• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. BIAYA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI

2. Beban Kerja Organisasi Bantuan Hukum

Beban kerja OBH dalam pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin, terlihat dari jumlah kasus yang diadukan dan ditangani serta jumlah pengacara yang dikerahkan untuk pemberian bantuan hukum. Di kelima wilayah penelitian, beban kerja OBH d tergolong cukup tinggi dengan variasi perkara yang beragam (Pidana, Perdata dan TUN) sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.

internal yang dananya mengalir kembali ke institusi dan pelaksanaannya ditentukan berdasarkan diskresi pejabat setempat. Dengan permasalahan tersebut, ke depan program bantuan hukum dilepaskan dari institusi pemerintah dan diberikan kepada OBH yang dikelola oleh masyarakat.

B. BIAYA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI ORGANISASI

BANTUAN HUKUM

1. Pengeluaran Organisasi Bantuan Hukum

Ketersediaan dana bantuan hukum bagi masyarakat miskin merupakan salah satu indikator penentu dalam mengukur keberhasilan implementasi UU Bantuan Hukum dan akses terhadap keadilan (access to justice). Berdasarkan penelitian terhadap 25 OBH yang berada di lima wilayah ditemukan adanya pembagian alokasi pengunaan dana bantuan hukum yang dikeluarkan oleh OBH terdiri dari operasional penanganan perkara dan institutional support bagi lembaga. Komponen biaya tersebut terdiri dari gaji pengawai dan biaya akomodasi kantor yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan dari biaya pemberian bantuan hukum yang harus dikeluarkan OBH agar pelayanan pemberian bantuan hukum dapat berjalan secara maksimal kepada masyarakat miskin sebagai penerima manfaat. Berikut tabel biaya operasioanal penanganan perkara di masing-masing institusi.

Tabel 50

Biaya Operasional Penanganan Perkara (Per/Perkara)

Perkara Jakarta Padang Surabaya Makassar Papua

Pidana Rp. 3 juta-Rp. 5 juta Rp. 4,7 juta- Rp. 17,3 juta Rp. 1,8 juta Rp. 4 juta – Rp. 11 juta Rp. 4,5 juta-Rp. 17 juta. Perdata Rp. 2,5 juta-Rp. 7,3 juta Rp. 6,5 juta- Rp. 10,5 juta Rp. 4 juta Rp. 2,8 juta- Rp. 3,6 juta Rp. 3 juta-Rp. 5,5, juta

TUN Rp. 5 juta- Rp. 5 Rp. 6,5 juta Rp. 4,5 juta Rp. 4 juta 0

Bila memperhatikan tabel di atas, besaran biaya operasional penangganan perkara, baik berdasarkan jenis perkara (Pidana, Perdata dan TUN) maupun berdasarkan daerah penelitian (Jakarta, Padang, Surabaya, Makassar dan Papua), terdapat perbedaan besaran biaya operasional penangganan perkara yang dikeluarkan organisasi bantuan hukum dalam pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Oleh

karena itu, besaran dana yang perlu dialokasikan untuk bantuan hukum tidak dapat diseragamkan. Ada kalanya biaya perkara hanya menghabiskan Rp 3 juta/kasus namun ada jenis pekara yang biayanya bisa mencapai harga sebuah motor yaitu sebesar Rp 17 juta/kasus. Kondisi serupa juga ditemukan dari besaran biaya lain (gaji pegawai dan akomodasi kantor) yang dikeluarkan OBH sebagaimana terlihat dari tabel 33 di bawah ini. Dimana besaran biaya pemberian bantuan hukum sangat ditentukan dan oleh komponen pembiayaan dan pembagian alokasi pengunaan dana bantuan hukum oleh OBH.

Tabel 51

Biaya Lain Berupa Gaji Pegawai dan Akomodasi Kantor Organisasi Bantuan Hukum (per/tahun)

Peruntukan Jakarta Padang Surabaya Makassar Papua

Gaji Pegawai Rp 1,2 Milyar Rp 146,3 juta Rp 28 juta Rp 415 juta Rp 31 juta Akomodasi

Kantor Rp 316 juta Rp 115 juta Rp 19 juta Rp 78 juta Rp 38 juta

Besaran biaya pemberian bantuan hukum dan pembagian alokasi pengunaannya, sangat berpengaruh terhadap pelayanan bantuan hukum. Besaran biaya berbanding lurus dengan beban kerja OBH, kualitas layanan bantuan hukum, intensitas pelayanan bantuan hukum dan persepsi masyarakat terhadap pemberian bantuan hukum yang dilaksanakan oleh OBH sebagai penyedia pemberian bantuan hukum.

2. Beban Kerja Organisasi Bantuan Hukum

Beban kerja OBH dalam pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin, terlihat dari jumlah kasus yang diadukan dan ditangani serta jumlah pengacara yang dikerahkan untuk pemberian bantuan hukum. Di kelima wilayah penelitian, beban kerja OBH d tergolong cukup tinggi dengan variasi perkara yang beragam (Pidana, Perdata dan TUN) sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.

Grafik 1

Tabel 52

Kasus yang Masuk dan Ditangani Organisasi Bantuan Hukum

Bila diperhatikan dari tabel 52 di atas, terlihat OBH di lima wilayah penelitian pada tahun 2012 telah menangani 1.558 kasus dari 2.845 kasus yang masuk. Angka tersebut tidak termasuk kasus yang masuk (diadukan) namun tidak ditangani. Jumlah kasus ditangani sangat jauh di atas jumlah kasus yang ditangani institusi pemerintah dalam program bantuan hukum. Padahal OBH tidak semuanya menerima dana bantuan hukum dari Pemerintah. Keterbatasan anggaran, sumber daya dan fasilitas membuat sejumlah OBH harus membatasi diri untuk tidak menangani semua kasus yang masuk.

OBH di Jakarta menerima dan menangani kasus terbanyak yaitu mencapai 808 kasus ditangani dari 1.674 kasus yang masuk, di Padang OBH telah menangani 144 kasus dari 193 kasus yang masuk, di Surabaya OBH telah menangani 57 kasus dari 405 kasus yang masuk, di

Makassar OBH telah menangani 96 kasus dari 112 kasus yang masuk dan di Papua OBH telah menangani 453 kasus dari 461 kasus yang masuk. Dengan beban kerja tersebut, jumlah keseluruhan pengacara yang tersedia di OBH adalah 255 orang pengacara dengan perincian OBH di Jakarta memiliki 64 orang pengacara, di Padang 51 orang pengacara, di Surabaya 72 orang pengacara, di Makassar 37 orang pengacara dan di Papua memiliki 31 orang pengacara (lihat tabel 53).

Tabel 53

Jumlah Pegawai Organisasi Bantuan Hukum (Jumlah Orang/Organisasi)

Pengacara Asisten

Pengacara Supir Arsiparis Office Boy Keuangan Front Office Lain-lain Total Jakarta 64 23 1 2 3 7 3 3 108 Rata-rata/ Organisasi 11 4 2 3 1 1 1 1 18 Padang 51 30 1 0 1 3 2 2 96 Rata-rata 10 6 1 0 1 1 1 1 19 Surabaya 72 18 3 6 2 2 1 0 94 Rata-rata 14 4 1 1 1 1 2 0 19 Makassar 37 14 0 1 1 2 0 1 5 6 Rata-rata 9 4 0 1 1 1 0 1 14 Papua 31 7 0 4 11 4 9 10 60 Rata-rata 6 1 0 1 2 1 2 2 12

Bila diperhatikan dari beban kerja OBH di atas, maka tidak terlepas dari ketersediaan alokasi dana bantuan hukum dan besaran biaya pemberian bantuan hukum yang dikeluarkan oleh OBH, sebagaimana terlihat di Jakarta sebagai daerah tertinggi yang melakukan penangganan kasus pada tahun 2012. Dari 808 kasus yang ditangani oleh OBH di Jakarta, setidaknya telah mengeluarkan biaya operasional penangganan kasus setiap tahun sebesar Rp.33 juta biaya gaji pegawai sebesar Rp. 1,2 Milyar dan biaya akomodasi kantor sebesar Rp. 316 juta. OBH di Papua menangani hampir semua pengaduan yang masuk. Namun jika dilihat dari jumlah rata-rata orang yang terlibat dalam pemberian bantuan hukum (hanya enam orang pengacara/ organisasi) maka kualitas pelayanan bantuan hukum tidak dapat dijamin. Apalagi, kebanyakan perkara di Papua tidak diproses dalam upaya Banding atau Kasasi karena keterbatasan biaya dan akses menempuh upaya hukum. Kondisi ini menunjukan bahwa besaran biaya pemberian bantuan hukum dan pembagian alokasi penggunaannya, sangat berpengaruh

Grafik 1

Tabel 52

Kasus yang Masuk dan Ditangani Organisasi Bantuan Hukum

Bila diperhatikan dari tabel 52 di atas, terlihat OBH di lima wilayah penelitian pada tahun 2012 telah menangani 1.558 kasus dari 2.845 kasus yang masuk. Angka tersebut tidak termasuk kasus yang masuk (diadukan) namun tidak ditangani. Jumlah kasus ditangani sangat jauh di atas jumlah kasus yang ditangani institusi pemerintah dalam program bantuan hukum. Padahal OBH tidak semuanya menerima dana bantuan hukum dari Pemerintah. Keterbatasan anggaran, sumber daya dan fasilitas membuat sejumlah OBH harus membatasi diri untuk tidak menangani semua kasus yang masuk.

OBH di Jakarta menerima dan menangani kasus terbanyak yaitu mencapai 808 kasus ditangani dari 1.674 kasus yang masuk, di Padang OBH telah menangani 144 kasus dari 193 kasus yang masuk, di Surabaya OBH telah menangani 57 kasus dari 405 kasus yang masuk, di

Makassar OBH telah menangani 96 kasus dari 112 kasus yang masuk dan di Papua OBH telah menangani 453 kasus dari 461 kasus yang masuk. Dengan beban kerja tersebut, jumlah keseluruhan pengacara yang tersedia di OBH adalah 255 orang pengacara dengan perincian OBH di Jakarta memiliki 64 orang pengacara, di Padang 51 orang pengacara, di Surabaya 72 orang pengacara, di Makassar 37 orang pengacara dan di Papua memiliki 31 orang pengacara (lihat tabel 53).

Tabel 53

Jumlah Pegawai Organisasi Bantuan Hukum (Jumlah Orang/Organisasi)

Pengacara Asisten

Pengacara Supir Arsiparis Office Boy Keuangan Front Office Lain-lain Total Jakarta 64 23 1 2 3 7 3 3 108 Rata-rata/ Organisasi 11 4 2 3 1 1 1 1 18 Padang 51 30 1 0 1 3 2 2 96 Rata-rata 10 6 1 0 1 1 1 1 19 Surabaya 72 18 3 6 2 2 1 0 94 Rata-rata 14 4 1 1 1 1 2 0 19 Makassar 37 14 0 1 1 2 0 1 5 6 Rata-rata 9 4 0 1 1 1 0 1 14 Papua 31 7 0 4 11 4 9 10 60 Rata-rata 6 1 0 1 2 1 2 2 12

Bila diperhatikan dari beban kerja OBH di atas, maka tidak terlepas dari ketersediaan alokasi dana bantuan hukum dan besaran biaya pemberian bantuan hukum yang dikeluarkan oleh OBH, sebagaimana terlihat di Jakarta sebagai daerah tertinggi yang melakukan penangganan kasus pada tahun 2012. Dari 808 kasus yang ditangani oleh OBH di Jakarta, setidaknya telah mengeluarkan biaya operasional penangganan kasus setiap tahun sebesar Rp.33 juta biaya gaji pegawai sebesar Rp. 1,2 Milyar dan biaya akomodasi kantor sebesar Rp. 316 juta. OBH di Papua menangani hampir semua pengaduan yang masuk. Namun jika dilihat dari jumlah rata-rata orang yang terlibat dalam pemberian bantuan hukum (hanya enam orang pengacara/ organisasi) maka kualitas pelayanan bantuan hukum tidak dapat dijamin. Apalagi, kebanyakan perkara di Papua tidak diproses dalam upaya Banding atau Kasasi karena keterbatasan biaya dan akses menempuh upaya hukum. Kondisi ini menunjukan bahwa besaran biaya pemberian bantuan hukum dan pembagian alokasi penggunaannya, sangat berpengaruh

terhadap pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin sebagai penerima manfaat.