• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI siswa kelas IV SD Kanisius Gayam Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI siswa kelas IV SD Kanisius Gayam Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
309
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

FX CANDRA DWI PUTRANTO 101134059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

FX CANDRA DWI PUTRANTO 101134059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas rencananya yang indah bagi hidup

saya dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan semangat supaya

saya bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu.

 Teman-temanku “Aloisia Rani Meita”, “Tarsisius Ferry Koko”, Bayu

(6)

v

MOTTO

Keberhasilan tidak dapat diperoleh dengan

mudah. Kerja keras dan doa adalah cara untuk

mempermudahnya.

Sabar, tabah dan waspada dalam menjalani

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA

Fransiskus Xaverius Candra Dwi Putranto Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar mata pelajaran matematika materi lambang bilangan Romawi siswa kelas IV SD Kanisius Gayam Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri empat langkah yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Gayam semester genap pada tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala, observasi, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) penggunaan pendekatan PMRI pada mata pelajaran Matematika dalam upaya meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gayam ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) mengelompokkan siswa, b) pemberian masalah kontekstual, c) siswa menyelesaikan masalah kontekstual, d) siswa mempresentasikan penyelesaian masalah dan bernegoisasi, e) penarikan kesimpulan. 2) penggunaan pendekatan PMRI mampu meningkatkan kemandirian siswa kelas IV SD Kanisius Gayam. Hal ini nampak pada kondisi kemandirian siswa semula yaitu 54,89 termasuk dalam kategori sangat rendah, dan meningkat menjadi 78,35 termasuk dalam kategori sedang pada akhir siklus II. 3) penggunaan pendekatan PMRI mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gayam. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata nilai ulangan siswa adalah 67,6 dan sebanyak 12 dari 25 siswa (48%) mendapatkan nilai di atas KKM, meningkat menjadi 80,13 dan sebanyak 25 dari 26 (96,2%) mendapatkan nilai di atas KKM pada akhir siklus II.

(10)

ix

ABSTRACT

THE INCREASING OF SELF-RELIANCE AND ACHIEVEMENT LEARNED MATHEMATICS USING PMRI APPROACH FOR GRADE FOUR IN KANISIUS GAYAM ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Fransiskus Xaverius Candra Dwi Putranto Universitas Sanata Dharma

2014

This research aimed to find out how the use of Indonesia Realistic Mathematics Education approach (PMRI) in increasing of self-reliance and achievement learned mathematics of emblem roman numbers subject for grade four in Kanisius Gayam Elementary School Yogyakarta of the academic year 2013/2014.

This research was a classroom action research that refers to the cycle model developed by Kemmis and Taggart. The research was conducted in two cycles, each cycle consists of four steps namely: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research was fourth grade students in Kanisius Gayam elementary school second semester of the academic year 2013/2014 that consist of 26 students. Data collection techniques used the scale, observation, and test.

The research results showed: 1) the use of PMRI approach on mathematics in an attempt to increase the self-reliance and achievement of fourth grade students in Kanisius Gayam elementary school reached by steps as follows: a) grouping students, b) granting contextual issues, c) students complete contextual issues, d) students presented the resolution of problems and negotiations, e) withdrawal of the conclusion. 2) the use of PMRI approach was able to increase the self-relience of fourth grade students in Kanisius Gayam elementary school. It appeared on the self-reliance students condition that originally 54.89 included in the very low category, and increased to 78.35 included in the middle category at the end of the cycle II. 3) the use of PMRI was able to increase the students achievement of fourth grade students in Kanisius Gayam elementary school. It appeared on the initial conditions average of students test score were 67.6 and 12 from 25 students (48%) got grade above KKM, increased to 80.13 and 25 from 26 students (96,2%) got grade above KKM at the end of the cycle II.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar

Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI Siswa Kelas IV SD Kanisius

Gayam Yogyakarta”. Penelitian skripsi ini merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Dra. Haniek S.P., M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing

dan memberikan motivasi sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi

ini.

4. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi sehingga peneliti mampu

menyelesaikan skripsi ini.

5. Andri Anugrahana S.Pd., M.Pd., yang telah memberikan kritik dan saran

demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Elisabeth Listriyani, S.Pd., Kepala SD Kanisius Gayam yang telah

(12)

xi

7. Yunanto., Guru Kelas IV SD Kanisius Gayam yang telah memberikan

bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat kepada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Aloisia Rani Meita, Tarsisius Ferry Koko, Bayu Yudianta, Ursula Dwi dan

Darti Oktaviani sebagai sahabat yang setia dalam membantu dan

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa peneliti sebutkan satu

per satu.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata

Dharma.

Yogyakarta, 25 Juli 2014

Peneliti

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 7

1.3 Pemecahan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.7 Batasan Pengertian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Kemandirian ... 12

2.1.1.1 Pengertian Kemandirian ... 12

2.1.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Siswa ... 13

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Siswa ... 14

(14)

xiii

2.1.1.5 Manfaat Kemandirian Bagi Siswa ... 17

2.1.1.6 Pengembangan Ketrampilan Belajar pada Kemandirian Siswa ... 17

2.1.2 Belajar dan Prestasi Belajar ... 20

2.1.2.1 Pengertian Belajar ... 20

2.1.2.2 Prinsip-prinsip Belajar ... 21

2.1.2.3 Pendekatan Belajar ... 22

2.1.2.4 Pengertian Prestasi ... 23

2.1.2.5 Pengertian Prestasi Belajar ... 23

2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

2.1.3 Pembelajaran Matematika ... 26

2.1.3.1 Hakekat Matematika ... 26

2.1.3.2 Proses Belajar Matematika ... 28

2.1.4 Materi Matematika di Sekolah Dasar ... 28

2.1.5 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ... 31

2.1.5.1 Pengertian Pendekatan PMRI ... 31

2.1.5.2 Prinsip Pendekatan PMRI ... 33

2.1.5.3 Karakteristik PMRI... 34

2.1.5.4 Implikasi Pelaksanaan PMRI... 35

2.1.5.5 Langkah-langkah Pendekatan PMRI ... 36

2.2 Penelitian-penelitian yang Relevan ... 37

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Setting Penelitian ... 47

3.2.1 Tempat Penelitian ... 47

3.2.2 Subjek Penelitian ... 47

3.2.3 Objek Penelitian ... 47

3.2.4 Waktu Penelitian ... 48

(15)

xiv

3.3.1 Persiapan ... 48

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 49

3.3.2.1 Siklus I ... 49

3.3.2.2 Siklus II... 57

3.4 Instrumen Penelitian ... 62

3.4.1 Instrumen Prestasi Belajar ... 63

3.4.2 Instrumen Kemandirian ... 64

3.4.2.1 Lembar Skala ... 65

3.4.2.2 Lembar Observasi ... 66

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 67

3.5.1 Validitas ... 67

3.5.2 Reliabilitas ... 74

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.6.1 Skala ... 76

3.6.2 Observasi ... 78

3.6.3 Tes ... 78

3.7 Teknik Analisis Data ... 79

3.7.1 Analisis Data Kemandirian Siswa ... 79

3.7.2 Analisis Data Prestasi Belajar... 80

3.8 Kriteria Keberhasilan ... 81

3.8.1 Kriteria Keberhasilan Kemandirian ... 82

3.8.2 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1 Kondisi Awal Sebelum Penelitian ... 83

4.1.1.1 Kemandirian Siswa ... 83

4.1.1.2 Prestasi Belajar ... 84

4.1.2 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 86

4.1.2.1 Siklus I ... 86

4.1.2.2 Siklus II...101

(16)

xv

4.2.1 Kemandirian Siswa ...114

4.2.2 Prestasi Belajar ...116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...122

5.1 Kesimpulan ...122

5.2 Keterbatasan Penelitian ...123

5.3 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ...126

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Minimal ... 4

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 28

Tabel 2.2 Bilangan Romawi ... 30

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 63

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 64

Tabel 3.3 Pedoman Skoring Skala Kemandirian ... 65

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Kemandirian ... 66

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Observasi Kemandirian Siswa... 67

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Desain Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 3.7 Perhitungan Validasi Desain Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 3.8 Perhitungan Validitas Soal Evaluasi ... 72

Tabel 3.9 Perhitungan Validasi Desain Kemandirian ... 73

Tabel 3.10 Kriteria Validasi Instrumen Skala dan Observasi ... 74

Tabel 3.11 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 75

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Reliabilitas Statistik ... 76

Tabel 3.13 Pemberian Skor Observasi ... 78

Tabel 3.14 Pedoman Rata-rata Kemandirian Siswa ... 80

Tabel 3.15 Kriteria Keberhasilan Kemandirian ... 82

Tabel 3.16 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 82

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kemandirian Siswa ... 83

Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Prestasi Belajar ... 85

Tabel 4.3 Data Nilai Kemandirian Siswa Siklus I ... 96

Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Siklus I ... 98

Tabel 4.5 Data Nilai Kemandirian Siswa Siklus II ... 108

Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Siklus II ... 109

Tabel 4.7 Rata-rata Kemandirian Siswa ... 114

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Lambang Bilangan Romawi ... 29

Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ... 40

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 45

Gambar 4.1 Peningkatan Skor Rata-rata Kemandirian Siswa ... 116

Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Prestasi Belajar Siswa ... 119

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Validitas Perangkat Pembelajaran ...130

Lampiran 2 Silabus Pembelajaran ...140

Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 1 ...143

Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan 2 ...149

Lampiran 5 RPP Siklus I Pertemuan 3 ...155

Lampiran 6 RPP Siklus II Pertemuan 1 ...160

Lampiran 7 RPP Siklus II Pertemuan 2 ...166

Lampiran 8 Lembar Penilaian ...171

Lampiran 9 LKS Siklus I Pertemuan 1 ...175

Lampiran 10 LKS Siklus I Pertemuan 2 ...179

Lampiran 11 LKS Siklus II Pertemuan 1 ...182

Lampiran 12 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan 1 ...185

Lampiran 13 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan 2 ...188

Lampiran 14 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan 1 ...191

Lampiran 15 Rangkuman Materi ...194

Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Sebelum Validitas ...199

Lampiran 17 Soal Tes Prestasi Sebelum Validitas ...201

Lampiran 18 Uji Validitas Tes Prestasi ...209

Lampiran 19 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Sesudah Validitas ...216

Lampiran 20 Soal Tes Prestasi Sesudah Validitas ...218

Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi ...226

Lampiran 22 Kisi-kisi Skala dan Observasi Kemandirian ... 229

Lampiran 23 Instrumen Validasi Desain Skala dan Observasi Kemandrian ...232

Lampiran 24 Lembar Skala dan Observasi Kemandirian Validasi ...235

Lampiran 25 Lembar Skala dan Observasi Kemandirian ...240

Lampiran 26 Hasil Skala Kemandirian Siswa ...245

Lampiran 27 Hasil Observasi Kemandirian Siswa ...249

Lampiran 28 Hasil Kemandirian Siswa ...253

(20)

xix

Lampiran 30 Contoh Lembar Soal Validitas ...258

Lampiran 31 Contoh Lembar LKS Siklus I ...264

Lampiran 32 Contoh Lembar LKS Siklus II ...269

Lampiran 33 Contoh Soal Tes Prestasi Siklus I ...272

Lampiran 34 Contoh Soal Tes Prestasi Siklus II ...275

Lampiran 35 Hasil Prestasi Belajar Siswa ...282

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu ilmu berobjek abstrak yang menekankan

pada pendapat yang sama dan memiliki pola pikir deduktif (Soedjadi, 2000: 11).

Dengan kata lain mata pelajaran matematika juga merupakan salah satu ilmu

pengetahuan yang mempelajari struktur abstrak dan pola hubungan yang ada di

dalamnya. Matematika sangat penting bagi siswa di SD karena mengajarkan

kemampuan berfikir secara logis dan ketrampilan berhitung yang digunakan

dalam kehidupan sahari-hari.

Mata pelajaran matematika di SD terkadang sulit dipahami dan bersifat

abstrak untuk siswa. Melalui pelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki

kemampuan untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu

bekerjasama (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 240). Melalui pelajaran matematika

dapat menumbuhkan ketelitian, tanggung jawab dan rasa ingin tahu yang tinggi

dalam mempelajari materi pada mata pelajaran matematika.

Siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam proses kegiatan

pembelajaran. Keberhasilan siswa dapat dilihat dari prestasi belajar, misalnya

mendapatkan nilai di atas KKM yang ditetapkan ketika mengerjakan soal-soal

latihan dan ujian. Kemandirian dalam diri siswa diperoleh dari proses kegiatan

(22)

kompleks dalam matematika sangat tergantung pada proses belajar yang dialami

siswa.

Hadi (2005: 10) menjelaskan bahwa kemandirian memungkinkan siswa

untuk berusaha menyelesaikan kesulitan yang sedang dihadapi dengan

kemampuan yang dimilikinya. Kemandirian sangat penting dimunculkan sejak

kecil, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Kemandirian siswa merupakan hal yang

sebaiknya diperhatikan oleh guru sebagai pengajar.

Peneliti melakukan observasi yang dilakukan di kelas IV SD Kanisius

Gayam saat mata pelajaran matematika pada hari Kamis, 16 Januari 2014. Hasil

observasi adalah 1) ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika

sebagian besar siswa tidak mengajukan pertanyaan sehingga proses pembelajaran

pasif; 2) guru menggunakan metode ceramah yang belum kontekstual, proses

kegiatan pembelajaran belum memperlihatkan karakteristik PMRI, guru menjadi

sumber informasi bagi siswa, sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan

pembelajaran; 3) ketika guru selesai menjelaskan materi, siswa tidak berani

mengungkapkan pendapatnya; 4) beberapa siswa tidak mempersiapkan alat

belajar seperti buku tulis dan buku cetak; 5) beberapa siswa tidak menyelesaikan

tugas yang diberikan guru dengan tidak tepat waktu; 6) terlihat beberapa siswa

yang mencontek atau melihat hasil pekerjaan dari teman; 7) guru menggunakan

papan tulis sebagai media untuk menjelaskan materi yang diajarkan; serta 8)

Jumlah siswa kelas IV 26 siswa, dan 16 siswa di antaranya mendapat nilai

(23)

Kanisius Gayam yaitu 70, sehingga harus melakukan remedial untuk mencapai

KKM.

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas IV. Hasil

wawancara dengan siswa diketahui bahwa 1) siswa merasa bosan dan cenderung

mengantuk saat mengikuti pembelajaran matematika; dan 2) siswa tidak berani

bertanya apabila kurang memahami materi karena kurangnya keinginan untuk

memahami materi dari guru yang memiliki keahlian sesuai dengan materi yang

diajarkan. Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa: 1) siswa kurang

mempersiapkan diri ketika belajar di sekolah, seperti kurangnya kebiasaan belajar

di rumah dan tidak mengerjakan soal-soal latihan; 2) siswa kurang serius dalam

mengerjakan tugas yang diberikan guru dan siswa kurang aktif dalam kegiatan

pembelajaran, ketika siswa mengerjakan latihan soal mendapatkan nilai yang

kurang memuaskan; serta 3) siswa tidak berani bertanya kepada guru apabila ada

materi yang belum dipahami. Guru kurang mampu dalam mengolah pembelajaran

yang dapat membangkitkan kemandirian belajar siswa, sehigga kemandirian dan

prestasi belajar siswa kurang optimal. Kemandirian dalam proses pembelajaran

sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana dalam

proses pembelajaran berjalan dengan lancar, tetapi juga menciptakan pribadi yang

kuat bagi setiap siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata

pelajaran Matematika. Hal ini diperkuat dengan data nilai siswa kelas IV SD

(24)

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Minimal untuk Mata Pelajaran Matematika SD Kanisius Gayam

Tahun

Pelajaran KKM Rata-rata

Ketuntasan Jumlah

Sumber : Dokumen nilai dari guru kelas.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun pelajaran

2012/2013 dengan nilai KKM 70 tingkat ketidaktercapaian KKM pada materi

lambang bilangan Romawi adalah 52% dari 25 siswa dengan nilai rata-rata 67,6.

Data kondisi awal kemandirian siswa kelas IV SD Kanisius Gayam, peneliti

memperolehnya ketika membagikan lembar skala kemandirian di kelas. Tingkat

rata-rata kemandirian siswa kelas IV SD Kanisius Gayam adalah 54,89 dan

termasuk dalam kategori sangat rendah. Siswa yang memiliki kemandirian sangat

rendah 16 dari 26 siswa (61,5%), siswa yang memiliki kemandirian rendah 9 dari

26 siswa (34,6%), dan siswa yang memiliki kemandirian sedang 1 dari 26 siswa

(3,9%).

Materi bilangan Romawi penting diajarkan di sekolah, karena bilangan

Romawi dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bab buku,

kejuaraan, penomoran alamat rumah, penomoran kelas, dan lain-lain. Materi

lambang bilangan Romawi dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah

yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Ayah hari ini merayakan

ulang tahun yang ke- 41, bilangan Romawi dari 41 adalah XLI. Apabila siswa

(25)

dalam memecahkan masalah berkaitan dengan lambang bilangan Romawi.

Prestasi belajar siswa tahun sebelumnya dalam materi bilangan Romawi kurang

memuaskan.

Wawancara dengan guru, memberikan hasil bahwa siswa kurang

memahami aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan bilangan Romawi,

sehingga siswa kesulitan dalam menuliskan ke bilangan Romawi atau sebaliknya.

Siswa kesulitan menuliskan bilangan Romawi CXI menjadi bilangan asli, apakah

109 atau 111. Sebaliknya, siswa juga mengalami kesulitan dalam menuliskan

bilangan cacah ke bilangan Romawi, contoh: bilangan 44 apakah menjadi

bilangan Romawi XLIV atau XLVI.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dipaparkan

sebelumnya, peneliti menduga penyebab dari permasalahan yang terjadi di kelas

IV SD Kanisius Gayam adalah kemandirian dan prestasi belajar siswa masih

kurang. Hal ini disebabkan karena guru mengajarkan materi menggunakan metode

ceramah dan pengerjaan tugas. Akibatnya siswa kurang aktif dan mandiri dalam

memecahkan masalah atau soal-soal yang diberikan guru. Siswa terlalu

bergantung pada materi yang disampaikan guru, siswa tidak terbiasa menemukan

dan mengembangkan pengetahuannya sendiri dengan mencari informasi secara

mandiri. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk berusaha menemukan

dan mengembangkan pengetahuan mereka. Hasilnya pengetahuan siswa tidak

berkembang, materi yang diajarkan guru menggunakan metode ceramah hanya

bertahan sementara diingatan siswa karena mereka cenderung hanya menghafal

(26)

yang digunakan guru untuk mengukur pemahaman, mereka sudah lupa materi

yang diajarkan oleh guru.

Peneliti akan melakukan penelitian tentang peningkatan kemandirian dan

prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas IV

SD Kanisisus Gayam Yogyakarta. Peneliti memilih pendekatan PMRI karena

pendekatan PMRI diterapkan khusus untuk mata pelajaran matematika. (Sutarto,

2005: 36) Pendekatan PMRI cocok untuk siswa karena mengajarkan konsep

matematika secara kontekstual sesuai dengan kehidupan nyata siswa, sehingga

siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Pembelajaran PMRI dimulai

dengan menyajikan masalah kontekstual yang harus dipecahkan, sehingga siswa

diarahkan untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan

guru. Pendekatan PMRI dilandasi dari hal-hal yang riil atau pernah dialami atau

dibayangkan siswa, menekankan pada ketrampilan proses, berdiskusi, dan

berargumentasi dengan teman sekelas. Penggunaan pendekatan PMRI diharapkan,

siswa dapat menemukan sendiri jawaban dalam menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari yang diberikan oleh guru dengan menggunakan media

pembelajaran, peran guru sebagai fasilitator membantu siswa apabila ada materi

yang kurang dipahami. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan pendapat dan berdiskusi dengan teman.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan

Kemandirian dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI

(27)

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian menggunakan pendekatan PMRI yang dilakukan di kelas IV SD

Kanisius Gayam Yogyakarta dengan jumlah 26 siswa yaitu 14 laki-laki dan 12

perempuan pada mata pelajaran matematika semester genap. Kompetensi dasar

7.2 Menyatakan Bilangan cacah sebagai Bilangan Romawi dan sebaliknya. Materi

yang digunakan yaitu lambang bilangan Romawi. Kemampuan kognitif siswa

kelas IV SD Kanisius Gayam dibatasi dari C1 (Mengingat), C2 (Mengerti), dan

C3 (Memakai). Kemandirian yang diukur melalui tiga indikator yaitu menetapkan

tujuan belajarnya sendiri, memilih dan menentukan sendiri sumber belajar, dan

menggunakan strategi belajar yang tepat.

1.3 Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya kemandirian dan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika pada materi lambang bilangan Romawi kelas IV SD

Kanisius Gayam diatasi dengan menggunakan pendekatan PMRI.

Pendekatan PMRI dilandasi dari hal-hal yang riil atau pernah dialami atau

dibayangkan siswa, menekankan pada ketrampilan proses, berdiskusi, dan

berargumentasi dengan teman sekelas. Penggunaan pendekatan PMRI mampu

membuat siswa menemukan sendiri jawaban dalam menyelesaikan masalah yang

diberikan oleh guru. Peran guru sebagai fasilitator membantu siswa apabila ada

materi yang kurang dipahami. Kemandirian siswa akan tercipta dalam kegiatan

diskusi dan berargumentasi dengan teman dalam membahas materi atau soal dari

(28)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memaparkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan

kemandirian dan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas

IV semester 2 SD Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014?

1.4.2 Apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kemandirian

siswa kelas IV semester 2 SD kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran

2013/ 2014?

1.4.3 Apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas IV semester 2 SD kanisius Gayam Yogyakarta tahun

ajaran 2013/ 2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan PMRI dalam

meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar pada mata pelajaran

matematika siswa kelas IV semester 2 SD Kanisius Gayam Yogyakarta

tahun ajaran 2013/ 2014.

1.5.2 Untuk mengetahui penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan

kemandirin siswa kelas IV semester 2 SD kanisius Gayam Yogyakarta

(29)

1.5.3 Untuk mengetahui penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas IV semester 2 SD kanisius Gayam

Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi peneliti, siswa, sekolah dan

dunia pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran.

1.6.1 Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan aplikasi tentang

pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI untuk mata

pelajaran matematika materi lambang bilangan Romawi.

1.6.2 Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran

matematika, yaitu pendekatan PMRI yang dapat digunakan di kelas guna

meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa mata pelajaran

matematika pada materi lambang bilangan Romawi.

1.6.3 Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dokumen hasil penelitian yang

dapat menjadi bahan bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan

(30)

1.6.4 Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi

peneliti, sehingga dapat menambah wawasan dalam penerapan pendekatan

PMRI pada kegiatan pembelajaran.

1.7 Batasan Pengertian

Suatu istilah dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda-beda. Agar

terhindar dari kesalahpahaman dan penafsiran-penafsiran yang keliru, maka

peneliti memberikan batasan-batasan pengertian dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1.7.1 Kemandirian adalah sikap yang ditunjukkan seseorang dalam

memutuskan pilihan dan menentukan tindakan dalam menjalani

kehidupan tanpa bantuan orang lain.

1.7.2 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi, sikap dan kepribadian.

1.7.3 Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami

proses belajar dalam waktu yang telah ditentukan yang kemudian akan

diukur dan dinilai dalam bentuk angka atau pernyataan.

1.7.4 Mata pelajaran matematika SD adalah mata pelajaran yang terdapat di

kelas IV SD Kanisius Gayam semester genap tahun ajaran 2013/ 2014

dengan kompetensi dasar menyatakan Bilangan cacah sebagai Bilangan

(31)

1.7.5 Pendekatan PMRI adalahpendekatan yang bertitik tolak dari hal-hal riil

atau pernah dialami atau dibayangkan siswa, menekankan keterampilan

proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman

sekelas sehingga siswa dapat menemukan sendiri (student inventing)

(32)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kemandirian

2.1.1.1 Pengertian Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting

bagi setiap orang. Kemandirian merupakan keadaan seseorang dalam

kehidupannya mampu untuk memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa

bantuan orang lain (Basri, 2000: 53). Menurut Gea (2002: 145), kemandirian

merupakan sikap seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak dirinya

yang terlihat dalam perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu demi

memenuhi kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Seseorang yang memiliki tingkat kemandirian yang baik akan mampu

menemukan hasil berdasarkan usaha sendiri dan dapat memecahkan masalah,

karena seseorang yang mandiri seringkali tidak tergantung pada bantuan orang

lain dan selalu berusaha untuk menghadapi masalah yang ada dengan

kemampuan yang dimilikinya (Hadi, 2005: 10).

Berdasarkan uraian dari beberapa para ahli di atas, ada kesamaan dari

pengertian kemandirian adalah sikap yang ditunjukkan seseorang dalam

memutuskan pilihan dan menentukkan tindakan dalam menjalani kehidupan

(33)

seseorang dalam memutuskan pilihan dan menentukan tindakan dalam

menjalani kehidupan tanpa bantuan orang lain.

2.1.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Siswa

Thoha (1996: 123) menjelaskan ciri kemandirian siswa dalam

beberapa jenis, yaitu:

1. Mampu berpikir secara kritis, kreatif, dan inovatif,

2. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain,

3. Tidak lari atau menghindari masalah,

4. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam,

5. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan

orang lain

6. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain,

7. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan, dan

8. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Menurut Marsudi (2011: 25) setiap siswa dapat dikatakan berlaku

mandiri dalam proses pembelajaran, apabila siswa tersebut mampu:

1. Berpikir kritis,

2. Bertanggung jawab atas tindakannya,

3. Tidak mudah terpengaruh pada orang lain,

4. Bekerja keras, dan

5. Tidak tergantung pada orang lain.

Dari beberapa ciri-ciri kemandirian di atas, dapat disimpulkan bahwa

(34)

kemandirian dari dalam diri sendiri, mampu berpikir kritis, bertanggung

jawab, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, dan tidak tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan masalah.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Siswa

Masjidi (2007: 27) menjelaskan bahwa faktor-faktor kemandirian

siswa dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

1. Faktor dalam diri anak itu sendiri (internal), berupa kemauan dan rasa

ingin tahu siswa untuk mau belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan guru dengan baik.

2. Faktor materi pembelajaran di sekolah, Perkembangan kognitif anak usia

Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam operasi konkret. Siswa

sudah dapat memahami konsep-konsep matematika yang sangat

sederhana, dan masih dipengaruhi oleh objek-objek visual. Penanaman

konsep dasar matematika sangat diperlukan penggunaan alat peraga atau

media.

3. Faktor pengajar, guru sebagai fasilitator mendampingi siswa, memantau

setiap perkembangan siswa. Metode yang digunakan guru dalam mengajar

mempengaruhi kemandirian dari siswa.

Menurut basri (2000: 54) kemandirian siswa dalam belajar dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.

1. Faktor Endogen (Internal)

Faktor endogen adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam

(35)

yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan

dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar

dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan di dalam diri seseorang,

seperti bakat, potensi, intelektual dan pertumbuhan jasmani.

2. Faktor Eksogen (Eksternal)

Faktor eksogen adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari

luar dirinya. Faktor ini sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan

dimana seseorang yang bermukim di setiap tempat dimana terdapat

masyarakat yang heterogen sangat mempengaruhi perkembangan

kepribadian seseorang, baik dari segi positif maupun negatif.

Hurlock (1978: 4) siswa akan mampu mengetahui kelebihan yang

dimiliki dan apabila kelebihan yang dimilikinya mampu dikembangkan, maka

akan mendatangkan kepuasan yang dengan sendirinya kepercayaan diri siswa

akan tumbuh dengan baik. Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian, dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan telah mampu belajar

secara mandiri apabila telah mampu memecahkan masalah tanpa bergantung

dengan orang lain. Siswa yang mampu bersikap mandiri dalam belajar dapat

dilihat dari bagaimana siswa memulai belajar, pengaturan masalah waktu

dalam belajar dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta

(36)

2.1.1.4 Aspek-Aspek Kemandirian Siswa

Kuswanto (2004: 15) menjelaskan kemandirian terdiri dari beberapa

aspek, yaitu:

1. Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berpikir,

menalar, memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala

permasalahan sebagai usaha mengatasi masalah.

2. Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif

membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain

disekitarnya.

3. Aspek emosi, mencakup kemampuan siswa untuk mengelola serta

mengendalikan emosi dan reaksinya dengan tidak tergantung pada orang

orang lain.

Brookfield (dalam Yamin, 2008: 204) menjelaskan kemandirian terdiri

dari beberapa aspek, yaitu:

1. Menetapkan tujuan belajarnya sendiri,

2. Memilih dan menentukan sendiri sumber belajar,

3. Menggunakan strategi belajar yang tepat.

Dari beberapa aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan para ahli,

terdapat perbedaan antara Kuswanto dan Brookfield. Aspek-aspek

kemandirian siswa sangat mempengaruhi proses dan prestasi belajar dari siswa

dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai, berelasi dengan teman, memilih

sumber belajar yang akan digunakan, dan strategi belajar dalam mempelajari

(37)

2.1.1.5 Manfaat Kemandirian Bagi Siswa

Menurut Lipton dan Hubble (1997: 63) terdapat 4 manfaat

kemandirian bagi siswa, yaitu:

1. Siswa memahami bidang pelajaran secara lebih mendalam,

2. Siswa berinteraksi langsung dengan bidang pelajaran yang sedang

dipelajarinya,

3. Siswa dapat memusatkan perhatian pada materi pelajaran yang belum

dikuasai,

4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mendalami bidang pelajaran yang

dibelajari tanpa dibatasi, sehingga siswa dapat belajar sampai batas

kemampuan yang dimiliki.

Kemandirian bermanfaat terhadap kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik siswa. Siswa menjadi lebih bertanggungjawab, berfikir kreatif

dan kritis, dan lebih percaya diri ketika memecahkan masalah yang sedang

dihadapi.

2.1.1.6 Pengembangan Ketrampilan Belajar pada Kemandirian Siswa

Menurut Soeparno (2001: 63) ada beberapa pengembangan

ketrampilan belajar siswa agar dapat meningkatkan kemandirian, yaitu:

1. Mengenali diri sendiri

Memahami diri sendiri sangat penting, agar siswa tidak keliru

dalam menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya. Siswa memahami

apa yang sebenarnya ingin dicapai, yang merupakan visi terhadap

(38)

2. Memotivasi diri sendiri

Motivasi tumbuh dari dalam diri sendiri dan dapat berasal dari luar

dirinya, yaitu melalui lingkungan sekitar. Apakah berasal dari orang tua,

guru dan teman. Membuat daftar keuntungan-keutungan yang akan

diperoleh setelah seseorang memutuskan untuk mempelajari sesuatu maka

akan menumbuhkan motivasi yang sebenarnya dapat dipelajari oleh semua

orang.

3. Mempelajari cara-cara belajar efektif

Beberapa tipe yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan yang

dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar diantaranya

adalah:

a. Membuat rangkuman

Rangkuman membantu siswa ketika akan mengulang pelajaran

atau ketika mencoba mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

b. Membuat pemetaan konsep-konsep penting

Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang saling

berhubungan, sehingga sangatlah penting maka akan ada konsep utama

dan konsep pendukung.

c. Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar

Cara mencatat pada kertas terpisah, bagian kiri untuk catatan

penting bersifat deskriptif dan bagian kanan berupa catatan bersifat

personal tentang kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri untuk

(39)

4. Membaca secara efektif

Membaca secara efektif dapat dibagi menjadi beberapa hal, yaitu:

a. Skimming

Membaca dengan cepat untuk melihat gambaran umum dari

judul-judul bab dan bagian lain secara garis besar.

b. Scanning

Membaca dengan melihat judul bab kemudian sub judul

didalam suatu bab serta membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap

paragraf.

c. Membaca simpulan

Kesimpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah

dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali

kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis.

d. Membaca untuk pendalaman

Membaca dengan cermat dan penuh kesadaran, mendalami isi

bacaan. Pembaca diharapkan dapat menangkap ide yang tersirat.

e. Memanfaatkan indeks

Indeks dapat menolong pembaca untuk mengetahui ada

tidaknya informasi yang diperlukan di dalam buku yang akan

dipelajari.

5. Membuat situasi yang kondusif

Suasana yang menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan

(40)

belajar yang sehat adalah rileks, tidak mengganggu postur tubuh dan

konsentrasi.

6. Mengenal lingkungan

Pengembangan ketrampilan belajar siswa dari pengenalan

lingkungan belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung

jumlahnya disekitar siswa. Contohnya berupa orang, bahan bacaan dan

lembaga yang dijadikan sumber belajar.

Pengembangan ketrampilan belajar pada kemandirian siswa yaitu,

mengenali diri sendiri, memotivasi diri sendiri, mempelajari cara-cara belajar

efektif, membaca secara efektif, membuat situasi yang kondusif, dan

mengenal lingkungan secara bertahap dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

2.1.2 Belajar dan Prestasi Belajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar

Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar secara psikologis

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Interaksi dengan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perubahan perilaku

tingkah laku seseorang. Winkel (2004: 59) menjelaskan bahwa belajar adalah

suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan sebagai

(41)

pemahaman, sikap perbuatan, kebiasan, kecakapan dan

pengetahuan-pengetahuan baru yang ada pada siswa yang sedang belajar. Hariyanto (2011:

9) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

sendiri. Siswa memperoleh sesuatu dari apa yang dipelajari di lingkungan

sekitar, berupa keadaan alam, manusia dan benda-benda yang dilihat, yang

dijadikan sebagai bahan ajar. Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi, sikap dan kepribadian.

2.1.2.2 Prinsip-prinsip Belajar

Cucu (2012: 18) menjelaskan belajar memiliki prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Belajar berlangsung seumur hidup.

2. Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir.

3. Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks.

4. Belajar dari yang faktual menuju konseptual.

5. Belajar mulai dari yang kongkrit menuju abstrak.

6. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

7. Keberhasilan belajar dipengarui oleh faktor bawaan, lingkungan,

(42)

8. Belajar berlangsung dengan guru maupun tanpa guru. Guru bukanlah

satu-satunya sumber belajar, tetapi masih banyak sumber belajar lainnya.

9. Belajar mencangkup semua aspek kehidupan yang penuh makna, dalam

rangka membangun manusia seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama,

ideologi, politik ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan.

10.Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu, baik dalam

lingkungan keluarga, sebagai pendidikan awal bagi lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekolahnya.

11.Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

12.Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal

seperti hambatan psikis dan fisik, dan eksternal, seperti lingkungan yang

kurang mendukung, baik sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dsb.

13.Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain,

mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri.

2.1.2.3 Pendekatan Belajar

2.1.2.3.1 Pengertian Belajar dalam Pendekatan Konstruktivisme

Driver dan Bell (dalam Hariyanto, 2011: 106) menjelaskan bahwa

pendekatan Kontruktivisme menjadikan siswa tidak dipandang sebagai

sesuatu yang pasif, siswa harus terlibat aktif dalam belajar, karena belajar

bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa saja, akan tetapi harus

dilihat juga proses dalam siswa mengkonstruksi pengetahuannya. Pendapat

lain juga disampaikan oleh John Dewey (dalam Hariyanto, 2011: 105)

(43)

2.1.2.3.2 Pengertian Belajar dalam Pendekatan Behavioristik

Hariyanto (2011: 58) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku dari adanya interaksi antara stimulus dan respon

siswa, faktor penting dari Kontruktivisme adalah adanya penguatan atau

reinforcement. Apabila penguatan yang diberikan maksimal maka respon

yang diterima akan semakin kuat, sebaliknya apabila penguatan yang

diberikan kurang maka respon yang diterima akan semakin lemah.

Penguatan yang diberikan berupa stimulus dalam bentuk tindakan-tindakan

yang dapat menumbuhkan respon siswa.

2.1.2.4 Pengertian Prestasi

Winkel (1984: 64) menjelaskan bahwa prestasi adalah bukti usaha

yang dapat dicapai. Bentuk dari hasil usaha dapat diukur menggunakan tes dan

melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan agar dapat mengetahui tingkat

keberhasilan pencapaian yang tercapai dalam pembelajaran, sehingga dapat

memperbaiki tujuan usaha yang kurang tercapai.

2.1.2.5 Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (1996: 162) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah suatu

bentuk keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam

melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Masidjo

(1995: 40) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang

khas, yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil

proses belajar yang diperoleh selama belajar. Hasil perubahan ini dapat

(44)

nilai. Dimyanti (2006: 3) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindakan

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi prestasi belajar, dari sisi siswa

prestasi belajar merupakan puncak proses belajar.

Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses

belajar dalam waktu yang telah ditentukan yang kemudian akan diukur dan

dinilai dalam bentuk angka atau pernyataan.

2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam prestasi belajar, terdapat beberapa faktor yang melatar

belakanginya. Ahmadi (1991: 130) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:

1. Faktor internal

Faktor internal terdiri dari: 1) faktor jasmaniah yang bersifat

bawaan, contoh: pendengaran, struktur tulang dan lain-lain; 2) faktor

psikologis yang terdiri dari faktor interaktif, contohnya kecerdasan dan

bakat yang terlihat dari prestasi yang dimiliki. Faktor non interaktif yaitu

unsur-unsur kepribadian seperti sikap, kemandirian, motivasi dan lain-lain;

3) faktor kematangan fisik maupun psikis.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri dari: 1) faktor sosial, contohnya lingkungan

keluarga, masyarakat dan sekolah; 2) faktor budaya dimana teknologi adat

(45)

lingkungan fisik seperti contoh fasilitas belajar, fasilitas rumah, dan

lain-lain; 4) faktor keamanan.

Sependapat dengan Ahmadi, Mulyasa (2006: 191) mengemukakan

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:

1. Faktor internal

Keberhasilan belajar ditentukan oleh diri sendiri. Contohnya,

intelegensi, keberhasilan siswa dapat diukur dengan intelegensinya,

semakin tinggi tingkat intelegensi maka kemungkinan tingkat hasil yang

dicapai semakin tinggi. Siswa yang mempunyai intelegensi yang rendah

belum tentu mendapatkan prestasi belajar yang rendah, hal ini dikarenakan

masih ada faktor-faktor lain, yaitu: minat, sikap, waktu, dan kesempatan.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non-sosial.

Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan berbagai situasi sosial.

Contohnya, lingkungan rumah, masyarakat, sekolah dan lain-lain. Faktor

non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik atau lingkungan alam,

melainkan lebih ke situasi rumah, fasilitas belajar, ruang belajar, dan

lain-lain.

Pada lingkungan sekolah, khususnya seorang guru mempunyai

peran yang sangat penting. Peran guru memperhatikan tingkah laku siswa,

guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri

pemecahan masalah yang diberikan guru. Guru sebagai fasilitator

(46)

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang

dikemukakan beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor

internal dan faktor eksternal mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal

dalam bentuk intelegensi, namun faktor intelegensi tidak dapat berdiri sendiri,

faktor minat, sikap, waktu, kesempatan dan jasmaniah juga berperan dalam

pembelentukan intelegensi, psikologis dan kematangan. Faktor eksternal

terdiri dari faktor sosial, budaya, faktor lingkungan fisik dan keamanan.

2.1.3 Pembelajaran Matematika 2.1.3.1 Hakekat Matematika

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek

abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu

konsep diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya sehingga

keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas

(Depdiknas, 2003).

Menurut Sujono (dalam Fathani, 2009: 19), matematika sebagai

cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, serta

matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan

maslah yang berhubungan dengan bilangan. Sependapat dengan depdiknas dan

Sujono, mengemukakan pengertian matematika. Menurut Soedjadi (2000: 31)

matematika merupakan suatu ilmu yang berobjek abstrak yang menekankan

pada pendapat yang sama yang berpola pikir deduktif.

Menurut Suryanto (2010: 58) matematika merupakan aktivitas manusia

(47)

sebagai barang jadi, materi pelajaran matematika berwujud sekumpulan

pengertian atau konsep, sekumpulan pernyataan, sekumpulan rumus, sehingga

belajar menjadi kegiatan menghafal dan menerapkan rumus-rumus semata,

sehingga pembelajaran matematika terasa membosankan. Dalam kegiatan

pembelajaran, siswa diharapkan dapat menemukan konsep, dalam memahami

materi, dengan bantuan seperlunya dari guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan pengertian matematika yang dikemukakan beberapa ahli

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bahan kajian

konsep-konsep yang saling berkaitan. Setiap konsep dalam matematika

merupakan prasyarat yang harus dipahami siswa untuk dapat mempelajari

konsep selanjutnya. Apabila siswa tidak dapat memahami suatu konsep, maka

siswa tidak akan menguasai konsep-konsep selanjutnya. Apabila siswa

diajarkan sebagai sebuah kegiatan, siswa dapat menemukan konsep, maka

siswa akan lebih mudah dalam memahami materi. Guru sebagai pengajar

diharapkan dapat menciptakan sebuah kegiatan pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa

dalam menemukan informasi atau konsep-konsep matematika sendiri sehingga

siswa dapat benar-benar memahami materi dengan baik. Peneliti memilih

menggunakan pendekatan PMRI dalam mengajarkan matematika, karena

dalam PMRI guru memberikan kesempatan siswa untuk aktif memahami

(48)

2.1.3.2 Proses Belajar Matematika

Winkel (1987: 36) menjelaskan bahwa proses belajar merupakan

suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungannya, dan menghasilkan perubahan dalam pemahaman,

pengetahuan, nilai sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut tidak akan

mudah hilang, bersifat secara relatif dan berbekas. Ruseffendi (1996: 198)

menjelaskan bahwa belajar matematika merupakan belajar bermakna, dalam

arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti sebelum

sampai pada latihan atau hafalan. Pemahaman konsep matematika dapat

dipahami dengan baik apabila dalam proses belajar matematika pengenalan

materi atau representasinya dimulai dengan benda-benda kontrik secara

kontekstual, menggunakan media-media yang menarik sehingga

memunculkan minat anak untuk belajar.

2.1.4 Materi Matematika di Sekolah Dasar

Dalam penelitian ini Standar Kompetensi yang digunakan untuk

mencapai hasil adalah Standar Kompetensi 7 mengenai bilangan Romawi yaitu

menggunakan lambing bilangan Romawi dan Kompetensi Dasar 7.2

Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan sebaliknya.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

(49)

Gambar 2.1 Diagram Lambang Bilangan Romawi

Dalam mendukung Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut,

ada beberapa materi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian tersebut,

yaitu:

1. Pengenalan lambang bilangan Romawi, dalam pengantar untuk menjelaskan

materi kepada siswa, guru menjelaskan terlebih dahulu angka-angka

bilangan Romawi dasar kepada siswa terlihat pada tabel (2.2)

2. Membaca dan menulis bilangan Romawi, dalam proses pembelajaran siswa

berlatih membaca bilangan Romawi yang tulis oleh pengajar dan menulis

bilangan Romawi dengan mengerjakan soal-soal latihan yang disediakan

guru.

3. Aturan bilangan Romawi, siswa mempelajari aturan penjumlahan bilangan

Romawi, pengurangan bilangan Romawi dan aturan gabungan yaitu,

terdapat aturan penjumlahan dan pengurangan dalam menuliskan bilangan

(50)

Tabel 2.2 Bilangan Romawi Bilangan Romawi Bilangan Cacah

I 1

Selain bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, maupun bilangan

pecahan yang telah pelajari, satu lagi himpunan bilangan yang perlu dipelajari

adalah bilangan Romawi. Lambang bilangan Romawi dijumpai oleh siswa

dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bab buku, kejuaraan, penomoran

alamat rumah, dan penomoran kelas.

Contoh adanya bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari antara

lain:

1. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono

X. (urutan)

2. Perang Diponegoro terjadi pada abad ke XIX. (tahun)

3. Alamat rumah Paman di Jalan Glagah UH IV nomor 264 Yogyakarta.

(penomoran alamat rumah)

Pada contoh-contoh kalimat di atas, bilangan X, XIX, dan IV

merupakan bilangan-bilangan Romawi. Cara untuk membaca bilangan

Romawi, dapat diuraikan dalam bentuk aturan penjumlahan, pengurangan dan

(51)

Contoh aturan bilangan romawi penjumlahan:

1. MDCCLXXVI = M + (D+C+C) + (L+X+X) + (V+I)

= 1000 + 700 + 70 + 6

= 1776

Jadi, MDCCLXXVI dibaca 1776

Contoh aturan bilangan romawi pengurangan:

2. Yoga dapat mengartikan 409 kata bahasa Inggris menjadi bahasa

Indonesia. Lambang bilangan Romawi dari 429 adalah . . .

= (D – C) + (X – I)

= 400 + 9

= 40

Contoh aturan bilangan romawi gabungan:

3. M + (D – C) + (C – X) +(V + I)

= 1000 + 400 + 90 + 6

= 1496

2.1.5 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia 2.1.5.1 Pengertian Pendekatan PMRI

Hadi (2005: 1) menjelaskan bahwa PMRI merupakan adaptasi dari

Realistic Mathematics Education (RME) yang berasal dari belanda,

pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh oleh Hans Freudenthal

sejak tahun 1970-an. Pendekatan PMRI menekankan keterampilan proses,

berdiskusi dan berkolaborasi, serta berargumentasi dengan teman sekelas.

(52)

(teacher telling) dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Suryanto (2010: 37) menjelaskan bahwa PMRI sebagai hasil adaptasi

dari RME yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan

masyarakat Indonesia. Penerapan PMRI menekankan bahwa objek kajian

matematika adalah abstrak, suatu hal yang tidak dapat ditawar, tetapi juga

memperhatikan bahwa perkembangan jiwa anak menuntut adanya

langkah-langkah yang mengantar siswa untuk memahami objek yang abstrak tersebut.

Langkah-langkah tersebut dalam bentuk konkret terlebuh dahulu yang secara

bertahap mengarah ke abstrak. Wijaya (2012: 21) menambahkan bahwa dalam

PMR, permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun

konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan PMRI adalah

pendekatan yang bertitik tolak dari hal-hal riil atau pernah dialami atau

dibayangkan siswa, menekankan keterampilan proses, berdiskusi dan

berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga siswa dapat

menemukan sendiri (student inventing) ide-ide dan konsep matematisnya

sebagai kebalikan dari (teacher telling). Siswa dapat menggunakan

matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun

(53)

2.1.5.2 Prinsip Pendekatan PMRI

Prinsip pendekatan PMRI menurut (Suryanto, 2010:42), adalah:

1. Menemukan kembali (Guided Reinvention) dan matematisasi progresif

(progressive Mathematizing)

Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasikan melalui prosedur

penyelesaian masalah secara informal. Strategi siswa secara informal

sering ditafsirkan sebagai prosedur secara formal. Pembelajaran dimulai

dengan suatu masalah yang kontekstual atau realistik yang selanjutnya

melalui aktivitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, teorema,

definisi, atau prosedur-prosedur. Masalah kontekstual dipilih yang

mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau

prosedur siswa dalam memecahkan masalah dapat digunakan sebagai

langkah matematisasi horizontal maupun vertikal.

2. Fenomena didaktik (Didacting Phenomenology)

Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan

dan area aplikasi dalam pengajaran metematika haruslah berangkat dari

keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan

matematika secara formal. Guru menyajikan masalah kontekstual pada

awal pembelajaran yang memungkinkan banyak cara yang dapat

digunakan dan ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah. Siswa

menjadi terbiasa untuk bebas berfikir dan berani berpendapat, karena cara

setiap siswa dalam menyelesaikan masalah berbeda-beda tetapi cara

(54)

pembelajaran matematika tidak lagi berorientasi pada guru, tetapi diubah

atau beralih kepada pembelajaran matematika yang berorientasi pada

siswa atau bahkan berorientasi pada masalah.

3. Pengembangan model sendiri (Self Developed Models)

Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan bagi

siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari informal ke formal

matematika. Siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah,

dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhirnya

menjadi suatu model sesuai penalaran matematika. Kebebasan yang

diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri atau

kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai

model pemecahan masalah yang dibuat oleh siswa. Dalam pembelajaran

matematika realistik diharapkan terjadi urutan: situasi nyata menggunakan

model kearah formal dalam memahami materi dalam bentuk pengetahuan

formal.

2.1.5.3 Karakteristik PMRI

Menurut Suryanto (2010: 44) terdapat 5 karakteristik dasar PMRI,

yaitu:

1. Menggunakan konteks, konteks yang dimaksud adalah lingkungan siswa

yang nyata baik aspek budaya maupun aspek geografis.

2. Menggunakan model, berupa benda dan semikonkret berupa gambar atau

skema yang digunakan untuk menjembatani dari konsep konkret ke

(55)

3. Menggunakan kontribusi siswa, berupa ide, variasi jawaban dan variasi

cara penyelesaian masalah.

4. Menggunakan format interaktivitas, interaksi siswa dengan siswa, atau

antara siswa dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam

berdiskusi dan memberikan penjelasan.

5. Memafaatkan keterkaitan antar topik, memungkinkan adanya integrasi

antar topik-topik sehingga mempertajam kebermanfaatan belajar

matematika.

2.1.5.4 Implikasi Pelaksanaan PMRI

Implikasi pelaksanaan PMRI di klasifikasikan berdasarkan kegiatan

guru dan siswa (Suryanto, 2010: 48).

1. Implikasi pada kegiatan guru

Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mengindari sifat

menggurui. Sebelum mengajar, guru melakukan persiapan seperti

menyiapkan media atau alat peraga, dan membuat soal berupa masalah

kontekstual sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk dipecahkan

oleh siswa. Guru sebagai fasilitator memandu siswa dan membiarkan

siswa belajar mandiri untuk memecahkan masalah kontekstual.

Pengetahuan dan pemahaman materi diharapkan dibangun oleh siswa,

bukan guru.

2. Implikasi pada kegiatan siswa

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa secara mandiri atau kelompok

(56)

bertanya seperlunya kepada guru atau teman apabila tidak menemukan

jalan pemecahan maalah kontekstual. Hasil kerja siswa secara individu

atau kelompok kemudian dipresentasikan kepada semua teman dan guru

kelas, kemudian teman dan guru kelas menanggapi dalam bentuk saran

atau kritik. Suasana dalam kegiatan pembelajaran menjadi kondusif,

karena siswa secara mandiri dan bersungguh-sungguh memikirkan atau

menyelesaikan masalah kontekstual.

2.1.5.5 Langkah-langkah Pendekatan PMRI

Menurut Suryanto (2010: 50) langkah-langkah pendekatan PMRI

adalah.

1. Pesiapan kelas

Persiapan sarana dan prasarana pembelajaran yang harus

dipersiapkan contohnya buku, LKS, alat peraga, dan sebagainya kemudian

dilanjutkan dengan pengelompokan siswa. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang diharapkan dicapai serta cara belajar yang akan

digunakan.

2. Kegiatan pembelajaran

Siswa diberi permasalahan kontekstual dalam bentuk soal cerita

secara lisan maupun tertulis. Siswa yang belum memahami masalah dapat

bertanya kepada guru atau teman seperlunya. Siswa secara individu

ataupun kelompok memecahkan masalah kontekstual yang diberikan

dengan caranya sendiri. Guru memberikan bimbingan atau petunjuk

(57)

ada satupun siswa yang dapat menemukan cara pemecahan. Setelah waktu

pengerjaan soal habis, siswa secara individual ataupun beberapa siswa

dalam kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya. Siswa-siswi lain

diminta untuk mengemukakan pendapatnya tentang berbagai penyelesaian

mana yang dianggap paling tepat. Guru memberi penekanan pokok-pokok

materi yang harus dipahami siswa.

2.2 Penelitian-penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti.

Penelitian pertama yaitu Sholekhah (2009) melakukan penelitian tentang

“Peningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan menggunakan Pendekatan

PMRI Siswa Kelas II SD Negeri 3 Bantul”. Subjek peneliti ini adalah siswa

kelas II SD Negeri 3 Bantul dengan jumlah 29 siswa. Hasil dari penelitiannya

bahwa penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

PMRI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Bantul, hal

ini ditunjukkan dengan rata-rata kondisi awal sebesar 51,25, nilai rata-rata hasil

tes siklus I sebesar 71,96 dan nilai rata-rata tes siklus II adalah 81,83.

Kelemahan-kelemahan peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan

PMRI, yaitu: (a) konteks nyata sebagai starting point, beberapa siswa belum

dapat mengukur ubin, (b) penggunaan model-model yang didemonstrasikan oleh

siswa baik individu maupun kelompok, terdapat beberapa siswa yang belum

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Lambang Bilangan Romawi ............................................
Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Minimal untuk Mata Pelajaran
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Diagram Lambang Bilangan Romawi
+7

Referensi

Dokumen terkait

manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan. mampu mencapai

Pentransferan energi dari stator ke rotor dari satu motor induksi adalah besaran induksi elektromagnetik, karenanya motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan

2) Actual Product atau a) perilaku tertentu yang kita promosikan, seperti sikat gigi 2 x per hari,penggunaan pasta gigi dan sikat gigi sudah benar seperti yang disarankan

Dari implementasi sistem informasi yang diterapkan di LPB-YDBA Astra dapat disimpulkan bahwa dengan sistem yang telah dibuat dapat mempercepat proses pencatatan laporan keuangan

Berdasarkan survey dan wawancara dengan pegawai Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja pada Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya, didapatkan informasi bahwa proses

Penelitian yang dilakukan oleh WAEC (2003), Njoku (2004), Ojokuku & Amadi (2010) mengungkapkan bahwa umumnya kesulitan yang dialami siswa meliputi penulisan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemustaka secara keseluruhan cukup puas dengan layanan sirkulasi yang ada, hal tersebut dikarenakan koleksi yang disediakan