• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, bisa, sanggup, melakukan sesuatu (Kusumaningrum, 2017).

Kemampuan adalah suatu hal yang dimiliki untuk dapat melakukan sesuatu. Kemampuan merupakan keahlian seseorang untuk menguasai suatu keahlian serta digunakan untuk mengerjakan berbagai macam tugas kedalam sebuah pekerjaan. Lebih lanjut, (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009) mengemukakan

yakni kemampuan seseorang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok faktor, sebagai berikut:

a) Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), adalah kemampuan yang digunakan dalam melakukan berbagai kegiatan mental seperti berfikir, menalar, serta menyelesaikan masalah.

b) Kemampuan Fisik (Physical Ability), adalah kemampuan yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas seperti menggunakan keterampilan, kekuatan, serta karakteristik serupa.

b. Berpikir Kritis

Salah satu berpikir yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis siswa dituntut untuk berpikir secara reflektif dengan menggunakan penalaran serta membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan sehingga berpikir kritis itu berbeda dengan berpikir biasa.

Berpikir kritis menurut (Eggen & Kauchak, 2012) “Berpikir kritis adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti”. Sedangkan menurut (Fisher, 2009) definisi berpikir kritis adalah “interpretasi dan evaluasi yang teampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi, dan argumentasi”. Dengan demikian didefinisikan berpikir kritis sebagai proses aktif, karena melibatkan tanya jawab dan berpikir tentang pemikiran diri sendiri.

Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam membuat seseorang mengerti maksud dibalik suatu kejadian. Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran, kualitas-kualitas ini membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Hal ini membuat seseorang selalu berpikiran terbuka saat mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti logis dan logika yang benar.

Berdasarkan definisi diatas maka berpikir kritis merupakan proses berpikir secara logis dengan memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti.

c. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi, mengungkap data, merumuskan pokok-pokok permasalahan, definisi, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan terhadap penyelesaian suatu masalah dalam pembelajaran matematika (Novtiar & Usman Aripin, 2017).

Kemampuan berpikir kritis menurut (Deswani, 2009) adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, dimana informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat (Gunawan, 2007) yang menyatakan bahwa berpikir

kritis adalah kemampuan untuk melakukan analisis, menciptakan, dan menggunakan kriteria secara objektif dan melakukan evaluasi data. Lebih lanjut (Ibrahim, 2007) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir logis dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan yang dipercayai.

Facione (2015) mengemukakan inti kemampuan berpikir kritis yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, self-regulation. Dari enam indikator tersebut, peneliti menetapkan indikator berpikir kritis yang paling diutamakan adalah evaluasi dan inferensi, karena dalam melakukan evaluasi diperlukan pemikiran yang reflektif dan inferensi diperlukan pemikiran yang logis. Selain itu, ketetapan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Peter (2012) yang menyatakan bahwa inti dari kemampuan berpikir kritis adalah evaluasi, sehingga pada penelitian ini peneliti hanya berpusat sampai pada ke-4 indikator, yaitu:

1. Interpretation (interpretasi), yakni memahami serta mengekspresikan makna atau maksud dari pernyataan matematika atau permasalahan matematika. Dibuktikan dengan emahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis yang diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat.

2. Analysis (analisis), yakni mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan tepat dan memberi penjelasan yang tepat. Dibuktikan dengan kemampuan menuliskan apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan soal.

3. Evaluation (evaluasi), yakni menaksir kredibilitas pernyataan dan menaksir kekuatan logis dari pernyataan atau penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Dibuktikan dengan kemampuan menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal lengkap, dan benar dalam menyelesaikan perhitungan.

4. Inference (inferensi), yakni dapat menarik kesimpulan dari apa yang ditanyakan dengan tepat. Dibuktikan dengan kemampuan menanyakan bukti dan menarik kesimpulan yang sah secara logis atau dibenarkan.

Membuat sebuah rancangan pembelajaran yang sesuai dalam mengembangkan dan mengajarkan berpikir kritis, hal yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya ialah melihat profil berpikir kritis yang dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk setiap pembelajaran matematika yang dilaksanakan akan memperhatikan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk melihat profil berpikir kritis siswa, peneliti dapat mengetahui dari kegiatan siswa dalam memecahkan sebuah masalah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara berpikir kritis dengan cara menyelesaikan masalah.

Dalam menyelesaikan masalah, siswa akan menggunakan berbagai macam cara. Cara penyelesaian masalah ternyata dapat dipengaruhi oleh jeniskelamin laki-laki serta perempuan sehingga berpengaruh juga terhadap proses berpikir kritis.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting. Hal ini dikarenakan siswa memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan soal matematika.

Di dalam matematika itu sendiri terdapat dua jenis soal yaitu tentang masalah rutin dan masalah non-rutin. Masalah rutin biasanya masalah mencakup aplikasi prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari, sedangkan masalah non-rutin untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam, masalah non-rutin lebih kompleks daripada masalah rutin sehingga strategi untuk memecahkan masalah membutuhkan tingkat kreativitas dan pemikiran kritis yang tinggi (Putri 2018).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa dalam proses pembelajaran karena berpikir kritis dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan yang benar. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference. Kemampuan berpikir kritis siswa yang berkemampuan

matematik tinggi yaitu jika siswa mampu memenuhi keempat indikator tersebut, selanjutnya dikatakan siswa berkemampuan matematik sedang apabila siswa mampu memenuhi minimal dua indikator berpikir kritis dari analisis dan evaluasi harus terpenuhi.

Dan terakhir, siswa yang berkemampuan matematik rendah apabila siswa hanya mampu memenuhi salah satu dari keempat indikator berpikir kritis atau bahkan siswa tidak mampu memenuhi satupun indikator berpikir kritis.

3. Materi Relasi dan Fungsi

Dokumen terkait