• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Ompu Gende Coffee Shop di Kota Medan yaitu di Jalan Setiabudi, Komplek Taman Setia Budi Indah 1, Kecamatan Medan Sunggal.

2. Waktu Penelitian tahun 2020

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli dan mengonsumsi kopi.

34

34

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografi

Penelitian dilakukan di OmpuGende coffee shoptepatnya berlokasi di Komplek Taman Setia Budi Indah 1 Blok E No.76, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara, 98º.35’- 98º.44’

Bujur Timur. Kota Medan 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas kota Medan sebelah utara, selatan barat dan timur dengan kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Barat, Timur, Selatan.Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia pada tahun 2011 berkisar antara 23,2 º C – 24,2 C dengan suhu maksimum berkisar antara 31,6 C – 35,8 C dan suhu maksimum berkisar 29,1 C-32,9 C.

4.1.2 Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara

Universitas Sumatera Utara

geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0 – 5%. Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

4.1.3 Penduduk

Kecamatan Medan Selayang mempunyai penduduk sebesar 106.150 jiwa yang dikelompokkan menurut jenis kelamin sebanyak 52.433 (Laki-Laki) dan 53.717 (Perempuan). Luasnya adalah 12.81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 8.286,49493 jiwa/km².

4.2 Sejarah OmpuGende coffee shop

OmpuGende coffee shop adalah salah satu usaha rumahan di Kota medan yang dibuka pada tahun 2017.Lokasi awal yang didirikan pemilik berada dijalan sei belutu dan belum menjadi coffee shop hanya gerobak kopi biasa, usaha ni berjalan ± 5 bulan.

Kemudian pindah ke beberapa tempat.Awalnya pemilik hanya seorang barista dan penikmat kopi, tidak berencana untuk membuka coffee shop tersebut.Hal pertama ketika ide membuka kedai kopi/coffee shop itu datang yang ditentukan oleh mereka adalah market dengan membidik kalangan pelajar dan mahasiswa mereka mulai menyusun sebuah rencana dengan melakukan survey dan meeting crew.Hingga akhirnya lahirlah konsep OmpuGende coffee shop yang menurut mereka mampu

36

Universitas Sumatera Utara

menjawab kebutuhan para pelajar dan mahasiswa yang ingin menikmati waktu bersama teman-temannya.Secara basicmereka bukan barista handal, tetapi mereka sebelumnya sudah mendalami tentang kopi dan belajar menyeduh kopi, sambil terus membenahi manajemen mereka berusaha menyediakan menu yang cocok baik dari segi harga dan rasa kepada para pelanggan.

Pada saat awal dibukanya OmpuGende coffee shop, promosi yang dilakukan pertama kali oleh pihakOmpuGende coffee shop yaitu dengan caramenyebarkan brosur, memasang spanduk iklan dan juga mengunggah ke dalam media sosial. Saat ini OmpuGende Coffee Shop mampu memperkerjakan 15 karyawan.Dalam sehari cafeini dikunjungi ± 100 sampai 150 pengunjung dengan rata-rata 100 transaksi setiap harinya.Jika Sabtu dan Minggu malam bisa dipastikan jumlah pengunjung bertambah dari jumlah biasanya. OmpuGende coffee shop terdiri dari 2 spot favourite yaitu lesehan outdoor dan lesehan indoor.

Dari segi fasilitas, tentu saja fasilitas yang ditawarkan membuat kita akan betah berlama-lama disini sebut saja ada free wifi , parkiran yang cukup luas dengan muatan ± 15 mobil, tersedia freeinfused water yang biasa digunakan untuk menetralisir rasa pahit setelah minum kopi, games. OmpuGende coffee shop memiliki spesialis pada straw atau sedotan yang digunakan yaitu stainless straw/ sedotan alumunium dengan tujuan ikut melestarikan lingkungan.Meskipun berkonsep cafe namun OmpuGende Coffe Shop juga menyediakan ruangan meeting yang nyaman.

Namun, pemilik belum berencana untuk membuka cabang di tempat lain dikarenakan tidak bersedia dengan adanya campur tangan orang lain/ sistem partnership.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Karakteristik Sampel

4.3.1 Karakteristik Sampel Minuman KopiOmpuGende Coffee Shop

Karakteristik sampel merupakan sejumlah ciri konsumen yang melakukan pembelian produk minuman kopi pada Coffee Shop terpilih yang dirangkum berdasarkan hasil survey di lapangan.Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dariusia, tingkat

pendidikan dan pendapatan konsumen dalam mengonsumsi minuman kopi di OmpuGende Coffee Shop.

1. Berdasarkan Usia

Pengelompokan karakteristik sampel berdasarkan usia dibagi menjadi 4 batasan usia yang diperoleh melalui perhitungan yang disesuaikan dengan data hasil survey di lapangan. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang.Karakteristik sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel5.

Tabel 5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia No. Usia

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyak berada pada rentang usia 19-25 tahun atau kategori pemuda yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).Sampelusia 31-35 tahun merupakan sampel yang paling sedikit menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung Coffee Shopdi lokasi penelitian adalah kalangan pemuda yang pada

38

Universitas Sumatera Utara

umumnya merupakan usia produktif pekerja muda yang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melakukan pembelian di Coffee Shop.

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menentukan pendapatan dan status sosial yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. Hal ini akan membuka pandangan baru bahwa kebiasaan minum kopi tidak hanya dapat dilakukan dirumah pada sore hari setelah lelah seharian bekerja melainkan dapat juga dilakukan di kedai kopi/coffee shop di sela-sela waktu istirahat kerja. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang) kopi/coffee shop di lokasi penelitian adalah sampel dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Kategori ini merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani adalah sarjana/S1.

Universitas Sumatera Utara

3. Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor paling krusial dalam mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena dapat menentukan kemampuan seseorang dalam membeli sesuatu.Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1. <Rp.500.000,00 0 0,00

2. Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 1 3,33 3. Rp.1.000.000,00 s/d

Rp.2.000.000,00

9 30,00

4. >Rp.2.000.000,00 19 63,30

Jumlah 30 100

Sumber: Dari Lampiran 1

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah sampel dengan tingkat pendapatan >Rp.2.000.000,00 yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Kategori pendapatan ini merupakan kelompok terbesar/terbanyaksampel yang bersedia membeli kopi di lokasi penelitian.

39

39

Universitas Sumatera Utara

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perilaku Konsumen dalam mengonsumsi kopi

Untuk melihat beberapa perilaku konsumen sampel di lokasi penelitian dapat digunakan beberapa indikator dan kriteria sebagai berikut :

• >33 = sangat gemar mengonsumsi kopi

• 25-30 = gemar mengonsumsi kopi

• 17-24 = cukup gemar mengonsumsi kopi

• 10-16 = kurang gemar mengonsumsi kopi

• 4-9 = tidak gemar mengonsumsi kopi

Berdasarkan hasil skoring prilaku konsumen sampel di lokasi penelitian maka diperoleh :

Total Skor = 833 Total Sampel = 30

Rata-Rata = Total Skor : Total Sampel Rata-Rata = 833 : 30

Rata-Rata = 27,76

Hasil Penelitian, data diolah pada lampiran 2

Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen di lokasi penelitan adalah gemar mengonsumsi kopi.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Analisis Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen (usia, tingkat pendidikan dan pendapatan) dengan Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi kopi

Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang berperan sebagai pembentuk perilaku seorang konsumen dalam membeli dan mengonsumsi minuman kopi di coffee shop. Karakteristik konsumen yang akan diuji adalah usia, tingkat pendidikan

dan pendapatan. Karakteristik ini diukur dalam skala data ordinal.Karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi yang dilihat dari perilaku konsumen untuk membeli minuman kopi di coffe shop. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing karakteristik konsumen dengan perilaku konsumen maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman yang diuraikan berikut ini:

5.2.1 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara usia dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen Correlations

Usia Perilaku Konsumen Spearman's rho Usia Correlation

Coefficient

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

41

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara usia dengan perilaku konsumen adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,032 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong kategori lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,392. Lemahnya hubungan disebabkan karena mayoritas pengunjung coffee shop berdasarkan data survey adalah konsumen dengan kategori pemuda, yang mana kategori ini memiliki sifat cenderung homogen, tidak konsisten terhadap satu pilihan dan cenderung selalu ingin mencoba produk yang baru.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa usia konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan perilaku konsumen.

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: SMP/SMA, Diploma dan Sarjana.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Correlations

Tingkat Pendidikan

Perilaku Konsumen Spearman's rho Tingkat Pendidikan Correlation

Coefficient

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,118.

Tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,536 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

Hal ini dikarenakan, pada umumnya coffee shopdi lokasi penelitian masih belum sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen masih sering mencari publikasi terbaru tentang kopi dengan melakukan pencarian/pelacakan terhadap kopi yang berkualitas .

43

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen

Pendapatan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang. Untuk melihat hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan perilaku konsumen adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,484 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.Melalui nilai correlation coefficient antara pendapatan dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,133.Artinya tingi rendahnya pendapatan konsumen, tidak berhubungan dengan perilaku konsumen yang dikarenakan harga minuman kopi pada lokasi penelitian tergolong cukup murah dibandingkan coffee shop lainnya dan tidak banyak jenisnya sehingga tidak membatasi pendapatan konsumen untuk membeli dan memilih jenis kopi pada coffee shop tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

5.2.4 Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 2&3 (diolah)

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara faktor budaya dengan perilaku konsumen adalah sebesar -0,208.

Faktor budaya dengan perilaku konsumen dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,271 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa faktor budaya konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen

45

Universitas Sumatera Utara

tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai teori kotler ( 2005)yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor budaya dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan tidak ada perbedaan budaya yang signifikan terhadap perilaku konsumen kopi di lokasi penelitian dalam membeli minuman kopi.

5.2.5 Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 2&3 (diolah)

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,322 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Melalui nilai correlation coefficient antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,187.Artinya, pekerjaan dan budget konsumen kopi di lokasi penelitian tidak mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi kopi, serta konsumen kopi di lokasi

Universitas Sumatera Utara

penelitian tidak menganggap minuman kopi adalah bagian dari gaya hidup yang ada ramai seperti sekarang ini.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa faktor pribadi konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori teori Kotler (2005)yang menyatakan bahwa faktor pribadi berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

47

47

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar mengonsumsi kopi.

2. Karakteristik konsumen kedai kopi modern di lokasi penelitian didominasi oleh konsumen yang berusia 19-25 tahun, tingkat pendidikan terakhir/sedang dijalani adalah sarjana, pekerjaan sebagai wiraswasta, pendapatan > Rp 2.000.000/bulan.

3. Usia konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen sedangkan tingkat pendidikan dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

4. Faktor budaya dan faktor pribadi konsumen OmpuGende coffee shoptidak berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

6.2. Saran

1. Pemilik coffee shop

Diharapkan agar mempertahankan tampilan produk minuman kopi, menjaga kesesuaian harga dengan kualitas, mempertahankan ketersediaan area outdoor, dan lebih meningkatkan promosi dalam menjalankan usahanya agar konsumen yang berkunjung semakin meningkat dan usaha dapat bertahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Pemerintah

Diharapkan lebih meningkatkan promosi kopi melalui kegiatan festival dan memfasilitasi permodalan bagi pengusaha dalam pengembangan usaha kedai kopi modern.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menggali informasi yang lebih luas mengenai faktor sosial ekonomi ataupun faktor lainnya yang memiliki hubungan dengan perilaku konsumen.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, dan Kotler 2003. Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan.

Jakarta: PT. Indeks Gramedia

Adhi, Daniel Kartika dan Yohanes Suhardjo, 2013. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dan Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tual). Jurnal Akuntansi. Vol:5, No 3. Oktober 201. Semarang:

Jurnal Stie Semarang

C. Mowen, John dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta:

Erlangga.

Kasali , Rhenald. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Kotler dan Amstrong, Yudhi.2008, “Kualiatas Produk, Merek dan Desain Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio”.Jakarta: Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 3, Jun

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:

Erlangga

Kotler , Philip (2000). Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen, Jakarta:

Prenhalindo.

Kustiari , R. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia.Forum Penelitian Agro Ekonomi. 25 (1): 54.Murdijati Gardjito dan Dimas Rahadian A.M. 2011.Kopi.Di dalam : Minarsa, Osa. 2013.

Pengaruh Berbagai Metode Penyeduhan Dua Jenis Kopi Bubuk terhadap Kadar Kafein dan Aktivitas Antioksidan dalam Minuman Kopi.[ Jurnal].

Padang. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Andalas. 14 hal.

Nopirin. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Makro. Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta.

Mangkunegara , A.A. Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Noor , Henry Faizal .2013. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Rajawali Pers.

Peter , Olson. 2005. Consumer Behaviour and Marketing Strategy. New York:

Mc. Graw Hill. Rook.

Universitas Sumatera Utara

Permana , I Made Yogi. (2012) Skripsi Survei Tingkat Kepuasan Mahasiswa Sebagai Pengguna Perpustakaan di Institut Manajemen Telkom Dengan Menggunakan Metode LibQual Pada Tahun 2011. Bandung: Universitas Telkom

Rangkuti , Freddy.2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sangadji , E.M., dan Sopiah. 2013. Prilaku Konsumen: Pendekatan Praktis Disertai:Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sastradipoera, Komaruddin. 2003. Menejemen Marketing. Bandung: Kappa Sigma

Setiadi , J. Nugroho (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media

Setiadi , Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Simamora , Bilson. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Cetakan Ketiga.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan , Ujang. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Cetakan Pertama, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sumarwan , Ujang. 2004. Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Bogor, Ghalia Indonesia.

Suryani , Tatik. 2008. Perilaku Konsumen; Implikasi Pada Strategi Pemasaran.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tse dan Wilson. 1988. Dalam Nasution, M. Nur. 2004. Manajemen Jasa Terpadu.

Ghalia Indonesia

Umar , Husein. (2000). Riset Pemasaran Dan Penilaian Konsumen. Jakarta: PT GramediaPustaka.

Wahyudi , Nanang, dan Sonny Satriyono. (2017), Mantra Kemasan Juara, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Skoring Perilaku Konsumen Sampel

Sampel Skor Pernyataan Jumlah Skor Rataan

1 2 3 4 5 6 7

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Skoring Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumen Sampel

Universitas Sumatera Utara

Lampiran Hasil Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen(Usia, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan) dengan Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi Kopi di OmpuGende coffee shop

Lampiran 4. Hasil Uji Usia dengan Perilaku Konsumen Menggunakan Korelasi Rank Spearman

Correlations

Usia

Perilaku Konsumen Spearman's rho Usia Correlation

Coefficient

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 5. Hasil Uji Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Menggunakan Korelasi Rank Spearman Spearman's rho Tingkat Pendidikan Correlation

Coefficient

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Hasil Uji Pendapatan dengan Perilaku Konsumen Menggunakan Korelasi Rank Spearman

Correlations

Pendapatan

Perilaku Konsumen Spearman's rho Pendapatan Correlation

Coefficient

Lampiran 7. Hasil Uji Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen Menggunakan Korelasi Rank Spearman Spearman's rho Faktor Budaya Correlation

Coefficient

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Hasil Uji Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen Menggunakan Korelasi Rank Spearman

Correlations

Faktor Pribadi

Perilaku Konsumen Spearman's rho Faktor Pribadi Correlation

Coefficient

1.000 .187

Sig. (2-tailed) . .322

N 30 30

Perilaku Konsumen

Correlation Coefficient

.187 1.000

Sig. (2-tailed) .322 .

N 30 30

Universitas Sumatera Utara

Lampiran9.Suasana Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Minuman Kopi di Lokasi penelitian

Dokumen terkait