• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

A. Latar Belakang Masalah

Bidang pendidikan merupakan masalah yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam kehidupan suatu bangsa dan negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan ini harus dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kemajuan zaman.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.1 Usaha-usaha perbaikan di dalam bidang pendidikan tentu tidak terlepas dari peran seorang guru, sebab dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah seorang guru memegang posisi sangat strategis. Pendidikan bagaimanapun dipolakan, kelangsungan dan keberhasilannya sebagian besar ditentukan oleh peran guru.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan profesional. Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Di samping itu, guru sangat erat kaitannya dengan mutu lulusan sekolah. Implikasi dari

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), h. 1

profesionalitas guru, adalah adanya usaha dengan sungguh-sungguh dalam hal mendidik, mengajar, melakukan pembimbingan, serta mengarahkan dan melatih anak didik demi tercapainya Standar Nasional Pendidikan Indonesia.

Guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor yang menyebabkan guru menjadi penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dikarenakan guru adalah sebagai perancang, pengelola, dan pengevaluasi pembelajaran. Guru mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan menentukan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukannya yang strategis karena guru menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan memperdalam materi pelajaran adalah rancangan pembelajaran yang dibuat atau dipilihnya. Melalui fungsi ini, proses pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi akan dapat tercapai. Bahkan melalui pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia yang pintar, berperasaan, terampil, dan berperilaku baik serta mampu mengaplikasikan suatu ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.2 Kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami peserta didik.

Masalah utama dalam bidang pendidikan adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran disekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif

2

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, h. 100

berpikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena pendekatan dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.

Pada jenjang pendidikan menengah terdapat mata pelajaran kimia, konsep-konsep kimia merupakan konsep-konsep yang cukup sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, banyak rumus dan perhitungannya serta tidak mungkin divisualisasikan melalui praktikum. Oleh karena itu mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran yang membutuhkan variasi model pembelajaran pada saat penyampaiannya. Rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar.

Pada umumnya, dalam mengajarkan konsep-konsep kimia, guru masih menganut teori tabula rasa, yaitu memindahkan pengetahuan dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa secara utuh. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa melalui transfer informasi, tanya jawab dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihapal siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil, namun sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Pembelajaran dengan cara ini terbukti gagal membawa siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam banyak hal, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya.3

Rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari model pembelajaran yang dikembangkan. Guru kurang menerapkan model yang berorientasi pada “belajar aktif”, yaitu suatu model pembelajaran yang

3

I Nyoman Selamat, Pengembangan Pembelajaran Kooperatif melalui Metode Bermain untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep Kimia SMU, jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI, April 2003, h. 36.

merangsang siswa untuk berpikir secara aktif membangun gagasan-gagasan dalam pikirannya sehingga menjadi konsep-konsep ilmiah. Sampai saat ini masih banyak ditemui kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Akibatnya, siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep selanjutnya. Sehingga siswa akan menganggap bahwa kimia adalah pelajaran yang sulit, menakutkan dan tidak menyenangkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya kecerdasan siswa, bakat siswa, kemampuan belajar, minat siswa, motivasi belajar siswa, model penyajian materi, dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas.

Ketidakberhasilan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dimaksud mungkin saja kurangnya minat anak terhadap ilmu kimia, pendekatan yang dipilih guru kurang tepat, media dan buku penunjang kurang memadai serta pelaksanaan evaluasi yang kurang tepat. Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut mungkin saja menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Faktor aktivitas, minat, motivasi, dan hasil belajar siswa yang masih rendah seperti yang diuraikan di atas merupakan faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam merancang suatu model pembelajaran yang lebih berkualitas.

Menanggapi hal-hal tersebut, guru sebagai pelaku utama proses pembelajaran di sekolah harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondusif agar dapat lebih melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga siswa dengan sendirinya dapat menerima dan memahami materi dan konsepnya. Proses pembelajaran lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimiliki siswa dari proses pembelajaran, baik kognitif, afektif, psikomotor, serta life skill-nya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya dapat menstimulasi minat dan motivasi belajar serta mendapatkan hasil belajar yang optimal pada proses belajar mengajar maka pemilihan suatu

metode, pendekatan, strategi, dan model pembelajaran harus sesuai dengan materi atau konsep yang akan diajarkan. Saat ini telah dikenal berbagai model pembelajaran dan sesuai atau tidaknya sangatlah bergantung pada tujuan pengajaran itu sendiri.

Sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran kimia adalah dengan mencoba menggunakan pendekatan konsep. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.4 Brunner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memberikan kesempatan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri. Oleh karena itu melalui pendekatan ini diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.

Berdasarkan fenomena yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan penelitian terhadap efektivitas pendekatan konsep dan peranannya dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa. Sehingga dengan demikian penulis memilih judul : “Pengaruh Pendekatan Konsep Terhadap Hasil Belajar

Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.”

4

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. (Bandung: Alfabeta, 2010). h. 71

Dokumen terkait