BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.2 Belajar dan Prestasi Belajar
Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar secara psikologis
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Interaksi dengan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perubahan perilaku
tingkah laku seseorang. Winkel (2004: 59) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan sebagai
pemahaman, sikap perbuatan, kebiasan, kecakapan dan
pengetahuan-pengetahuan baru yang ada pada siswa yang sedang belajar. Hariyanto (2011:
9) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa memperoleh sesuatu dari apa yang dipelajari di lingkungan
sekitar, berupa keadaan alam, manusia dan benda-benda yang dilihat, yang
dijadikan sebagai bahan ajar. Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi, sikap dan kepribadian.
2.1.2.2 Prinsip-prinsip Belajar
Cucu (2012: 18) menjelaskan belajar memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Belajar berlangsung seumur hidup.
2. Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir.
3. Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks.
4. Belajar dari yang faktual menuju konseptual.
5. Belajar mulai dari yang kongkrit menuju abstrak.
6. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
7. Keberhasilan belajar dipengarui oleh faktor bawaan, lingkungan,
8. Belajar berlangsung dengan guru maupun tanpa guru. Guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar, tetapi masih banyak sumber belajar lainnya.
9. Belajar mencangkup semua aspek kehidupan yang penuh makna, dalam
rangka membangun manusia seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama,
ideologi, politik ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan.
10.Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu, baik dalam
lingkungan keluarga, sebagai pendidikan awal bagi lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolahnya.
11.Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
12.Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal
seperti hambatan psikis dan fisik, dan eksternal, seperti lingkungan yang
kurang mendukung, baik sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dsb.
13.Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain,
mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri.
2.1.2.3 Pendekatan Belajar
2.1.2.3.1 Pengertian Belajar dalam Pendekatan Konstruktivisme
Driver dan Bell (dalam Hariyanto, 2011: 106) menjelaskan bahwa
pendekatan Kontruktivisme menjadikan siswa tidak dipandang sebagai
sesuatu yang pasif, siswa harus terlibat aktif dalam belajar, karena belajar
bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa saja, akan tetapi harus
dilihat juga proses dalam siswa mengkonstruksi pengetahuannya. Pendapat
lain juga disampaikan oleh John Dewey (dalam Hariyanto, 2011: 105)
2.1.2.3.2 Pengertian Belajar dalam Pendekatan Behavioristik
Hariyanto (2011: 58) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku dari adanya interaksi antara stimulus dan respon
siswa, faktor penting dari Kontruktivisme adalah adanya penguatan atau
reinforcement. Apabila penguatan yang diberikan maksimal maka respon
yang diterima akan semakin kuat, sebaliknya apabila penguatan yang
diberikan kurang maka respon yang diterima akan semakin lemah.
Penguatan yang diberikan berupa stimulus dalam bentuk tindakan-tindakan
yang dapat menumbuhkan respon siswa.
2.1.2.4 Pengertian Prestasi
Winkel (1984: 64) menjelaskan bahwa prestasi adalah bukti usaha
yang dapat dicapai. Bentuk dari hasil usaha dapat diukur menggunakan tes dan
melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan agar dapat mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian yang tercapai dalam pembelajaran, sehingga dapat
memperbaiki tujuan usaha yang kurang tercapai.
2.1.2.5 Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (1996: 162) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah suatu
bentuk keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Masidjo
(1995: 40) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang
khas, yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil
proses belajar yang diperoleh selama belajar. Hasil perubahan ini dapat
nilai. Dimyanti (2006: 3) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindakan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi prestasi belajar, dari sisi siswa
prestasi belajar merupakan puncak proses belajar.
Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses
belajar dalam waktu yang telah ditentukan yang kemudian akan diukur dan
dinilai dalam bentuk angka atau pernyataan.
2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam prestasi belajar, terdapat beberapa faktor yang melatar
belakanginya. Ahmadi (1991: 130) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:
1. Faktor internal
Faktor internal terdiri dari: 1) faktor jasmaniah yang bersifat
bawaan, contoh: pendengaran, struktur tulang dan lain-lain; 2) faktor
psikologis yang terdiri dari faktor interaktif, contohnya kecerdasan dan
bakat yang terlihat dari prestasi yang dimiliki. Faktor non interaktif yaitu
unsur-unsur kepribadian seperti sikap, kemandirian, motivasi dan lain-lain;
3) faktor kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari: 1) faktor sosial, contohnya lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah; 2) faktor budaya dimana teknologi adat
lingkungan fisik seperti contoh fasilitas belajar, fasilitas rumah, dan
lain-lain; 4) faktor keamanan.
Sependapat dengan Ahmadi, Mulyasa (2006: 191) mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:
1. Faktor internal
Keberhasilan belajar ditentukan oleh diri sendiri. Contohnya,
intelegensi, keberhasilan siswa dapat diukur dengan intelegensinya,
semakin tinggi tingkat intelegensi maka kemungkinan tingkat hasil yang
dicapai semakin tinggi. Siswa yang mempunyai intelegensi yang rendah
belum tentu mendapatkan prestasi belajar yang rendah, hal ini dikarenakan
masih ada faktor-faktor lain, yaitu: minat, sikap, waktu, dan kesempatan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non-sosial.
Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan berbagai situasi sosial.
Contohnya, lingkungan rumah, masyarakat, sekolah dan lain-lain. Faktor
non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik atau lingkungan alam,
melainkan lebih ke situasi rumah, fasilitas belajar, ruang belajar, dan
lain-lain.
Pada lingkungan sekolah, khususnya seorang guru mempunyai
peran yang sangat penting. Peran guru memperhatikan tingkah laku siswa,
guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri
pemecahan masalah yang diberikan guru. Guru sebagai fasilitator
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang
dikemukakan beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
internal dan faktor eksternal mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal
dalam bentuk intelegensi, namun faktor intelegensi tidak dapat berdiri sendiri,
faktor minat, sikap, waktu, kesempatan dan jasmaniah juga berperan dalam
pembelentukan intelegensi, psikologis dan kematangan. Faktor eksternal
terdiri dari faktor sosial, budaya, faktor lingkungan fisik dan keamanan.
2.1.3 Pembelajaran Matematika