• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batu bata

Dalam dokumen 2010 Arsitektur Islam dan Arsitektur Mas (Halaman 192-200)

Habluminal’alam

Dalam perancangan masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat di Sumberpucung prin- sip habluminal’alam diterapkan dalam titik berat perancangan tata massa dan tata ruang yang memi- nimalisasi dampak negatif terhadap alam. Selain itu prinsip tersebut juga ditujukan untuk menjaga kelestarian alam. Analisis mengenai prinsip habluminal’alam adalah sebagai berikut:

1. Dari konsep mendekatkan alam muncul sistem penataan masa & organisasi ruang yang mam- pu mengalirkan sirkulasi angin pada setiap masa bangunan sehingga dapat meminimalisir penggunaan AC (air conditioner) yang tidak alami dan dapat merusak lingkungan

2. Menggunakan sumber energi alami, seperti menggunakan air dengan pemanfaatan kembali air hujan dan air wudhu untuk menyiram tanaman. Dari hal ini dapat dihemat sumber energi air.

3. Modiikasi bentuk atap roof garden dan atap tropis. Modiikasi ini digunakan untuk meng-

hasilkan kenyamanan thermal dalam bangunan secara alami tanpa efek negatif pada alam. 4. Pengadaan vegetasi pada bentuk bangunan dengan sistem secondary skin yang terbukti pula

mampu mengurangi panas dari luar secara alami.

5. Penataan vegetasi sebagai penghalang kebisingan dan panas. Apabila tercapai suasana yang nyaman, maka manusia di dalam akan semakin merasakan kedekatan dengan alam yang ber- akibat pula merasa dekat dengan Allah swt.

6. Taman-taman pada tatanan lansekap dengan pengolahan vegetasi. Hal ini juga merupakan upaya mendekatkan manusia dengan alam dan hubungannya dengan kedekatan terhadap Al- lah swt.

Gambar 3.50 Analisis bentuk dengan konsep habluminallah (Sumber: Hasil Analisis, 2009)

Analisis Sistem Struktur

Pemilihan sistem struktur masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat ini menggunakan kombinasi sistem struktur bambu dan elemen lokal lain seperti semen dan batu bata yang mudah di dapat. Ini dikarenakan adanya upaya untuk pemanfaatan alam. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, mendekatkan diri dengan alam juga merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pada sistem struktur ini bambu digunakan sebagai tulangan kolom dan balok.

Gambar 3.51 Penerapan struktur bambu pada bangunan (Sumber: Dokumentasi pibadi, 2009)

Kelebihan:

1. Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk). bahkan beberapa bangunan di jepang memakai bambu sebagai tulangan beton. 2. Material yang murah karena relatif mudah didapat dan cepat untuk disambung sebagai satu kes-

3. Material yang ramah lingkungan, karena bambu merupakan tanaman dengan usia tanam yang cuk- up singkat sehingga penggunaan dalam jumlah banyak tidak akan menghabiskan populasi bambu. 4. Material bambu juga merupakan material tumbuh secara alami tanpa membutuhkan pengolahan

yang prosesnya dapat mencemari lingkungan seperti pembuatan semen, baja, dll.

5. Bambu menghasilkan suasana nyaman karena pada siang hari, pori-pori bambu melepaskan udara dingin yang disimpannya pada malam hari sehingga siang hari di dalam rumah tetap terasa sejuk vice versa di malam hari, pori-pori mampu melepaskan panas yang disimpannya pada siang hari sehingga malam di dalam rumah terasa lebih hangat.

6. Nilai artistik yang tinggi mengingat bentuk, tekstur dan warna yang dihasilkan dari bambu akan memberi nuansa tersendiri bagi sebuah struktur tanpa membutuhkan pewarnaan buatan yang menghasilkan dampak negatif terhadap alam.

Kekurangan:

7. Belum hilangnya konotasi masyarakat bahwa bambu dikenal sebagai bahan bangunannya orang miskin,

8. Hampir tidak ada fasilitas kredit dari perbankan, karena kurang yakinnya pihak perbankan, 9. Belum ada standar nasional rumah bambu.

Penyusunan bambu murni dalam stukur

Gambar 3.52 Penerapan struktur bambu pada bangunan (Sumber: Dokumentasi pibadi, 2009)

1. Struktur utama yaitu kolom dan balok menggunakan bambu ater/pring jawa (Gigantochloa at- ter) atau bambu petung (Dendrocalamus asper) diameter 15cm. kuda-kuda memakai Bambu Gom- bong (Gigantochloa verticillata) atau Bambu Andong (Gigantocloa verticillata) atau yang sejenis dengan diameter 12cm, Gording memakai bambu legi diameter 10cm, Kaso memakai bambu apus (Gigantocloa apus) atau bambu tali (Asparagus cochinchinensis) diameter 6cm, Reng memakai bambu apus atau bambu tali 6cm dibelah 2. Sambungan menggunakan mur baut 12 mm dan ijuk untuk menyambung antarbambu. Sambungan dengan baut menciptakan konstruksi yang tidak

kaku sehingga tahan terhadap gempa karena konstruksi akan bergerak mengikuti arah getar gem- pa.Terlebih dahulu bambu dibor, kemudian baut dimasukkan ke bambu dan diberi mur. murnya dipasang tidak terlalu rapat agar bambu tidak pecah karena adanya rongga pada bambu. sambun- gan ringan lainnya dapat menggunakan tali ijuk atau bila ingin terlihat lebih mewah dapat meng- gunakan rotan.

2. Penutup dinding atau plafon dari bambu apus, bambu tali atau bahkan ada yang memakai bam- bu hitam (Gigantochloa atroviolacea) dengan anyaman bambu yang dibuat beberapa lapis untuk membuat dinding cukup rapat untuk ditembus debu dan udara panas atau dingin.

3. Bila ingin menggunakan lantai dari bambu, maka permukaan lantainya harus ditinggikan (minimal 40—50 cm dari tanah) oleh sebab itu biasanya bangunan seperti ini berupa konstruksi panggung.

Konsep

Konsep Tapak 1. Tata Massa

Masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat dengan integrasi konsep habluminallah, hab- luminannas, dan habluminal’alam dapat berupa bangunan satu massa maupun bangunan massa banyak, namun apabila ditinjau dari segi thermal dan penzoningan akan lebih nyaman apabila menggunakan sistem massa banyak. Pemilihan sistem massa banyak akan lebih mempermudah pengolahan angin dan pemaksimalan cahaya matahari, selain itu dengan sistem tersebut, akan didapat lebih banyak ruang terbuka yang lebih selaras terhadap alam (habluminal’alam), serta beberapa kelebihan lain yang akan dijabarkan selanjutnya.

Pola tata massa banyak pada masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat adalah berupa

modiikasi antara bentuk tata massa radial dan terpusat. Pola ini dipilih karena akan mempermudah

sirkulasi, serta hubungan antar ruang dapat terjalin dengan baik. Sementara di sisi lain, pola terpusat (yaitu terpusat pada masjid) tetap memberikan kesan dari pengolahan massa yang menjadikan mas- jid sebagai center kegiatan. Keputusan pemilihan pola tata massa radial yaitu pada zona habluminan- nas dan habluminal’alam (zona berisi ruang lain yang mewadahi berbagai fasilitas selain ruang sholat) adalah untuk lebih menghasilkan kesan mengumpulkan masyarakat dalam satu titik yang terpusat

pada plasa sebagai area interaksi. Kondisi tersebut tidak semerta-merta merubah posis masjid untuk pusat utama tapak, eksistensi masjid sebagai pusat diwujudkan dalam bentuk garis lurus yang menga- rah pada kiblat dan terletak di tengah-tengah tapak. Ketiga bentuk pola ini selanjutnya saling berim- posisi membentuk satu kesatuan pola tapak yang saling mempengaruhi masing-masing bentuk yang menyimbolkan bahwa antara prinsip habluminallah, habluminannas, dan habluminal’alam tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilustrasi tata massa tersebut adalah sebagai berikut:

Dalam dokumen 2010 Arsitektur Islam dan Arsitektur Mas (Halaman 192-200)

Dokumen terkait