• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI KOPI DIOMPUGENDE COFFE SHOP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI KOPI DIOMPUGENDE COFFE SHOP."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI

KOPI DIOMPUGENDE COFFE SHOP.

SKRIPSI

OLEH :

ANNISA INTAN MUTIA SIPAHUTAR 160304022

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

ii

Universitas Sumatera Utara

(3)

iii

Universitas Sumatera Utara

(4)

iv

Universitas Sumatera Utara

(5)

v

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ANNISA INTAN MUTIA S (160304022/AGRIBISNIS) dengan judul

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI KOPI DI OMPUGENDE COFFE SHOP. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. M. Jufri, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi; menganailisishubungan karakteristik sosial dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi; dan menganalisis hubungan faktor kebudayaan dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di Ompu Gende Coffee Shop.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar mengonsumsi kopi; umur berhubungan nyata dengan perilaku konsumen, sedangkan tingkat pendidikan dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi; Faktor budaya dan faktor pribadi konsumen tidak berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian.

Kata Kunci:Perilaku, Konsumen, Konsumsi, Kopi, Umur

(6)

ii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ANNISA INTAN MUTIA S (160304022/AGRIBUSINESS) with the tittle is RELATIONSHIP ANALYSIS OF ECONOMIC SOCIAL FACTORS WITH CONSUMER BEHAVIOR IN CONSUMING COFFEE IN OMPUGENDE COFFE SHOP.Supervised by Bapak Ir. M. Jufri, M.Si as the Chief Supervisor and Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si as the member of the Supervisor.

This research is aimed to describe the behavior of consumers in consuming coffee; analyze the relationship of social characteristics with consumer behavior in consuming coffee; and analyze the relationship between cultural factors and personal factors with consumer behavior in consuming coffee at Ompu Gende Coffee Shop.The results shows that consumer behavior in consuming coffee at the study location was fond of consuming coffee; age is significantly related to consumer behavior, while education level and income are not significantly related to consumer behavior in consuming coffee; Cultural factors and personal factors of consumers are not significantly related to consumer behavior in consuming coffee at the study site.

Keywords : Behavior, Consumers, Consumption, Coffee, Age

(7)

iii

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Annisa Intan Mutia Sipahutar, lahir di Sibolga pada tanggal 18 Juli 1998. Penulis merupakan anak sulung dari Bapak M. Asri Sipahutar dan Ibu Dewi Rezeki.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2003 masuk TK Nurul AziziMedan dan lulus pada tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk SDSwasta Supriyadi Medan dan lulus pada tahun 2010.

3. Tahun 2010 masuk SMP Swasta Al-Fityan School Medan dan lulus pada tahun 2013.

4. Tahun 2013 masuk SMA Negeri 5Binjai dan lulus pada tahun 2016.

5. Tahun 2016 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Batu Jon-Jong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli 2019 – Agustus 2019.

7. Melaksanakan Penelitian di OmpuGende Coffee Shop, Kecamantan Medan Selayang pada bulan Desember 2019 sampai bulan Februari 2020.

(8)

iv

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGONSUMSI KOPI DI OmpuGende Coffee Shop.”. Dengan studi kasus konsumen kopi di OmpuGende coffee shop , Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. M. Jufri, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh instansi dan sampel yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan.

(9)

v

Universitas Sumatera Utara

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda M. Asri Sipahutar dan Ibunda Dewi Rezeki atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada Adik Aulia Rahmi Nauli dan Reza Phahlevi Nauli atas semangat yang tak henti-hentinya diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Program Studi Agribisnis Angkatan 2016 khususnya Fanny Shafira, Siti Shafira Nurulita, Jea Menda Mebinasari, Agnes Siregar, Yolanda Simanjuntak, Bania Ahmad, Sp., dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempruna.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Mei 2020

(10)

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 6

2.2.1 Teori Sikap dan Perilaku ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen ... 12

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13

2.3 Penelitian Terdahulu ... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

2.5 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 26

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 32

3.5.1 Definisi ... 32

3.5.2 Batasan Operasional ... 33

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografi ... 34

4.1.2 Medan Selayang ... 34

4.1.3 Penduduk ... 34

4.2 Sejarah OmpuGende coffee shop ... 34

4.3 Karakteristik Sampel ... 37

(11)

vii

Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Karakteristik Sampel Minuman KopiOmpuGende Coffee Shop ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Perilaku Konsumen dalam mengonsumsi kopi ... 39

5.2Analisis Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen (umur, tingkat pendidikan dan pendapatan) dengan Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi kopi ... 40

5.2.1 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen ... 40

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen ... 41

5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen ... 43

5.2.4 Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen ... 44

5.2.5 Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2012-2016 2

2. Indikator Perilaku Konsumen 26

3. Indikator faktor-faktor perilaku konsumen 29

4. Pernyataan Indikator 30

5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia 37

6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 38

7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan 39

8. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen 40

9. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen 42

10. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen 43

11. Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen 44

12. Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen 45

(13)

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran 23

2 Suasana Lokasi Penelitian Lampiran

3 Minuman Kopi di Lokasi penelitian Lampiran

(14)

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Karakteristik Konsumen Sampel

2 Skoring Perilaku Konsumen

3 Skoring Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan PerilakuKonsumen

4 Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen dengan Perilaku Konsumen

5. Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen

6. Suasana Lokasi Penelitian

7. Minuman Kopi di Lokasi penelitian

(15)

1

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis yang sesuai untuk sektor pertanian.

Meliputi hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.Kopi sebagai salah satu produk agroindustri merupakan minuman yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.Tingginya produksi kopi di Indonesia sebagai negara penghasil dan pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolombia (Kustiari, 2007).

Kopi pertama kali diteliti oleh seorang ilmuwan dari Bukhara bernama Ibnu Sina.Pada abad ke10 Ibnu Sina menemukan suatu kandungan yang terdapat dalam minuman kopi yang disebut bunchum.Bunchum ialah kandungan yang saat ini kita kenal bernama kafein.Sejak saat itu penelitian mengenai kopi terus dilanjutkan, seperti kandungan yang terdapat dalam kopi (Gardjito dan Rahadian, 2011).

Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak pertama kali Sistem Tanam Paksa oleh pemerintah Belanda, mulanya minum kopi merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, seiring perkembangannya, masyarakat Indonesia pun mulai gemar meminum kopi.

Awalnya, minum kopi hanya dilakukan oleh orang dewasa hingga usia lanjut dan didominasi oleh pria, tetapi saat ini anak muda ikut mendominasi minum kopi, baik yang berjenis kelamin pria ataupun wanita.

Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan pola sosial masyarakat dalam mengosumsi kopi, juga ditunjang dengan harga yang

(16)

2

Universitas Sumatera Utara

terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa/citarasa yang sesuai dengan selera konsumen. Hal ini dapat dilihat dari data yang dibuat oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia sebagai berikut:

Tabel 1. Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2012-2016 No. Tahun

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kebutuhan Kopi (Kg)

Konsumsi Kopi (Kg/Kapita/tahun)

1 2012 245.000.000 230.000.000 0.94

2 2013 249.000.000 250.000.000 1.00

3 2014 253.000.000 260.000.000 1.03

4 2015 257.000.000 280.000.000 1.09

5 2016 260.000.000 300.000.000 1.15

Sumber: Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia.

Berdasarkan Tabel 1 diatas diperoleh informasi secara umum yang menunjukkan bahwa perkembangan tingkat konsumsi kopi di Indonesia 5 tahun terakhir terus meningkat.Hal ini membuat seluruh sub-sektor agribisnis terus dikembangkan untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen terhadap kopi, yang mana hal ini berdampak pada maraknya pelaku bisnis kedai kopi yang muncul.

Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan dengan jumlah pendudukan yang terus meningkat. Kota Medan menjadi tempat yang sangat potensial untuk memasarkan produk akhir kopi dalam segala jenis.Seiring berjalannya waktu peningkatan jumlah warung yang memasarkan produk akhir kopi tumbuh secara pesat untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kota Medan.Pertumbuhan penduduk di Kota Medan yang begitu pesat dan meningkatnya jumlah penikmat kopi membuat sebuah peluang bisnis yang sangat baik untuk membuka warung- warung kopi.

Berbicara mengenai kopi maka tidak terlepas dengan kedai kopi. Di Indonesia, masyarakat lebih memilih untuk menikmati kopi di kedai kopi dan menjadikannya

(17)

Universitas Sumatera Utara

sebagai tempat pertemuan atau meeting point. Tempat dan suasana yang nyaman membuat konsumen betah untuk berlangganan secara terus menerus (loyal).Konsumen pada umumnya lebih memilih kedai kopi yang berfasilitas lengkap dan memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.Salah satunya, wifi yang merupakan hal yang menjadi kebutuhan banyak orang saat ini.Itulah mengapa peneliti memilih OmpuGende Coffee Shop sebagai lokasi penelitian.

Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki peran yang benar-benar memberikan ruang untuk berkreasi, berdiskusi, hiburan walaupun muncul konflik- konflik kecil didalamnya.Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda.Aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rhenald Kasali (2010) yang menyatakan bahwa ngopi kini bukan sekedar untuk menghilangkan kantuk, tapi sebagai bagian gaya hidup dimana coffee shop menjadi tempat berkumpul yang amat diminati.

Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat melalui bertemunya beragam orang, suku, agama, lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur.Dalam pandangan yang lebih luas, kedai kopi juga bagian dari sub-kultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru.Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor budaya dan pribadi.

Faktor budaya yang meliputi: kultur, sub-kultur, dan kelas sosial dan faktor pribadi yang meliputi: pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup. Pembelian konsumen juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Sebagian

(18)

4

Universitas Sumatera Utara

pemasar tidak dapat mengendalikan karakteristik seperti : usia, tingkat pendidikan dan pendapatan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubunganfaktor budaya dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi dan hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen (usia, tingkat pendidikan dan pendapatan) dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi. Dengan judul penelitian : “Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Konsumen Dalam Mengonsumsi Kopi Di Ompugende Coffee Shop”.

1.2 Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian?

2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen (usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan) dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi?

3. Bagaimana hubungan faktor budaya dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi?

(19)

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguraikan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi

penelitian.

2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen (usia,tingkat pendidikan, dan pendapatan) dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi.

3. Untuk menganalisis hubungan faktor budaya dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang memiliki minat terhadap perilaku konsumen kopi.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pemerintah dalam hal pengambilan kebijakan berkaitan dengan konsumsi kopi.

3. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(20)

6

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku

Definisi mengenai sikap menurut Schiffman dan Kanuk dalam Susanta (2008)“Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu.”

Menurut Daniel Kazt dalam Naika F. Nababan (2005), mengemukakanbahwa ada empat fungsi sikap, yaitu:

1. Fungsi Utilitarian (The Utilitarian Functiont)

Seseorang yang menyatakan sikapnya terhadap suatu produk karenaa menginginkan manfaat produk tersebut atau untuk menghindari resiko produk.Manfaat produk menyebabkan konsumen menyukai produk tersebut.

2. Fungsi Mempertahankan Ego (The Ego-Defensive Functiont)

Berfungsi dalam melindungi seseorang terhadap gangguan baik dari dirinya sendiri maupun dari luar.Sikap itu dapat meningkatkan rasa aman dan menghilangkan keraguan konsumen dalam menentukan pilihan terhadap produk.

3. Fungsi Ekspresi Nilai (The Value-Expresive Functiont) Fungsi yang menyatakan nilai-nilai atau gaya hidup dan identitas sosial seorang konsumen, misalnya dalam merawat kecantikan rambut.

Sedangkan,menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

(21)

Universitas Sumatera Utara

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Sopiah dan Sangadji (2013) menyimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah:

1. Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide) untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.

2. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian, dan penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul.

3. Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan,mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu perasaan puas atau tidak puas.

2.2 Landasan Teori

Konsumen yang suka bersikap positif terhadap suatu produk akan cenderung memiliki keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk yang disukainya tesebut. Sebaliknya, kalau konsumen bersikap negatif terhadap suatu produk, maka biasanya akan tidak memperhitungkan produk tersebut sebagai

(22)

8

Universitas Sumatera Utara

pilihan pembelian, bahkan tidak jarang akan menyampaikan ketidaksukaannya tersebut kepada teman, kerabat atau tetangganya (Tatik Suryani, 2008).

Istilah konsumen yang sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen individu mungkin juga membeli barang dan jasa untuk hadiah teman, saudara, atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya utuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya (Sumarwan, 2004).

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga.Salah satu konsep permintaan dalam pasar adalah permintaan konsumen. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintaan dalam pasar (Umar,2000).

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan. Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa “apabila harga suatu barang turun maka permintaan konsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang

(23)

Universitas Sumatera Utara

itu menurun”, apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta tidak berubah (Nopirin,2012).

Perilaku konsumen bersifat dinamis, artinya konsumen bergerak sepanjang waktu, implikasinya adalah generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu, produk, dan konsumen tertentu. Dalam strategi pemasaran berarti strategi yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda, untuk situasi yang berbeda. Strategi yang berhasil untuk titik tertentu dapat saja gagal pada titik yang lain. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh (afeksi) dan (kognisi), perilaku dan kejadian di sekitar.

Menurut Simamora (2008), faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan (kultur, sub-kultur, kelas sosial), faktor pribadi (usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,). Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan paling penting terhdap perilaku konsumen.

Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial.

Pengetahuan menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi,2003).

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran dan status konsumen.Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.Kelompok

(24)

10

Universitas Sumatera Utara

mempunyai pengaruh langsung dan seseorang yang menjadi anggotanya disebut acuan.Kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.Keluarga adalah dua atau lebih orang yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama.Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Peran dan status merupakan posisi seseorang menjadi anggota kelompok, keluarga, klub, dan organisasi (Simamora,2008).

Menurut Suryani (2008), kelas sosial didefenisikan sebagai pembagi anggota- anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota-anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai kesamaan. Untuk menentukan kelas sosial, maka indikator tentang kelas sosial harus dirumuskan dengan jelas. Terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur kelas sosial antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

Kebutuhan dapat didefenisikan sebagai suatu kesenjangan atau bertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya (Mangkunegara, 2002).

Sumarwan (2003) menerangkan teori kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terbentuk dari model diskonfirmasi ekspektasi, yaitu menjelaskan bahwa kepuasan atau ketidakpuasaan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan pelanggan sebelum pembelian dengan sesungguhnya yang

(25)

Universitas Sumatera Utara

diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tersebut.Harapan pelanggan saat membeli sebenarnya mempertimbangkan fungsi produk tersebut (product performance). Fungsi produk antara lain:

a. Produk dapat berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Bila hal ini terjadi maka pelanggan akan merasa puas.

b. Produk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, disebut konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberi rasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan sehingga pelanggan akan memiliki perasaan netral.

Menurut Permana (2012), skala yang digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang diberikan konsumen dalam penelitian ini adalah skala ordinal, skala ordinal sering juga disebut sebagai skala peringat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkat obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu.Misalnya tingkat persepsi seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5= sangat setuju, 4= setuju, 3= netral, 2= tidak setuju, 1= sangat tidak setuju. Setelah diperoleh jawaban-jawaban dari skala ordinal, selanjutnya data yang diperoleh dibuat ke dalam bentuk skala rasio, yang dimana dibuat ke dalam bentuk persen untuk melihat seberapa besar perbedaan jawaban dari masing- masing konsumen.

(26)

12

Universitas Sumatera Utara

Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran.Otomatis, riset perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran (Freddy Rangkuti 2004).

2.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen

Pembelian konsumen sangat dipengaruhi karakteristik konsumen.Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan karakteristik seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya. Berikut akan dijabarkan beberapa karakteristik yang memperngaruhi konsumen dalam mengonsumsi kopi :

1. Usia

Orang membeli barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Secara umum, umur juga mempengaruhi selera akan makanan dan segala macam keperluan semasa hidup. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar, pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.

3. Pendapatan

Pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan.

(27)

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa barang dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika pendapatan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods) (Setiadi, 2003).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi prilaku konsumen yaitu :(Kotler dan Armstrong, 2003).

1. Faktor Budaya

Budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh anggota, masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya (Kotler dan Amstrong, 2008).

Budaya dipelajari sebagai bagian dari pengalaman sosial.Hal tersebut diperoleh dari belajar formal, informal, dan teknis.Budaya dikomunikasikan kepada masyarakat melalui bahasa umum dan melalui simbol yang diketahui umum.Karena pikiran manusia memiliki kemampuan untuk menyerap dan memproses komunikasi secara simbolik.Elemen-elemen budaya di transmisikan oleh 3 (tiga) lembaga persuasive yaitu keluarga, agama, dan sekolah. Lembaga sosial keempat yang memiliki peranan penting dalam transmisi budaya adalah media massa baik melalui isi editorial, maupun iklan (Henry Faizal Noor, 2010).

Kebudayaan adalah kompleks yang secara garis besar dibagi menjadi:

a. Kultur, yaitu determinan yang paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang yang berupa serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi dan perilaku

(28)

14

Universitas Sumatera Utara

melalui keluarganya atau lembaga-lembaga kunci lainnya. Pemasar selalu berusaha menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang mungkin diinginkan orang.

b. Sub-kultur, yaitu mencakup kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis. Sub-kultur dapat didefenisikan sebagai kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum c. Kelas sosial, didefenisikan sebagai anggota masyarakat menjadi sebuah

hierarki dan kelas-kelas status berbeda, sehingga anggota dari suatu kelas memiliki status yang relatif sama dan bila dibandingkan dengan anggota kelas yang lain akan memilki status yang lebih tinggi atau rendah. Kelas sosial (social class) adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama (Kolter dan Amstrong, 2008).

2. Faktor Pribadi

Pengaruh pribadi diekspresikan melalui cara tradisional yang dijadikan acuan sebagai pemimpin opini, artinya adalah orang dapat dipercaya yang diacu sebagai pemberi pengaruh, diterima sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian.Karakter pribadi yang dimiliki oleh setiap orang akan berbeda, perbedaan kepribadian ini akan membuat adanya cara pandang yang berbeda terhadap suatu permasalahan yang sama, sehingga persepsi ini akan mencerminkan sikap dan kebiasaan seseorang yang tidak akan dimiliki oleh orang lain secara sama.

(29)

Universitas Sumatera Utara

a. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang gunakan.Para pekerja kerah biru cenderung membeli pakaian kerja, sepatu kerja dan kotak makanan.

Seseorang presiden perusahaan akan membeli pakaian mahal, perjalanan udara, dan keanggotaan country club. Tingkat kebutuhan konsumen dapat diidentifikasi berdasarkan pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata dalam produk dan jasa.

b. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung (Setiadi, 2010).

c. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang.Gaya hidup menggambarkan

“seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan.Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka (Mowen dan Minor, 2002).

3. Faktor Sosial

Perilaku seseorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial sepertikelompok referensi, keluarga serta peran dan status.

(30)

16

Universitas Sumatera Utara

1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi (reference group) seseorang adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung disebut kelompok keanggotaan (membership group). Beberapa kelompok keanggotaan yaitu :

a.Kelompok Primer (primary group), dengan siapa seseorang berinteraksi dengan apa adanya secara terus menerus dan tidak resmi, seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja.

b.Kelompok Sekunder (secondary group), seperti agama, professional, dan kelompok persatuan perdagangan, yang cenderung lebih resmi dan memerlukan interaksi yang kurang berkelanjutan.

c. Kelompok Aspirasional (aspirational group) adalah kelompok yang ingin diikuti oleh orang itu.

d. Kelompok Diasosiatif (dissosiative group), memisahkan diri adalah kelompok yang nilai dan perilakunya ditolak oleh orang tersebut (Kotler dan Keller, 2009).

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara, yaitu :

a. Kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru.

b. Kelompok referensi juga mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin “menyesuaikan diri”.

(31)

Universitas Sumatera Utara

c. Kelompok referensi menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang (Setiadi, 2010).

2. Keluarga

Secara tradisional keluarga didefenisikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi yang memiliki tempat tinggal bersama.Dan secara dinamis, individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka (Schiffman, 2004).

Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan membeli, yaitu:

a. Keluarga orientasi yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.

b. Keluarga prokreasi yang merupakan pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli yang konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif (Setiadi, 2010).

3. Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya bersama keluarga, klub, dan organisasi.Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam istilah peran dan status.Peran (role) terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang.Setiap peran menyandang status.Sedangkan status yaitu pengakuan umum masyarakat sesuai dengan peran yang dimainkan.

(32)

18

Universitas Sumatera Utara

4. Faktor Psikologis

Ada 4 (empat) faktor utama yang dapat mempengaruhi pilihan pembelian seseorang, yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap pembeli itu sendiri.

a. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang dari dalam diri manusia yang membuat dirinya melakukan sesuatu.Dorongan tersebut disebabkan oleh sesuatu kebutuhan yang belum terpenuhi (Kotler Armstrong, 2008).

Motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya ( Malayu, 2007). Ahli perilaku konsumen setuju bahwa kebanyakan konsumen mengalami jenis kebutuhan dan motif yang sama, namun cara menyatakan berbeda- beda. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat.Oleh sebab itu, pengertian tentang motif manusia sangat penting untuk pengambilan keputusan.Motif juga memungkinkanuntuk meramal perilaku manusia dipasar.

Motif (motive), dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari keputusan (Kotler dan Amstrong, 2008).

Motivasi dibagi kedalam beberapa bentuk yaitu :

1. Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan tingkat kepuasan tertentu.

2. Motivasi negatif merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti atau mendorong untuk melakukan sesuatu secara terpaksa.

(33)

Universitas Sumatera Utara

3. Motivasi rasional merupakan perilaku konsumen yaitu memilih tujuan berdasarkan kriteria, seperti ukuran, berat, harga dan lain-lain.

4. Motivasi emosional (irrasional) merupakan pilihan atas tujuan dengan kriteria bersifat subjektif, misalnya kebanggaan, status dan lain-lain. Teori Maslow mengenai motivasi yaitu “kebutuhan manusia diatur sesuai dengan hierarki, dari kekuatan yang penting dan sampai kekuatan yang tidak begitu mendesak”.

Maslow mengemukakan teorinya yaitu kebutuhan manusia tersusun dalam sebuah hierarki.

b. Persepsi

Persepsi merupakan proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti (Kotler dan Amstrong, 2008). Pada hakikatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya sesuatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2005).Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi :

1. Perhatian yang selektif 2. Gangguan yang selektif

3. Mengingat kembali yang selektif

(34)

20

Universitas Sumatera Utara

c. Pembelajaran

Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalaman dimasa lalu (Setiadi, 2003). Pembelajaran merupakan suatu perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.Cara individu belajar merupakan hal yang sangat menarik dan penting bagi para akademisi, psikolog, peneliti mengenai konsumen dan pemasar.

d. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu (Kotler dan Amstrong, 2008).Dengan melakukan dan lewat pembelajaran, orang- orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Pada gilirannya, kedua hal ini akan mempengaruhi perilaku membeli mereka. Sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relative konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide (Kotler dan Amstrong, 2008).

Sikap merupakan determinan perilaku karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi (Winardi, 2004).Sikap juga merupakan suatu kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas.Sikap tersebut timbul dari pengalaman, tidak dibawa dari lahir tetapi merupakan hasil dari belajar.Melalui sikapnya konsumen juga bisa mengevaluasi merek tertentu secara keseluruhan dari yang paling jelek sampai yang paling baik.

a. Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Effendy dkk (2018) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Buah Jeruk Impor Di Kota Palu, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor

(35)

Universitas Sumatera Utara

yang terdiri dari selera, pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan terhadap perilaku konsumen.

Menurut hasil penelitian Nirmasari Sigit (2015) yang berjudul Hubungan Faktor- Faktor Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi Kopi Di Kota Bandung, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.

Menurut hasil penelitian Anggiat A.G. Silalahi(2001) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Teh Celup Dan Implikasinya Pada Strategi Pemasaran Di Daerah Kota Madya Bogordengan tujuan penelitian untuk menguraikan perilaku konsumen rumah tangga terhadap produk minuman teh celup.

Menurut hasil penelitian Bania Ahmad(2019) yang berjudul Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Konsumen Kopi (Kasus: Konsumen Kedai Kopi Modern di Kota Padangsidimpuan) dengan tujuan penelitian untuk menguraikan kondisi karakteristik konsumen kedai kopi modern di Kota Padangsidimpuan.

b. Kerangka Pemikiran

Konsumen akan mengonsumsi sesuatu ketika merasa membutuhkannya dan memenuhi keinginannya terhadap suatu komoditi. Budaya konsumsi kopi ini biasanya dilakukan masyarakat di warung kopi.Seiring dengan perkembangannya istilah baru untuk menyebut warung kopi dengan sebutan kedai kopi. Minum kopi bukan hanya sekedar tuntutan selera, melainkan bagi sebagian masyarakat perkotaan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Adapun konsumen yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah seseorang yang kebetulan sedang membeli dan mengonsumsi kopi di coffe shop yang telah

(36)

22

Universitas Sumatera Utara

ditentukan sebagai lokasi penelitian. Konsumen dalam membeli dan mengonsumsi kopi dipengaruhi oleh beberapa karakteristik sosial ekonomi seperti usia, tingkat pendidikan, pendapatan. Keempat karakteristik sosial ekonomi tersebut akan dilihat hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan seperti faktor budaya dan pribadi akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli kopi.

Apabila keputusan konsumen telah diputuskan untuk membeli, maka kopi tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Perilaku konsumen di lokasi penelitian dapat dilihat berdasarkan lima kategori yaitu sangat gemar mengonsumsi kopi, gemar mengonsumsi kopi, cukup gemar mengonsumsi kopi, kurang gemar mengonsumsi kopi, dan tidak gemar mengonsumsi kopi. Dari kelima kategori tersebut maka dapat dilihat bagaimana perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian dan termasuk kedalam salah satu kategori tersebut.Berikut adalah kerangka pemikiran yang digambarkan secara skematis.

(37)

Universitas Sumatera Utara

Skema Kerangka Pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: menyatakan hubungan : terdiri dari

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen :

1. Faktor Budaya 2. Faktor Pribadi

Karakteristik sosial ekonomikonsumen:

1. Usia (tahun)

2. Tingkat Pendidikan (tahun)

3. Pendapatan (Rp) Perilaku Konsumen

Sangat Gemar

Gemar Cukup

Gemar

Kurang Gemar

Tidak Gemar

(38)

24

Universitas Sumatera Utara

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah :

1. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar mengonsumsi kopi.

2. Karakteristik konsumen coffee shop (usia, tingkat pendidikan dan pendapatan) berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

3. Faktor budaya dan faktor pribadi berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

.

(39)

25

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan seecara purposive (secara sengaja).

Penelitian ini dilakukan di OmpuGende coffee shopdengan pertimbangan coffee shop dianggap sebagai café terkini yang menyediakan free Wi-fi, parkir yang

cukup luas dengan kapasitas ±15 mobil, pengunjungnya cenderung konsumtif terhadap minuman kopi yang tersedia di Coffee Shop tersebut belakangan ini.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling, yaitu konsumen yang kebetulan berbelanja, mengonsumsi dan mengenal kopi di OmpuGendecoffee shop.Dilakukannya teknik accidental sampling karena jumlah populasi konsumen

kopi di OmpuGende coffee shopyang tidak terdata secara pasti, dengan besar sampel 30.

Sampel sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dari wawancara langsung dari sampel dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan

(40)

26

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) digunakan kuesioner dan metode skala Likert.Likert yaitu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survey.

Sewaktu menanggapi penyataan, konsumen menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Tabel 2. Indikator Perilaku Konsumen

No Indikator Skor

maksimum

Skor minimum

1 Dorongan memperoleh kopi yang khas. 5 1

2 Aktivitas untuk memperoleh dan mengonsumsi kopi yang khas dan sesuai selera

5 1

3 Frekuensi dalam mengonsumsi kopi. 5 1

4 Mencari publikasi terbaru tentang produk kopi.

5 1

5 Kepuasan dalam mengonsumsi kopi. 5 1

6 Penolakan terhadap produk selain kopi. 5 1

7 Keterikatan dengan produk kopi. 5 1

JUMLAH 35 7

Disediakan lima pilihan skala dengan format sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju dengan nilai skor satu 2. Tidak Setuju dengan nilai skor dua

3. Kurang Setuju dengan nilai skor tiga 4. Setuju dengan nilai skor empat 5. Sangat Setuju dengan nilai skor lima

(41)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil skoring untuk melihat perilaku konsumen didaerah penelitian adalah sebagai berikut:

• >33 = sangat gemar mengonsumsi kopi

• 25-30 = gemar mengonsumsi kopi

• 17-24 = cukup gemar mengonsumsi kopi

• 10-16 = kurang gemar mengonsumsi kopi

• 4-9 = tidak gemar mengonsumsi kopi

Untuk identifikasi masalah (2)yaitu hubungan antara setiap karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi digunakan analisis korelasi Rank Spearman.Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya berskala ordinal.Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang dianalisis yaitu usia, tingkat pendidikan dan pendapatan per bulan.

Menurut Suharjo (2013), langkah yang dilakukan pada analisis ini yaitu meranking setiap variabel dalam bentuk skor kemudian dikuadratkan. Kemudian hasil-hasil kuadrat selisih ranking tersebut digunakan untuk proses perhitungan yang dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

𝑟𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑12 𝑛 (𝑛2 − 1)

Keterangan:

rs= koefisien korelasi rank spearman di= selisih peringkat setiap data n = jumlah data

(42)

28

Universitas Sumatera Utara

Diuji dengan uji signifikansi, dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

t = r

s

1−𝑟𝑛−2

𝑠2

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai Sig. ≥ α (0,05); H0 diterima dan H1 ditolak; (tidak ada hubungan)

Jika nilai Sig. < α (0,05); H0 ditolak dan H1 diterima; (ada hubungan). Kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel berkisar antar ±0,00 sampai

±1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.

Kemudian untuk mengukur kekuatan hubungannya yaitu dengan melihat nilai correlation coefficient dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 0,00-0,25 = korelasi lemah Nilai 0,26-0,50 = korelasi cukup Nilai 0,51-0,75 = korelasi kuat Nilai 0,76-0,99 = korelasi sangat kuat Nilai 1,00 = korelasi sempurna

Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis menggunakan metode Skala Likert yang ditentukan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti faktor budaya dan faktor pribadi.

(43)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Indikator faktor-faktor perilaku konsumen

Faktor Indikator Skor

Maksimum

Skor Minumum

Budaya • Kultur 5 1

• Sub-Kultur 5 1

• Kelas Sosial 5 1

Pribadi • Pekerjaan 5 1

• Keadaan Ekonomi

5 1

• Gaya Hidup 5 1

Jumlah 30 6

Setiap indikator pada tabel diatas dibuat dalam bentuk pernyataan yang akan dijadikan sebagai batasan-batasan untuk mempermudah konsumen dalam memberikan jawaban.

(44)

30 Tabel4. Pernyataan indikator

Faktor Indikator Pernyataan STS TS KS S SS

Budaya • Kultur

• Sub-Kultur

• Kelas Sosial

• Suku anda menjadikan kopi sebagai minuman wajib

• Kebiasaan anda berkumpul bersama rekan-rekan untuk mengonsumsi kopi

• Anda merasakan nyaman meghabiskan waktu dengan mengonsumsi kopi

1 1 1

2 2 2

3 3 3

4 4 4

5 5 5

Pribadi • Pekerjaan

• Keadaan ekonomi

• Gaya hidup

• Pekerjaan anda tidak menghalangi anda tidak menghalangi untuk mengonsumsi kopi

• Pendapatan atau budget yang anda miliki digunakan untuk mengonsumsi kopi

• S

• Anda tertarik dengan gaya hidup yang menganggap kopi sebagai minuman bergengsi

1 1

1

2 2

2

3 3

3 4 4

4

5 5

5

Jumlah 6 12 18 24 30

(45)

Universitas Sumatera Utara

Setelah hasil skoring dilakukan kemudian dilakukan Analisis Korelasi Rank spearman.Untuk melihat hubungan hubungan antara faktor budaya dan faktor pribadi dengan perilaku konsumen dalam mengonsumsi kopi. Dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berikut :

𝑟𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑12 𝑛 (𝑛2 − 1) Keterangan:

rs= koefisien korelasi rank spearman di= selisih peringkat setiap data n = jumlah data

Diuji dengan uji signifikansi, dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

t = rs

1−𝑟𝑛−2

𝑠2

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai Sig. ≥ α (0,05); H0 diterima dan H1 ditolak; (tidak ada hubungan)

Jika nilai Sig. < α (0,05); H0 ditolak dan H1 diterima; (ada hubungan).Kemudian untuk mengukur kekuatan hubungannya yaitu dengan melihat nilai correlation coefficient dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 0,00-0,25 = korelasi lemah Nilai 0,26-0,50 = korelasi cukup Nilai 0,51-0,75 = korelasi kuat Nilai 0,76-0,99 = korelasi sangat kuat Nilai 1,00 = korelasi sempurna

(46)

32

Universitas Sumatera Utara

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Konsumen adalah orang yang berbelanja kopi dan mengenal kopi di tempat penelitian yang menjadi sampel.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya dan faktor pribadi.

3. Faktor budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh anggota, masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya.

4. Faktor pribadi adalah pengaruh pribadi diekspresikan melalui cara tradisional yang dijadikan acuan sebagai pemimpin opini, artinya adalah orang dapat dipercaya yang diacu sebagai pemberi pengaruh, diterima sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian.

5. Perilaku konsumen adalah tindakan langsung/ sikap konsumen dalam membeli dan mengonsumsi kopi yang berdasarkan pegaruh faktor-faktor tertentu..

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir konsumen kopi di tempat penelitian.

(47)

Universitas Sumatera Utara

7. Pendapatan adalah sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung mau pun tidak langsung.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Ompu Gende Coffee Shop di Kota Medan yaitu di Jalan Setiabudi, Komplek Taman Setia Budi Indah 1, Kecamatan Medan Sunggal.

2. Waktu Penelitian tahun 2020

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli dan mengonsumsi kopi.

(48)

34

34

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik dan Geografi

Penelitian dilakukan di OmpuGende coffee shoptepatnya berlokasi di Komplek Taman Setia Budi Indah 1 Blok E No.76, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara, 98º.35’- 98º.44’

Bujur Timur. Kota Medan 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas kota Medan sebelah utara, selatan barat dan timur dengan kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Barat, Timur, Selatan.Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia pada tahun 2011 berkisar antara 23,2 º C – 24,2 C dengan suhu maksimum berkisar antara 31,6 C – 35,8 C dan suhu maksimum berkisar 29,1 C-32,9 C.

4.1.2 Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara

(49)

Universitas Sumatera Utara

geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0 – 5%. Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

4.1.3 Penduduk

Kecamatan Medan Selayang mempunyai penduduk sebesar 106.150 jiwa yang dikelompokkan menurut jenis kelamin sebanyak 52.433 (Laki-Laki) dan 53.717 (Perempuan). Luasnya adalah 12.81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 8.286,49493 jiwa/km².

4.2 Sejarah OmpuGende coffee shop

OmpuGende coffee shop adalah salah satu usaha rumahan di Kota medan yang dibuka pada tahun 2017.Lokasi awal yang didirikan pemilik berada dijalan sei belutu dan belum menjadi coffee shop hanya gerobak kopi biasa, usaha ni berjalan ± 5 bulan.

Kemudian pindah ke beberapa tempat.Awalnya pemilik hanya seorang barista dan penikmat kopi, tidak berencana untuk membuka coffee shop tersebut.Hal pertama ketika ide membuka kedai kopi/coffee shop itu datang yang ditentukan oleh mereka adalah market dengan membidik kalangan pelajar dan mahasiswa mereka mulai menyusun sebuah rencana dengan melakukan survey dan meeting crew.Hingga akhirnya lahirlah konsep OmpuGende coffee shop yang menurut mereka mampu

(50)

36

Universitas Sumatera Utara

menjawab kebutuhan para pelajar dan mahasiswa yang ingin menikmati waktu bersama teman-temannya.Secara basicmereka bukan barista handal, tetapi mereka sebelumnya sudah mendalami tentang kopi dan belajar menyeduh kopi, sambil terus membenahi manajemen mereka berusaha menyediakan menu yang cocok baik dari segi harga dan rasa kepada para pelanggan.

Pada saat awal dibukanya OmpuGende coffee shop, promosi yang dilakukan pertama kali oleh pihakOmpuGende coffee shop yaitu dengan caramenyebarkan brosur, memasang spanduk iklan dan juga mengunggah ke dalam media sosial. Saat ini OmpuGende Coffee Shop mampu memperkerjakan 15 karyawan.Dalam sehari cafeini dikunjungi ± 100 sampai 150 pengunjung dengan rata-rata 100 transaksi setiap harinya.Jika Sabtu dan Minggu malam bisa dipastikan jumlah pengunjung bertambah dari jumlah biasanya. OmpuGende coffee shop terdiri dari 2 spot favourite yaitu lesehan outdoor dan lesehan indoor.

Dari segi fasilitas, tentu saja fasilitas yang ditawarkan membuat kita akan betah berlama-lama disini sebut saja ada free wifi , parkiran yang cukup luas dengan muatan ± 15 mobil, tersedia freeinfused water yang biasa digunakan untuk menetralisir rasa pahit setelah minum kopi, games. OmpuGende coffee shop memiliki spesialis pada straw atau sedotan yang digunakan yaitu stainless straw/ sedotan alumunium dengan tujuan ikut melestarikan lingkungan.Meskipun berkonsep cafe namun OmpuGende Coffe Shop juga menyediakan ruangan meeting yang nyaman.

Namun, pemilik belum berencana untuk membuka cabang di tempat lain dikarenakan tidak bersedia dengan adanya campur tangan orang lain/ sistem partnership.

(51)

Universitas Sumatera Utara

4.3 Karakteristik Sampel

4.3.1 Karakteristik Sampel Minuman KopiOmpuGende Coffee Shop

Karakteristik sampel merupakan sejumlah ciri konsumen yang melakukan pembelian produk minuman kopi pada Coffee Shop terpilih yang dirangkum berdasarkan hasil survey di lapangan.Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dariusia, tingkat

pendidikan dan pendapatan konsumen dalam mengonsumsi minuman kopi di OmpuGende Coffee Shop.

1. Berdasarkan Usia

Pengelompokan karakteristik sampel berdasarkan usia dibagi menjadi 4 batasan usia yang diperoleh melalui perhitungan yang disesuaikan dengan data hasil survey di lapangan. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang.Karakteristik sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel5.

Tabel 5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia No. Usia

(Tahun)

Jumlah (Orang)

Presentase (%)

1. 19-25 13 43,3

2. 26-30 9 30,0

3. 31-35 3 10,0

4. >35 5 16,6

Jumlah 30 100

Sumber: Dari Lampiran 1

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah sampel paling banyak berada pada rentang usia 19-25 tahun atau kategori pemuda yaitu sebanyak 13 orang (43,3%).Sampelusia 31-35 tahun merupakan sampel yang paling sedikit menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung Coffee Shopdi lokasi penelitian adalah kalangan pemuda yang pada

(52)

38

Universitas Sumatera Utara

umumnya merupakan usia produktif pekerja muda yang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melakukan pembelian di Coffee Shop.

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menentukan pendapatan dan status sosial yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. Hal ini akan membuka pandangan baru bahwa kebiasaan minum kopi tidak hanya dapat dilakukan dirumah pada sore hari setelah lelah seharian bekerja melainkan dapat juga dilakukan di kedai kopi/coffee shop di sela-sela waktu istirahat kerja. Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1. SMA 9 30,0

2. Diploma 5 16,6

3. Sarjana/S1 16 53,30

Jumlah 30 100

Sumber:Dari Lampiran 1

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengunjungi kedai kopi/coffee shop di lokasi penelitian adalah sampel dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Kategori ini merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani adalah sarjana/S1.

(53)

Universitas Sumatera Utara

3. Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor paling krusial dalam mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena dapat menentukan kemampuan seseorang dalam membeli sesuatu.Jumlah sampel konsumen kopi di OmpuGende coffee shop sebanyak 30 orang. Karakteristik sampel berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1. <Rp.500.000,00 0 0,00

2. Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 1 3,33 3. Rp.1.000.000,00 s/d

Rp.2.000.000,00

9 30,00

4. >Rp.2.000.000,00 19 63,30

Jumlah 30 100

Sumber: Dari Lampiran 1

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah sampel dengan tingkat pendapatan >Rp.2.000.000,00 yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Kategori pendapatan ini merupakan kelompok terbesar/terbanyaksampel yang bersedia membeli kopi di lokasi penelitian.

(54)

39

39

Universitas Sumatera Utara

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perilaku Konsumen dalam mengonsumsi kopi

Untuk melihat beberapa perilaku konsumen sampel di lokasi penelitian dapat digunakan beberapa indikator dan kriteria sebagai berikut :

• >33 = sangat gemar mengonsumsi kopi

• 25-30 = gemar mengonsumsi kopi

• 17-24 = cukup gemar mengonsumsi kopi

• 10-16 = kurang gemar mengonsumsi kopi

• 4-9 = tidak gemar mengonsumsi kopi

Berdasarkan hasil skoring prilaku konsumen sampel di lokasi penelitian maka diperoleh :

Total Skor = 833 Total Sampel = 30

Rata-Rata = Total Skor : Total Sampel Rata-Rata = 833 : 30

Rata-Rata = 27,76

Hasil Penelitian, data diolah pada lampiran 2

Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen di lokasi penelitan adalah gemar mengonsumsi kopi.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran  Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen : 1.  Faktor Budaya 2
Tabel 3. Indikator faktor-faktor perilaku konsumen
Tabel 8 Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen   Correlations
Tabel 9. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen   Correlations
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan secara parsial variabel pribadi dan psikologis mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan konsumen kopi luwak Kopi Sidikalang.. Kata Kunci : Perilaku

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen pada pembelian kopi oven Buriyah di Jember, (2) Untuk

kopi menjadi komoditi yang menarik dalam dunia perdagangan (Spillane, 1991). Dalam sebuah strategi pemasaran, pemasar tidak terlepas dari

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen pada pembelian kopi oven Buriyah di Jember, (2) Untuk

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan atara lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen pada usia remaja akhir dalam memilih

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia konsumen kopi dengan preferensi dalam mengkonsumsi kopi lokal Jambi.Penelitian ini dilakukan di Kota

IRSA IZRIYANI MARBUN (100304080) dengan judul Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kopi Luwak Bermerek di Kota Medan.. Penelitian ini dibimbing oleh

mencerminkan sikap konsumen atau perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik konsumen,