• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah :

1. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar mengonsumsi kopi.

2. Karakteristik konsumen coffee shop (usia, tingkat pendidikan dan pendapatan) berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

3. Faktor budaya dan faktor pribadi berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

.

25

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan seecara purposive (secara sengaja).

Penelitian ini dilakukan di OmpuGende coffee shopdengan pertimbangan coffee shop dianggap sebagai café terkini yang menyediakan free Wi-fi, parkir yang

cukup luas dengan kapasitas ±15 mobil, pengunjungnya cenderung konsumtif terhadap minuman kopi yang tersedia di Coffee Shop tersebut belakangan ini.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling, yaitu konsumen yang kebetulan berbelanja, mengonsumsi dan mengenal kopi di OmpuGendecoffee shop.Dilakukannya teknik accidental sampling karena jumlah populasi konsumen

kopi di OmpuGende coffee shopyang tidak terdata secara pasti, dengan besar sampel 30.

Sampel sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dari wawancara langsung dari sampel dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan

26

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) digunakan kuesioner dan metode skala Likert.Likert yaitu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survey.

Sewaktu menanggapi penyataan, konsumen menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Tabel 2. Indikator Perilaku Konsumen

No Indikator Skor mengonsumsi kopi yang khas dan sesuai selera

5 1

3 Frekuensi dalam mengonsumsi kopi. 5 1

4 Mencari publikasi terbaru tentang produk kopi.

5 1

5 Kepuasan dalam mengonsumsi kopi. 5 1

6 Penolakan terhadap produk selain kopi. 5 1

7 Keterikatan dengan produk kopi. 5 1

JUMLAH 35 7

Disediakan lima pilihan skala dengan format sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju dengan nilai skor satu 2. Tidak Setuju dengan nilai skor dua

3. Kurang Setuju dengan nilai skor tiga 4. Setuju dengan nilai skor empat 5. Sangat Setuju dengan nilai skor lima

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil skoring untuk melihat perilaku konsumen didaerah penelitian adalah sebagai berikut:

• >33 = sangat gemar mengonsumsi kopi

• 25-30 = gemar mengonsumsi kopi

• 17-24 = cukup gemar mengonsumsi kopi

• 10-16 = kurang gemar mengonsumsi kopi

• 4-9 = tidak gemar mengonsumsi kopi

Untuk identifikasi masalah (2)yaitu hubungan antara setiap karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi digunakan analisis korelasi Rank Spearman.Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya berskala ordinal.Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang dianalisis yaitu usia, tingkat pendidikan dan pendapatan per bulan.

Menurut Suharjo (2013), langkah yang dilakukan pada analisis ini yaitu meranking setiap variabel dalam bentuk skor kemudian dikuadratkan. Kemudian hasil-hasil kuadrat selisih ranking tersebut digunakan untuk proses perhitungan yang dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

𝑟𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑12 𝑛 (𝑛2 − 1)

Keterangan:

rs= koefisien korelasi rank spearman di= selisih peringkat setiap data n = jumlah data

28

Universitas Sumatera Utara

Diuji dengan uji signifikansi, dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

t = r

s

1−𝑟𝑛−2

𝑠2

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai Sig. ≥ α (0,05); H0 diterima dan H1 ditolak; (tidak ada hubungan)

Jika nilai Sig. < α (0,05); H0 ditolak dan H1 diterima; (ada hubungan). Kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel berkisar antar ±0,00 sampai

±1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.

Kemudian untuk mengukur kekuatan hubungannya yaitu dengan melihat nilai correlation coefficient dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 0,00-0,25 = korelasi lemah Nilai 0,26-0,50 = korelasi cukup Nilai 0,51-0,75 = korelasi kuat Nilai 0,76-0,99 = korelasi sangat kuat Nilai 1,00 = korelasi sempurna

Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis menggunakan metode Skala Likert yang ditentukan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti faktor budaya dan faktor pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Indikator faktor-faktor perilaku konsumen

Faktor Indikator Skor

Maksimum

Skor Minumum

Budaya • Kultur 5 1

• Sub-Kultur 5 1

• Kelas Sosial 5 1

Pribadi • Pekerjaan 5 1

• Keadaan Ekonomi

5 1

• Gaya Hidup 5 1

Jumlah 30 6

Setiap indikator pada tabel diatas dibuat dalam bentuk pernyataan yang akan dijadikan sebagai batasan-batasan untuk mempermudah konsumen dalam memberikan jawaban.

30

• Suku anda menjadikan kopi sebagai minuman wajib

• Kebiasaan anda berkumpul bersama rekan-rekan untuk mengonsumsi kopi

• Anda merasakan nyaman meghabiskan waktu dengan mengonsumsi kopi

1

• Pekerjaan anda tidak menghalangi anda tidak menghalangi untuk mengonsumsi kopi

• Pendapatan atau budget yang anda miliki digunakan untuk mengonsumsi kopi

• S

• Anda tertarik dengan gaya hidup yang menganggap kopi sebagai minuman bergengsi

1

Universitas Sumatera Utara

Setelah hasil skoring dilakukan kemudian dilakukan Analisis Korelasi Rank spearman.Untuk melihat hubungan hubungan antara faktor budaya dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi. Dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berikut :

𝑟𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑12 𝑛 (𝑛2 − 1) Keterangan:

rs= koefisien korelasi rank spearman di= selisih peringkat setiap data n = jumlah data

Diuji dengan uji signifikansi, dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

t = rs

1−𝑟𝑛−2

𝑠2

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai Sig. ≥ α (0,05); H0 diterima dan H1 ditolak; (tidak ada hubungan)

Jika nilai Sig. < α (0,05); H0 ditolak dan H1 diterima; (ada hubungan).Kemudian untuk mengukur kekuatan hubungannya yaitu dengan melihat nilai correlation coefficient dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 0,00-0,25 = korelasi lemah Nilai 0,26-0,50 = korelasi cukup Nilai 0,51-0,75 = korelasi kuat Nilai 0,76-0,99 = korelasi sangat kuat Nilai 1,00 = korelasi sempurna

32

Universitas Sumatera Utara

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Konsumen adalah orang yang berbelanja kopi dan mengenal kopi di tempat penelitian yang menjadi sampel.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya dan faktor pribadi.

3. Faktor budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh anggota, masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya.

4. Faktor pribadi adalah pengaruh pribadi diekspresikan melalui cara tradisional yang dijadikan acuan sebagai pemimpin opini, artinya adalah orang dapat dipercaya yang diacu sebagai pemberi pengaruh, diterima sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian.

5. Perilaku konsumen adalah tindakan langsung/ sikap konsumen dalam membeli dan mengonsumsi kopi yang berdasarkan pegaruh faktor-faktor tertentu..

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir konsumen kopi di tempat penelitian.

Universitas Sumatera Utara

7. Pendapatan adalah sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung mau pun tidak langsung.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Ompu Gende Coffee Shop di Kota Medan yaitu di Jalan Setiabudi, Komplek Taman Setia Budi Indah 1, Kecamatan Medan Sunggal.

2. Waktu Penelitian tahun 2020

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli dan mengonsumsi kopi.

34

34

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografi

Penelitian dilakukan di OmpuGende coffee shoptepatnya berlokasi di Komplek Taman Setia Budi Indah 1 Blok E No.76, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara, 98º.35’- 98º.44’

Bujur Timur. Kota Medan 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas kota Medan sebelah utara, selatan barat dan timur dengan kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Barat, Timur, Selatan.Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia pada tahun 2011 berkisar antara 23,2 º C – 24,2 C dengan suhu maksimum berkisar antara 31,6 C – 35,8 C dan suhu maksimum berkisar 29,1 C-32,9 C.

4.1.2 Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara

Universitas Sumatera Utara

geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0 – 5%. Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

4.1.3 Penduduk

Kecamatan Medan Selayang mempunyai penduduk sebesar 106.150 jiwa yang dikelompokkan menurut jenis kelamin sebanyak 52.433 (Laki-Laki) dan 53.717 (Perempuan). Luasnya adalah 12.81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 8.286,49493 jiwa/km².

4.2 Sejarah OmpuGende coffee shop

OmpuGende coffee shop adalah salah satu usaha rumahan di Kota medan yang dibuka pada tahun 2017.Lokasi awal yang didirikan pemilik berada dijalan sei belutu dan belum menjadi coffee shop hanya gerobak kopi biasa, usaha ni berjalan ± 5 bulan.

Kemudian pindah ke beberapa tempat.Awalnya pemilik hanya seorang barista dan penikmat kopi, tidak berencana untuk membuka coffee shop tersebut.Hal pertama ketika ide membuka kedai kopi/coffee shop itu datang yang ditentukan oleh mereka adalah market dengan membidik kalangan pelajar dan mahasiswa mereka mulai menyusun sebuah rencana dengan melakukan survey dan meeting crew.Hingga akhirnya lahirlah konsep OmpuGende coffee shop yang menurut mereka mampu

36

Universitas Sumatera Utara

menjawab kebutuhan para pelajar dan mahasiswa yang ingin menikmati waktu bersama teman-temannya.Secara basicmereka bukan barista handal, tetapi mereka sebelumnya sudah mendalami tentang kopi dan belajar menyeduh kopi, sambil terus membenahi manajemen mereka berusaha menyediakan menu yang cocok baik dari segi harga dan rasa kepada para pelanggan.

Pada saat awal dibukanya OmpuGende coffee shop, promosi yang dilakukan pertama kali oleh pihakOmpuGende coffee shop yaitu dengan caramenyebarkan brosur, memasang spanduk iklan dan juga mengunggah ke dalam media sosial. Saat ini OmpuGende Coffee Shop mampu memperkerjakan 15 karyawan.Dalam sehari cafeini dikunjungi ± 100 sampai 150 pengunjung dengan rata-rata 100 transaksi setiap harinya.Jika Sabtu dan Minggu malam bisa dipastikan jumlah pengunjung bertambah dari jumlah biasanya. OmpuGende coffee shop terdiri dari 2 spot favourite yaitu lesehan outdoor dan lesehan indoor.

Dari segi fasilitas, tentu saja fasilitas yang ditawarkan membuat kita akan betah berlama-lama disini sebut saja ada free wifi , parkiran yang cukup luas dengan muatan ± 15 mobil, tersedia freeinfused water yang biasa digunakan untuk menetralisir rasa pahit setelah minum kopi, games. OmpuGende coffee shop memiliki spesialis pada straw atau sedotan yang digunakan yaitu stainless straw/ sedotan alumunium dengan tujuan ikut melestarikan lingkungan.Meskipun berkonsep cafe namun OmpuGende Coffe Shop juga menyediakan ruangan meeting yang nyaman.

Namun, pemilik belum berencana untuk membuka cabang di tempat lain dikarenakan tidak bersedia dengan adanya campur tangan orang lain/ sistem partnership.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Karakteristik Sampel

4.3.1 Karakteristik Sampel Minuman KopiOmpuGende Coffee Shop

Karakteristik sampel merupakan sejumlah ciri konsumen yang melakukan pembelian produk minuman kopi pada Coffee Shop terpilih yang dirangkum berdasarkan hasil survey di lapangan.Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dariusia, tingkat

pendidikan dan pendapatan konsumen dalam mengonsumsi minuman kopi di OmpuGende Coffee Shop.

1. Berdasarkan Usia

Pengelompokan karakteristik sampel berdasarkan usia dibagi menjadi 4 batasan usia yang diperoleh melalui perhitungan yang disesuaikan dengan data hasil survey di lapangan. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang.Karakteristik sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel5.

Tabel 5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia No. Usia

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyak berada pada rentang usia 19-25 tahun atau kategori pemuda yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).Sampelusia 31-35 tahun merupakan sampel yang paling sedikit menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung Coffee Shopdi lokasi penelitian adalah kalangan pemuda yang pada

38

Universitas Sumatera Utara

umumnya merupakan usia produktif pekerja muda yang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melakukan pembelian di Coffee Shop.

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menentukan pendapatan dan status sosial yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. Hal ini akan membuka pandangan baru bahwa kebiasaan minum kopi tidak hanya dapat dilakukan dirumah pada sore hari setelah lelah seharian bekerja melainkan dapat juga dilakukan di kedai kopi/coffee shop di sela-sela waktu istirahat kerja. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang) kopi/coffee shop di lokasi penelitian adalah sampel dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Kategori ini merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani adalah sarjana/S1.

Universitas Sumatera Utara

3. Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor paling krusial dalam mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena dapat menentukan kemampuan seseorang dalam membeli sesuatu.Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1. <Rp.500.000,00 0 0,00

2. Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 1 3,33 3. Rp.1.000.000,00 s/d

Rp.2.000.000,00

9 30,00

4. >Rp.2.000.000,00 19 63,30

Jumlah 30 100

Sumber: Dari Lampiran 1

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah sampel dengan tingkat pendapatan >Rp.2.000.000,00 yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Kategori pendapatan ini merupakan kelompok terbesar/terbanyaksampel yang bersedia membeli kopi di lokasi penelitian.

39

39

Universitas Sumatera Utara

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perilaku Konsumen dalam mengonsumsi kopi

Untuk melihat beberapa perilaku konsumen sampel di lokasi penelitian dapat digunakan beberapa indikator dan kriteria sebagai berikut :

• >33 = sangat gemar mengonsumsi kopi

• 25-30 = gemar mengonsumsi kopi

• 17-24 = cukup gemar mengonsumsi kopi

• 10-16 = kurang gemar mengonsumsi kopi

• 4-9 = tidak gemar mengonsumsi kopi

Berdasarkan hasil skoring prilaku konsumen sampel di lokasi penelitian maka diperoleh :

Total Skor = 833 Total Sampel = 30

Rata-Rata = Total Skor : Total Sampel Rata-Rata = 833 : 30

Rata-Rata = 27,76

Hasil Penelitian, data diolah pada lampiran 2

Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen di lokasi penelitan adalah gemar mengonsumsi kopi.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Analisis Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen (usia, tingkat pendidikan dan pendapatan) dengan Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi kopi

Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang berperan sebagai pembentuk perilaku seorang konsumen dalam membeli dan mengonsumsi minuman kopi di coffee shop. Karakteristik konsumen yang akan diuji adalah usia, tingkat pendidikan

dan pendapatan. Karakteristik ini diukur dalam skala data ordinal.Karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi yang dilihat dari perilaku konsumen untuk membeli minuman kopi di coffe shop. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing karakteristik konsumen dengan perilaku konsumen maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman yang diuraikan berikut ini:

5.2.1 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara usia dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen Correlations

Usia Perilaku Konsumen Spearman's rho Usia Correlation

Coefficient

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

41

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara usia dengan perilaku konsumen adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,032 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong kategori lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,392. Lemahnya hubungan disebabkan karena mayoritas pengunjung coffee shop berdasarkan data survey adalah konsumen dengan kategori pemuda, yang mana kategori ini memiliki sifat cenderung homogen, tidak konsisten terhadap satu pilihan dan cenderung selalu ingin mencoba produk yang baru.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa usia konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan perilaku konsumen.

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: SMP/SMA, Diploma dan Sarjana.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Correlations

Tingkat Pendidikan

Perilaku Konsumen Spearman's rho Tingkat Pendidikan Correlation

Coefficient

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,118.

Tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,536 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

Hal ini dikarenakan, pada umumnya coffee shopdi lokasi penelitian masih belum sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen masih sering mencari publikasi terbaru tentang kopi dengan melakukan pencarian/pelacakan terhadap kopi yang berkualitas .

43

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen

Pendapatan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang. Untuk melihat hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 1&2 (diolah)

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan perilaku konsumen adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,484 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.Melalui nilai correlation coefficient antara pendapatan dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,133.Artinya tingi rendahnya pendapatan konsumen, tidak berhubungan dengan perilaku konsumen yang dikarenakan harga minuman kopi pada lokasi penelitian tergolong cukup murah dibandingkan coffee shop lainnya dan tidak banyak jenisnya sehingga tidak membatasi pendapatan konsumen untuk membeli dan memilih jenis kopi pada coffee shop tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

5.2.4 Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 2&3 (diolah)

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara faktor budaya dengan perilaku konsumen adalah sebesar -0,208.

Faktor budaya dengan perilaku konsumen dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,271 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa faktor budaya konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen

45

Universitas Sumatera Utara

tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai teori kotler ( 2005)yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor budaya dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan tidak ada perbedaan budaya yang signifikan terhadap perilaku konsumen kopi di lokasi penelitian dalam membeli minuman kopi.

5.2.5 Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen Correlations

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 2&3 (diolah)

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 30 sampel menunjukkan korelasi Rank Spearman antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen adalah tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,322 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05. Melalui nilai correlation coefficient antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen adalah sebesar 0,187.Artinya, pekerjaan dan budget konsumen kopi di lokasi penelitian tidak mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi kopi, serta konsumen kopi di lokasi

Universitas Sumatera Utara

penelitian tidak menganggap minuman kopi adalah bagian dari gaya hidup yang ada ramai seperti sekarang ini.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa faktor pribadi konsumen OmpuGende coffee shop berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori teori Kotler (2005)yang menyatakan bahwa faktor pribadi berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

47

47

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar

1. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar

Dokumen terkait