• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN

A. Deskripsi Teoritik

5. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial.37

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam

kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.38

Namun, pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.39

Welton dan Mallan memandang studi sosial sebagai mata pelajaran gabungan terutama dari:401) Disiplin ilmu-ilmu sosial, 2) Temuan-temuan

37

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 171. 38

Sapriya, dkk.,Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h.3.

39

Ibid.,h. 3. 40

atau pengetahuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial, dan 3) Proses-proses yang dilakukan oleh ilmuwan sosial dalam menghasilkan temuan atau pengetahuan itu.

Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya, the National Council for the Social Studies (NCSS), organisasi para ahli pendidikan studi sosial yang cukup handal sebelum tahun 1978 merumuskan social studies sebagai program yang dibangun oleh sejumlah disiplin ilmu sosial, yakni “Sejarah, Ekonomi, Sosiologi,

Kewarganegaraan, Geografi, dan semua modifikasi atau kombinasi mata pelajaran-mata pelajaran terutama yang memiliki materi dan tujuan yang berhubungan dengan masalah-masalah kemasyarakatan.41

Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial adalah terjemahan dari social studies. Disamping ilmu-ilmu sosial terdapat pula ilmu-ilmu alam (science) dan humanitis/humaniora. Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga bagian disiplin ilmu utama yang meliputi Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanitis terdiri antara lain, Sejarah dan Sastra. Semua bidang keilmuwan dan humanitis ini berakar pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.42

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian dan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diartikan dengan

“penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

41 Ibid. 42

b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Hamid Hasan dalam buku karangan Trianto mengemukakan, “Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu”43, Matoella dalam karangan Trianto

mengatakan, “pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek kependidikannya.44

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada mahasiswa. Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melaui pendekatan interdisipliner.45

c. Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS

Dasar konseptual tentang hakikat dan tujuan pendidikan IPS, perlu dirumuskan secara jelas untuk memberikan arah konseptual bagi pengembangannya menurut Strong dalam karangan Mohammad

Ali, dkk menganggap, “analisis filosofis sangat penting dalam mengembangkan dasar pemikiran konseptual pendidikan IPS. Rumusan konseptual yang paling tepat bagi kondisi dan kepentingan pendidikan di Indonesia, mesti diangkat, mesti diangkat dari realitas kondisi sosial budaya sebagai landasan pengembangan bidang studi ini. Dasar konseptual rumusan

43

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 172.

44 Ibid. 45

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet II, h.174.

pengertian pendidikan IPS, perlu dikembangkan agar dapat memberikan kejelasan bagi arah pengembangannya. Oleh karena itu tidak perlu dirumuskan dalam rumusan yang “kaku”, dan lebih menekankan keseragaman”.46

Merumuskan dasar konseptual pendidikan IPS di negara kita, dihadapkan pada beberapa kesulitan, antara lain IPS itu sendiri diangkat meliputi berbagai mata pelajaran dan disajikan diberbagai jenjang

pendidikan yang memiliki “model” dan “tradisi” yang berbeda sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang dan jenis pendidikan tersebut. Menurut

Nu’man Somantridalam buku karangan Mohammad Ali, dkk menyatakan,

“Implikasinya sulit ditemukan rumusan, apalagi yang menuntut keseragaman, sehinga untuk merumuskan gagasan konseptual teoritik,

“terpaksa” menggunakan referensi asing, seperti sering dilakukan para

pakar pendidikan, khususnya Pendidikan IPS”.47

Menurut Gross and Zenely, Allen, Best dalam karangan

Mohammad Ali, dkk menyatakan, “beberapa istilah asing yang digunakan bagi pendidikan IPS antara lainCivics,Civics Education”.48

d. Model Pembelajaran Pendidikan IPS

“Model”, dalam bahasan ini, diartikan sebagai kerangka konseptual

yang dikembangkan dan digunakan sebagai pedoman sistematik dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan IPS sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Ada sejumlah model yang dikembangkan, menurut Gross, dkk dalam buku karangan

Mohammad Ali, dkk mengemukakan, “ada lima model: 1) The discplinary model, 2) The multydisciplinary model, 3) Citizenship education, 4) The problem inquiry model, 5) The humanistic model/personal model”.49

Sedangkan menurut Bart Bart and Shermish dalam buku karangan

Mohammad Ali, dkk mengemukakan, “ada tiga model yaitu: 1) Social

46

Mohammad Ali, dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009), h. 271.

47 Ibid. 48 Ibid.,h. 272. 49 Ibid.,h. 274.

studies as social sciences, 2) Social studies as citizenship education, dan 3) Social studies as reflective inquiry”.50

Di Indonesia terdapat beberapa model, misalnya pendidikan IPS yang menggunakan model pendekatan “integreted” dikembangkan pada tingkat SD, sedangkan “correlated” dikembangkan pada SMP, dan “separted” terpisah sebagai mata pelajaran ilmu-ilmu sosial sekarang ini dikembangkan di tingkat SMA.51

Dilihat dari aspek pendekatan dalam kaitannya dengan tradisi pendidikan guru IPS, tampak yang besar pengaruhnya dalam pengembangan kurikulum adalah model yang menekankan pada pendidikan IPS sebagai mata pelajaran ilmu sosial yang disajikan secara terpisah namun tetap ada keterkaitan satu sama lainnya.

e. Tujuan Pembelajaran Pendidikan IPS

Tujuan pendidikan IPS secara teoritik tidak hanya terdapat dalam kurikulum secara eksplisit, namun tumbuh dalam berbagai konsepsi pemikiran yang dikembangkan para pakar. Beberapa definisi yang coba diangkat, selalu memuat konsep tentang tujuannya. Tradisi dimana pendidikan IPS ini dikembangkan mewarnai rumusan tujuan, sehingga tampak rumusan ini sangat kontekstual dengan sosial budaya pendidikan sebagai latarnya.52

Para ahli sering merumuskan tujuan pendidikan IPS dengan mengaitkannya dengan mempersiapkan para pelajar menjadi warga negara baik. Ini merupakan pengaruh dari model pendidikan IPS sebagai

“citizenship education”.53 50 Ibid. 51 Ibid.,h. 275. 52

Mohammad Ali, dkk.,Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009), h. 275.

53

Tujuan lain yang mencerminkan pendekatan rasionalitas dalam pendidikan IPS antara lain mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam pengambilan keputusan setiap persoalan yang di hadapinya. Di Indonesia terdapat dua tujuan dilihat dari kepentingan peserta didik yang keduanya tampak dalam kurikulum SMA, yaitu memberikan bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dan membekali wawasan sosial budaya untuk mempertajam pemikiran dan apresiasi nilai dalam menjalani kehidupan di masyarakat.

Dokumen terkait