• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah pendidikan menurut kamus besar bahasa

indonesia (KBBI) berasal darikata dasar “didik” (mendidik)

Prof. Brodjonegoro menyebutkan beberapa istilah pendidikan

diantaranya: pedagogic (ilmu menuntun anak), Opveding

(membesarkan), penggulawentah (mengubah), educare

(melatih atau mengajarkan) dan erzhcung (membangkitkan

atau mengaktifkan). Berdasarkan istilah-istilah tersebut,

kemudian Prof. Brodjonegoro menerjemahkan pendidikan

sebagai tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir

sampai tercapainya kedewasaan secara jasmani dan rohani

agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya.1

Pendidikan menurut UU RI No. 20 tentang sistem

pendidikan Nasional tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktis mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara.

Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah

dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai

sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini

mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada

Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,

sujud, do’a, tasbih, dan takbir. Shalat adalah pokok semua

macam ibadah tidak kosong dari shalat semua syari’at para

Rasul. Shalat juga merupakan ibadah yang paling penting

1 Nanang Purwanto pengantar pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 19-20

baik dan sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari

ibadah-ibadah badaniah lainnya dan merupakan ajaran

para nabi.

Sedangkan secara terminologi (syara’), shalat berarti

ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul

ihram dan di akhiri dengan salam. Dinamakan dengan

shalat karna ia mencakup doa-doa. Orang yang sedang

melakukan shalat, ucapan tidak terlepas dari doa ibadah,

doa pujian, dan doa permohonan. Dan seorang muslim

wajib menunaikan shalat ketika masuk waktunya.

Hakikat makna Islam adalah berserah diri kepada

Allah dengan tauhid dan tunduk, patuh pada segala

perintah dan membersihkan diri dari perbuatan yang

dapat menyekutukan Allah. Allah menciptakan makhluk

hanya untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah merupakan

tugas seorang hamba sebagai sarana pengabdian diri pada

sang pencipta.2

Manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup

2Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, (Jakarta: Qultum Media, 2010) Hal 40

mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian

tanpa adanya bertanggung jawab kepada penciptanya,

dalam syariat Islam di ungkapkan bahwa manusia tujuan

akhirnya adalah mengabdi kepada Allah SWT dengan akal

dan perasaan dibanding dari makhluk lain, manusia

dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT. Tuhan

sengaja menciptakan manusia dengan beribadah

kepada-Nya.3

Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat

az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:

َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”

Dari ayat di atas, jelas sekali bahwa manusia dalam

hidupnya mengemban amanah ibadah, baik hubungannya

dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam dan

lingkungannya. Oleh karena itu sebagai manusia

3Departemen Agama, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Cv Penerbit J Art, 2004) Hal 597

hendaklah melaksanakan ibadah shalat sebagai wujud

pengabdian diri kepada Allah SWT.

Shalat adalah upaya membangun hubungan baik

antara manusia dengan Tuhannya. Dengan sholat

kenikmatan yang diberikan oleh allah akan terasa,

pengabdian kepadanya dapat diekspresikan, begitu juga

dengan penyerahan usrusan kepadanya. Shalat juga

mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian,

dan keselamatan darinya. Shalat adalah perilaku ihsan

hamba terhadap tuhannya. Ihsan shalat adalah

menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati

sehingga pikiran, penghayatan, dan anggota badan

menjadi satu yang tertuju kepada Allah.

Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam,

dalam waktu yang telah ditentukan merupakan fardhu

ain. Shalat fardu dengan ketetapan waktu pelaksanaannya

dalam Al-Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin

yang tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkannya.

Aktivitas ini tidak boleh ditentukan dengan ketentuan

diluar syara’. Dalam shalat seorang muslim berikrar

kepada allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup,

dan mati itu semata-mata hanya milik Allah. Shalat dalam

agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat

ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang

agama, dan shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan

oleh Allah swt Yang perintahnya langsung disampaikan

oleh Allah swt. Shalat merupakan inti pokok ajaran agama

dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka

hilanglah amal ibadah secara keseluruhan.

Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:43:

َﻊَﻣاْﻮُﻌَﻛْراَو َةْﻮَﻛ ﺰﻟا اْﻮُﺗاَءَوَةﻮَﻠﺼﻟا اْﻮُﻤْﻴِﻗاَو ﻦْﻴِﻌِﻛﺮﻟا

Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa kata bersama

menunjukkan makna menemani, atau menyertai, jadi ayat

ini bermakna dirikanlah shalat bersama yang lain secara

berjama’ah. Oleh karna itu, dalam melaksanakan shalat

alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah.

Terutama bagi kaum laki-laki, Karena rasulullah

mengatakan bahwa shalat sendiri bernilai satu, sedangkan

shalat berjamaah bernilai 27 kali lipat. Seperti yang telah

kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat

memancarkan energy. Ini bisa dianalogikan dengan

sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu

atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan

energinya, tetapi begitu terhubung dia akan memancarkan

energinya. Ibarat batreai, kalau kita menyalakan lampu

dengan sebuah baterai maka terang sinarnya akan kalah

dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3

baterai atau 10 baterai, semakain banyak baterai yang

digunakan maka nyala lampu itu akan semakin terang.

Demikian juga denga orang yang melaksanakan shalat.4

Berjamaah menurut bahasa adalah sekelompok

manusia yang memiliki kesamaan sifat, sehingga dapat

dikatakan jamaah haji, jamaah dan majlis ta’lim. Shalat

berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. 1, Hal.125-126

atau lebih dengan salah satu orang menjadi imam,

sedangkan yang lain mengikutinya atau menjadi

makmum. Shalat berjamaah dilakukan secara

bersama-sama dan sebelum melakukan shalat terlebih

dahulu harus mensucikan diri dengan cara bewudhu’,

dalam melakukan shalat berjamaah kita harus mengikuti

gerakan imam dan tidak boleh mendahului imam.

Adapun pengertian shalat berjamaah menurut

terminologi (istilah) adalah :

1. Menurut Wahbah Zuhaili, yang dikutib oleh Abdullah sidiqq shalat berjamaah adalah pertalian yang terjadi antara shalat imam dan shalat makmum.

2. Menurut Musannif Effendi shalat berjamaah adalah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan makmum.

Dari dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa

shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara

bersama-sama, yang terdiri dari imam dan makmum.

Dalam shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri dari

dua orang yaitu satu orang imam dan satu orangnya lagi

makmum, jika sendirian saja bukanlah dikatandengan

shalat berjamaah.

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa pelaksanaan

shalat jama’ah lebih afdal dibandingkan shalat munfarid

(sendirian) sebab hikmah shalat berjama’ah mengandung

ta’aruf sesama Muslim, menyusun barisan, saling tolong

menolon, dan berkumpul bersama-sama menuju do’a,

zdikir serta khusuk kepada Allah SWT.5

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari shalat

berjama’ah, antara lain:

a. Saling mengenal antara satu sama dengan lainnya sehingga akan terjadi komunikasi yang baik.

b. Memupun cinta kasih diantara sesama muslim agar terciptanya suasana untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.

c. Mengikir jurang pemisah antara yang tua dengan yang muda antara dengan yang miskin.

d. Orang yang memahami agama bisa belajar kepada orang yang alim (yang lebih memahami ilmu agama).

5 Hafsah, Fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011) Hal 56

e. Memberikan teladan yang baik kepada anak-anak khususnya dalam membantu mereka agar cinta kepada mesjid dan musolla dalam mendirikan shalat berjama’ah.

Jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita

pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja, tetapi

kalau kita shalat berjamaah, maka pancaran energi yang

kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Jadi dengan shalat

berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada

kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih

besar ketimbang shalat sendirian.

Secara teori pelaksanaan Shalat berjama’ah adalah

shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

salah satu orang menjadi imam, sedangkan yang lain

mengikutinya atau menjadi makmum. Shalat berjamaah

dilakukan secara bersama-sama dan sebelum melakukan

shalat terlebih dahulu harus mensucikan diri dengan cara

bewudhu’, dalam melakukan shalat berjamaah kita harus

mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahului

imam.

Berdasarkan observasi awal penulis pada hari senin

tanggal 18 november 2019 yang dilakukan di Jorong

Kartini Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh

bahwasanya masih banyaknya masyarakat yang tidak

melaksanakan shalat berjama’ah pada waktu shalat fardu

yaitu shalat magrib. berdasarkan informasi yang di dapat

dari 4 Mesjid di jorong kartini yaitu Masjid Nurul Huda,

Masjid Raya, Masjid Al Hijrah dan Masjid Al Kautsar,

Masjid Al-Kautsar yang sedikit melaksanakan Shalat

berjama’ah pada saat waktu Shalat Maghrib. Padahal

informasi dari Kepala Jorong Kartini Muara Kiawai jumlah

penduduknya banyak yaitu sekitar 500 KK, dari 500 KK

tersebut sekitar 5 s/d 10 orang yang melaksanakan shalat

berjama’ah Ke Masjid. Padahal secara teori shalat

berjama’ah itu hukumnya sunnah muakkad (sangat

dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki. Ketika waktu

shalat sudah masuk jarang terdengar orang

mengumandangkan suara azan dimesjid.6

6Badan pusat statistik kabupaten pasaman barat, Statistik Daerah Kecamatan Gunung Tuleh 2020

Kalau dilihat dari segi lokasi masjid berada

ditengah-tengah masyarakat dan sarana pra sarana yang

ada di mesjid itu mencukupi untuk melakukan shalat

berjama’ah seperti, baik dari segi tempat berwudhu

maupun diruangan mesjid dan dilengkapi dengan

berbagai fasilitas yang bisa membuat para jama’ah shalat

akan merasa nyaman, akan tetapi masyarakat di nagari

muara kiawai jarang sekali untuk melaksanakan shalat

berjama’ah.

Hasil wawancara awal yang penulis lakukan

dinagari muara kiawai diketahui bahwa sebahagian besar

masyarakat tidak melaksanakan shalat berjamaah hal ini

diungkapkan oleh salah seorang warga yang menyatakan

bahwa salah satu faktor penyebab tidak melaksanakan

shalat berjama’ah yaitu kurangnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya shalat berjama’ah dan garim mesjid yang

tidak ada Sehingga masyarakat merasa untuk pergi

kemesjid.

Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadikan

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis

dalam karya ilmiah berjudul “PELAKSANAAN SHALAT

BERJAMA’AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA

KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH, KABUPATEN.

PASAMAN BARAT”

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas penulis

mengidentifikasi masalah yaitu:

1. Sebagian masyarakat jarang melaksanakan shalat berjamaah.

2. Sebagian masyarakat masih rendahnya dalam melaksanaan shalat berjamaah.

3. Sebagian masyarakat masih kurang dalam melaksanakan shalat berjamaah diwaktu magrib.

4. Sebagian masyarakat masih malas melaksanakan shalat berjamaah dikarenakan garim dan pengurus mesjid yang tidak ada.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar

tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut penulis

membatasi masalah ini, di Nagari Muara Kiawai terdapat

dua jorong dan penulis mengambil salah satu dari jorong

tersebut yaitu jorong kartini jadi, batasan masalahnya

adalah pelaksanaan Shalat Berjamaah di Jorong Kartini

Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten

Pasaman Barat.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

a. Bagaimana pelaksanaan Shalat Berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

b. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan Shalat Berjamaah di

Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung

Tuleh Kabupaten Pasaman Barat dan Untuk mengetahui

faktor penghambat bentuk-bentuk Minat Shalat Berjamaah

di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung

Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

5. Kegunaan penelitan

Manfaat penilitian ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan penulis dengan penelitian lapangan mengenai pelaksanaan Shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

b. Untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruaan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

6. Penjelasan Judul

Untuk mempermudah dalam pemahaman judul, maka penulis memberikan penjelasan mengenai kata-kata kunci dari judul proposal ini yaitu:

Pelaksanaan merupakan aktivitas atau

usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana

dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan

dilengkapi segala kebutuhan.

Shalat berjama’ah Ibadah shalat yang dilakukan secara

bersama- sama dan merupakan salah

satu ibadah yang memiliki

keutamaan dalam agama islam.

Dalam shalat berjama’ah seorang

yang berdiri didepan dan orang lain

mengikutinya disebut dengan imam,

dan orang-orang yang mengikuti dan

berjama’ah kepadanya disebut

dengan makmum. Hukum

melaksanakan shalat berjama’ah ini

ialah sunnah muakkad (sangat

dianjurkan).

Setelah penulis memaparkan kata demi kata sesuai dengan

judul ini, yaitu: Pelaksanaan Shalat Berjama’ah di jorong

kartini Nagari Muara Kiawai, Kec. Gunung Tuleh, Kab.

Pasaman Barat, yang dimaksud dengan judul diatas adalah

meningkatkan pelaksanaan shalat berjamaah di jorong kartini

Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh, Kab. Pasaman Barat.

Karna secara teori shalat berjama’ah itu hukumnya sunnah

muakkad (sangat dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki.

7. Sistematika Penulisan

Secara garis besar untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulis yang dibagi dalam beberapa bab, adapun pembagiannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis. Pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan berkenaan pelaksanaan dan shalat berjama’ah.

BAB III Metodologi Penelitian. yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, taknik analisis data, dan triangulasi data.

BAB IV Hasil Penelitian. Pada bab ini

penulis mengemukaan tentang

faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi pelaksanaan shalat

berjamaah.

BAB V Penutup. Pada bab ini

mengemukakan tentang kesimpulan

dan saran penulis.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pelaksanaan

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan

oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur

dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Wiestra, mengemukakan pengertian pelaksanaan sebagai

usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua

rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana

tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya.

Lembaga Administrasi negara RI merumuskan

pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai

atau tiap anggota organisasi berkeinginan dan berusaha

mencapai tujuan yang teah direncanakan, pelaksanaan

adalah suatu kegiatan yang dapat dijumpai dalam proses

administrasi. Bintoro Tjokroadmudjoyo mengemukakan

bahwa pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami

dalam bentuk rangkaian kegiatannya. 7

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha

yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua

rencanadan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat

yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasan Iindonesia, (jakarta :balai pustaka,2001), hal 627

dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan ditindak

lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan

yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang

stategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi

kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang

ditetapkan semuala. Dari pengertian yang dikemukaan

diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada

dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi

yang ada, baik itu dilapangan maupun diluar lapangan.

Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur

disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat

penunjang.

2. Faktor-faktor Penunjang Proses Pelaksanaan

Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang proses

pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat

dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para

pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyempaian

informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi

informasi yang disampaikan.

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat

komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas

mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan

keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan

fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan

terhadap program khususnya dari mereka yang

menjadi implementasi program khususnya dari mereka

yang menjadi implementasi program.

d. Stuktur birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating

Procedures), yang mengatur tata aliran dalam

pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam

mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian

khusus tanpa pola yang baku.

B. Shalat Berjamaah

1. Pengertian Shalat Berjamaah

Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah

dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai

sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini

mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada

Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,

sujud, do’a, tasbih, dan takbir.

Shalat adalah pokok semua macam ibadah tidak kosong

dari shalat semua syari’at para Rasul. Shalat juga

merupakan ibadah yang paling penting baik dan

sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari ibadah-ibadah

badaniah lainnya dan merupakan ajaran para nabi.8

Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, shalat pertama kali

diwajibkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw.

Dimalam Isra’ dan Mikraj. Hal ini menunjukkan

keagungannya serta ketinggian posisi dan kewajibannya di

hadapan Allah. Banyak sekali hadis yang menunjukkan

8Abu malik Kamal shahih fiqih sunnah (jakarta: pustaka at-tazkia 2006), cet.

1, hal 190-210

keutamaan dan kewajiban shalat bagi setiap individu.

Dalam islam, kewajiban menunaikan shalat diketahui

secara mendasar dan pasti (ma’luumun bidh-dharuurah).

Barang siapa yang mengingkarinya, maka dia telah keluar

dari islam (murtad). Apabila ia bertaubat, maka taubatnya

akan diterima. Sedangkan jika tidak bertaubat, maka

hukumnya di bunuh berdasarkan ijma’ (konsensus) para

ulama.

Salah satu syarat sah shalat adalah menghadap kiblat.

Terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 144 :

ﺎَﻬَﺿْﺮَﺗ ًﺔَﻠْﺒِﻗ َﻚﻨَﻴﻟَﻮُﻨَﻠَﻓ ِءﺎَﻤﺴﻟا ﻰِﻓ َﻚِﻬْﺟَو َﺐﻠَﻘَﺗ ىﺮَﻧْﺪَﻗ اْﻮﻟَﻮَﻓ ْﻢُﺘْﻨُﻛﺎَﻣ ُﺚْﻴَﺣَو ِماَﺮَﺤْﻟاِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟاَﺮْﻄَﺷ َﻚَﻬْﺟَو لَﻮَﻓ

ُﻪﻧَا َنْﻮُﻤَﻠْﻌَﻴَﻟ َﺐﺘِﻜْﻟا اْﻮُﺗْوُا َﻦْﻳِﺬﻟا نِاَو ُهَﺮْﻄَﺷ ْﻢُﻜَﻫْﻮُﺟُو

نْﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺎﻤَﻋ ٍﻞِﻓ ﺎَﻐِﺑ ُﻪﻠﻟاﺎَﻣَو ْﻢِﻬﺑر ْﻦِﻣ ﻖَﺤْﻟا

Artinya: kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah kelangit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah

wajahmu kearah Masjidilharam. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu kearah langit itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kiblat (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Nabi SAW juga memperkuat ketentuan tersebut dalam

sabdanya yang salah satunya diriwayatkan oleh Atha dari

Ibn Abbas bahwa ketika Nabi Muhammad SAW

menunaikan shalat dua rakaat didepan ka’bah, beliau

mengatakan “inilah kiblat”. Hal itu menunjukkan bahwa

Nabi SAW telah menunjukkan kepada umatnya agar

menghadap kiblat dalam shalat mereka. Lebih lanjut Nabi

menegaskan bahwa seiapa yang shalat menghadap kekiblat

kami, memakan hewan sembelihan kami, maka itulah yang

disebut seorang muslim yang mendapat Jaminan Allah dan

Rasulnya. Oleh karna itu sudah semestinya penentuan arah

kiblat mesjid-mesjid dan mushalla dilakukan dengan

sungguh-sungguh karena berhubungan dengan sah dan

tidaknya ibada seseorang.9

Shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang

9 Busyro, Jurnal Hukum dan Ekonomi islam (istinbath, 2019)

dimulai dengan takbir, diiringi niat dan diakhiri dengan

salam, jadi iqamatus shalat maknanya adalah menunaikan

sesuatu dengan batas-batasan, fardhu-fardhu, dan

wajibnya, artinya yang dimaksud adalah meliputi

kesempurnaannya, ruku’nya, sujudnya, bacaannya, dan

kekhusyu’annnya. Ditermasuk didalam kesempurnaannya

itu memelihara waktunya, sunnnah-sunnahnya, dan

adabnya.

Agar makna shalat itu menjadi lengkap maka kita perlu

memahami makna hakikat shalat adalah menghadapi hati

dan jiwa kepada Allah Swt. Dengan cara yang dapat

mendatangkan rasa takut dan cinta kepadanya, ialah

menghadap Allah dengan khusu’ dan ikhlas. Shalat itu

dimaksudkan dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah

dan merupakan perbuatan badaniyah yang paling afdal

dengan cara memelihara sesuatu yang berhubungan

dengan shalat, shalat itu merupakan cerminan dari iman

seseorang. 10

10 Affif Fauzi Abbas, 2016 Ibadah Dalam Islam (Tangerang Selatan : Perpustakaan Nasional, 2016) hal, 61

secara terminologi (syara’), shalat berarti ucapan dan

perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan di

akhiri dengan salam. Dinamakan dengan shalat karna ia

mencakup doa-doa. Orang yang sedang melakukan shalat,

ucapan tidak terlepas dari doa ibadah, doa pujian, dan doa

permohonan. Dan seorang muslim wajib menunaikan

shalat ketika masuk waktunya.

Allah berfirman:

Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat

az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:

ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”

Allah juga berfirman dalam QS An-Nisa: 103:

 ‚    ‚   

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 103)

Maksudnya, Shalat diwajibkan dalam waktu-waktu yang

telah diterangkan oleh Rasulullah. Melalui ucapan serta

perbuatan beliau.

Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali berfirman,

 … ‚ ƒ

“Dan Dirikanlah shalat”. (al-Baqarah: 43)

Rasulullah bersabda:

.

 …  …  ‚   ‚

“katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat”. (Ibrahim:

“katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat”. (Ibrahim:

Dokumen terkait