• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, biasanya siswa mengalami perubahan sikap yang dipengaruhi oleh dorongan atau keinginan dari dalam dirinya sendiri. Dorongan atau keinginan itulah yang seringkali disebut motivasi belajar. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina 2009:161).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap belajar yang dialami oleh siswa sangat bergantung pada motivasi belajarnya. Artinya seseorang akan berhasil dalam belajar manakala dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Dengan demikian, motivasi belajar ialah segala sesuatu yang dapat memotivasi siswa atau individu untuk belajar.

Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Sebaliknya motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar diri individu namun mampu merangsang untuk melakukan sesuatu. Bagi siswa yang mempunyai motivasi intrinsik lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik, maka kemauan dalam belajarnya lebih kuat karena siswa tidak bergantung pada faktor luar. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik lebih kuat, maka

2

kemauan dalam belajarnya pun bergantung pada faktor dari luar yang menyebabkan seseorang memiliki motivasi untuk belajar.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan merasa senang dan bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar sehingga pencapaian hasil belajar akan menjadi optimal. Semakin besar motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, semakin besar pula kemungkinan keberhasilan dalam proses pembelajaran itu tercapai.

Seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Jika siswa tidak mempunyai motivasi intrinsik, maka guru harus mengembangkan motivasi ekstrinsik siswa. Dengan demikian, kegagalan belajar siswa bukan semata-mata adalah kesalahan dari pihak siswa. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Jadi tugas guru adalah menumbuhkan motivasi siswa melalui motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus mengarahkan dan mengubah agar siswa belajar bukan karena adanya faktor dari luar, tetapi karena kebutuhan akan belajar, sehingga hal itu mampu menjadi motivasi yang bersifat intrinsik.

Kemampuan guru dalam memotivasi siswa tidak terlepas dari kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Soeharto (2008:11) mengartikan komunikasi guru sebagai proses interaksi antara guru dengan siswanya di dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses pembelajaranakan terjadi proses

3

komunikasi yang merupakan interaksi. Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam praktik pembelajaran pun, komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa bukan hanya proses pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi relasi guru dan siswa. Baiknya relasi guru dan siswa menjadi prasyarat utama terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Selain itu relasi yang baik dapat membantu guru memahami para siswa dengan baik pula.

Bila hubungan guru dengan siswa baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya (Slameto 2010:66). Relasi yang baik dapat terjadi apabila di antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang efektif, yakni pesan yang diterima oleh komunikan (siswa) sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator (guru), kemudian komunikan memberi respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.

Keefektifan komunikatif seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada keefektifan komunikasi yang dilakukannya dengan siswa di dalam atau di luar kelas, sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran bukan semata-mata proses transfer pengetahuan, melainkan juga proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, agar tercipta komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus menguasai isi pembelajaran yang

4

akan disampaikan dan metode penyampaiannya. Guru juga harus memiliki kemampuan dalam mendesain komunikasi yang efektif dengan siswa. Kemampuan ini sangat penting karena berdampak langsung pada kualitas pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.

Dalam proses pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman belajar dan pengalaman tersebut membentuk persepsinya terhadap guru dan mata pelajaran. Dengan adanya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan persepsi baik oleh siswa terhadap guru yang berdampak pada penerimaan materi yang disampaikannya. Adanya perbedaan persepsi siswa akan berpengaruh pada perbedaan motivasi belajar di masing-masing siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa timbulnya motivasi belajar dipengaruhi oleh adanya persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru. Dengan demikian kompetensi berkomunikasi guru sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan komunikasi yang efektif, serta untuk membangun relasi yang baik antara guru dan siswa.

Persepsi merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap objek yang dipersepsi. Menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan individu, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu.

Persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru merupakan hal yang sangat mendasar guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu pembelajaran. Dengan kompetensi berkomunikasi, seseorang akan dapat

5

berinteraksi dengan baik. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Adanya interaksi antarkomponen yang ada di dalam kelas akan menimbulkan persepsi yang dapat menumbuhkan komunikasi aktif.

Dalam mengajar guru harus memiliki kompetensi komunikasi. Kompetensi komunikasi guru dalam mengajar tidak dapat diamati hanya dari latar belakang pendidikannya saja, tetapi juga penilaian langsung dari siswa. Siswa sebagai teman pelaku komunikasi guru menjadi penentu mengenai pesan-pesan yang disampaikan guru dalam pembelajaran dapat diterima atau tidak. Selain itu, siswa juga menjadi penentu kemampuan guru dalam menyampaikan ilmunya kepada siswa sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain, guru sudah mampu berkomunikasi secara efektif atau belum.

Menurut Smith sebagaimana dikutip Djamaluddin dan Iriantara (1994:166), mengajar merupakan suatu sistem tindakan yang diharapkan menjadi penyebab terjadinya belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, belajar merupakan hal yang diharapkan dalam mengajar, maka yang perlu diutamakan adalah mengajar yang tepat. Ketepatan mengajar akan menghasilkan proses belajar yang baik. Mengajar yang tepat tak pernah lepas dari kemampuan menyampaikan pesan. Sebagaimana disampaikan Naim (2011:112) bahwa pada dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus memenuhi segala prasyarat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal. Untuk

6

mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengajar, guru dituntut memiliki kompetensi komunikasi.

Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28 sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini meliputi tiga komponen, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi dan keterampilan komunikasi. Motivasi komunikasi harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pengetahuan komunikasi guru berupa penguasaan materi yang dimilikinya serta pemilihan cara yang dilakukan dalam penyampaian materi. Misalnya penggunaan metode belajar dalam kelas yang membuat siswa nyaman sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik. Kompetensi komunikasi yang terakhir adalah keterampilan komunikasi guru yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif dengan siswa. Hal itu dilakukan untuk membina hubungan baik agar terjadi komunikasi timbal balik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta”

7

Dokumen terkait