• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konsep

1. Pengertian Pendekatan Konsep

Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.5 Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan konsep pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dengan berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.6 Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep menyatakan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.7 Brunner menyarankan agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip

5

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 68 6

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, h. 71 7

dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memberikan kesempatan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri.

Para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep, dan suatu definisi yang tepat mengenai konsep sebelum diberikan. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus. Konsep itu tidak dapat diamati, konsep- konsep harus disimpulkan dalam perilaku. Walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal dari suatu konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.

Dalam pendekatan konsep ini Syamsudin Makmun mengemukakan bahwa dengan diperolehnya kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu, siswa belajar mengidentifikasi persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah pola- pola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep.8 Secara eksternal adanya persamaan- persamaan ciri tertentu dari sejumlah perangsang objek-objek yang dihadapkan pada individu. Flavell dalam Syaiful Sagala menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu:9

a. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh- contoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan.

b. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.

c. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain. Suatu segitiga dapat dilihat, keinginan adalah lebih abstrak.

8

Syamsudin Makmun, A. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya. 2003. h. 228

9

d. Keinklusifan (Inclisiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh- contoh yang terlibat dalam konsep itu.

e. Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep- konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat. Konsep wortel adalah subordinat terhadap konsep sayuran, selanjutnya konsep sayuran subordinat dari konsep tanaman yang dapat dimakan. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuang dengan konsep-konsep yang lainnya.

f. Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh- noncontoh suatu konsep. Klausmeier dalam Syaiful Sagala mengemukakan empat tingkat pencapaian konsep (concept

attainment), mulai dari tingkat konflik ketingkat formal. Konsep-

konsep pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat didefinisikan.10

g. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

Konsep seperti tersebut di atas, memberi gambaran bahwa sulit rasanya untuk sampai pada suatu definisi konsep. Rosser dalam Dahar menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan- hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.11 Orang mengalami stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep- konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk

10

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…., h. 73 11

perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah.12 Menurut Gagne dalam Dahar formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation) merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.13

Pendekatan konsep ini dikembangkan berdasarkan pada pola pengorganisasian bahan ajar, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas urutan linier dengan kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali membuat murid cepat bosan dan sukar mengingat fakta atau konsep yang diajarkan. Pada pendekatan komulatif ini diorganisasikan menurut urutan tertentu dengan jenjang kesulitan yang berbeda, yaitu meningkat.14 Jumlah unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier, bahan ajar yang berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada pendekatan dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif, pemahaman konsep atau fakta lebih ditekankan sebagai suatu pengertian konsep secara mendalam dan menyeluruh.

2. Ciri-ciri Konsep15

a. Atribut konsep adalah suatu sikap yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Jadi, adanya keragaman antara konsep- konsep sebenarnya ditandai oleh adanya atribut yang berbeda.

b. Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Jika atribut konsep sangat luas, maka konsep tersebut dapat saja diidentifikasikan berdasarkan atribut-atribut lainnya.

c. Jumlah atribut juga bermacam-macam antara suatu konsep dengan konsep lainnya. Jadi, semakin kompleks suatu konsep semakin banyak

12

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,.., h. 81 13

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar…, h. 81

14

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN. 2009. h. 92

15

Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. 2010. h. 162

jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. Untuk kemudahan jumlah atribut itu hendaknya diperkecil dengan cara kombinasi atau mengurangi perhatian terhadap sejumlah atribut yang dinilai tak begitu penting.

d. Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvious) dari pada yang lainnya. Jika atributnya nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika atributnya tidak nyata maka sulit untuk menguasai konsep.

3. Jenis-jenis Konsep

Atribut-atribut berkombinasi dengan tiga cara untuk menghasilkan tiga jenis/ tipe konsep, yaitu conjunctive concepts, disjunctive concepts,

dan relational concepts.16

a. Konsep Konjungtif, nilai-nilai tertentu dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif. Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya menambah (kualitas adaptif) antara atribut dan nilai-nilai.

b. Konsep Disjungtif, Sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut dan nilai-nilai dapat disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya. Konsep ini sulit diajarkan dan dipelajari karena terdapat arbitrary equivalence antara atribut-atribut tersebut, sedangkan siswa harus belajar menerapkannya ke situasi stimulus yang equivalence padahal situasi-situasi itu tidak sama/ equivalence.

c. Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan- hubungan khusus antaratribut konsep.

16

Konsep-konsep merupakan dasar-dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan, dan untuk memecahkan masalah. Tanpa konsep-konsep tak mungkin kita mengajar. Pendekatan-pendekatan belajar konsep menurut Ausubel, Carroll, Gagne dalam Dahar menerangkan berbagai cara untuk perolehan konsep, melalui formasi konsep dan asimilasi konsep.17

Dari beberapa pendapat mengenai pendekatan konsep dapat disimpulkan bahwa pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menentukan konsep-konsep yang akan diajarkannya pada peserta didik, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari para siswa dan metode mengajar yang akan digunakan. Pengetahuan tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa akan menolong dalam membuat keputusan-keputusan. Analisis konsep dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, dan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai konsep-konsep pada tingkat yang sesuai.

Berbagai metode yang dapat digunakan dalam pendekatan konsep: a. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini, diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. Metode eksperimen dalam prakteknya juga memerlukan alat dan bahan.18

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

17

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar,… h. 96

18

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. 19

Sebagai suatu metode pembelajaran metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:20

1) Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif.

2) Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen.

3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.

4) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga tidak mudah bosan.

5) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran. 6) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak. 7) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan atas

percobaannya.

8) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

9) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

19

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi, Cet. III, hal. 84

20

Di samping beberapa kelebihan, metode eksperimen juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:21

1) Memerlukan waktu yang relatif lama.

2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya.

3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen.

4) Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji.

5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih leluasa melakukan eksperimen.

6) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

7) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Dari beberapa pendapat mengenai metode eksperimen dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam prakteknya metode eksperimen memerlukan alat dan bahan sehingga membuat proses pembelajaran lebih menarik dan siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh konsep yang sedang dipelajarinya. Dalam metode eksperimen siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen.

21

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu pembentukan suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan. Metode demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.22 Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.23 Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.24

Sebagai suatu metode pembelajaran metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:25

1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

22

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains…, h. 103

23

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009). h. 150

24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 90

25

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

4) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret. 5) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

6) Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan.

7) Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa.

8) Siswa terangsang untuk berpikir kritis.

9) Memberikan pengalaman yang bersifat praktis, sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsep.

10) Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan, karena ia mengetahui prosesnya.

11) Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyaannya yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu konsep.

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:26

1) Memerlukan waktu yang relatif lama.

2) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

26

3) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

4) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

5) Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya.

6) Metode ini, menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga.

7) Metode ini, menuntut guru memiliki keterampilan mendemonstrasikan alat-alat peraga dan menguasai materi yang mendalam.

Dari beberapa pendapat mengenai metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan/memperlihatkan suatu proses. Dalam prakteknya metode demonstrasi memerlukan sejumlah alat peraga sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.

c. Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.27 Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses

27

belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas.

Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.28

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru, berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini.29

1) Ceramah merupakan metode yang „murah‟ dan „mudah‟ untuk

dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

28

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar…, h. 97

29

2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang jelas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok- pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.

3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru memberikan ceramah.

5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.

6) Bersifat fleksibel, karena sewaktu-waktu pembelajaran dapat diakhiri tanpa harus mengurangi cakupan bahan ajar.

7) Jika guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

8) Dapat mengembangkan kemampuan siswa mendengar.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:30

1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat

30

mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya.

3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.

4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.

5) Guru sulit untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sejauh mana. 6) Seringkali siswa dijejali materi, yang seharusnya diberikan dalam

waktu yang banyak tetapi disekaliguskan dalam satu waktu. Hal ini, membuat siswa jenuh.

Dokumen terkait