• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli yaitu:

a. Menurut Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1), belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

b. Menurut Burton dalam Ahmad Susanto (2013: 3), belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain, individu dngan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. c. Menurut Winkel dalam Ahmad Susanto (2013: 4), belajar adalah

suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

d. Menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru, baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Slameto (2010: 27-28), prinsip-prinsip belajar yaitu: a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar, setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

c. Sesuai materi bahan yang harus dipelajari

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

B. Pembelajaran Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Herman Hudoyo (1988: 3), menyatakan matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Johnson dan Rising (dalam Erman Suherman, 2003:19), matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cerma, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat. Menurut Erman Suherman (2003:253), matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Menurut Gagne (dalam Nyayu Khodijah, 2014:175-176), pembelajaran adalah serangkaian peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar, yang bersifat internal. Menurut Miarso (dalam Nyayu Khodijah, 2014:175-176), pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Smith dan Ragan (dalam Nyayu Khodijah, 2014:175-176) menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu. Reigeluth (dalam Nyayu Khodijah, 2014:175-176), menyatakan bahwa perbedaan utama antara kurikulum dan pembelajaran adalah bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang diajarkan sedangkan pembelajaran berkaitan dengan bagaimana mengajarkan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan

saling memperngaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Zubaidah Amir dan Risnawati (2016:8), Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Menurut Zubaidah Amir dan Risnawati (2016:8), dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun murid bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar atau interaksi antara guru dan siswa serta antar siswa yang melibatkan pengembangan pola pikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan guru dengan berbagai metode dan media agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.

C. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Pengertian Efektivitas menurut para ahli yaitu:

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.

b. S. Nasution (1989:110), mengemukakan bahwa efektivitas yaitu guru mengajarkan nyata yang terlibat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru.

c. Ridwan (1998:40) mengemukakan bahwa pelayanan efektif adalah suatu layanan yang dapat memberikan hasil nyata. Oleh karena itu yang dimaksud efektivitas adalah suatu usaha pencapaian hasil nyata yang telah ditargetkan.

d. Menurut Depdikbud (2007), efektif adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya suatu keberhasilan atau tercapainya tujuan yang telah direncanakan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh nyata atau akibat yang ditimbulkan dari suatu usaha yang dilakukan. Pengaruh nyata yang dimaksud adalah keberhasilan siswa dari proses belajarnya.

2. Pembelajaran Efektif

Menurut Yusuf Hadi Miarso (dalam Hamzah B dan Nurdin Mohamad, 2011: 173-174) memandang bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Menurut Rusman (2010: 326), proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: melakukan apersepsi, melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa, 4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program belajar. Selain itu, menurut Knneth D. More (dalam Rusman (2010: 326), ada tujuh langkah dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yaitu perencanaan, perumusan tujuan/kompetensi, pemaparan, perencanaan pembelajaran kepada siswa, proses pembelajaran dengan dengan menggunakan berbagai strategi, evaluasi, penutup proses pembelajaran dan tindak lanjut.

(Ahmad Susanto, 2013: 53-54), kualitas pembelajaran efektif dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh atau sebagian besar siswa menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan percaya

pada diri sendiri. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ketercapaian tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah. Untuk dapat menwujudkan suatu pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya:

a. Guru harus membuat persiapan mengajar yang siswa.

b. Proses belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan adannya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di dalam pembelajaran, baik itu media, metode, suara, maupun gerak.

c. Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa indikator pembelajaran efektif sebagai berikut:

1. Pembelajaran berjalan dengan baik, artinya rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapai lebih dari %.

2. Siswa yang termasuk dalam kriteria minat belajar tinggi mencapai lebih dari %.

3. Siswa yang memiliki hasil belajar tuntas KKM mencapai lebih dari

Berdasarkan indikator-indikator pembelajaran efektif di atas, berikut ini kriteria pembelajaran dikatakan efektif.

Tabel 2.1 Kriteria Pembelajaran Efektif Jumlah Indikator

yang Tercapai Kriteria Pembelajaran

3 Efektif 2 Cukup Efektif 1 Kurang Efektif 0 Tidak Efektif D. Minat Belajar 1. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut para ahli yaitu:

a. Menurut Muhibbin (2003:151), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa yang dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya kepada matematika lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap matematika lebih banyak, maka memungkinkan siswa tadi untuk belajar giat dan akhirnya mencapai hasil belajar yang diinginkan. b. Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri.

c. Menurut W.S Winkel (1983) Minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

d. Menurut Sadirman dalam Ahmad Susannto (2013:57), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situsi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.

e. Menurut Tampubolon (1991: 41), mengatakan bahwa minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.

f. Menurut Sukardi dalam Sadirman (2007:57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan (perhatian) dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (objek/hal-hal tertentu) yang diwujudkan melalui pembiasaan untuk mencapai suatu tujuan. Minat belajar diartikan sebagai ketertarikan yang dialami oleh siswa untuk menerima atau melakukan suatu aktivitas belajar.

2. Hubungan Minat dengan Belajar Siswa

Menurut Ahmad Susanto (2013:66), minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi.

Menurut Ahmad Susanto (2013:66), dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur yang menggerakan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkosentrasi terhadap suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat membantu seseorang mempelajarinya (Slameto, 2010:180).

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat belajar siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan

pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat dapat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010: 57).

3. Membangkitkan Minat Belajar Siswa

Menurut pandangan para ahli, cara yang efektif untuk membangkitkan minat adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Maksudnya adalah, guru dapat mengaitkan kegemaran atau sesuatu yang sedang digemari oleh siswa (misalnya hobi, trend, dsb.) dengan materi yang akan diajarkan untuk menarik perhatian siswa (Slameto, 2010:180).

Menurut Tanner, disamping memanfaatkan minat yang ada, para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang (Slameto, 2010:181).

Menurut Winkel (dalam Friska Dona Saphani Widjaja, 2013: 14-15), perasaan merupakan faktor psikis yang yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah belajar. Melalui perasaannya siswa dapat memberikan penilaian spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar yang ia alami. Penilaian tersebut dapat berupa penilaian yang positif dan penilaian yang negatif. Penilaian positif akan terungkap dalam perasan senang dan penilaian yang negatif terungkap dalam perasaan tidak

senang. Perasan senang diperkuat lagi oleh sikap positif akan dapat menimbulkan minat. Cara yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa senang dalam belajar adalah:

a. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit dipadami oleh siswa, namun juga tidak terlalu mudah.

c. Memanfaatkan media pembelajaran yang mendukung secara optimal. d. Menggunakan metode yang tepat, disesuaikan dengan kondisi siswa

dan materi ajar. 4. Aspek Minat Belajar

Terdapat tiga batasan minat, yakni (1) suatu sikap yang dapat mengikat perhatian seseorang ke arah objek tertentu secara selektif (2) suatu perasaan bahwa aktivitas dan kegemaran terhadap objek tertentu sangat berharga bagi individu, dan (3) bagian dari motivasi. Berdasarkan ulasan definisi minat belajar serta batasan minat, maka dapat disimpulkan terdapat tiga aspek minat belajar:

a. Perhatian

Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Dalam praktiknya, perhatian seolah-olah menonjolkan fungsi pikiran , sementara minat seolah-olah lebih menonjolkan fungsi rasa. Namun kenyataannya, apa yang manarik minat kita akan menyebabkan kita berperhatian. Begitu pula

sebaliknya, apa yang menyebabkan perhatian kita akan menarik perhatian kita pula (Baharuddin, 2016:179). Siswa dengan minat belajar yang tinggi sungguh-sungguh akan memusatkan perhatiannya secara maksimal dalam pembelajaran dan tidak akan tergoda melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Perhatian juga merupakan salah satu aspek penting yang mendukung keberhasilan belajar siswa. Perhatian merupakan langkah awal siswa untuk memahami materi dengan baik. Jika materi bisa dipahami maka diharapkan siswa mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

b. Perasaan

Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak. Perasaan digolongkan dalam “perasaan senang” dan “perasaan tidak senang”. Minat belajar salah satunya ditandai dengan adanya perasaan senang dan ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran. Perhatian dan perasaan saling berhubungan satu dengan lainnya. Perasaan senang menjadi energi bagi siswa untuk sungguh memperhatikan pembelajaran.

c. Motivasi

Menurut pengertian minat yang diungkapkan oleh Tampubolon (1991:41) yaitu, minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar, motivasi berperan sebagai daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar. Siswa yang termotivasi belajar akan memiliki minat belajar yang tinggi terhadap aktivitas belajarnya untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak (Zubaidah Amir, Risnawati, 2016: 5-6). Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar menurut Zubaidah amir dan Risnawati, (2016: 5-6), yaitu kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Menurut Nawawi (dalam Ahmad Susanto, 2013:5), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Ahmad Susanto (2013:5), hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Adurrahman (1999) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:14), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Juliah (2004) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:15), hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:14), hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif.

2. Aspek-aspek Hasil Belajar

Menurut Lorin W Anderson dan David R.Krathwo dkk (2001), aspek-aspek hasil belajar meliputi:

a. Mengingat : mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang.

b. Memahami : mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. c. Mengaplikasikan : menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu.

d. Menganalisis : memecah-mecah materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

e. Mengevaluasi : mengambil atau membuat kepetusan berdasarkan kriteria atau standar.

f. Menciptakan : memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil.

Dokumen terkait