• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND FACTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND FACTOR"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND FACTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KARIR SISWA KELAS XII IPS 2 DI SMAN 1 PADANG GANTING

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh : AMINA NIM. 15300800005

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

Ganting, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya siswa yang memiliki kemampuan pengambilan keputusan karir pada kategori sedang dan rendah.

Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan, dimana aspek pemahaman diri (self knowledge) seperti minat karir, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, dan aspek pemahaman karir (occupational knowledge) seperti ragam karier dan pendidikan karier sebagai aspek penting yang turut berperan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperiment dengan tipe one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS 2, teknik sampling yang digunakan untuk menetapkan sampel ialah teknik purposive sampling yakni dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan peneliti ialah siswa yang teridentifikasi rendah dan rendah pengambilan keputusan karirnya dengan jumlah sampel 10 orang.

Hasil penelitian mengatakan bahwa pendekatan trait and factor berpengaruh signifikan dalam meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa.

Hal ini dibuktikan dengan skor hasil posttest mengalami peningkatan setelah diberikan treatment melalui konseling kelompok. Artinya t0 ≥ tt sehingga Ha yang menyatakan pendekatan trait and factor berpengaruh efektif meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa secara signifikan diterima, dan H0 yang menyatakan bahwa pendekatan trait and factor berpengaruh tidak efektif meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa ditolak.

iii

(6)

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 7

C. Batasan masalah ... 7

D. Perumusan masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat penelitian... 8

G. Defenisi Operasional Variabel ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Pengambilan Keputusan Karir ... 10

a. Pengertian Karir ... 10

b. Pengertian Pengambilan Keputusan ... 11

c. Pengertian Pengambilan Keputusan Karir ... 13

d. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir 15

e. Strategi Pengambilan Keputusan Karir ... 17

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengambilan Keputusan Karir ... 24

iv

(7)

c. Penerapan Teori Trait and Factor... 29

d. Tujuan Layanan Trait and Factor... 31

e. Teknik Pendekatan Trait and Factor ... 32

B. Keterkaitan Trait and Factor dengan Pengambilan Keputusan Karir ... 33

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 34

D. Kerangka Berfikir... 35

E. Hipotesis... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Pengembangan Instrumen ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pendahuluan ... 57

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 57

1. Deskripsi Data Hasil Pretest... 57

2. Rencana Pelaksanaan Konseling... 64

3. Pelaksanaan Treatment... 66

4. Deskripsi Data Hasil Posttest ... 90

5. Analisis Data ... 97

6. Pengujian Persyaratan Analisis ... 110

7. Uji Statistik ... 113

8. Uji Peningkatan N-Gain ... 124

9. Pembahasan ... 132

v

(8)

B. Saran... 134 DAFTAR KEPUSTAKAAN

vi

(9)

Lampiran 1 : Lembar Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengambilan Keputusan Karir Lampiran 3 : Skala Pengambilan Keputusan Karir

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Layanan

Lampiran 5 : Distribusi Data Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS 2 SMA N 1 Padang Ganting

Lampiran 6 : Distribusi data tes IQ Lampiran 7 : Surat dari LP2M

Lampiran 8 : Surat dari Dinas Pendidikan

Lampiran 9 : Surat Balasan Penelitian dari SMA N 1 Rambatan

vii

(10)

Tabel 3.1 : Data Siswa yang Menjadi Populasi Penelitian Tabel 3.2 : Data Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian Tabel 3.3 : Skor Jawaban Skala Likert

Tabel 3.4 : Rentang Skor Pengambilan Keputusan Karir Siswa Tabel 3.5 : Kisi-kisi Pengambilan Keputusan Karir

Tabel 3.6 : Hasil Validitas Isi Tabel 3.7 : Hasil Uji Validitas Item

Tabel 3.8 : Keterangan Item yang Valid dan Item yang Gugur Pada Setiap Indikator

Tabel 3.9 : Tabel Reabilitas Tabel 3.10 : Reability Statistik

Tabel 4.1 : Hasil Pretest Pengambilan Keputusan Karir Siswa Tabel 4.2 : Frekuensi Pengambilan Keputusan Karir Siswa Tabel 4.3 : Data Pretest Kelompok Eksperimen

Tabel 4.4 : Skor Pretest Aspek Percaya Diri Tabel 4.5 : Interval Aspek Percaya Diri

Tabel 4.6 : Data Pretest Aspek Tanggung Jawab Tabel 4.7 : Interval Aspek Tanggung Jawab

Tabel 4.8 : Skor Pretest Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri Tabel 4.9 : Skor Pretest Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun

Tabel 4.10 : Skor Pretest Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain

Tabel 4.11 : Rencana Treatment

Tabel 4.12 : Skor Posttest Kelompok Eksperimen

Tabel 4.13 : Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Tabel 4.14 : Skor Posttest Aspek Percaya Diri

Tabel 4.15 : Interval Aspek Percaya Diri

Tabel 4.16 : skor Posttest Aspek Tanggung Jawab Tabel 4.17 : Interval Posttest Aspek Tanggung Jawab

viii

(11)

Tabel 4.20 : Skor Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku tekun Tabel 4.21 : Interval Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun

Tabel 4.22 : Skor Posttest Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu tanpa Bantuan Orang Lain

Tabel 4.23 : Interval Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain

Tabel 4.24 : Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Tabel 4.25 : Skor Pretest-Posttest Aspek Percaya Diri Tabel 4.26 : Skor Pretest-Posttest Aspek Tanggung Jawab

Tabel 4.27 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri

Tabel 4.28 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif

Tabel 4.29 : Perbandingan skor Pretest-Posttest Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu tanpa Bantuan Orang Lain

Tabel 4.30 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Per Aspek Tabel 4.31 : Uji Normalitas

Tabel 4.32 : Uji Homogenitas

Tabel 4.33 : Klasifikasi Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Tabel 4.34 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Tabel 4.35 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t

Aspek Percaya Diri

Tabel 4.36 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Aspek Tanggung Jawab

Tabel 4.37 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri

Tabel 4.38 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif

ix

(12)

Tabel 4.40 : Analisis Data dengan N-Gain Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa (Keseluruhan

Tabel 4.41 : Kriteria Indeks Gain Tabel 4.42 : Tabel Kerja Uji N-Gain

Tabel 4.43 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Percaya Diri Tabel 4.44 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Tanggung Jawab

Tabel 4.45 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri

Tabel 4.46 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif

x

(13)

Gambar 1 : Perbandingan Skor Pretest-Posttes Pengambilan Keputusan Karir Siswa

Gambar 2 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Percaya Diri Gambar 3 : Perbandingan Skor Pretest-Posttes Aspek Tanggung Jawab Gambar 4 :

Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri

Gambar 5 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif

Gambar 6 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain

Gambar 7 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Per Aspek

xi

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan siswa pada masa SMA yang rata-rata berumur 15-19 tahun yang berada pada tahap usia remaja. Pada usia remaja ini seharusnya siswa sudah mencapai tugas perkembangan yang matang terutama dalam mencapai kematangan dalam pilihan karir, dan pada usia remaja seharusnya siswa sudah mulai berfikir secara logis, mampu memikirkan masa depan , dan bisa membuat perencanaan, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah yang ada pada dirinya sendiri. Pada masa ini juga siswa mempunyai kecenderungan untuk menyerah mengenai kemampuan yang dimilikinya sehingga tidak mampu memilih jurusan yang akan diambilnya.

ragu-ragu, mengikuti opini, mengikuti pendapat, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya) sehingga siswa sulit membuat keputusan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Adapun persoalan pendidikan yang mungkin terjadi selama periode pra karir yaitu :

a) Ketidakmampuan mengikuti pembelajaran dengan baikditandai dengan rendahnya prestasi belajar atau nilai akademik

b) Selalu ragu dan tidak mampu melakukan pilihan jurusan yang tepat dan cocok untuk diri

c) Keraguan dan ketidaktahuan dalam melanjkutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, melakukan pilihan pendidikan dan jurusan d) Melakukan pilihan pendidikan dan jurusan namun merasa tidak cocok

dengan bakat dan minat yang dimiliki

e) Kegagalan dalam mendapatkan berbagai peluang kerja yang ada f) Ketidaktahuan untuk mendapat kerja, padahal berbagai persyaratan

kerja telah dimiliki

g) Rendahnya mentalitas dalam memulai, membuka pekerjaan yang baru dan memanfaatkan peluang kerja yang ada. (Hadiarni dan Irman, 2009 : 56-57)

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa pada siswa SMA agar dapat mempersiapkan dirinya secara matang sehingga tidak terjadinya persoalan-persoalan yang mungkin terjadi pada masa persiapan karirnya, untuk itu pada siswa SMA harus mempersiapkan fisik dan mental yang

1

(15)

memadai sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan kemampuannya untuk mengurangi persoalan-persoalan yang dapat menghambat pengambilan keputusan karir nantinya.

Siswa merupakan generasi penerus bangsa, maka dari itu dengan menempuh pendidikan siswa harus bisa mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, membentuk tingkah laku atau kepribadian, meningkatkan kecerdasan sereta membentuk keterampilannya sehingga akan mempermudah siswa dalam mengambil keputusan karir yang sesuai dengan minat dan bakat siswa tersebut sehingga tidak terjadinya kesalahan dalam pemilihan karirnya. Siswa juga harus bisa membuat keputusan karir yang tepat dan paling cocok dengan kemampuan dan minat siswa sehingga menghasilkan pilihan karir yang tepat.

Pengambilan keputusan karir merupakan pilihan suatu karir yang dilakukan oleh siswa yang menempuh sekolah menengah, disini siswa diharapkan untuk dapat membuat pilihan karir sesuai dengan minat dan bakat untuk terjun ke dunia kerja maupun memilih jurusan jika melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus dari SMA nantinya.

Pengambilan keputusan (decision-making) menurut Schermerhorn, Jr., Hunt, dan Osborn (1997) adalah “the process of choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity”. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu tindakan dalam hubungannya dengan suatu masalah atau peluang. (Hartono, 2016 : 52).

Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada suatu pilihan dari berbagai macam pilihan karir yang ada. Seorang siswa juga harus bisa mempertimbangkan pengambilan keputusan karir yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya karena jika salah dalam memilih keputusan karir akan sangat berpengaruh kepada masa depan siswa tersebut.

Pengambilan keputusan karir merupakan aspek penting dalam pilihan karir dan perkembangan karir (Miller dan Miller, 2005). Menurut Hartono bahwa

“Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses menentukan pilihan karir

(16)

dari beberapa alternatif pilihan, berdasarkan pemahaman diri dan pemahaman karir”. (2016:58). Menurut Muhajirin “kemampuan membuat keputusan karir merupakan usaha yang jelas yang melibatkan perasaan, nilai, kecerdasan, komitmen, persepsi, dan informasi yang cocok”. (2017:p.3).

Pengambilan keputusan karir merupakan suatu proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Zamroni pengambilan keputusan karir adalah bagian penting dalam kehidupan manusia karena konsekuensi dari proses ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia. (2016:p.6). Dalam pengambilan keputusan siswa harus melewati beberapa tahapan. Menurut Hartono terdapat lima tahap yang dilakukan seseorang dalam proses pengambilan keputusan, yaitu : (1) Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, (2) mengidentifikasi dan menganalisis berbagai alternatif dan tindakan, (3) memilih sautu tindakan yang lebih disukai, (4) menerapkan suatu tindakan yang dipilihnya dan (5) mengevaluasi hasil dan tindak lanjut yang diperlukan. (2016 : 52)

Pengambilan keputusan karir sangat diperlukan pemahamannya oleh siswa jika tidak maka siswa akan kebingungan dalam memilih arah karir yang akan dipilihnya, untuk itu peranan guru BK sangat penting sekali dengan melaksanakan konseling karir bagi siswa yang masih kebingungan bagaimana menentukan pilihan karir mereka selanjutnya. Konseling karir sangat dibutuhkan di sekolah terutama bagi Sekolah Menengah Atas, karna dapat memberikan gambaran kemana arah karir siswa di masa yang akan datang.

Lulusan SMA diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja maupun melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dan memiliki sikap kemandiriran dan dapat bersaing di era global.

Dalam mengambil keputusan karir banyak siswa yang tidak memahami bagaimana dan kemana arah karir nya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, karena siswa cenderung terpengaruh oleh orang lain, tidak percaya diri akan kemampuan yang ia miliki, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang pekerjaan yang diinginkan, tidak mampu mengenali bakat dan minat

(17)

yang dimilikinya, tidak mendapat dukungan dari orang tua karena kebanyakan orang tua cenderung mengarahkan anaknya untuk memelih studi dan karir yang mereka inginkan, tidak konsisten dengan pilihan dan mempunyai masalah dengan pekerjaan dan studi yang mereka inginkan. Rahma (2010 : 44-46) berpendapat :

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan karir, diantaranya faktor internal dan eksternal. Beberapa Faktor internal tersebut membentuk keunikan kepribadian individu, diantaranya sebagai berikut : (1) taraf intelegensi, (2) bakat khusus, (3) minat, (4) sifat-sifat kepribadian, (5) nilai-nilai kehidupan (Values), (6)pengetahuan, (7) dan keadaan jasmani. Faktor Eksnternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada diluar diri seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan diri seseorang. Faktor-faktor eksternal antara lain : (1) status sosial ekonomi keluarga, (2) prestasi akademik siswa, (3) pendidikan sekolah, (4) tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, (5) lingkungan.

Kutipan di atas dapat dipahami bahwa, ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan karir yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dimana keduanya saling berinteraksi dan berpengaruh. Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri siswa, contohnya saja siswa yang memilih jurusan tidak sesuai dengan bakat dan minatnya, siswa cenderung memilih pilihan karir yang mereka sukai tanpa mengukur kemampuan yang ia miliki sehingga menyebabkan mereka salah dalam mengambil keputusan karir. Masalah pada faktor eksternal yang terjadi di lapangan kebanyakan siswa terpengaruh oleh faktor lingkungan, banyak dalam pengambilan keputusan karir siswa tersebut memilih karir atau studi yang banyak diminati oleh orang lain, ikut-ikutan teman dan memilih karir tanpa mengetahui minat dan bakat yang mereka miliki. Hal ini lah yang menjadi penghambat siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir mereka di masa depan sehingga banyak siswa yang memilih jurusan tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Siswa dapat membuat keputusan karir ketika mereka memahami kemampuan internal yang mereka miliki, minat, dan karakteristik kepribadian yang dimiliki tapi kenyataan nya tidak demikian kebanyakan siswa kurang

(18)

memiliki motivasi dalam keterlibatan pemilihan karir sehingga memilih untuk ikut-ikutan teman, kurang pemahaman diri, dan kurangnya pemahaman mengenai informasi karir menyebabkan siswa tidak dapat membuat keputusan karir.

Menentukan karir siswa dapat dibantu dengan beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan trait and factor. Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syatar tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan (Hadiarni dan Irman, 2009 : 79). Trait and factor career counseling merupakan salah satu dari keseluruhan orientasi dalam proses psikologi vocational untuk menggambarkan dan menjelaskan pembuatan keputusan karir berdasarkan “kesesuaian antara individu dan pekerjaan” pendekatan ini disarkan atas tiga prinsip utama dari pendekatan ini, yakni (1) didasarkan atas keunikan karakteristik psikologis setiap pekerja yang cocok dengan tipe pekerjaan yang sesuai, (2) kelompok pekerja, berbeda pekerjaannya berbeda pula karakteristik psikologis yang dimilikinya, (3) kesepakatan sesuai kerja antara karakteristik pekerja dan tuntutan pekerjaan. (Muhajirin, 2014 : p.7)

Berdasarkan pendapat di atas trait berarti karakteristik seorang individu dan factor berarti syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan. Yakni pada saat merencanakan pemilihan karirnya siswa akan mengalami hambatan dalam menentukan keputusan karir dimasa depan dan akan berdampak pada ketidaksesuaian pilihan karir dengan kemampuan yang mereka miliki. Agar terhindar dari permasalahan tersebut digunakan pendekatan trait and factor untuk membantu siswa memahami karakteristik dirinya, karakteristik pekerjaan serta hubungan keduanya.

Dari pendapat diatas teori trait and factor sangat dipengaruhi oleh studi tentang deskripsi jabatan dan syarat pekerjaan dalam usaha untuk memprediksi keberhasilan pekerjaan masa depan dari pengukuran sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan. Perkembangan nilai-nilai individual dan

(19)

proses pengambilan keputusan karir juga merupakan faktor yang sangat penting.

Menurut Dharsana dalam Citra (2018) teori konseling karir trait and factor merupakan bimbingan dan konseling karir yang memandang bahwa secara prinsip mengacu pada kemampuan (termasuk pada intelegensi umum, bakat khusus, kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja), minat terhadap pekerjaan, dan ciri-ciri kepribadian. Konseling trait and factor suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang karir yang dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Dari observasi awal yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK yang telah penulis lakukan pada tanggal 19 April 2018 di SMA N 1 Padang Ganting mengenai kemampuan pengambilan keputusan karir siswa, didapatkan beberapa hasil yaitu dengan telah dilaksanakannya tes minat, iq dan bakat di SMA N 1 Padang Ganting siswa tetap merasa tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dan merasa tidak cocok dengan pemilihan jurusannya, mereka cenderung memilih jurusan dengan ikut-ikutan teman, ragu-ragu akan kemampuan yang dimilikinya, mengikuti keinginan orang tua, masih banyaknya siswa yang ragu dan tidak tau kemana akan menyambung pendidikan setelah tamat dari sekolah menengah atas atau kemana ia harus memilih pekerjaan, hanya sebagian siswa saja yang sesuai dengan hasil tes bakat dan minat tersebut, dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru BK SMA N 1 Padang Ganting dapat penulis simpulkan bahwa masih banyak siswa yang gamang dengan masa depannya, belum menentukan tujuan yang akan dipilihnya dan tidak mampu membuat keputusan dalam memilih melanjutkan studi atau bekerja.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi di lapangan seperti yang terungkap diatas, peneliti akan mencoba mengangkat masalah tersebut kedalam bentuk sebuah karya ilmiah yang berjudul :

(20)

“Pengaruh layanan Konseling Karir Menggunakan Teknik Trait and Factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan

Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah peneliti paparkan diatas dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan sebagai berikut :

1. Pengaruh konseling trait and factor terhadap pilihan karir siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

2. Kemampuanpengambilan keputusan karirsiswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

3. Hubungan antara konseling karir dengan ketepatan pemilihan karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan judul dan latar belakang diatas penulis perlu kiranya membatasi bahasan masalah agar terfokusnya penelitian ini dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. adapun batasan masalah yang ingin peneliti kaji yaitu “Pengaruh Layanan Konseling Karir Menggunakan Teknik Trait and Factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”.

D. Rumusan

Bersadarkan batasan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah yang penulis teliti yaitu “Apakah ada Pengaruh Pendekatan Trait and Factor untuk Meningkatkan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”

E. Tujuan Penelitian

Untuk melihat apakah terdapat “Pengaruh Konseling Karir Teknik Trait and Factor Efektif Digunakan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting?”

(21)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah : 1) Secara Teoritis

a. Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah diajarkan selama masa perkuliahan, serta menerapkan teori yang ada kedalam dunia nyata

b. Sebagai pembinaan dan pengembangan ilmu bimbingan dan konseling c. Sebagai informasi ilmiah tentang Pengaruh Layanan Bimbingan Karir

menggunakan teknik trait and factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

d. Dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan penelitian sejenis

2) Manfaat Praktis

a. Dari penulisan ilmiah ini diharapkan masyarakat mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan karir model trait and factor untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.

b. Diproyeksikan untuk menghasilkan perubahan dan peningkatan pilihan karir Siswa kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting

G. Defenisi Operasional Variabel

Penelitian ini agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasioanal, konkrit dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut:

Konseling Kelompok, menurut Prayitno (dalam Egy dan Marjohan) adalah konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu.

Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan yaitu (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). (2016 : 20). Menurut Prayitno (dalam Alamri) tahapan-tahapan konseling kelompok

(22)

ada empat yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap pengakhiran kegiatan. (2015 : 4)

Trait and Factor, Menurut Hadiarni dan Irman secara bahasa “trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan”. (2009 : 79). Menurut Williamson (dalam Manrihu, 1992 : 67) memformulasikan suatu strategi dengan menggunakan enam langkah yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, konseling dan tindak lanjut.

Menurut Dharsana dalam Citra (2018) konseling trait and factor merupakan suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang karir yang dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Konseling karir teknik trait and factor yang penulis maksud adalah memformulasikan karakteristik dan tipe-tipe yang ada pada diri individu dengan menggunakan enam langkah yang sudah dijelaskan di atas dengan menggunakan dinamika kelompok.

Pengambilan keputusan karir menurut Hartono (2016 : 59-61) mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian pengambilan keputusan karir ditandai menjadi lima kriteria, yaitu : menunjukkan rasa percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Pengambilan keputusan yang penulis maksud adalah dimana siswa mampu mengambil keputusan di bidang karir dengan percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan dapat mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengambilan Keputusan Karir a. Pengertian Karir

Karir merupakan aktivitas pekerjaan selama rentang waktu pada kehidupan seseorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas kerja yang berkelanjutan. Menurut Super (dalam Hadiarni dan Irman) yaitu :

karir adalah jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, sekuensi okupasi-okupasi dan peranan-peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya, serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau tidak berupah yang diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun, yang mana okupasinya hanya satu, mencakup peranan-peranan yang berkaitan dengan pekerjaan seperti misalnya mereka sebagai pelajar, karyawan dan pensiun dan bersama-sama dengan peranan-peranan pelengkap seperti kesenangan yang berkaitan dengan keluarga dan kewarganegaraan. (2009 : 11). Sedangkan Muri(dalam Hadiarni dan Irman) menyatakan bahwa karir adalah urutan okupasi dan pekerjaan utama (mayor) yang diselenggarakan atau digeluti seseorang selama hidupnya, merupakan panggilan hidup dan memberikan kepuasan bagi diri yang bersangkutan(2009 : 12).

Berdasarkan penjabaran di atas dapat di pahami bahwa karir merupakan sebagai suatu rangkaian pekerjaan yang diselenggarakan atau digeluti seseorang individu dengan mempunyai tanggung jawab di dalamnya yang dilakukan sejak remaja sampai pensiun.

Umumnya, masalah yang dihadapi guru BK adalah terkait bimbingan karir bagi individu setiap siswa. Bimbingan Karir, dalam Khazanah kajian BK disekolah, merupakan proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap siswa agar dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan sesuai dengan yang diharapkan, mengambil dan meyakini

10

(24)

keputusannya yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya jika dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan atau karir yang dipilihnya. (Sholihin, 2015 : P.2)

Surya 1987 (dalam Lestari 2017) menyatakan bahwa karir dapat diperoleh melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit, hobi seperti pebulutangkis, profesi seperti dokter atau guru, dan dapat diperoleh melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Menurutnya, bekerja sebagai apapun yang terpenting ditandai oleh adanya keberhasilan dan kemakmuran personal dan financial, maka apa yang individu kerjakan dapat disebut sebagai karir.

Menurut Healy (1982) karir dapat terjadi pada sepanjang seseorang yang mencakup sebelum bekerja (preoccupational), selama bekerja (occupational), dan akhir atau seusai bekerja (postoccupational).

Lebih lanjut ia menjelaskan posisi preoccupational merupakan posisi yang sangat penting dalam perjalanan karir seseorang, sebab posisi ini dapat menjadi awal menuju kesuksesan karir. Artinya, jika pada posisi individu mengalami kegamangan karir, maka ia cenderung mengalami masalah dalam menjalani karirnya. Posisi preoccupational yang dimaksud dimulai dari orientasi karir, pengambilan keputusan karir yang diwujudkan dengan adanya pilihan pekerjaan tertentu dan memulai karir dalam bidang pekerjaan tertentu. (Lestari, 2017)

Berdasarkan uraian diatas, bahwa karir dapat diperoleh melalui pekerjaan dan dapat diperoleh melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Karir berentang sejak sebelum bekerja, ketika bekerja, dan masa-masa mengakhiri pekerjaan karir juga dapat dipersiapkan sepanjang kehidupan seseorang.

b. Pengertian Pengambilan Keputusan

Dalam memecahkan masalah seseorang harus bisa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengambil tindakan atau dengan pengambilan keputusan, untuk mengambil keputusan seseorang harus mempersiapkan mental dan berfikir logis agar tidak

(25)

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan, karena keputusan yang di ambil oleh seseorang sangat mempengaruhi bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

Schermerhorn, Jr., dkk (dalam Hartono) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah “the process of choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu tindakan dalam hubungannya dengan suatu masalah atau peluang”. ( 2016 : 52). Selanjutnya Robbins (dalam Hartono) mengatakan bahwa “Sebagai suatu pembuatan pilihan diantara dua alternatif atau lebih”. (2016 : 54). Pada bagian lain Hartono mengatakan pengambilan keputusan adalah “produk domain kognisi individu. Produk ini merupakan wujud kemampuan individu dalam melakukan pengambilan keputusan berdasarkan potensi diri dan peluang yang ada di masyarakat”. (2016 : 56).

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai proses pembuatan pilihan yang dilakukan individu dari antara dua alternatif atau lebih dalam hubungannya dengan suatu masalah atau peluang untuk mendapatkan hasil dan tindak lanjut.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang terdapat beberapa tahapan. Schermerhorn, Jr., dkk dalam Hartono (2016) mengatakan bahwa terdapat lima tahap yang dilakukan seseorang dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :

1) Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang;

2) Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai alternatif dan tindakan;

3) Memilih suatu tindakan yang lebih disukai;

4) Menerapkan suatu tindakan yang dipilihnya; dan

5) Mengevaluasi hasil dan tindak lanjut yang diperlukan. (2016 : 52)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan harus melewati beberapa tahapan agar tidak terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan.

(26)

c. Pengertian Pengambilan Keputusan Karir

Manusia secara keseluruhan mempunyai titik penting dalam perjalanan hidupnya terutama tentang karir yang akan dijalaninya, hal yang tersulit di dalam kehidupan manusia adalah memutuskan sesuatu masalah mengenai berbagai macam pilihan karir yang ada untuk hidupnya di masa yang akan datang. Swanson dan D’achiardi (dalam Istifarani 2016 : p.7) mengatakan bahwa :“Pilihan karir atau pengambilan keputusan karir dapat didefinisikan sebagai konstruksi yang berorientasi pada proses yang berhubungan dengan bagaimana individu membuat keputusan karir atau membuat keputusan disekitar mereka.”

Kemudian Hartono mengatakan bahwa“pengambilan keputusan karir (career decision making) adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan, dimana aspek pemahaman diri (self knowledge) seperti minat karir, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, dan aspek pemahaman karir (occupational knowledge) seperti ragam karir dan pendidikan karir sebagai aspek penting yang turut berperan”.(2016 : 171). Kemudian Miller dan Miller (dalam Hartono) mengatakan bahwa

“pengambilan keputusan karier (career decision making) merupakan aspek penting dalam pilihan karier dan perkembangan karir” (2016 : 171).

Menurut Zunker (dalam Arjanggi, 2017) Pengambilan keputusan karir merupakan keterampilan penting yang dapat digunakan selama satu rentang kehidupan seseorang. Pengambilan keputusan karir merupakan proses yang kompleks, akibatnya konselor karir dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang dialami individu ketika membuat keputusan karir. (Germeijs & Verschueren, 2006)

Berdasarkan kutipan diatas dapat penulis pahami pengambilan keputusan karir merupakan dimana aspek pemahaman diri seperti minat karier dan pendidikan karier sebagai aspek penting yang turut berperan dalam pengambilan keputusan karir.

(27)

Hartono (2016 : 59-61) mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian pengambilan keputusan karir ditandai menjadi lima kriteria, yaitu :

1) Menunjukkan rasa percaya diri 2) Memiliki rasa tanggung jawab

3) Dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya

4) Mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif 5) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang

lain.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa kriteria pengambilan keputusan karir yaitu :

a) Percaya diri

Percaya diri sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan,seseorang mempelajari potensi dirinya, ragam pekerjaan atau profesi, pendidikan dan peluang yang terarah pada pemilihan karir.

Pada tataran akomodasi terjadi internalisasi nilai-nilai yang melandasi keyakinan atas potensi dan keterampilannya yang diperlukan dalam memilih karir. Adapun pada tahap tindakan, seseorang telah menanamkan rasa percaya diri, sehingga ia merasa mampu memilih, meraih dan mempertahankan karirnya dalam kehidupan mendatang.

b) Tanggung jawab

Memiliki rasa tanggung jawab sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang belajar sebagai individu yang memiliki tanggung jawab memilih karir, meraih karir, dan mempertahankan karirnya di dalam kehidupan bermasyarakat mendatang.

Pada tataran akomodasi terjadi proses penerimaan nilai- nilai pengembangan karir, sedangkan pada tataran tindakan seseorang mengembangkan rasa tanggung jawab sebagai individu yang mampu memilih, meraih, dan mempertahankan karirnya di dalam kehidupan bermasyarakat.

c) Mengarahkan dan mengembangkan diri

Mengarahkan dan mengembangkan diri sebagai kriteria kemandirian pengambilan keputusan karir juga mencakup tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang mampu menerima secara utuh hasil pemahaman diri dan pemahaman karirnya, ia sanggup mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas pengembangan diri dan pengembangan karirnya. Pada

(28)

tataran akomodasi, seseorang tertarik melakukan berbagai aktivitas pengembangan diri berdasarkan arah pemilihan karirnya, sedangkan pada tataran tindakan, seseorang melakukan berbagai aktivitras pengembangan diri ke arah pemilihan karir yang diinginkan.

d) Menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif

Seseorang yang mandiri dalam melakukan pengambilan keputusan karir memiliki perilaku tekun, inisiatif, dan kreatif. Perilaku ini mencakup tiga tataran, yaitu tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan seseorang mempelajari cara menumbuhkan perilaku tekun,cara menumbuhkan perilaku inisiatif, dan cara menumbuhkan perilaku kreatif dalam proses pengambilan keputusan karir. Adapun pada tataran akomodasi seseorang telah menyadari bahwa perilaku tekun, inisiatif dan kreatif sangat diperlukan untuk menunjang proses pengambilan keputusan karir. Pada tataran tindakan, seseorang mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif dalam usaha mengembangkan strategi pengambilan keputusan karirnya.

e) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain

Seseorang yang memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan karir juga mempunyai keinginan kuat untuk melakukan perbuatan tanpa bantuan orang lain. Perilaku ini mencakup tiga tataran yaitu, tataran pengenalan, akomodasi dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang belajar mengenal, memahami, dan menerima perangkat kemampuan dan keterampilan diri yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengambilan keputusan karir. Sedangkan pada tataran akomodasi, seseorang menyadari atas kemampuan dan keterampilannya yang diperlukan dalam pengambilan keputusan karir. Pada tataran tindakan, seseorang mampu melakukan strategi pengambilan keputusan karir, berdasarkan pemahaman diri dan pemahaman karir serta peluang yang ada.

d. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir

Karir adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan dan juga merupakan titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses kegiatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Pengambilan keputusan merupakan suatu hasil atau pemutusan dari suatu proses pemikiran yang berguna mengatasi suatu

(29)

masalah dengan menjatuhkan pilihan dari berbagai alternatif tertentu.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Hartono (2016 : 62) yaitu :

Pengambilan Keputusan Karir adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan untuk membuat pilihan karir dari beberapa alternatif pilihan karir yang ada di masyarakat, berdasarkan hasil pemahaman diri (self knowledge) dan pemahaman karir (occupational knowledge). Pilihan karir (career choice) merupakan momen atau peristiwa penting dalam kehidupan (Stoss dan Parris, 1999). Setiap manusia pada dasarnya menginginkan kesejahteraan hidup. Untuk mencapai keinginan itu, dibutuhkan persiapan karir yang memadai, diantaranya dalam hal pengambilan keputusan karir, sehingga karir yang dipilihnya merupakan keputusan tepat bagi dirinya. Ketepatan pengambilan keputusan karir didasarkan pada kesesuaian antara apa yang dimiliki dan apa yang diinginkan.

(Sharf, 2002).

Menurut Ginzberg dalam Zunker (dikutip oleh Hartono) mengatakan bahwa “siswa atau konseli sekolah memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas dengan minatnya yang terfokus pada pilihan karir.” (2016 : 63).

Adapun menurut Super dalam Sharf (dikutip oleh Hartono) mengatakan bahwa :

Siswa atau konseli berada dalam periode eksplorasi, dimana pada periode ini siswa atau konseli menghadapi dinamika berbagai pilihan. Untuk dapat melakukan pilihan karir yang sesuai dengan minat, abilitas, kepribadian, sikap dan nilai-nilainya diperlukan proses pengambilan keputusan karir yang cermat. (2016 : 63) Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dan manfaat pengambilan keputusan karir bagi siswa atau konseli, yaitu (1) untuk menentukan pilihan karir yang sesuai dengan potensi diri (minat, abilitas, karakteristik pribadi, nilai-nilai dan sikap karir siswa, (2) sebagai dasar dalam memilih jurusan atau program studi dijenjang pendidikan tinggi, (3) mewujudkan pengambangan diri pada aspek akademik, aspek profesional, serta nilai-nilai dan sikap yang mendukung pengembangan karier, dan (4) untuk memperoleh kedudukan karir yang dapat menyejahterakan hidupnya kelak.

(30)

Untuk itu bimbingan sangat diperlukan bagi siswa di sekolah agar bisa memilih dan mengambil keputusan karir nya dimasa depan terutama bimbingan karir, dimana tujuan bimbingan karir di sekolah menurut Sholihin adalah untuk membantu siswa memahami dan mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menapak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mengambil keputusan mengenai karir dimasa depan. (2015 : P.2)

Secara teoritik, bimbingan karir di Sekolah Menengah Atas (SMA) sangatlah penting dalam menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan potensi, memilih karir, dan berkarir, serta dapat memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh siswa dimasa yang akan datang di dunia karirnya. Kondisi sosial, ekonomi, budaya yang mengalami perubahan ke arah perkembangan minat, sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan karir dalam perencanaan hidup (life planning).

Di lain pihak, pendidikan tingkat SMA memiliki posisi yang sangat strategis dalam proses pendewasaan sikap individu para siswa. Sebuah jenjang yang memiliki banyak pilihan dibandingkan tingkat pendidikan dibawahnya. Oleh karena itu kematangan memilih karir yang meliputi pemahaman dan kemampuan membuat rencana yang tepat. Sikap konsisten terhadap tanggung jawab. Dan kesadaran terhadap segala faktor internal yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir.

e. Strategi Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati pengambilan keputusan yaitu “suatu proses dimana individu mengadakan suatu seleksi dari dua kemungkinan pilihan atau lebih”

(1993 : 69). Dapat penulis pahami bahwa untuk mengambil keputusan individu harus menyeleksi dari beberapa kemungkinan pilihan yang ada.

(31)

Esensi dari pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan, dalam menentukan pilihan banyak individu yang ragu atau bimbang untuk mengambil pilihan yang tepat. Mamat Supriyatna menjelaskan strategi dalam pengambilan sebuah keputusan yang didalamnya dibahas tentang “tipe strategi pengambilan keputusan, mengantisipasi sebuah pilihan dan tahapan pengambilan keputusan”

(2009 : 38).

a. Strategi Pengambilan Keputusan

Menurut Dinklage dalam Mamat Supriyatna ada delapan tipe strategi pengambilan keputusan diantaranya :

1) Tipe Delaying, yaitu pada prinsipnya strategi merupakan salah satu model penangguhan atau semacam prokrasinasi, individu memutuskan keputusan dalam waktu yang lama.

2) Tipe Fantalistic, yaitu tipe ini yang tidak menentukan pilihan individu dalam tipe ini tidak melakukan terhadap pilihan-pilihan yang ada.

3) Tipe Complien, yaitu tipe strategi ini terjadi jika seseorang mengalah pada rencana pihak lain yang telah membuat keputusan untuknya.

4) Tipe Paralytic, yaitu tipe ini terjadi ketika seseorang sangat takut atau sangat cemas untuk membuat suatu keputusan. Ia merasa tidak mampu untuk membuat keputusan, ia mungkin merasa tertekan atau didesak oleh dirinya atau orang lain untuk membuat keputusan, tapi takut oleh konsekuensi terhadap keputusan yang diambilnya.

5) Tipe Intutif, tipe ini yaitu membuat keputusan berdasarkan perasaan diri pada pemikiran, keputusan ini tepat tapi tidak disertai atas hasil analisis keunggulan diri seperti bakat, kemampuan, minat dan lain-lain.

6) Tipe Impulsive, yaitu proses pengambilan keputusan yang tidak mempertimbangkan alternative lain pada tipe ini individu langsung menggebu-gebu ingin langsung mengambil keputusan tersebut.

7) Tipe Organizing, yaitu strategi pengambilan keputusan yang hasilnya menyakitkan atau membuat orang kepayahan dikarenakan individu kurang memiliki informasi yang lengkap tentang keputusan yang diambilnya.

8) Tipe Planful, yaitu membuat perencanaan ketika mengambil keputusan. (2009 : 39)

Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami dari beberapa tipe dalam pengambilan keputusan, pada tipe delaying ada individu

(32)

yang membutuhkan waktu yang sangat lama dalam mengambil keputusan atau menentukan sebuah pilihan. Pada tipe fantalistic individu tidak menentukan pilihan, berbeda lagi dengan tipe complien, orang lain yang menentukan pilihannya. Sedangkan pada tipe paralistic individu takut dalam suatu keputusan atau pilihankarena tertekan dengan dirinyadan orang lain. Selanjutnya tipe intutif individu akan merasa tidak puas setelah mengambil keputusan, karena tidak didasari dengan pemikiran yang matang, atau tidak didasari dengan bakat dan minat yang dimiliki.

Selanjutnya tipe impulsive, pada tipe ini individu tidak memikirkan akibat terlebih dahulu. Tipe organizing yaitu dengan tipe individu ini akan merasa akibat dari keputusan yang diambil, karena kurangnya informasi tentang keputusan yang diambilnya, tipe yang terakhir yaitu planful, individu yang membuat perencanaan sebelum mengambil keputusan.

b. Mengantisipasi Suatu Pilihan

Mengantisipasi suatu pilihan merupakan proses mengarahkan individu pada pilihan yang tepat dengan mempertimbangkan segala resiko yang muncul nantinya. Menurut Tiedemandan O’Hara yang dikutip oleh Sharf dalam Mamat Supriyatna membagi antisipasi dalam membuat keputusan menjadi empat yaitu :

1) Eksplorasi yaitu penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil,

2) Kristalisasi yaitu merupakan sebuah stabilisasi dan represintasi berpikir, pemikiran mulai terpadu dan teratur.

Keyakinan atas pilihan yang akan diambil menguat dan alternative pilihan semakin tepat,

3) Pemilihan yaitu perkembangan dari kristalisasi, pemilihan terjadi dan individu percaya atas pilihannya,

4) Klarifikasi yaitu ketika seseorang telah melakukan pilihan dan ada terdapat keganjalan dari pemilihannya itu maka individu melakukan eksplorasi kembali dan melakukan alternative yang terbaik. (2009 : 41-42)

(33)

Proses dalam pengambilan keputusan itu dimulai dari penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang terkait terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya disatukan pemikiran dan perasaannya terhadap suatu pilihan, ketika pilihan yang ditentukan individu sudah jelas, pilihan itu ditinjau kembali untuk menjadikan pilihan itu semakin tepat.

c. Tahap Pengambilan Keputusan

Berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika, menurut Sharf yang dikutip oleh Mamat Supriyatna menjelaskan sekuensi pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan pengambilan keputusan karir yaitu :

1) Mengidentifikasi dan menstrukturkan suatu keputusan.

2) Identifikasi aspek-aspek yang relevan.

3) Meningkatkan aspek-aspek penting.

4) Identifikasi aspek yang paling penting yang dapat diterima.

5) Membuat pekerjaan yang karakteristiknya tidak sesuai dengan aspek yang diterima.

6) Alternatif untuk dieksplorasi lebih jauh. (2009 : 42)

Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami bahwa tahap pengambilan keputusan karir yaitu terlebih dahulu harus memiliki keterangan sebanyak mungkin tentang karir yang akan dipilih.

Selanjutnya untuk memudahkan mengambil suatu keputusan karir yang dipilih serta memiliki tentang aspek-aspek tentang karir.

Yang paling penting untuk memudahkan penerimaan dalam karir yang dipilih dan memiliki pemikiran yang lebih jauh untuk pengembangan karir kedepan agar lebih maju lagi dimasa depan.

Pengambilan keputusan karir merupakan suatu tahap sangat penting bagi siswa SMA, supaya antara karir dan pekerjaan sesuai dengan pribadinya. Pengambilan keputusan karir dan pekerjaan harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa suapaya tidak salah dalam memilih pekerjaan.

(34)

d. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir

Pemilihan karir dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Winkel dalam Rahma menjelaskan bahwa :

Faktor internal dan faktor eksternal, keduanya saling berpengaruh secara positif terhadap pilihan karir dan perkembangan karir yang merupakan suatu proses yang bercirikan suatu perubahan, berlangsung secara bertahap dan terjadi pergeseran yang berlingkup luas kepada yang spesifik, dan terjadi akibat interaksi yang positif antara faktor-faktor internal dalam diri individu dan faktor eksternal di luar individu. (2010 : 44)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap perkembangan dan arah karir individu. Menurut Sukardi bahwa :

Karir yaitu : intelegensi, bakat, minat sikap, kepribadian, nilai, hobbi, dan kegemaran, keterampilan, penggunaan waktu senggang. Anspirasi pengetahuan sekolah dan pendidikan sambungan, pengalaman kerja, pengetahuan tentang dunia kerja, kemampuan dan keterbatasan fisik, serta masalah yang dari luar individu yaitu kelompok primer dan sekunder. (1984 : 44)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan karir.

Pertama faktor yang ada dalam diri individu (internal) diantaranya : intelegensi, intelegensi merupakan kecerdasan individu dalam memahami dan menyerap segala materi pelajaran yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolah sehingga ia bisa memilih karir sesuai dengan keinginannya, serta memiliki bakat yang ada dalam dirinya supaya mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi pilihan karir yaitu kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer merupakan kelompok terdekat dengan individu seperti keluarga. Sedangkan kelompok sekunder merupakan orang-orang yang berada diluar lingkungan keluarga seseorang seperti teman sebaya dan guru. Charlos Horton Cooley juga berpendapat bahwa

(35)

terdapat kelompok primer dan sekunder yang akan mempengaruhi pemilihan karir yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Kelompok primer

Kelompok primer itu berdasarkan tiga tujuan yaitu : a) Kondisi-kondisi fisik kelompok primer

(1) Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota- anggotanya secara fisik harus saling berdekatan;

(2) Jumlah anggotanya harus kecil;

(3) Hubungan anggotanya agak permanen.

b) Sifat-sifat hubungan primer

(1) Sifat utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan tujuan diantara anggotanya yang berarti bahwa masing- masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam usahanya mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela berkorban demi kepentingan pihak lain;

(2) Hubungan primer ini harus secara suka rela, sehingga pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekanan, melainkan semua anggota akan merasakan adanya kebebasan;

(3) Hubungan primer bersifat dan juga inklusif, artinya hubungan yang diadakan itu harus melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain dan bagi mereka yang mengadakan hubungan harus menyangkut segala pribadinya.

c) Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.

(2004 : 26)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwasanya antara kelompok primer dan sekunder saling berkaitan dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan sama penting keduanya. Kelompok primer dan sekunder sama-sama mempunyai peran penting dalam pemilihan, maka keduanya harus berjalan beriringan.

Berdasarkan kondisi-kondisi dan sifat-sifat yang terdapat dalam kelompok primer ini akan sangat mempengaruhi orang dalam pemilihan karirnya. Kelompok primer memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemilihan karir seseorang karena

(36)

kelompok primer akan menunjang, memberi dukungan atau motivasi kepada individu tersebut.

2) Kelompok sekunder

Kelompok sekunder yang dapat mempengaruhi pilihan karir siswa adalah didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktifitas, dan gerak-gerik kelompok itu.

Ciri-ciri kelompok sekunder yaitu :

a) Jumlah anggotanya yang banyak, sehingga anggota tidak saling mengenal.

b) Hubungan renggang dimana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi.

c) Sifatnya tidak permanen.

d) Hubungan cendrung pada hubungan formal. (2004 : 27) Kutipan di atas dapat dipahami bahwa yang termasuk kedalam ciri-ciri kelompok sekunder diantaranya yaitu, jumlah anggotanya banyak, anggota yang terlalu banyak membuat sulitnya untuk mengenal satu sama lainnya. Selanjutnya memiliki hubungan yang kurang akrab sehingga tidak saling mengenal secara pribadi, dan hubungan di antara mereka cenderung dalam hubungan yang formal. Keberadaan kelompok sekunder ini tidak tergantung pada hubungan pribadi secara akrab, meskipun hubungan antara anggota tetap ada.

Kelompok sekunder yang dapat mempengaruhi pilihan karir banyak siswa mengikuti atau terpengaruh oleh teman sebaya.

Nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat juga bisa mempengaruhi pilihan karir siswa sebagai contoh siswa yang hidup dilingkungan militer, maka siswa tersebut akan lebih cenderung memilih karir dijalur militer, karena lingkungan itu yang lebih banyak mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.

(37)

Dapat dipahami bahwa kelompok sekunder ini besar pengaruhnya terhadap individu karena individu akan memilih karirnya sesuai dengan kecenderungan yang ada dilingkungan tempat ia berada, seperti ketika teman-temannya banyak yang memilih menjadi guru.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir

Karir merupakan aktivitas kerja selama rentang waktu pada kehidupan seorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas kerja berkelanjutan. Seseorang dalam mengambil keputusan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Taylor dalam Hartono (2016) mengatakan bahwa :

Pengambilan keputusan karir merupakan proses berkelanjutan dan dinamis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Taylor sendiri melihat faktor-faktor itu dari dua sisi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : (1) rendahnya kepercayaan diri, (2) kecemasan, (3) konflik nilai-nilai, (4) konflik dengan pihak lain, dan (5) multipotensi, diantaranya nilai-nilai, abilitas, minat, motivasi, dan sifat-sifat kepribadian. Adapun faktor eksternal mencakup : (1) rendahnya akses pilihan-pilihan karir, (2) ketidak tersedianya informasi yang dibutuhkan, dan (3) terlalu meluasnya informasi (2016:64)

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan karir siswa terdapat 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu seperti lingkungan.

Dalam mengambil keputusan banyak sekali permasalahan- permasalahan yang terjadi pada diri individu, terutama permasalahan dalam mengambil keputusan karir. Permasalahan-permasalahan ini sesuai dengan masalah dalam pembuatan keputusan karir yang dipaparkan oleh Williamson (dalam Sholihin), ada 4 kategori permasalahan dalam pembuatan keputusan karir yaitu : pertama, No

(38)

Choice (tidak ada pilihan), konseli tidak mampu menyebutkan bidang pekerjaan yang akan dipilihnya. Kedua, Uncertain Choice (ketidakpastian pilihan), konseli ragu atas pilihan karir yang telah ada dipikirannya. Ketiga, Unwise Choice (pilihan tidak bijaksana), konseli memilih karir yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Keempat, Discrepancy between interest and aptitudes (ketidaksesuaian antara minat dan bakat), yang termasuk kategori ini adalah bidang pekerjaan yang diminati tidak sesuai dengan bakat konseli. Pekerjaan yang diminati tidak sesuai dengan tingkat kemampuan konseling. Bakat dan minat cocok, tetapi tidak sesuai dengan pekerjaan yang dipilih. (2015 : P.4)

2. Trait and Factor

a. Pengertian Trait and Factor

Trait menurut Cattel, dalam Sholihin merupakan konstruk hipotetik atau imaginer sebagai kesimpulan dari pengamatan objektif terhadap tingkahlaku. Cattel berpendapat bahwa trait adalah elemen dasar kepribadian yang berperan vital dalam meramalkan tingkah laku.

Cattel berpendapat bahwa trait adalah elemen dasar kepribadian yang berperan vital dalam meramalkan tingkah laku. Hal ini tampak dari definisi kepribadian menurut Cattel. Kepribadian adalah struktur kompleks dari trait yang tersusun dalam berbagai kategori, yang memungkinkan untuk memprediksi tingkahlaku. Trait dapat diklasifikasikan dengan memakai tiga kategori kepemilikan, kategori kedalaman dan kategori modalitas ekspresi.

Berdasarkan kategori kepemilikan trait dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Trait umum, trait umum adalah trait yang dimiliki oleh semua orang, dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Misalnya intelegensi, introversi dan suka berteman

(39)

2. Trait khusus adalah trait yang dimiliki satu orang saja (bisa juga dimiliki oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda)

Berdasarkan kategori kedalaman trait dibagi menjadi dua yaitu : 1. Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema

umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya remaja yang lincah menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin dapat dikatakan memiliki trait permukaan yang periang. Sebaliknya remaja yang gemar mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram dan tampak kelelahan dikatakan memiliki sifat permukaan depresif.

2. Trait sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung amatan tingkah laku. Dan hanya dapat diidentifikasi dengan memakai analisis faktor.

Sedangkan kategori berdasarkan Modalitas Ekspresi Trait dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Trait kemampuan : menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan, contohnya kecerdasan.

2. Trait tempramen : gaya atau irama tingkah laku contohnya ketenangan kegugupan, keberanian, santai mudah terangsang.

3. Trait motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.

Jadi yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku).

Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing- masing membentuk suatu kontinum atau skala yang bertentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Factor sesuatu yang mengakibatkan kejadian. Analisa factor dikembangkan pada karya Spearman yang tertarik didalam menjelaskan mengenai kecerdasan (seperti diukur dengan tes IQ) adalah suatu faktor tunggal atau suatu

(40)

kombinasi karya dari jajaran sub faktor misalnya kepandaian kemampuan dibidang matematika, keterampilan dll. Teori faktor adalah teori yang berusaha menjelaskan suatu konsep seperti kepribadian, kecerdasan atau ajaran didalam jajaran komponen yang dibebankan dengan penggunaan analisa faktor pada data terkait. (2015 : P.10)

Trait and faktor merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh para ahli untuk menyelesaikan suatu permalahan individu yang berkaitan dengan pekerjaan atau karir. Menurut Hadiarni dan Irman menjelaskan bahwa “Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan”. ( 2009 : 79) .

Konseling trait and factor (menurut Shertzer & Stone dalam Citra) yakni suatu sistem sifat dan faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain seperti kecakapan, minat, sikap dan temperamen. (Shertzer dan Stone dalam Citra). Tujuan konseling trait and factor yaitu untuk membantu individu untuk memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone dalam Citra).

Konseling kelompok trait and factor memerlukan data dari siswa untuk mendukung pemberian bantuan permasalahan karir siswa yaitu tes bakat minat, tes kepribadian, nilai raport dll.

Menurut Dharsana dalam Citra, teori konseling karir trait and factor merupakan bimbingan konseling karir yang memandang bahwa secara prinsip mengacu pada kemampuan (termasuk intelegensi umum, bakat khusus, kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja), minat terhadap pekerjaan dan ciri-ciri kepribadian. Konseling trait and factor suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang

(41)

karir yang dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam pengambilan keputusan.

Tujuan dalam konseling trait and factor adalah membantu siswa dalam mencapai perkembangan berbagai aspek sehingga siswa dapat mengarahkan dirinya secara mandiri dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri.

Menurut Sholihin di dalam jurnalnya trait and factor bisa diartikan sebagai suatu ancangan directive counseling atau counselor centered, memiliki pandangan dasar bahwa kepribadian dasar manusia merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling bergantung. (2015 : P.1)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa trait and factor adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan individu yang berhubungan dengan pekerjaan dengan menggunakan data psikologis dari pengamatan objektif terhadap tingkah laku individu.

b. Asumsi dasar Teori Trait and Factor

Menurut Miller (dalam Manrihu, 1992 : 65) ada beberapa asumsi yang mendasari lahirnya teori train and factor. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :

a. Perkembangan vokasional sebagian besar merupakan suatu proses kognitif, keputusan-keputusan dicapai melalui penalarannya

b. Pilihan okupasional merupakan sesuatu yang tunggal.

Berdasarkan pengaruh Parsons, pilihan diberikan penekanan yang terbesardan perkembangan diberi penekanan yang sangat kecil

c. Bagi setiap orang terdapat suatu tujuan yang “benar” dalam pilihan vokasi. Terdapat sedikit atau tidak ada pengakuan bahwa seseorang pekerja biasanya cocok bagi sejumlah okupasi

d. Satu tipe orang untuk setiap pekerjaan. Ini merupakan sisi lain dari mata uang asumsi ketiga. Secara bersama-sama, kedua asumsi ini menunjukkan hubungan satu orang dan satu

(42)

pekerjaan suatu konsep yang sesuai bagi pendekatan trait and factor

e. Terdapat satu pilihan okupasional yang tersedia bagi setiap individu. (Hardiarni dan Irman, 2009 : 80)

Hampir senada dengan pendapat Miller di atas, Williamson mencoba merumuskan asumsi yang mendasari lahirnya teori trait and factor yang dimuat dalam Theories of Counseling (Stefflre, 1965, BAB V), diantaranya :

a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf inteligensi, bakat khusus, dan hal tersebut merupakan pola yang khas untuk individu itu

b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan pada hubungan yang berlain-lainan dengan kemampuan dari keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja diberbagai bidang pekerjaan, juga minat-minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan pola minat yang ditemukan pada pekerja-pekerja di berbagai bidang pekerjaan

c. Sesuai dengan pola berpikir pada butir (b), kurikulum program studi menuntut kualifikasi-kualifikasi tertentu

d. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan kemampuan-kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan. (Hadiarni dan Irman, 2009 : 80)

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dipahami bahwa asumsi tersebut mempunyai makna yang berbeda bagi seseorang sesuai dengan sudut pandang orang yang memaknai asumsi tersebut.

c. Penerapan TeoriTrait and Factor

Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang konselor dalam penerapannya dilapangan.Secara garis besar, setidaknya ada empat langkah kerja berikut yang dapat diterapkan oleh konselor. Menurut Hadiarni dan Irman yaitu :

a. Mengenal klien, dengan data-data yang akurat dan lengkap sehingga data klien menjadi modal awal bagi konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif, dan development

Gambar

Tabel 3.2  Sampel Penelitian
Tabel 3.6  Hasil Validitas Isi
Tabel  4.8  di  atas,  merupakan  salah  satu  aspek  dari  pengambilan  keputusan  karir  yaitu  tentang  mengarahkan  dan  mengembangkan  diri,  berdasarkan   10   (sepuluh)   orang   siswa   yang   dijadikan   sampel  penelitian, dengan kategori skor ti
Tabel 4.11  Rencana Treatment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data pada penelitian ini terdiri dari 2 orang ahli instrumen penilaian, seorang reviewer, 2 orang peer reviewer, dan hasil penilaian proyek 32 siswa

Dana tersebut akan diserahkan apabila manuskrip yang telah direvisi sesuai dengan saran pendamping telah dikirimkan (submit) dan diterima oleh penerbit jurnal

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak terpurifikasi daun T sureni terbukti dapat memproteksi disfungsi sel endotel diinduksi NaCl 3 %, ditandai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai secara langsung maupun tidak langsung melalui budaya organisasi,

Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri,

Ketiga perhitungan di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia terhadap peningkatan motivasi belajar siswa

diperkaya 98,4% memiliki karakteristik fisiko-kimia yang memenuhi standar, yaitu memiliki kemurnian radiokimia > 95%, kemurnian radionuklida ≥ 99%, larutan

Pada Tabel 2 ditunjukkan nilai setiap parameter penjerapan kation Pb(II) pada lempung Cengar teraktivasi asam sulfat berdasarkan model kinetika pseudo