• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN

A. Deskripsi Teoritik

4. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.26 Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dianggap properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Menurut Reber dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa menganggap, “belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan (the process of acquiring knowledge)”.27

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku,

26

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. I, h.16.

27

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi nsegenap aspek pribadi.28

Menurut Lozanov dalam buku karangan Bobbi DePorter berpendapat, “Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana anda mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung”.29

Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:30

a. Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

b. Hilgrad dan Bower mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan saat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).

c. M. Sobry Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang dapat disebut belajar? Perubahan yang

28

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1993) Cet. I, h.17.

29

Bobbi DePorter, dkk.,Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 3.

30

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) Cet. III, h.5.

dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh susuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. C.T Morgan merumuskan belajar sebagian suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

e. Thursan Hakim mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampian, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah seseorang yang telah melakukan aktivitas tertentu dan mengalami perubahan. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

b. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Menurut Bobbi DePorter, “Proses Belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks”.31

Menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, “Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran

31

Bobbi DePorter, dkk.,Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 3.

merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.32

Kegiatan mengajar bagi seorang guru membutuhkan hadirnya sejumlah anak didik. Hal ini berbeda dengan belajar yang tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang diluar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca buku tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

c. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem

Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung antara satu dan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi.

Menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, “Secara khusus dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami segenap aspek pribadi anak didik seperti: (a) kecerdasan dan bakat khusus, (b) prestasi sejak permulaan sekolah, (c) perkembangan jasmani dan kesehatannya, (d) kecenderungan emosi dan karakternya, (e) sikap dan minat belajar, (f) cita-cita, (g) kebiasaan belajar dan bekerja, (h) hobi dan penggunaan waktu senggang, (i) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (j) latar belakang keluarga, (k) lingkungan

32

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) Cet. III, h. 8.

tempat tinggal, dan (l) sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik”.33

d. Hasil Belajar

Menurut Suprijono dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa mengemukakan, “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.”34 Menurut Gagne dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa mengemukakan hasil belajar berupa hal-hal berikut:35

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak Sikap berupa memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

33 Ibid.

34

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. I, h. 22.

35 Ibid.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

e. Cara Mengukur Hasil Belajar

Untuk mengukur hasil belajar siswa, guru biasanya melakukan evaluasi dengan menggunakan beberapa tes seperti tes diagnostik, tes sumatif, dan tes formatif.36 Dengan menggunakan tes tersebut, maka akan diketahui tingkat pemahaman dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian atau evaluai dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar siswa.

Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik dapat dibagi menjadi 2 macam penilaian yaitu penilaian berbasis kelas dan penilaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran, sedangkan penilaian kompetensi merupakan penilaian formatif dan sumatif terhadap ketuntasan pencapaian hasil peserta didik setelah menyelesaikan satu unit kompetensi. Hasil penilaian kompetensi inilah yang dijadikan sebagai indikator hasil belajar siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Hasil IPS merupakan tingkat penguasaan kompetensi siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan nilai tesatau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar IPS juga dapat diartikan sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa

36

dalam mempelajari mata pelajaran IPS yang diperoleh dari hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka.

Dokumen terkait