• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Batasan masalah

Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan judul dan latar belakang diatas penulis perlu kiranya membatasi bahasan masalah agar terfokusnya penelitian ini dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. adapun batasan masalah yang ingin peneliti kaji yaitu “Pengaruh Layanan Konseling Karir Menggunakan Teknik Trait and Factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”.

D. Rumusan

Bersadarkan batasan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah yang penulis teliti yaitu “Apakah ada Pengaruh Pendekatan Trait and Factor untuk Meningkatkan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”

E. Tujuan Penelitian

Untuk melihat apakah terdapat “Pengaruh Konseling Karir Teknik Trait and Factor Efektif Digunakan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting?”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah : 1) Secara Teoritis

a. Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah diajarkan selama masa perkuliahan, serta menerapkan teori yang ada kedalam dunia nyata

b. Sebagai pembinaan dan pengembangan ilmu bimbingan dan konseling c. Sebagai informasi ilmiah tentang Pengaruh Layanan Bimbingan Karir

menggunakan teknik trait and factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

d. Dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan penelitian sejenis

2) Manfaat Praktis

a. Dari penulisan ilmiah ini diharapkan masyarakat mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan karir model trait and factor untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

b. Diproyeksikan untuk menghasilkan perubahan dan peningkatan pilihan karir Siswa kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting

G. Defenisi Operasional Variabel

Penelitian ini agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasioanal, konkrit dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut:

Konseling Kelompok, menurut Prayitno (dalam Egy dan Marjohan) adalah konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu.

Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan yaitu (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). (2016 : 20). Menurut Prayitno (dalam Alamri) tahapan-tahapan konseling kelompok

ada empat yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap pengakhiran kegiatan. (2015 : 4)

Trait and Factor, Menurut Hadiarni dan Irman secara bahasa “trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan”. (2009 : 79). Menurut Williamson (dalam Manrihu, 1992 : 67) memformulasikan suatu strategi dengan menggunakan enam langkah yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, konseling dan tindak lanjut.

Menurut Dharsana dalam Citra (2018) konseling trait and factor merupakan suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang karir yang dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Konseling karir teknik trait and factor yang penulis maksud adalah memformulasikan karakteristik dan tipe-tipe yang ada pada diri individu dengan menggunakan enam langkah yang sudah dijelaskan di atas dengan menggunakan dinamika kelompok.

Pengambilan keputusan karir menurut Hartono (2016 : 59-61) mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian pengambilan keputusan karir ditandai menjadi lima kriteria, yaitu : menunjukkan rasa percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Pengambilan keputusan yang penulis maksud adalah dimana siswa mampu mengambil keputusan di bidang karir dengan percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan dapat mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengambilan Keputusan Karir a. Pengertian Karir

Karir merupakan aktivitas pekerjaan selama rentang waktu pada kehidupan seseorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas kerja yang berkelanjutan. Menurut Super (dalam Hadiarni dan Irman) yaitu :

karir adalah jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, sekuensi okupasi-okupasi dan peranan-peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya, serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau tidak berupah yang diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun, yang mana okupasinya hanya satu, mencakup peranan-peranan yang berkaitan dengan pekerjaan seperti misalnya mereka sebagai pelajar, karyawan dan pensiun dan bersama-sama dengan peranan-peranan pelengkap seperti kesenangan yang berkaitan dengan keluarga dan kewarganegaraan. (2009 : 11). Sedangkan Muri(dalam Hadiarni dan Irman) menyatakan bahwa karir adalah urutan okupasi dan pekerjaan utama (mayor) yang diselenggarakan atau digeluti seseorang selama hidupnya, merupakan panggilan hidup dan memberikan kepuasan bagi diri yang bersangkutan(2009 : 12).

Berdasarkan penjabaran di atas dapat di pahami bahwa karir merupakan sebagai suatu rangkaian pekerjaan yang diselenggarakan atau digeluti seseorang individu dengan mempunyai tanggung jawab di dalamnya yang dilakukan sejak remaja sampai pensiun.

Umumnya, masalah yang dihadapi guru BK adalah terkait bimbingan karir bagi individu setiap siswa. Bimbingan Karir, dalam Khazanah kajian BK disekolah, merupakan proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap siswa agar dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan sesuai dengan yang diharapkan, mengambil dan meyakini

10

keputusannya yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya jika dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan atau karir yang dipilihnya. (Sholihin, 2015 : P.2)

Surya 1987 (dalam Lestari 2017) menyatakan bahwa karir dapat diperoleh melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit, hobi seperti pebulutangkis, profesi seperti dokter atau guru, dan dapat diperoleh melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Menurutnya, bekerja sebagai apapun yang terpenting ditandai oleh adanya keberhasilan dan kemakmuran personal dan financial, maka apa yang individu kerjakan dapat disebut sebagai karir.

Menurut Healy (1982) karir dapat terjadi pada sepanjang seseorang yang mencakup sebelum bekerja (preoccupational), selama bekerja (occupational), dan akhir atau seusai bekerja (postoccupational).

Lebih lanjut ia menjelaskan posisi preoccupational merupakan posisi yang sangat penting dalam perjalanan karir seseorang, sebab posisi ini dapat menjadi awal menuju kesuksesan karir. Artinya, jika pada posisi individu mengalami kegamangan karir, maka ia cenderung mengalami masalah dalam menjalani karirnya. Posisi preoccupational yang dimaksud dimulai dari orientasi karir, pengambilan keputusan karir yang diwujudkan dengan adanya pilihan pekerjaan tertentu dan memulai karir dalam bidang pekerjaan tertentu. (Lestari, 2017)

Berdasarkan uraian diatas, bahwa karir dapat diperoleh melalui pekerjaan dan dapat diperoleh melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Karir berentang sejak sebelum bekerja, ketika bekerja, dan masa-masa mengakhiri pekerjaan karir juga dapat dipersiapkan sepanjang kehidupan seseorang.

b. Pengertian Pengambilan Keputusan

Dalam memecahkan masalah seseorang harus bisa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengambil tindakan atau dengan pengambilan keputusan, untuk mengambil keputusan seseorang harus mempersiapkan mental dan berfikir logis agar tidak

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan, karena keputusan yang di ambil oleh seseorang sangat mempengaruhi bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

Schermerhorn, Jr., dkk (dalam Hartono) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah “the process of choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu tindakan dalam hubungannya dengan suatu masalah atau peluang”. ( 2016 : 52). Selanjutnya Robbins (dalam Hartono) mengatakan bahwa “Sebagai suatu pembuatan pilihan diantara dua alternatif atau lebih”. (2016 : 54). Pada bagian lain Hartono mengatakan pengambilan keputusan adalah “produk domain kognisi individu. Produk ini merupakan wujud kemampuan individu dalam melakukan pengambilan keputusan berdasarkan potensi diri dan peluang yang ada di masyarakat”. (2016 : 56).

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai proses pembuatan pilihan yang dilakukan individu dari antara dua alternatif atau lebih dalam hubungannya dengan suatu masalah atau peluang untuk mendapatkan hasil dan tindak lanjut.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang terdapat beberapa tahapan. Schermerhorn, Jr., dkk dalam Hartono (2016) mengatakan bahwa terdapat lima tahap yang dilakukan seseorang dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :

1) Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang;

2) Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai alternatif dan tindakan;

3) Memilih suatu tindakan yang lebih disukai;

4) Menerapkan suatu tindakan yang dipilihnya; dan

5) Mengevaluasi hasil dan tindak lanjut yang diperlukan. (2016 : 52)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan harus melewati beberapa tahapan agar tidak terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan.

c. Pengertian Pengambilan Keputusan Karir

Manusia secara keseluruhan mempunyai titik penting dalam perjalanan hidupnya terutama tentang karir yang akan dijalaninya, hal yang tersulit di dalam kehidupan manusia adalah memutuskan sesuatu masalah mengenai berbagai macam pilihan karir yang ada untuk hidupnya di masa yang akan datang. Swanson dan D’achiardi (dalam Istifarani 2016 : p.7) mengatakan bahwa :“Pilihan karir atau pengambilan keputusan karir dapat didefinisikan sebagai konstruksi yang berorientasi pada proses yang berhubungan dengan bagaimana individu membuat keputusan karir atau membuat keputusan disekitar mereka.”

Kemudian Hartono mengatakan bahwa“pengambilan keputusan karir (career decision making) adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan, dimana aspek pemahaman diri (self knowledge) seperti minat karir, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, dan aspek pemahaman karir (occupational knowledge) seperti ragam karir dan pendidikan karir sebagai aspek penting yang turut berperan”.(2016 : 171). Kemudian Miller dan Miller (dalam Hartono) mengatakan bahwa

“pengambilan keputusan karier (career decision making) merupakan aspek penting dalam pilihan karier dan perkembangan karir” (2016 : 171).

Menurut Zunker (dalam Arjanggi, 2017) Pengambilan keputusan karir merupakan keterampilan penting yang dapat digunakan selama satu rentang kehidupan seseorang. Pengambilan keputusan karir merupakan proses yang kompleks, akibatnya konselor karir dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang dialami individu ketika membuat keputusan karir. (Germeijs & Verschueren, 2006)

Berdasarkan kutipan diatas dapat penulis pahami pengambilan keputusan karir merupakan dimana aspek pemahaman diri seperti minat karier dan pendidikan karier sebagai aspek penting yang turut berperan dalam pengambilan keputusan karir.

Hartono (2016 : 59-61) mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian pengambilan keputusan karir ditandai menjadi lima kriteria, yaitu :

1) Menunjukkan rasa percaya diri 2) Memiliki rasa tanggung jawab

3) Dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya

4) Mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif 5) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang

lain.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa kriteria pengambilan keputusan karir yaitu :

a) Percaya diri

Percaya diri sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan,seseorang mempelajari potensi dirinya, ragam pekerjaan atau profesi, pendidikan dan peluang yang terarah pada pemilihan karir.

Pada tataran akomodasi terjadi internalisasi nilai-nilai yang melandasi keyakinan atas potensi dan keterampilannya yang diperlukan dalam memilih karir. Adapun pada tahap tindakan, seseorang telah menanamkan rasa percaya diri, sehingga ia merasa mampu memilih, meraih dan mempertahankan karirnya dalam kehidupan mendatang.

b) Tanggung jawab

Memiliki rasa tanggung jawab sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang belajar sebagai individu yang memiliki tanggung jawab memilih karir, meraih karir, dan mempertahankan karirnya di dalam kehidupan bermasyarakat mendatang.

Pada tataran akomodasi terjadi proses penerimaan nilai- nilai pengembangan karir, sedangkan pada tataran tindakan seseorang mengembangkan rasa tanggung jawab sebagai individu yang mampu memilih, meraih, dan mempertahankan karirnya di dalam kehidupan bermasyarakat.

c) Mengarahkan dan mengembangkan diri

Mengarahkan dan mengembangkan diri sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir juga mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang mampu menerima secara utuh hasil pemahaman diri dan pemahaman karirnya, ia sanggup mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas pengembangan diri dan pengembangan karirnya. Pada

tataran akomodasi, seseorang tertarik melakukan berbagai aktivitas pengembangan diri berdasarkan arah pemilihan karirnya, sedangkan pada tataran tindakan, seseorang melakukan berbagai aktivitras pengembangan diri ke arah pemilihan karir yang diinginkan.

d) Menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif

Seseorang yang mandiri dalam melakukan pengambilan keputusan karir memiliki perilaku tekun, inisiatif, dan kreatif. Perilaku ini mencakup tiga tataran, yaitu tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan seseorang mempelajari cara menumbuhkan perilaku tekun,cara menumbuhkan perilaku inisiatif, dan cara menumbuhkan perilaku kreatif dalam proses pengambilan keputusan karir. Adapun pada tataran akomodasi seseorang telah menyadari bahwa perilaku tekun, inisiatif dan kreatif sangat diperlukan untuk menunjang proses pengambilan keputusan karir. Pada tataran tindakan, seseorang mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif dalam usaha mengembangkan strategi pengambilan keputusan karirnya.

e) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain

Seseorang yang memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan karir juga mempunyai keinginan kuat untuk melakukan perbuatan tanpa bantuan orang lain. Perilaku ini mencakup tiga tataran yaitu, tataran pengenalan, akomodasi dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang belajar mengenal, memahami, dan menerima perangkat kemampuan dan keterampilan diri yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengambilan keputusan karir. Sedangkan pada tataran akomodasi, seseorang menyadari atas kemampuan dan keterampilannya yang diperlukan dalam pengambilan keputusan karir. Pada tataran tindakan, seseorang mampu melakukan strategi pengambilan keputusan karir, berdasarkan pemahaman diri dan pemahaman karir serta peluang yang ada.

d. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir

Karir adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan dan juga merupakan titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses kegiatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Pengambilan keputusan merupakan suatu hasil atau pemutusan dari suatu proses pemikiran yang berguna mengatasi suatu

masalah dengan menjatuhkan pilihan dari berbagai alternatif tertentu.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Hartono (2016 : 62) yaitu :

Pengambilan Keputusan Karir adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan untuk membuat pilihan karir dari beberapa alternatif pilihan karir yang ada di masyarakat, berdasarkan hasil pemahaman diri (self knowledge) dan pemahaman karir (occupational knowledge). Pilihan karir (career choice) merupakan momen atau peristiwa penting dalam kehidupan (Stoss dan Parris, 1999). Setiap manusia pada dasarnya menginginkan kesejahteraan hidup. Untuk mencapai keinginan itu, dibutuhkan persiapan karir yang memadai, diantaranya dalam hal pengambilan keputusan karir, sehingga karir yang dipilihnya merupakan keputusan tepat bagi dirinya. Ketepatan pengambilan keputusan karir didasarkan pada kesesuaian antara apa yang dimiliki dan apa yang diinginkan.

(Sharf, 2002).

Menurut Ginzberg dalam Zunker (dikutip oleh Hartono) mengatakan bahwa “siswa atau konseli sekolah memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas dengan minatnya yang terfokus pada pilihan karir.” (2016 : 63).

Adapun menurut Super dalam Sharf (dikutip oleh Hartono) mengatakan bahwa :

Siswa atau konseli berada dalam periode eksplorasi, dimana pada periode ini siswa atau konseli menghadapi dinamika berbagai pilihan. Untuk dapat melakukan pilihan karir yang sesuai dengan minat, abilitas, kepribadian, sikap dan nilai-nilainya diperlukan proses pengambilan keputusan karir yang cermat. (2016 : 63) Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dan manfaat pengambilan keputusan karir bagi siswa atau konseli, yaitu (1) untuk menentukan pilihan karir yang sesuai dengan potensi diri (minat, abilitas, karakteristik pribadi, nilai-nilai dan sikap karir siswa, (2) sebagai dasar dalam memilih jurusan atau program studi dijenjang pendidikan tinggi, (3) mewujudkan pengambangan diri pada aspek akademik, aspek profesional, serta nilai-nilai dan sikap yang mendukung pengembangan karier, dan (4) untuk memperoleh kedudukan karir yang dapat menyejahterakan hidupnya kelak.

Untuk itu bimbingan sangat diperlukan bagi siswa di sekolah agar bisa memilih dan mengambil keputusan karir nya dimasa depan terutama bimbingan karir, dimana tujuan bimbingan karir di sekolah menurut Sholihin adalah untuk membantu siswa memahami dan mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menapak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan. (2015 : P.2)

Secara teoritik, bimbingan karir di Sekolah Menengah Atas (SMA) sangatlah penting dalam menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan potensi, memilih karir, dan berkarir, serta dapat memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh siswa dimasa yang akan datang di dunia karirnya. Kondisi sosial, ekonomi, budaya yang mengalami perubahan ke arah perkembangan minat, sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan karir dalam perencanaan hidup (life planning).

Di lain pihak, pendidikan tingkat SMA memiliki posisi yang sangat strategis dalam proses pendewasaan sikap individu para siswa. Sebuah jenjang yang memiliki banyak pilihan dibandingkan tingkat pendidikan dibawahnya. Oleh karena itu kematangan memilih karir yang meliputi pemahaman dan kemampuan membuat rencana yang tepat. Sikap konsisten terhadap tanggung jawab. Dan kesadaran terhadap segala faktor internal yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir.

e. Strategi Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati pengambilan keputusan yaitu “suatu proses dimana individu mengadakan suatu seleksi dari dua kemungkinan pilihan atau lebih”

(1993 : 69). Dapat penulis pahami bahwa untuk mengambil keputusan individu harus menyeleksi dari beberapa kemungkinan pilihan yang ada.

Esensi dari pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan, dalam menentukan pilihan banyak individu yang ragu atau bimbang untuk mengambil pilihan yang tepat. Mamat Supriyatna menjelaskan strategi dalam pengambilan sebuah keputusan yang didalamnya dibahas tentang “tipe strategi pengambilan keputusan, mengantisipasi sebuah pilihan dan tahapan pengambilan keputusan”

(2009 : 38).

a. Strategi Pengambilan Keputusan

Menurut Dinklage dalam Mamat Supriyatna ada delapan tipe strategi pengambilan keputusan diantaranya :

1) Tipe Delaying, yaitu pada prinsipnya strategi merupakan salah satu model penangguhan atau semacam prokrasinasi, individu memutuskan keputusan dalam waktu yang lama.

2) Tipe Fantalistic, yaitu tipe ini yang tidak menentukan pilihan individu dalam tipe ini tidak melakukan terhadap pilihan-pilihan yang ada.

3) Tipe Complien, yaitu tipe strategi ini terjadi jika seseorang mengalah pada rencana pihak lain yang telah membuat keputusan untuknya.

4) Tipe Paralytic, yaitu tipe ini terjadi ketika seseorang sangat takut atau sangat cemas untuk membuat suatu keputusan. Ia merasa tidak mampu untuk membuat keputusan, ia mungkin merasa tertekan atau didesak oleh dirinya atau orang lain untuk membuat keputusan, tapi takut oleh konsekuensi terhadap keputusan yang diambilnya.

5) Tipe Intutif, tipe ini yaitu membuat keputusan berdasarkan perasaan diri pada pemikiran, keputusan ini tepat tapi tidak disertai atas hasil analisis keunggulan diri seperti bakat, kemampuan, minat dan lain-lain.

6) Tipe Impulsive, yaitu proses pengambilan keputusan yang tidak mempertimbangkan alternative lain pada tipe ini individu langsung menggebu-gebu ingin langsung mengambil keputusan tersebut.

7) Tipe Organizing, yaitu strategi pengambilan keputusan yang hasilnya menyakitkan atau membuat orang kepayahan dikarenakan individu kurang memiliki informasi yang lengkap tentang keputusan yang diambilnya.

8) Tipe Planful, yaitu membuat perencanaan ketika mengambil keputusan. (2009 : 39)

Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami dari beberapa tipe dalam pengambilan keputusan, pada tipe delaying ada individu

yang membutuhkan waktu yang sangat lama dalam mengambil keputusan atau menentukan sebuah pilihan. Pada tipe fantalistic individu tidak menentukan pilihan, berbeda lagi dengan tipe complien, orang lain yang menentukan pilihannya. Sedangkan pada tipe paralistic individu takut dalam suatu keputusan atau pilihankarena tertekan dengan dirinyadan orang lain. Selanjutnya tipe intutif individu akan merasa tidak puas setelah mengambil keputusan, karena tidak didasari dengan pemikiran yang matang, atau tidak didasari dengan bakat dan minat yang dimiliki.

Selanjutnya tipe impulsive, pada tipe ini individu tidak memikirkan akibat terlebih dahulu. Tipe organizing yaitu dengan tipe individu ini akan merasa akibat dari keputusan yang diambil, karena kurangnya informasi tentang keputusan yang diambilnya, tipe yang terakhir yaitu planful, individu yang membuat perencanaan sebelum mengambil keputusan.

b. Mengantisipasi Suatu Pilihan

Mengantisipasi suatu pilihan merupakan proses mengarahkan individu pada pilihan yang tepat dengan mempertimbangkan segala resiko yang muncul nantinya. Menurut Tiedemandan O’Hara yang dikutip oleh Sharf dalam Mamat Supriyatna membagi antisipasi dalam membuat keputusan menjadi empat yaitu :

1) Eksplorasi yaitu penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil,

2) Kristalisasi yaitu merupakan sebuah stabilisasi dan represintasi berpikir, pemikiran mulai terpadu dan teratur.

Keyakinan atas pilihan yang akan diambil menguat dan alternative pilihan semakin tepat,

3) Pemilihan yaitu perkembangan dari kristalisasi, pemilihan terjadi dan individu percaya atas pilihannya,

4) Klarifikasi yaitu ketika seseorang telah melakukan pilihan dan ada terdapat keganjalan dari pemilihannya itu maka individu melakukan eksplorasi kembali dan melakukan alternative yang terbaik. (2009 : 41-42)

Proses dalam pengambilan keputusan itu dimulai dari penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang terkait terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya disatukan pemikiran dan perasaannya terhadap suatu pilihan, ketika pilihan yang ditentukan individu sudah jelas, pilihan itu ditinjau kembali untuk menjadikan pilihan itu semakin tepat.

c. Tahap Pengambilan Keputusan

Berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika, menurut Sharf yang dikutip oleh Mamat Supriyatna menjelaskan sekuensi pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan pengambilan keputusan karir yaitu :

1) Mengidentifikasi dan menstrukturkan suatu keputusan.

2) Identifikasi aspek-aspek yang relevan.

3) Meningkatkan aspek-aspek penting.

4) Identifikasi aspek yang paling penting yang dapat diterima.

4) Identifikasi aspek yang paling penting yang dapat diterima.

Dokumen terkait