• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA

PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis

oleh

Siska Ayu Prisdiana 2301410022

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto :

1. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. ( Lessing )

2. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

3. Jika tidak ada usaha pasti tidak akan ada kemajuan. (Saefur Rohman) 4. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap. (Q.S Al-Insyiroh:6-8)

Persembahan :

(5)

v PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena dengan petunjuk dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Komunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1

Surakartasebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.

2. Dr. Zaim Elmubarok, M.Ag., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi.

3. Dra. Dwi Astuti, M.Pd., selaku dosen penguji III dan dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan mengoreksi serta memberi masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA., dosen penguji I yang telah memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd.,M.Pd., dosen penguji II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso. M.Hum., sekretaris ujian yang telah memandu

(6)

vi

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, yang telah membagi ilmu

yang bermanfaat.

8. Kepala sekolah dan guru bahasa Prancis MAN 1 Surakarta yang telah memberikan izin penelitian dan telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya.

9. Siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Ayah dan Ibu tercinta yang tiada henti mendoakanku, serta memberi dorongan, semangat dan kasih sayang.

11.Teman-teman yang menemani dan memberikan semangat serta bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini: Mbak Ratih, Ria, Mimah, Suci, Woro, Binti, Ema, Hira,

Hanum, Diah, teman-teman PBP‟10, dan anak-anak kos violet, serta mbak-mbak

seperjuangan skripsi : Mbak Nunik, Mbak Rina, Mbak Sari, Mbak Diah, Mbak Nita

dan Mbak Halimah.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Januari 2015

(7)

vii SARI

Prisdiana, Siska Ayu. 2014. Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing. Dra. Dwi Astuti, M.Pd.

Kata Kunci: kompetensi komunikasi, motivasi

Motivasi belajar mampu membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Guru adalah orang tua kedua bagi siswa yang berperan mendorong siswa agar pada dirinya tumbuh suatu motivasi. Untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa, guru harus memiliki kompetensi berkomunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima baik oleh siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta.

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru sebagai variabel bebas dan motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebagai variabel terikat. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Untuk mengumpulkan data digunakan angket dan dokumentasi. Angket pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha. Untuk menganalisis hubungan kompetensi berkomunikasi guru dan motivasi belajar siswa digunakan rumus korelasi Product Moment.

Dari hasil uji hipotesis menggunakan rumus korelasi Product Moment diperoleh sebesar 0,664 > sebesar 0,514, yang artinya hipotesis kerja diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa. Sementara itu besarnya kontribusi persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa adalah 44,1%.

(8)

viii ARTICLE

L’INFLUENCE DE LA PERCEPTION DES LYCÉENS CONCERNANT

LA COMPÉTENCE DE LA COMMUNICATION DU PROFESSEUR À LA MOTIVATION DE L’APPRENTISSAGE DES LYCÉENS DE LA DEUXIÈME ANNÉE DU PROGRAMME DE LA LANGUE À MAN 1

SURAKARTA

Siska Ayu Prisdiana, Dra. Dwi Astuti, M.Pd.

Section Français Langue Étrangère (FLE), Département des Langues et des Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts, Université d’État

Semarang

ABSTRACT

Learning motivation is able to increase the students‟ passion to learn. Teachers have to motivate their students and communication is a tool used to act. The aims of this research is to describe the influence of students' perceptions regarding the teachers communication competence of the learning motivation of French language. This research is a correlational research. The variables in this research are students' perceptions regarding the communication competence of teachers as the independent variable and motivation of students learning French as the dependent variable. The population in this research is the eleventh grader student of language major MAN 1 Surakarta. To collect the data the writer used questionnaire and documentation. The construct validity is used for the questionare in this research and alpha formula is used to measure reliability of the instrument. To analyse the correlation between the independent variable and the dependent variableuse product moment correlation formula. Based on the calculation Product Moment correlation results obtained is 0,664 > is 0,514: the hypothesis is accepted. It means that there student‟s perceptions regarding the teacher‟s communication competence influence the learning motivation of French. The contribution of student perceptions regarding the communication competence of teachers to motivate students to learn French is 44.1%.

(9)

ix ABSTRACT

La motivation encourage des lycéens pour faire l‟apprentissage. Le professeur contribue à encourager les lycéens pour que les lycéens aient une motivation. Pour motiver les lycéens, le professeur doit avoir la compétence de la communication. La problématique de cette recherche est de savoir l‟influence de la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. C‟est la recherche corrélationnelle. Les variables dans cette recherche sont la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur comme le variable indépendant et la motivation de l‟apprentissage des lycéens comme le variable dépendant. Les répondants de cette recherche sont les lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. J‟ai utilisé le questionnaire pour collecter les données de la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, et la documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre des lycéens. Ce questionnaire a utilisé la validité deconstructet pour savoir la fiabilité de l‟instrument j‟ai adopté la formule d‟Alpha. Pour analyser la corrélation entre le variable indépendant et le variable dépendant, je me suis servi de la formule de corrélation de Product Moment. Le résultat de l‟analyse dans cette recherche utilisant la formule de corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664 > = 0,514. Donc, l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée. Cela montre qu‟il y a l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La contribution de la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%.

(10)

x I. L’introduction

Le processus de l'enseignement est une activité essentielle dans la classe. Dans le processus de l'enseignement, les lycéens subissent un changement d'attitude qui est influencé par l‟impulsion ou le désir de l'intérieur. Cette impulsion ou ce désir de l'intérieur est la motivation de l‟apprentissage. La motivation est importante pour l'apprentissage, avec la motivation, les lycéens veulent bien apprendre les matières, à part cela, la motivation facilite aussi l'apprentissage et les résultats de l‟apprentissage des lycéens (Rifai et Catharina 2009:161). Donc, la motivation est l'un des facteurs qui va déterminer le succès des lycéens dans l‟apprentissage.

La motivation est divisée en deux types, ce sont la motivation intrinsèque et la motivation extrinsèque. La motivation intrinsèque est la motivation qui vient de l'intérieur du lycéen, et la motivation extrinsèque est l'encouragement qui vient de l'extérieur du lycéen, mais peut stimuler quel qu‟un de faire quelque chose.

Si le lycéen n'a pas de motivation intrinsèque, le professeur doit développer la motivation extrinsèque du lycéen dans le processus de l'enseignement. Le professeur doit pouvoir bien communiquer avec les lycéens afin qu‟il puisse les motiver. Selon Suharto (2008:11) la communication du

professeur est un processus d'interaction entre le professeur et les lycéens dans les activités de l'apprentissage.

(11)

xi

établir une relation d‟amitié entre le professeur et les lycéens. Si le professeur et

les lycéens ont la bonne relation, les lycéens aimeront son professeur, aimeront aussi des matières qui sont données, de sorte que les lycéens essaieront de bien apprendre les matières. Au contraire, si les lycéens détestent son professeur, ils n‟apprendront pas les matières de son professeur, en conséquence les lycéens ne

peuvent pas continuer la matière (Slameto 2010: 66).

La communication effective peut créer la bonne relation entre le professeur et les lycéens, parce que le message qui est reçu par les lycéens approprié au message qui est envoyé par le professeur, puis les lycéens donnent une réaction positive. La communication effective peut créer la bonne perception du lycéen sur le professeur, de sorte que le lycéen veut apprendre les matières du professeur. La différence de la perception des lycéens aura un effet sur la différence de la motivation de l‟apprentissage à chaque lycéen.

La perception est un processus psychologique comme le résultat de la sensation qui peut influencer le comportement de l‟individu de l'objet qui est

perçu. Selon Robert A. Baron et Paul B. Paul qui est cité par Mulyana (2005: 167), la perception est un processus interne qui permet aux individus de choisir, d'organiser et d'interpréter des stimulus de l‟environnement de l'individu, et ce

processus influence le comportement de l‟individu. La perception des lycéens va

(12)

xii

La perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur est fondamentale pour atteindre les objectifs souhaités dans l'enseignement. Avec la compétence de la communication, quelqu'un pourra bien communiquer. Dans la classe, il y a des interactions entre les lycéens, et les lycéens avec le professeur. Cette interaction va créer la perception du lycéen concernant le professeur qui peut créer une communication active dans l'enseignement.

Dans l'enseignement, le professeur doit avoir la compétence de la communication. Pour savoir la compétence de la communication du professeur dans l'enseignement, il faut faire une évaluation de la part des lycéens, parce que les lycéens sont décisifs sur la capacité du professeur à transmettre sa connaissance. En d'autres termes, le professeur peut communiquer effectivement ou non. Le professeur doit avoir la compétence de la communication pour qu‟il

puisse communiquer effectivement.

(13)

xiii

Avec la motivation de la communication, le professeur va s‟intéresser à

communiquer avec les lycéens, de sorte que cela aille créer la communication entre le professeur et les lycéens dans l'enseignement. La connaissance de la communication est la connaissance du professeur sur les matièresenseignées et des méthodes utilisées. Par exemple, l'utilisation de la méthode de l'enseignement qui rend le confort aux lycéens peut éveiller une envie d‟apprendre. La dernière compétence est la compétence de la communication. Le professeur doit avoir la compétence de la communication pour pouvoir communiquer effectivement avec les lycéens. Cette façon établi une bonne relation entre le professeur et les lycéens. Cela crée la communication mutuelledans l'enseignement.

L‟objectif majeur de cette recherche est de savoir l‟influence de la

perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage du français aux lycéens de la

deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta.

II. La méthode de la recherche

L‟approche de cette recherche est la recherche corrélationnelle. Les

(14)

xiv

La méthode de collecte des données que j‟ai utilisée dans cette recherche est le questionnaire et la documentation. Le questionnaire est utilisé pour collecter les données sur la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, et la

documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre du lycéen.

La validité de ce questionnaire est la validité de construct, et la formule utilisée pour savoir la fiabilité de l‟instrument est la formule d‟Alpha. Pour examiner la relation entre la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, j‟ai utilisé la formule de corrélation de

Product Moment.

III. Les résultats

La population est 20 lycéens de total. J‟ai choisi 4 d‟eux pour tester la

fiabilité de l‟instrument. Donc, Il ne reste que 16 lycéens, mais il y a eu une lycéenne qui était absente, alors il n‟y a que 15 lycéens en tant que répondants. J‟ai distribué le questionnaire le 25 novembre 2014. Les lycéens ont rempli le

(15)

xv

Le Tableau 1. Le résultat de la Compétence de la Communication du Professeur

NO. NOM La Compétence de la

Communication du Professeur

1 AS 41

2 AF 39

3 HS 40

4 MJK 39

5 SAES 43

6 EW 37

7 H 41

8 IR 35

9 MDR 30

10 MTA 38

11 NR 40

12 NES 30

13 RPSK 39

14 SF 38

15 UM 35

Nombre 565

Selon le tableau 1, on peut savoir le score et le critère de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur qui peut être regardé dans le tableau 2.

Le Tableau 2. Le Score et le Critère de la Perception du Lycéen concernant La Compétence de la Communication du Professeur

No Critère Intervalle du Score

Fréquence %

1. Supérieur 633,75 – 780 0 0

2. Élevé 487,49 – 633,74 15 100 %

3. Modéré 341,23 – 487,48 0 0

(16)

xvi

Basé sur le tableau 2, le score total de la variable de la compétence de la communication est dans l‟intervalle du score 487,49 – 633,74 qui a le critère élevé.

La variable de la compétence de la communication utilise 3 indicateurs qui sont fait en 13 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sous-indicateurs de la compétence de la communication du professeur qui contribuent à la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau 3 :

Le Tableau 3. Le Score de chaque Indicateur au Variable de la Perception du Lycéen concernant La Compétence de la Communication du Professeur

Indicateur Sous-Indicateur No.

question Score Nombre L‟existence de l‟intérêt du 1 34

La motivation professeur pour communiquer 2 28

de la avec des lycéens 3 42 162

Communication L‟existence de l‟impulsion du professeur pour commencer de communiquer avec des lycéens

4 58

L‟existence de la connaissance du 5 47

La contenu qui est eu par le 6 43

Connaissance Professeur 7 39

de la L‟existence de la connaissance 8 39 248

Communication procédurale qui est eu par le 9 41

Professeur 10 39

L‟existence d‟empathie du professeur aux lycéens

11 43

La compétence

de la L‟existence de la familiarité du professeur aux lycéens 12 56 155 Communication L‟existence des efforts qui est fait

par le professeur pour réduire le doute du lycéen

13 56

(17)

xvii

indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 4.

Le Tableau 4. La Contribution des Indicateurs de la Compétence de la Communication du Professeur

Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre %

La compétence de la communication

a. La motivation de la

communication

 L‟existence de l‟intérêt du professeur pour communiquer avec des lycéens

 L‟existence de l‟impulsion du professeur pour commencer de

communiquer avec des lycéens

104

58 162 67.5%

b. La

connaissance de la

communication

 L‟existence de la connaissance du contenu qui est eu par le professeur

 L‟existence de la connaissance

procédurale qui est eu par le professeur

129

119

248 68.9%

c. La

compétence de la communication

 L‟existence d‟empathie du professeur aux lycéens

 L‟existence de la familiarité du

professeur aux lycéens  L‟existence des efforts

qui est fait par le professeur pour réduire le doute du lycéen

43

56

56

155 86.1%

(18)

xviii

Le tableau suivant montre la donnée collectée sur la motivation de l‟apprentissage des lycéens.

Le Tableau 5. Le résultat de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens

NO. NOM La Motivation de

l’Apprentissage des Lycéens

1 AS 68

2 AF 62

3 HS 66

4 MJK 59

5 SAES 67

6 EW 58

7 H 67

8 IR 60

9 MDR 44

10 MTA 48

11 NR 59

12 NES 59

13 RPSK 62

14 SF 55

15 UM 46

Nombre 880

Selon le tableau 5, on peut savoir le score et le critère de la motivation de l‟apprentissage des lycéens qui peut être regardé dans le tableau 6.

Le Tableau 6. Le Score et le Critère de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens

No Critère Intervalle Score Fréquence %

1. Supérieur 975 – 1200 0 0

2. Élevé 749 – 974 15 100 %

3. Modéré 523 – 748 0 0

(19)

xix

Basé sur le tableau 6, le score total de la variable de la motivation de l‟apprentissage des lycéens est dans l‟intervalle score 749 – 974 qui a le critère

élevé.

La variable de la motivation de l‟apprentissage utilise 8 indicateurs qui sont fait en 20 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sous-indicateurs de la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau 7 :

Le Tableau 7 Le Score de chaque Indicateur au Variable de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens

Indicateur Sous-Indicateur No.

question

Score Nombre

Il y a la diligence du lycéen pour faire des tâches

Le lycéen fait le travail

continuel des tâches jusqu‟à la fin

14 40 40

Il y a la ténacité du lycéen pour affronter des difficultés

Le lycéen ne désespère pas facilement quand il trouve des difficultés dans l‟apprentissage

15 45 45

Le lycéen a des efforts

continuels dans l‟apprentissage 16 44 Il y a la passion et le

désir du succès du Le lycéen a l‟esprit continuel dans l‟apprentissage 17 48 137 Lycéen Le lycéen a la confiance pour

répondre les questions du professeur

18 45

Le lycéen veut exceller 19 50

Le lycéen a la curiosité 20 38 Il y a l‟impulsion et le

besoin du lycéen dans l‟apprentissage

Le lycéen veut l‟existence dans la classe calculé par le

professeur

21 48 136

Le lycéen étudie diligemment pour atteindre le rêve

22 47

Il y a l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen

Le lycéen pratique

diligemment pour atteindre le rêve

23 43 144

Le lycéen pense toujours positif pour atteindre le rêve

(20)

xx

Indicateur Sous-Indicateur quetion No. Score Nombre

Le lycéen reçoit la félicitation

du professeur 25 39 74

Il y a l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéens

Le lycéen reçoit le

commentaire et le conseil du professeur aux copies

d‟examen des lycéens

26 35

Le professeur montre l‟attitude de l‟encouragement aux

lycéens

27 47

Le professeur utilise la

méthode de l‟enseignement qui peut faire les lycéens actives

28 45

Il y a les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéens

Le professeur choisi et organise les matières de l'enseignement qui facilite les lycéens pour les comprendre

29 41 215

Le professeur utilise le média de l'enseignement en

conformité la capacité du lycéen

30 36

Le professeur implique les lycéens dans l‟évaluation de l‟enseignement

31 44

Il y a l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des

Le lycéen a l‟environnement de la classe qui est à l‟aise pour faire l‟apprentissage

32 45

Lycéens Le lycéen a une bonne relation

avec le professeur 33 46 91

Pour savoir la contribution de chaque indicateur et de sous-indicateur, on utilise la formule : le nombre du sous-indicateur divisée par le nombre maximal de cet indicateur (le score maximal x le nombre de questionnaire à chaque indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 8.

(21)

xxi

Le Tableau 8. La Contribution des Indicateurs de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens

Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre % a. Il y a la

diligence du lycéen pour faire des tâches

 Le lycéen fait le travail continuel des

tâches jusqu‟à la fin 40 40 66,7%

b. Il y a la ténacité du lycéen pour affronter des difficultés

 Le lycéen ne désespère pas facilement quand il trouve des

difficultés dans l‟apprentissage

45 45 75%

c. Il y a la passion et le désir du succès du lycéen

 Le lycéen a des efforts continuels dans l‟apprentissage  Le lycéen a l‟esprit

continuel dans l‟apprentissage  Le lycéen a la

confiance pour répondre les questions du professeur 44 48 45

137 76.1%

La motivation de

l‟apprentissage d. Il y a

l‟impulsion et le besoin du lycéen dans

l‟apprentissage

 Le lycéen veut exceller  Le lycéen a la

curiosité  Le lycéen veut

l‟existence dans la classe calculé par le professeur

50 38 48

136 75.6%

e. Il y a l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen

 Le lycéen étudie diligemment pour atteindre le rêve  Le lycéen pratique

diligemment pour atteindre le rêve  Le lycéen pense

toujours positif pour atteindre le rêve

47

43

54

(22)

xxii Lanjutan…

Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre %

f. Il y a l‟appréciation dans

l‟apprentissage pour des lycéens

 Le lycéen reçoit la félicitation du professeur

 Le lycéen reçoit le commentaire et le conseil du

professeur aux copies d‟examen des lycéens

39

35 74 61.7%

g. Il y a les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéens

 Le professeur montre l‟attitude de l‟encouragement aux lycéens

 Le professeur utilise la méthode de l‟enseignement qui peut faire les lycéens actives  Le professeur choisi

et organise les matières de

l'enseignement qui facilite les lycéens pour les comprendre  Le professeur utilise

le média de l'enseignement en conformité la capacité du lycéen  Le professeur

implique les lycéens dans l‟évaluation de l‟enseignement 47 45 41 36 44

215 71.7%

h. Il y a

l‟environnement de

l‟apprentissage qui supporte des lycéens

 Le lycéen a

l‟environnement de la classe qui est à l‟aise pour faire l‟apprentissage  Le lycéen a une

bonne relation avec le professeur

45

46

(23)

xxiii

D‟après le tableau 8, l‟indicateur de la diligence du lycéen pour faire des tâches contribue 66.7% dans la motivation de l‟apprentissage, la ténacité du lycéen pour affronter des difficultés contribue 75%, la passion et le désir du succès du lycéen contribue 76.1%, l‟impulsion et le besoin du lycéen dans l‟apprentissage contribue 75.6%, l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen contribue 80%, l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéen contribue 61.7%, les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéen contribue 71.7%, et l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des lycéen contribue 75.8%. Parmi les indicateurs, l‟indicateur de l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen a la

contribution la plus dominante des autres indicateurs.

Le tableau suivant montre les données collectées sur la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens.

Le Tableau 9. Le résultat de la Compétence de la Communication du Professeur et la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens

NO. NOM

La Compétence de la Communication

du Professeur

La Motivation de

l’Apprentissage des Lycéens

1 AS 41 68

2 AF 39 62

3 HS 40 66

4 MJK 39 59

5 SAES 43 67

6 EW 37 58

7 H 41 67

8 IR 35 60

9 MDR 30 44

10 MTA 38 48

11 NR 40 59

(24)

xxiv Lanjutan…

NO. NOM La Compétence de la

Communication du Professeur

La Motivation de

l’Apprentissage des Lycéens

13 RPSK 39 62

14 SF 38 55

15 UM 35 46

Nombre 565 880

Ces données sont analysées dans la formule de corrélation de Product Moment ci-dessus :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Le résultat de l‟analyse montre qu‟‟il y a l‟influence de la perception du

lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. En utilisant la formule de corrélation

de Product Moment, le résultat de recherche = 0,664 > = 0,514.

IV. La conclusion

Le résultat de l‟analyse dans cette recherche utilisant la formule de

corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664 > = 0,514. Donc, l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée. Cela montre qu‟il y a

l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la

communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La

contribution de la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%. Cela explique que 44,1% de la

(25)

xxv

l‟apprentissage des lycéens, et le reste (55,9%) est déterminé par d‟autres

variables par exemple le rêve du lycéen, la capacité du lycéen, la condition du lycéen, la condition de l‟environnement du lycéen, et les éléments dynamiques

dans l‟apprentissage et l‟enseignement.

V. Les remerciements

Premièrement, je remercie Allah, le tout miséricordieux. Je remercie spécialement pour mes parents qui prient toujours pour moi et me donnent l‟esprit.

Ensuite, je remercie Mme. Dwi Astuti en tant que le conseilleur de cette recherche, pour le support et le conseil, surtout pendant la recherche de ce mémoire. Puis, je remercie mon professeur du lycée qui m‟a aidé quand j‟ai fait la recherche au

lycée. Enfin, je remercie les lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta qui ont devenu le répondant dans cette recherche.

VI. Les bibliographies

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rifa‟i, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:UNNES PRESS.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soeharto, Karti dkk. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK.

(26)

xxvi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i PENGESAHAN ... ii PERNYATAAN ... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv PRAKATA ... v SARI ... vii ARTICLE ... viii DAFTAR ISI ... xxvi DAFTAR TABEL ... xxvii DAFTAR LAMPIRAN ... xxx BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi ... 9 2.1.1 Pengertian Persepsi ... 9 2.1.2 Objek Persepsi ... 10 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ... 11 2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi ... 12 2.2.1 Kompetensi Komunikasi ... 12 2.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 15 2.2.3 Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran ... 20 2.3Tinjauan Umum Mengenai Motivasi ... 24

(27)

xxvii

2.3.5 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 33 2.4 Kerangka Pikir ... 36 2.5 Hipotesis ... 38 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ... 39 3.2 Variabel Penelitian ... 39 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40 3.4.1 Dokumentasi ... 40 3.4.2 Angket atau Kuesioner ... 40 3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 42 3.6 Teknik Penentuan Skor ... 43 3.7 Uji Coba Instrumen ... 44 3.8 Teknik Analisis Data ... 44

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 44 3.8.2 Analisis Kuantitatif ... 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data ... 55 4.1.1 Hasil Pengumpulan Data Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Berkomunikasi Guru ... 55 4.1.2 Hasil Pengumpulan Data Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa .. 62 4.1.3 Uji Hipotesis ... 74 4.2 Pembahasan ... 76 BAB V PENUTUP

(28)

xxviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket ... 41 Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai

Kompetensi Berkomunikasi Guru ... 46 Tabel 3.3 Kriteria Indikator Motivasi Komunikasi ... 46 Tabel 3.4 Kriteria Indikator Pengetahuan Komunikasi ... 47 Tabel 3.5 Kriteria Indikator Keterampilan Komunikasi ... 47 Tabel 3.6 Kriteria Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ... 48 Tabel 3.7 Kriteria Indikator Adanya Ketekunan Dalam Menghadapi Tugas . 49 Tabel 3.8Kriteria Indikator Adanya Keuletan Dalam Menghadapi Kesulitan.49 Tabel 3.9 Kriteria Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ... 50 Tabel 3.10 Kriteria Indikator Adanya Dorongan dan

Kebutuhan dalam Belajar ... 50 Tabel 3.11Kriteria Indikator Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ... 51 Tabel 3.12 Kriteria Indikator Adanya Penghargaan dalam Belajar ... 51 Tabel 3.13Kriteria Indikator Adanya Kegiatan yang Menarik dalam Belajar 52 Tabel 3.14 Kriteria Indikator Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif .... 52 Tabel 4.1 Hasil skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Berkomunikasi Guru ... 55 Tabel 4.2 Skor dan Kriteria Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Berkomunikasi Guru ... 56 Tabel 4.3 Skor masing-masing Indikator pada Variabel Persepsi Siswa

Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ... 57 Tabel 4.4 Kontribusi Indikator Variabel Persepsi Siswa Mengenai

(29)

xxix

Belajar Bahasa Prancis Siswa ... 63 Tabel 4.11 Kontribusi Indikator Variabel Motivasi Belajar

Bahasa Prancis ... 64 Tabel 4.12 Hasil Skor Indikator Adanya Ketekunan Dalam

Menghadapi Tugas ... 67 Tabel 4.13 Hasil Skor Indikator Adanya Keuletan Dalam

Menghadapi Kesulitan ... 68 Tabel 4.14 Hasil Skor Indikator Adanya Hasrat dan

Keinginan Berhasil ... 68 Tabel 4.15 Hasil Skor Indikator Adanya Dorongan dan

Kebutuhan dalam Belajar ... 69 Tabel 4.16 Hasil Skor Indikator Adanya Harapan dan

Cita-cita Masa Depan ... 70 Tabel 4.17 Hasil Skor Indikator Adanya Penghargaan

dalam Belajar ... 71 Tabel 4.18 Hasil Skor Indikator Adanya Kegiatan yang

Menarik dalam Belajar ... 72 Tabel 4.19 Hasil Skor Indikator Adanya Lingkungan Belajar

Yang Kondusif ... 73 Tabel 4.20 Data Skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi

(30)

xxx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing ... 84 Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 85 Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 87 Lampiran 4 Daftar Nama Responden ... 88 Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket ... 89 Lampiran 6 Instrumen Penelitian ... 91 Lampiran 7 Rekap perhitungan skor angket penelitian ... 95 Lampiran 8 Perhitungan Korelasi Pada Variabel Penelitian

(31)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, biasanya siswa mengalami perubahan sikap yang dipengaruhi oleh dorongan atau keinginan dari dalam dirinya sendiri. Dorongan atau keinginan itulah yang seringkali disebut motivasi belajar. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina 2009:161).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap belajar yang dialami oleh siswa sangat bergantung pada motivasi belajarnya. Artinya seseorang akan berhasil dalam belajar manakala dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Dengan demikian, motivasi belajar ialah segala sesuatu yang dapat memotivasi siswa atau individu untuk belajar.

(32)

2

kemauan dalam belajarnya pun bergantung pada faktor dari luar yang menyebabkan seseorang memiliki motivasi untuk belajar.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan merasa senang dan bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar sehingga pencapaian hasil belajar akan menjadi optimal. Semakin besar motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, semakin besar pula kemungkinan keberhasilan dalam proses pembelajaran itu tercapai.

Seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Jika siswa tidak mempunyai motivasi intrinsik, maka guru harus mengembangkan motivasi ekstrinsik siswa. Dengan demikian, kegagalan belajar siswa bukan semata-mata adalah kesalahan dari pihak siswa. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Jadi tugas guru adalah menumbuhkan motivasi siswa melalui motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus mengarahkan dan mengubah agar siswa belajar bukan karena adanya faktor dari luar, tetapi karena kebutuhan akan belajar, sehingga hal itu mampu menjadi motivasi yang bersifat intrinsik.

(33)

3

komunikasi yang merupakan interaksi. Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam praktik pembelajaran pun, komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa bukan hanya proses pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi relasi guru dan siswa. Baiknya relasi guru dan siswa menjadi prasyarat utama terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Selain itu relasi yang baik dapat membantu guru memahami para siswa dengan baik pula.

Bila hubungan guru dengan siswa baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya (Slameto 2010:66). Relasi yang baik dapat terjadi apabila di antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang efektif, yakni pesan yang diterima oleh komunikan (siswa) sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator (guru), kemudian komunikan memberi respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.

(34)

4

akan disampaikan dan metode penyampaiannya. Guru juga harus memiliki kemampuan dalam mendesain komunikasi yang efektif dengan siswa. Kemampuan ini sangat penting karena berdampak langsung pada kualitas pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.

Dalam proses pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman belajar dan pengalaman tersebut membentuk persepsinya terhadap guru dan mata pelajaran. Dengan adanya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan persepsi baik oleh siswa terhadap guru yang berdampak pada penerimaan materi yang disampaikannya. Adanya perbedaan persepsi siswa akan berpengaruh pada perbedaan motivasi belajar di masing-masing siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa timbulnya motivasi belajar dipengaruhi oleh adanya persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru. Dengan demikian kompetensi berkomunikasi guru sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan komunikasi yang efektif, serta untuk membangun relasi yang baik antara guru dan siswa.

Persepsi merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap objek yang dipersepsi. Menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan individu, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu.

(35)

5

berinteraksi dengan baik. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Adanya interaksi antarkomponen yang ada di dalam kelas akan menimbulkan persepsi yang dapat menumbuhkan komunikasi aktif.

Dalam mengajar guru harus memiliki kompetensi komunikasi. Kompetensi komunikasi guru dalam mengajar tidak dapat diamati hanya dari latar belakang pendidikannya saja, tetapi juga penilaian langsung dari siswa. Siswa sebagai teman pelaku komunikasi guru menjadi penentu mengenai pesan-pesan yang disampaikan guru dalam pembelajaran dapat diterima atau tidak. Selain itu, siswa juga menjadi penentu kemampuan guru dalam menyampaikan ilmunya kepada siswa sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain, guru sudah mampu berkomunikasi secara efektif atau belum.

(36)

6

mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengajar, guru dituntut memiliki kompetensi komunikasi.

Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28 sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini meliputi tiga komponen, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi dan keterampilan komunikasi. Motivasi komunikasi harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pengetahuan komunikasi guru berupa penguasaan materi yang dimilikinya serta pemilihan cara yang dilakukan dalam penyampaian materi. Misalnya penggunaan metode belajar dalam kelas yang membuat siswa nyaman sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik. Kompetensi komunikasi yang terakhir adalah keterampilan komunikasi guru yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif dengan siswa. Hal itu dilakukan untuk membina hubungan baik agar terjadi komunikasi timbal balik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru

(37)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ada tidaknya pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta.

1.4Manfaat Penelitian

Sesuai permasalahan yang diangkat, penelitian ini memiliki beberapa manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

(38)

8

1.4.2 Manfaat praktis

(39)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur 2003:45). Menurut Leavitt sebagaimana dikutip Sobur (2003:45), persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Slameto (2010:102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.

Menurut Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses ketika individu menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas tampak pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167), “persepsi dapat didefinisikan sebagai

(40)

10

dikutip Mulyana (2005:167), menyatakan bahwa persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi.

Dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negatif, baik atau buruk, senang atau tidak senang, dan sebagainya. Persepsi manusia, baik berupa persepsi positif maupun negatif akan mempengaruhi tindakan yang tampak. Tindakan positif biasanya muncul apabila individu mempersepsi seseorang secara positif dan sebaliknya.

Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini persepsi yang merupakan inti komunikasi digunakan untuk menilai atau mengukur kompetensi berkomunikasi guru menurut pandangan siswa berupa reaksi atau penilaian positif atau negatif serta baik atau buruknya rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru adalah suatu pandangan, pendapat, dan penilaian terhadap pesan ataupun informasi yang disampaikan oleh guru dengan tujuan memberikan pengaruh bagi perkembangan motivasi siswa. Persepsi menentukan individu memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Persepsi positif siswa akan mampu mendorong siswa untuk melaksanakan sesuatu, dalam hal ini siswa akan memiliki motivasi belajar.

2.1.2 Objek Persepsi

(41)

11

perception. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi.

Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa orang yang dipersepsi dalam penelitian ini adalah guru, sedangkan orang yang mempersepsi dalam penelitian ini adalah siswa, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang dipersepsi (guru) dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi (siswa). Siswa mempersepsi suatu komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa saat proses pembelajaran. Jika persepsi siswa positif akan berpengaruh terhadap tingginya motivasi belajar siswa dan sebaliknya.

2.1.3 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Menurut Walgito (2010:101) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

1. Objek yang Dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individuyang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat Indra, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf

(42)

12

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Dari pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa ketika siswa menerima objek yang dipersepsi (komunikasi yang dilakukan guru) dan alat indranya dapat merasakan, maka siswa akan melakukan sebuah perhatian. Perhatian siswa dapat menjadikan tinggi rendahnya suatu persepsi yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar. Apabila komunikasi yang dilakukan guru berlangsung menyenangkan, maka persepsi positif siswa akan mendorong siswa untuk memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan guru, dan sebaliknya. Dengan demikian, persepsi siswa mengenai komunikasi guru ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa.

2.2Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi 2.2.1 Kompetensi Komunikasi

(43)

13

Motivasi komunikasi merupakan daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya, aktifitas manusia selalu berhubungan dengan adanya dorongan, alasan ataupun kemauan. Motivasi komunikasi ini merupakan hasil dari usaha dan keinginan yang mengarahkan perbuatan individu menuju hal yang positif seperti ketertarikan untuk berkomunikasi dan dorongan untuk memulai komunikasi.

Pengetahuan komunikasi dibagi menjadi dua jenis yaitu pengetahuan konten dan pengetahuan prosedural (Morreale et al 2004:38 sebagaimana dikutip Novita 2013). Pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang topik apa, kata-kata yang digunakan, pemahaman situasi dan seterusnya yang dibutuhkan dalam suatu situasi. Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan bagaimana cara menyusun, merencanakan, dan mentransfer pengetahuan yang dimiliki dalam situasi tertentu.

Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan yang dapat membimbing seseorang untuk menghadirkan sebuah perilaku tertentu yang cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Untuk mengurangi keraguan, seorang komunikator sedapat mungkin harus memiliki tiga keterampilan yaitu empati, berperilaku seluwes mungkin, dan kemampuan mengurangi keraguan itu sendiri (Morreale et al 2004:39 sebagaimana dikutip Novita 2013).

(44)

14

(45)

15

pertanyaan guru selama proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru seharusnya memiliki kompetensi berkomunikasi agar proses pembelajaran berjalan efektif dan hubungan guru-siswa menjadi akrab, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam model komunikasi Berlo (1960) sebagaimana dikutip Cangara (2003:22), komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver). Shannon, dkk sebagaimana dikutip Cangara (2003:23), menambahkan unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kemudian, Joseph, dkk sebagaimana dikutip Cangara (2003:23), menambahkan faktor lingkungan sebagai unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

[image:45.595.119.510.482.658.2]

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.2 Gambar unsur-unsur komunikasi

Lingkungan

Sumber Pesan Media Penerima Efek

(46)

16

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau Information.

3. Media

(47)

17

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

Megenali khalayak adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai suatu keberhasilan komunikasi.

5. Efek

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Umpan Balik

(48)

18

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi seringkali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.

Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dengan dimensi internal.

Adapun dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim.

(49)

19

disampaikan guru tidak dapat diterima baik oleh siswa. Selanjutnya jika siswa yang mengalami gangguan, kasus yang sering terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung adalah kondisi siswa yang mulai letih dan merasa lapar, hal ini akan menyebabkan konsentrasi siswa dalam pelajaran berkurang, sehingga tidak dapat menyerap materi dengan baik. Dalam kasus tersebut, apabila kedua unsur (sumber dan penerima) bermasalah, dapat dipastikan komunikasi tidak berjalan efektif, sehingga umpan balik dan efek (dari segi pengetahuan) yang diharapkan tidak terjadi pada diri siswa. Selain itu, unsur media dan lingkungan juga berpengaruh dalam terciptanya komunikasi efektif. Jika guru ingin mengajar tentang mendengarkan dan ternyata speakernya rusak, atau pada saat yang bersamaan cuaca mendung dan hujan deras yang dapat mengganggu pendengaran siswa, maka proses pembelajaran menjadi terganggu. Gangguan tersebut berasal dari media yang tidak dapat diputar karena adanya kerusakan pada speaker dan gangguan pada lingkungan, yaitu pada dimensi waktu (saat berlangsungnya proses pembelajaran bertepatan dengan hujan deras).

(50)

20

2.2.3 Komunikasi Guru dalam Pembelajaran

Komunikasi mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di antaranya komunikasi dalam bidang pendidikan. Hampir sebagian besar aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru di ruang kelas adalah kegiatan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal.Oleh karenanya, hasil buruk penerimaan materi oleh para siswa dapat dikarenakan guru tidak memiliki kompetensi berkomunikasi, sehingga dapat menyebabkan komunikasi guru kurang baik di depan para siswa. Sebagai contoh, salah satu komponen dari kompetensi berkomunikasi adalah pengetahuan komunikasi yang meliputi penguasaan materi dan metode penyampaiannya. Apabila guru menguasai materi, namun kurang menguasai metode, dapat dipastikan komunikasi yang terjalin pada saat proses pembelajaran menjadi tidak efektif.

Menurut Iriantara dan Syaripudin (2013:72), komunikasi pendidikan bukan sekadar komunikasi yang berlangsung dengan latar pembelajaran atau pendidikan, melainkan juga proses komunikasi yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan.

(51)

21

dibanding dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya. Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik komunikasi formal maupun informal sama pentingnya untuk mendorong peningkatan mutu pembelajaran.

Guru yang baik adalah guru yang memahami bahwa komunikasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling bergantung yang lebih mementingkan apa yang sudah siswa pelajari dari pada apa yang sudah diajarkannya, dan yang terus menerus memilih dan menentukan apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannnya (Richmond et.al, 2009) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:74). Intinya adalah guru yang baik adalah komunikator yang baik, atau guru yang efektif adalah komunikator yang efektif.

Menurut Richmond et.al (2009) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:74), komunikasi pembelajaran merupakan proses di mana guru membangun relasi komunikasi yang efektif dan afektif dengan siswa sehingga siswa berkesempatan meraih keberhasilan yang maksimal dalam proses pembelajaran. Tujuan membangun komunikasi efektif dan afektif adalah untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa mencapai tujuan pembelajaran. Komunikasi yang efektif artinya guru dan siswa sama-sama memahami apa yang dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Sedangkan komunikasi afektif bertujuan membangun keadaan saling memahami perasaan antara guru dan siswa terhadap proses komunikasi dan apa yang sedang dibelajarkan.

(52)

22

banyakpenelitian yang menunjukkan bagaimana relasi guru dan siswa ini berdampak terhadap proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Dais et.al (2003) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:72), relasi yang baik antara guru dan siswa berpengaruh terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa. Selain itu relasi positif guru-siswa merupakan senjata yang ampuh untuk menciptakan iklim pembelajaran yang membuat siswa lebih menghormati orang dewasa disekitarnya dan menghormati sesamanya, serta menjadi lebih memiliki perhatian karena merasa diperhatikan (Thompson 1998) dan (Canter & Canter 1997) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73). Sedangkan Marzano (2003:18) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73) menunjukan relasi guru dan siswa juga membuat siswa lebih mudah menjadi orang yang disiplin dan taat aturan. Selain itu, relasi siswa dan guru ini membuat siswa lebih menyimak apa yang disampaikan gurunya karena merasa keberadaannya dinilai dan dihargai (Zem & Kottler 1993) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73).

(53)

23

mengganggu aktivitas belajarnya, siswa dengan senang hati akan bercerita pada guru, kemudian mendengarkan nasihat dari guru.

Dalam pembelajaran bahasa Prancis, relasi baik guru bahasa Prancis dengan siswanya sangat berpengaruh pada keefektifan komunikasi guru dalam menyampaikan materi. Mengingat bahasa Prancis adalah bahasa baru bagi siswa, maka relasi yang baik ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi siswa. Untuk pembelajar pemula biasanya akan menemui banyak kesulitan baik dalam pengucapan maupun penulisan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam pengucapan dan penulisan bahasa Prancis. Selain itu, terdapat sistem pengkonjugasian kata kerja serta bahasa Prancis juga mengenal adanya dua jenis kata benda ( masculin dan feminim ) yang berpengaruh pada penggunaan article.

(54)

24

2.3Tinjauan Umum Mengenai Motivasi 2.3.1 Pengertian Motivasi

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau dan ingin melakukan kegiatan belajar, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu, sehingga siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Untuk menjelaskan pengertian motivasi, Sardiman (2007:73) menjelaskan bahwa motivasi itu sendiri terbentuk dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan.

(55)

25

Slavin (1994) sebagaimana dikutip Rifa‟i dan Catharina (2009:159) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus.

Menurut Thomas L. Good dan Jere B. Brophy (1986) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:8), motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari dalam diri siswa yang memunculkan keinginan untuk beraktivitas atau melakukan sesuatu, serta menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa dalam mencapai tujuan maupun kebutuhannya akan belajar. Jadi motivasi siswa dalam belajar bahasa Prancis adalah dorongan dalam diri siswa untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa Prancis, serta menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk memperhatikan bahasa Prancis ketika proses pembelajaran berlangsung.

2.3.2 Jenis-jenis Motivasi

Hamzah (2010:23) mengungkapkan bahwa, “motivasi belajar dapat timbul

karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.”

(56)

26

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya disebabkan karena pengaruh rangsangan dari luar. Dalam proses pembelajaran, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama pentingnya. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa tertarik pada semua mata pelajaran, sehingga guru dapat menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa agar tetap mau belajar.

2.3.3 Fungsi Motivasi

Sardiman (2007:85) yang menyatakan fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

(57)

27

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegitan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, penggerak, pengarah maupun penyeleksi seseorang dalam melakukan perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa yang memiliki motivasi belajar, mereka akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai tujuannya, sehingga meningggalkan kegiatan yang mengganggu aktivitas belajarnya.

2.3.4 Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi

Menurut Sardiman (2007:83) siswa yang memiliki motivasi belajar akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(58)

28

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak dapat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, pantangan terhadap setiap tindak kriminal moral dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang di yakini.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sedangkan Hamzah (2010:31) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa dapat dikatakan mempunyai motivasi belajar bila memenuhi indikator-indikator di bawah ini :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

(59)

29

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

Menurut teori kebutuhan, manusia termotivasi untuk bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya (Prayitno 1989:34). Robert C. Beck (1978) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:8) mengemukakan bahwa pengertian motivasi yang dibahas oleh para ahli meliputi pembahasan tentang need for achievement, need for affiliation dan perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa. Need for achievement yang disingkat dengan n.ach adalah kebutuhan untuk berprestasi, yaitu suatu keinginan untuk selalu unggul atau menjadi terbaik. Sedangkan need for affiliation yang disingkat dengan n.aff adalah kebutuhan untuk berhubungan sosial yang meliputi kebutuhan untuk diakrabi, bekerja sama dan diakui secara sosial.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

Dengan rajin menimba ilmu, tekun berlatih, dan selalu berpikiran positif, individu akan dapat mencapai tahapan-tahapan cita-cita yang diinginkan (Jauhary 2008:13).

4. Adanya penghargaan dalam belajar.

(60)

30

ujian siswa dengan dilengkapi komentar dan saran-saran agar siswa dapat bekerja lebih baik lagi.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang dapat mengembangkan motivasi siswa dalam belajar semaksimal mungkin (Prayitno 1989:94). Untuk itu guru sebagai penanggung jawab keberhasilan pengajaran perlu mengusahakan agar setiap komponen yang terlibat dalam pengajaran dapat mendukung peningkatan motivasi siswa dalam belajar.

Menurut Prayitno (1989:128-130) komponen-komponen yang terlibat dalam pengajaran meliputi sikap guru, metode mengajar, materi pengajaran, media pengajaran, dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan kegairahan siswa dalam belajar.

Sikap/tingkah laku guru dijadikan model oleh siswa-siswanya. Guru yang memberi semangat kepada siswa dengan menekankan bahwa semua siswa dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Mereka tidak takut untuk sa

Gambar

Gambar 1.2  Gambar unsur-unsur komunikasi
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket
tabel perhitungan, berikut rincian perhitungannya :
Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diteliti terdiri dari karakteristik ekonomi (tingkat pendapatan, tingkat alokasi waktu kerja), karakteristik sosial (tingkat interaksi, tingkat relasi

[r]

5) Yang dimaksud dengan masyarakat umum di luar warga UM adalah orang dan atau organisasi/institusi di luar Universitas Negeri Malang... 6) Gedung Sasana Budaya tidak

Dari hasil pengamatan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan strategi 3W2H mampu memberikan motivasi dan kesenangan

Sementara itu, variabel-variabel eksogen (independen) dalam model permintaan impor yang dibangun yaitu harga lada dunia yang dideflasi dengan indeks harga

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi perikanan pelagis melalui laju eksploitasi, potensi lestari, analisis bioekonomi, dan laju degradasi sumber

Penggunaan lysimeter otomatis untuk mengukur evapotranspirasi potensial ( ETp ) dengan luas penampang 2600 cm 2 dan 5200 cm 2 menunjukkan unjuk kerja yang sama sehingga

d’avancement de l’intégration du support filmique dans l’enseignement Marocain et particulièrement dans les cours du Français Langue Etrangère, nous avons