, pengetahuan yang terstruktur, proses dan penalaran, logis serta sistematis dari konsep yang kompleks, dalam prosesnya, ide-ide akan disimbolkan untuk memudahkan pengguna agar tidak mengalami kesulitan ketika menggunakannya.

b) Kesimpulan sistem

Matematika sebagai kesimpulan sistem memiliki pengertian yakni dalam suatu rumus sebuah matematika ada banyak sistem

didalamnya variabel-variabel, faktor-faktor, system linear yang menyatu dalam persamaan kuadrat tersebut.

c) Sebagai sistem deduktif

Sistem deduktif artinya mengenal definisi pangkal atau primitif pada bidang matematika. Definisi-definisi dasar tersebut memuat beberapa definisi, sekumpulan asumsi, banyak aksioma serta sekumpulan teorema dan dalil.

d) Ratunya ilmu atau pelayanan ilmu

Matematika dapat melayani ilmu-ilmu lainnya karena rumus, aksioma dan model pembuktian yang dimiliki dapat membantu ilmu-ilmu tersebut. Perannya sebagai ratu memberikan dampak yang lumayan berarti terhadap kemajuan pengetahuan dan matematika itu sendiri, maka kedepannya akan melakukan penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru.

2. Kemampuan Berpikir Kritis a. Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, bisa, sanggup, melakukan sesuatu (Kusumaningrum, 2017).

Kemampuan adalah suatu hal yang dimiliki untuk dapat melakukan sesuatu. Kemampuan merupakan keahlian seseorang untuk menguasai suatu keahlian serta digunakan untuk mengerjakan berbagai macam tugas kedalam sebuah pekerjaan. Lebih lanjut, (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009) mengemukakan

yakni kemampuan seseorang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok faktor, sebagai berikut:

a) Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), adalah kemampuan yang digunakan dalam melakukan berbagai kegiatan mental seperti berfikir, menalar, serta menyelesaikan masalah.

b) Kemampuan Fisik (Physical Ability), adalah kemampuan yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas seperti menggunakan keterampilan, kekuatan, serta karakteristik serupa.

b. Berpikir Kritis

Salah satu berpikir yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis siswa dituntut untuk berpikir secara reflektif dengan menggunakan penalaran serta membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan sehingga berpikir kritis itu berbeda dengan berpikir biasa.

Berpikir kritis menurut (Eggen & Kauchak, 2012) “Berpikir kritis adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti”. Sedangkan menurut (Fisher, 2009) definisi berpikir kritis adalah “interpretasi dan evaluasi yang teampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi, dan argumentasi”. Dengan demikian didefinisikan berpikir kritis sebagai proses aktif, karena melibatkan tanya jawab dan berpikir tentang pemikiran diri sendiri.

Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam membuat seseorang mengerti maksud dibalik suatu kejadian. Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran, kualitas-kualitas ini membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Hal ini membuat seseorang selalu berpikiran terbuka saat mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti logis dan logika yang benar.

Berdasarkan definisi diatas maka berpikir kritis merupakan proses berpikir secara logis dengan memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti.

c. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi, mengungkap data, merumuskan pokok-pokok permasalahan, definisi, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan terhadap penyelesaian suatu masalah dalam pembelajaran matematika (Novtiar & Usman Aripin, 2017).

Kemampuan berpikir kritis menurut (Deswani, 2009) adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, dimana informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat (Gunawan, 2007) yang menyatakan bahwa berpikir

kritis adalah kemampuan untuk melakukan analisis, menciptakan, dan menggunakan kriteria secara objektif dan melakukan evaluasi data. Lebih lanjut (Ibrahim, 2007) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir logis dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan yang dipercayai.

Facione (2015) mengemukakan inti kemampuan berpikir kritis yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, self-regulation. Dari enam indikator tersebut, peneliti menetapkan indikator berpikir kritis yang paling diutamakan adalah evaluasi dan inferensi, karena dalam melakukan evaluasi diperlukan pemikiran yang reflektif dan inferensi diperlukan pemikiran yang logis. Selain itu, ketetapan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Peter (2012) yang menyatakan bahwa inti dari kemampuan berpikir kritis adalah evaluasi, sehingga pada penelitian ini peneliti hanya berpusat sampai pada ke-4 indikator, yaitu:

1. Interpretation (interpretasi), yakni memahami serta mengekspresikan makna atau maksud dari pernyataan matematika atau permasalahan matematika. Dibuktikan dengan emahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis yang diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat.

2. Analysis (analisis), yakni mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan tepat dan memberi penjelasan yang tepat. Dibuktikan dengan kemampuan menuliskan apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan soal.

3. Evaluation (evaluasi), yakni menaksir kredibilitas pernyataan dan menaksir kekuatan logis dari pernyataan atau penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Dibuktikan dengan kemampuan menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal lengkap, dan benar dalam menyelesaikan perhitungan.

4. Inference (inferensi), yakni dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditanyakan dengan tepat. Dibuktikan dengan kemampuan menanyakan bukti dan menarik kesimpulan yang sah secara logis atau dibenarkan.

Membuat sebuah rancangan pembelajaran yang sesuai dalam mengembangkan dan mengajarkan berpikir kritis, hal yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya ialah melihat profil berpikir kritis yang dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk setiap pembelajaran matematika yang dilaksanakan akan memperhatikan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk melihat profil berpikir kritis siswa, peneliti dapat mengetahui dari kegiatan siswa dalam memecahkan sebuah masalah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara berpikir kritis dengan cara menyelesaikan masalah.

Dalam menyelesaikan masalah, siswa akan menggunakan berbagai macam cara. Cara penyelesaian masalah ternyata dapat dipengaruhi oleh jeniskelamin laki-laki serta perempuan sehingga berpengaruh juga terhadap proses berpikir kritis.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting. Hal ini dikarenakan siswa memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan soal matematika.

Di dalam matematika itu sendiri terdapat dua jenis soal yaitu tentang masalah rutin dan masalah non-rutin. Masalah rutin biasanya masalah mencakup aplikasi prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari, sedangkan masalah non-rutin untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam, masalah non-rutin lebih kompleks daripada masalah rutin sehingga strategi untuk memecahkan masalah membutuhkan tingkat kreativitas dan pemikiran kritis yang tinggi (Putri 2018).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa dalam proses pembelajaran karena berpikir kritis dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan yang benar. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference. Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan

matematik tinggi yaitu jika siswa mampu memenuhi keempat indikator tersebut, selanjutnya dikatakan siswa berkemampuan matematik sedang apabila siswa mampu memenuhi minimal dua indikator berpikir kritis dari analisis dan evaluasi harus terpenuhi.

Dan terakhir, siswa yang berkemampuan matematik rendah apabila siswa hanya mampu memenuhi salah satu dari keempat indikator berpikir kritis atau bahkan siswa tidak mampu memenuhi satupun indikator berpikir kritis.

3. Materi Relasi dan Fungsi a. Relasi

Diberikan dua himpunan A dan B, maka relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang menghubungkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.

Relasi bisa digambarkan dengan diagram panah, diagram kartesius, serta himpunan pasangan berurutan.

a) Diagram Panah

Gambar diatas menunjukkan bentuk cara menyatakan relasi dengan diagram panah.

Langkah-langkah cara menyatakan relasi dengan diagram panah:

1) Membuat dua lingkaran atau ellips (bisa juga bangun lainnya, misalnya: persegi panjang) untuk meletakkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B

2) x A diletakkan pada lingkaran A dan y B diletakkan pada lingkaran B

3) x dan y dihubungkan dengan anak panah 4) Arah anak panah menunjukkan arah relasi 5) Anak panah tersebut mewakili aturan relasi

Dengan demikian langkah membuat diagram panah relasi makanan kesukan dari himpunan A ke himpunan B atau ditulis adalah:

b) Diagram Kartesius

1) Pada diagram kartesius diperlukan dua garis sumbu yaitu:

sumbu mendatar (horizontal) dan sumbu tegak (vertikal) yang berpotongan tegak lurus.

2) x A diletakkan pada sumbu mendatar 3) y B diletakkan pada sumbu tegak

4) Pemasangan x→y ditandai dengan sebuah noktah yang koordinatnya ditulis sebagai pasangan berurutan (x, y) c) Himpunan Pasangan Berurutan

Himpunan pasangan berurutan ialah himpunan yang anggotanya semua pasangan berurutan (x, y).

Menyatakan relasi dengan himpunan pasangan berurutan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1

Himpunan anak kita nyatakan sebagai himpunan A dan himpunan makanan yang disediakan oleh rumah makan

“mathein” kita nyatakan sebagai himpunan B.

Kita daftarkan masing-masing anggota himpunan A dan anggota himpunan B, yaitu:

A = {Aris, Bari, Cecep, Darla, Fira}

B = {soto, rawon, gulai, nasi goreng, sate, sop}

Langkah 2

Kita pasangkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B dengan aturan relasi: “makanan kesukaan” dalam bentuk (x, y) dengan x A dan y B.

Relasi dari himpunan A ke himpunan B kita nyatakan dengan himpunan pasangan berurutan sebagai berikut:

ARB = {(Aris, rawon), (Aris, sop), (Bari, soto), (Bari, rawon), (Bari, gulai), (Cecep, sate), (Cecep, nasi goreng), (Fira, sate)}

b. Fungsi (pemetaan)

Fungsi atau pemetaan dari himpuanan A ke himpunan B ialah relasi yang memasangkan tiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B. Tepat satu artinya tidak boleh lebih serta tidak bisa kurang dari satu. Himpunan A disebut daerah asal (domain). Himpunan B disebut daerah kawan (kodomain).

Himpunan dari tiap anggota himpunan B yang memiliki pasangan di A disebut daerah hasil (range).

Pada relasi diatas mempunyai ciri:

 Anggota himpunan A, yaitu: Aris, Bari, Cecep, Darla, dan Fira, semuanya memesan dan masing-masing hanya memesan satu

jenis makanan. Dengan kata lain semua anggota A memesan makanan dan tidak ada yang memesan lebih dari satu.

 Secara matematis dikatakan bahwa: setiap anggota himpunan A dipasangkan dengan anggota himpunan B dan pasangannya adalah tepat satu.

 Relasi yang seperti ini disebut fungsi atau pemetaan.

Jika himpunan A mempunyai anggota sebanyak n(A) dan himpunan B mempunyai anggota sebanyak n(B) = b, sedemikian hingga diperoleh fungsi 𝑓: → , maka banyaknya pemetaan yang terjadi ada n(B)n(A).

1) Nilai Fungsi

Suatu fungsi bisa dinyatakan kedalam sebuah bentuk: 𝑓:𝑥

→(𝑋) Nilai fungsi pada setiap nilai x yang diberikan dihitung dengan cara mensubtitusikan nilai x untuk rumus fungsi tersebut.

Contoh:

Diketahui fungsi 𝑓(𝑥) 𝑥

𝑓( ) ( )

𝑓( ) ( )

𝑓( ) ( ) 2) Rumus Fungsi

Rumus fungsi linear yaitu 𝑓(𝑥) 𝑥 .

3) Daerah Hasil

Daerah hasil (range) dari satu hubungan ialah himpunan nilai-nilai fungsi dari setiap anggota daerah asal (domain).

4) Fungsi Grafik

Menggambar grafik suatu fungsi kedalam koordinat kartesius bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Menetapkan pasangan terstruktur fungsi tersebut.

b. Menggambarkan pasangan terstruktur bagaikan titik koordinat pada bidang kartesius.

c. Perbedaan relasi dan fungsi

Secara sederhana, relasi dapat diartikan yaitu sebagai hubungan. Hubungan pada hal ini adalah hubungan antara daerah asal (domain) serta daerah kawan (kodomain). kemudian, fungsi merupakan relasi yang memasangkan tiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.

Perbedaan antara relasi dan fungsi ada pada cara memasangkan anggota himpunan ke daerah asalnya. Pada relasi, tidak ada aturan yang khusus untuk memasangkan setiap anggota himpunan daerah asal ke daerah kawan. Sedangkan fungsi ada aturan khusus untuk memasangkan setiap anggota himpunan daerah asal ke daerah kawan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang sudah teruji kebenarannya yang dalam penelitian ini digunakan sebagai pembanding oleh peneliti. Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyono, B. (2017) Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menambahkan pengetahuan tentang berpikir kritis pada pendidikan tinggi dan bermanfaat untuk para praktisi pendidikan dalam memfasilitasi kemajuan kecakapan berpikir kritis.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan berpikir kritis. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada penelitian cahyono ditinjau dari perbedaan gender sedangkan penelitian ini berdasarkan kemampuan awal, dan indikator yag digunakan peneliti Cahyono terdiri dari 6 indikator yaitu focus (fokus), reason (alasan), inference (kesimpulan), situation (situasi), clarity (kejelasan), overview (gambaran). Sedangkan pada penelitian ini indikator yang digunakan terdiri dari 4 indikator yaitu interpretation (interpretasi), analysis (analisis), evaluation (evaluasi), inference (inferensi).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2019) penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengemukakan dalam menyelesaikan permasalaha matematika siswa yang mempunyai tingkat kecemasan ringan kemampuan berpikir kritisnya sangat tinggi, bagi siswa yang memiliki kekhawatiran sedang

kemampuan berpikir kritisnya juga sedang, sedangkan siswa yang mempunyai kekhawatiran berat kemampuan berpikir kritisnya rendah.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan berpikir kritis. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada penelitian Putri didasarkan pada tingkat kecemasan sedangkan penelitian ini berdasarkan kemampuan awal, dan indikator yang digunakan peneliti Putri terdiri dari 5 indikator yaitu Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana), Basic support (membangun keterampilan dasar), Inference (membuat kesimpulan), Advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut), Strategi and tactics (mengatur strategi dan taktik).

Sedangkan pada penelitian ini indikator yang digunakan terdiri dari 4 indikator yaitu interpretation (interpretasi), analysis (analisis), evaluation (evaluasi), inference (inferensi).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Purwati, dkk. (2016) penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penelitian ini, siswa kemampuan brpikir kritis tinggi dapat memenuhi syarat semua indikator berpikir kritis yang dimanfaatkan untuk penelitian ini yaitumenginterpretasi permasalahan, menganalisis, mengevaluasi, dan menginferensi. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang hanya mampu memenuhi indikator interpretasi dan menganalisis namun kurang mampu dalam memenuhi indikator mengevaluasi dan menginferensi. Sedangkan, siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah kurang mampu memenuhi indikator interpretasi karena siswa hanya mampu mengidentifikasi fakta

yang diberikan dengan jelas pada soal serta tidak mampu memenuhi indikator menganalisis, mengevaluasi, serta menginferensi, persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan berpikir kritis dan indikator berpikir kritis yang sama. Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian Purwati menggunakan model creative problem solving sedangkan penelitian ini tidak menggunakan model pembelajaran, dan pada subjek penelitian Purwati menggunakan subjek penelitian siswa kelas X SMKN 2 Jember sedangkan penelitian ini menggunakan subjek penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Moncongloe serta perbedaannya juga terdapat pada teknik pengumpulan data yang pertama yaitu peneliti Purwati menggunakan tes keterampilan sedangkan penelitian ini menggunakan tes tertulis uraian pada materi Relasi dan fungsi.

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Moncongloe.

Adapun subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 3 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Moncongloe. Langkah-langkah penentuan subjek pada penelitian ini yaitu:

1. Peneliti memilih satu kelas dari kelas VIII SMP Negeri 19 Moncongloe untuk dijadikan sebagai calon subjek penelitian.

2. Peneliti membagi siswa kedalam 3 kelompok berdasarkan nilai siswa dibidang matematika dengan kriteria nilai 86-100 ditempatkan pada kelompok tinggi, siswa dengan nilai 71-85 ditempatkan pada kelompok sedang, dan siswa dengan nilai kurang dari 71 ditempatkan pada kelompok rendah. Pengelompokkan berdsarkan nilai KKM pada sekolah tersebut. Adapun pengkategorian nilainya untuk KKM 70 yaitu (Nilai maksimun - KKM) : 2 = (100 – 70) : 2 = 15 (Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017).

3. Dari pengelompokan siswa tersebut dipilih 3 subjek, 1 orang siswa dengan kategori tinggi, 1 orang siswa dengan kategori sedang, dan 1 orang siswa dengan kategori rendah.

4. Peneliti memberikan soal tes kemampuan berpikir kritis berupa soal uraian materi relasi dan fungsi kepada subjek yang dipilih.

5. Peneliti melakukan wawancara kepada ketiga subjek tersebut mengenai kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sedangkan instrumen pendukungnya sebagai berikut.

1. Lembar Tes

Tes yang digunakan yaitu tes tertulis mengenai relasi dan fungsi. Tes ini berupa tes uraian terdiri dari dua soal, soal yang digunakan adalah soal yang memacu siswa berpikir kritis yang dibuat sendiri oleh peneliti merujuk pada buku paket matematika kelas VIII mengenai materi relasi dan fungsi.

2. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara menggali data langsung dari sumbernya dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau subjek penelitian. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, karena peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu dengan memberikan tes tertulis dan wawancara kepada subjek penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Tes tertulis

Tes tertulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kritis yang bertujuan untuk mendapatkan data kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab soal relasi dan fungsi.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, peneliti memberikan penjelasan dan pemahaman terlebih dahulu mengenai tujuan dan pentingnya kegiatan penelitian yang digunakan sebagai data skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur. Wawancara tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi.

E. Keabsahan Data

Keabsahan data sebagai konsep penting pada penelitian kualitatif.

Dengan menguji kredibilitas atau validnya sebuah data atau kepercayaan

dengan data hasil penelitian ini dilakukan dengan perpanjangan pengamatan dan peningkatan ketekunan. Dalam penelitian ini digunakan uji kredibilitas data yakni dengan menggunakan trianggulasi metode yaitu dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes dan hasil wawancara yang telah dikerjakan oleh subjek untuk mengecek kevalidan data.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini dilakukan dengan 3 alur kegiatan yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses merangkum, pemilihan,

Reduksi data diartikan sebagai proses merangkum, pemilihan,

Dokumen terkait