• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN

B. Hasil Wawancara

shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara

bersama-sama, yang terdiri dari imam dan makmum. Dalam

shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang

yaitu satu orang imam dan satu orangnya lagi makmum, jika

sendirian saja bukanlah dikatan dengan shalat berjamaah.

pelaksanaan shalat jama’ah lebih afdal dibandingkan shalat

munfarid (sendirian) sebab hikmah shalat berjama’ah

mengandung ta’aruf sesama Muslim, menyusun barisan,

saling tolong menolon, dan berkumpul bersama-sama menuju

do’a, zdikir serta khusuk kepada Allah SWT.

Secara teori pelaksanaan Shalat berjama’ah adalah

shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan salah

satu orang menjadi imam, sedangkan yang lain mengikutinya

atau menjadi makmum. Shalat berjamaah dilakukan secara

bersama-sama dan sebelum melakukan shalat terlebih dahulu

harus mensucikan diri dengan cara bewudhu’, dalam

melakukan shalat berjamaah kita harus mengikuti gerakan

imam dan tidak boleh mendahului imam. 35

Akan tetapi pelaksanaan shalat berjamaah di di Masjid

Al-Kautsar Jorong Kartini tidak sesuai seperti yang kita

inginkan atau seperti shalat berjamaah biasanya. Shalat

berjamaah yang biasanya dilakukan atau sesuai dengan teori

di atas itu dilakukan oleh banyak orang akan tetapi

35 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. 1, Hal.125-126

pelaksanaan shalat berjamaah di Jorong Kartini itu sangatlah

sedikit, hanya satu sampai lima orang saja yang

melaksanakannya, keinginan mereka dalam melaksanakan

shalat berjamaah sangatlah kurang oleh sebab itu jarang

sekali terdengar orang mengumandangkan suara azan, dari

observasi awal ini disebabkan karena tidak adanya garim

masjid dan kurangnya faktor ekonomi masyarakat sehingga

sehingga mereka lebih menggutamakan untuk tetap berada di

tempat pekerjaan. Karna kondisi ekonomi yang sangat sulit

juga merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi

terjadinya konversi agama. Banyaknya kebutuhan ekonomi

yang harus dipenuhi juga berpengaruh besar bagi seseorang

untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah.

Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

masyarakat tidak melaksanakan ibadah shalat berjama’ah di

jorong kartini secara faktor internal dan eksternal, penulis

mengumpulkan data dengan wawancara kepada masyarakat,

alim ulama dan tokoh masyarakat. Dari informen tersebut

penulis dapat melihat dan menganalisa apa sebenarnya yang

menyebabkan masyarakat (laki-laki muslim yang sudah balig)

tidah melaksanakan shalat berjama’ah yang merupakan

sebagai kewajiban bagi kaum laki-laki. Faktor penyebab

dilaksanakan atau tidak dilaksanakan ibadah shalat

berjama’ah dapat dilihat dari penjelasan berikut :

1. Faktor Internal yang menyebabkan masyarakat tidak

melaksanakan shalat berjama’ah

Faktor internal adalah semua faktor yang berada dalam

diri masyarakat itu sendiri. Adapun yang mempengaruhi

masyarakat tidak melaksanakan ibadah shalat jum’at dari segi

internal (dari dalam diri sendiri) adalah :

a. Faktor Pemahaman Agama

Faktor pemahaman masyarakat tentang keagamaan,

namun kenyataaanya pemahaman keagamaan tersebut

sangatlah minim.

Hal ini diungkapkan warga yang berinisial D mengatakan :

“pemahaman saya akan bidang keagaman sangatlah minim, Karena didesa ini jarang sekali mengadakan pekumpulan yang memahami masalah keagamaan seperti pengajian/majilis taklim, dan tidak adanya pengajian rutin yang dapat menambah pemahaman

atau mengetahui tentang agama”.36

Hal tersebut juga diungkapkan salah seorang warga yang

berinisial I mengatakan:

“Pengetahuan saya akan keagamaan sangatlah rendah, karena bagi saya shalat berjama’ah itu hukumnya tidak wajib bagi kaum laki-laki dan didaerah ini tidak pernah mengadakan ceramah/tausiyah yang membahas tentang shalat berjama’ah, oleh sebab itu jarang sekali terlihat orang melaksanakan shalat berjama’ah di desa ini” 37

Hal ini juga diperkuat oleh alim ulama yang berinisial D

mengatakan :

“Pemahaman masyarakat didesa ini tentang agama masih sangat sedikit/minim. Tidak adanya pelaksanaan pengajian yang dapat membantu masyarakat untuk memahami betapa pentingnya melakukan ibadah, karena bagi masyarakat awam yang pengetahuannya masih minim diperlukan adanya motivasi-motivasi agar memahami kewajibannya sebagai seorang muslim. Untuk memperingati hari besar islam juga masyarakat berfikir mengundang ustad menyampaikan ceramah disebabkan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Masyarakat hanya bisa memahami agama melalui televisi dan hp masing-masing itu pun hanya sebagian dari mereka yang melakukannya”.38

b. Persepsi

36 Darmawi, wawancara pribadi, 18 September 2020

37 Ijon, wawancara pribadi, 18 September 2020

38 Darul, wawancara pribadi, 20 September 2020

Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang

termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak

tergantung pada proses pengetahuan. Didalam persepsi itu

terkadang instrumen yakni hati. Dengan hati (qalbu) ini

seseorang dapat merasakan pahala besar, dosa, kasih

sayang, kebencian, gembira, kesediahan, bahagia dan

derita. Dengan hati pula ia dapat merasakan keimanan dan

ketakwaan, kayakinan dan kemantapan tauhid serta

kedekatan dengan sang maha pencipta.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga yang berinisial N ia mengatakan :

“saya memiliki pandangan bahwa shalat berjama’ah itu adalah wajib dilaksanakan oleh laki-laki yang sudah baliq atau berakal dan saya juga mengatahui bahwanya pahala shalat berjama’ah lebih besar dari pada shalat sendiri Akan tertapi karna saya sibuk bekerja dan waktu istrirahat di tempat pekerjaan sangatlah minim, oleh sebab itu saya jarang malaksanakan shalat berjama’ah kemesjid”.39

Hal serupa juga diungkapkan oleh salah seorang warga yang berinisial S mengatakan :

“Saya berpandangan bahwa shalat berjam’ah hukumnya wajib akan tetapi dikarenakan garim mesjid yang tidak sulit bagi masyarakat untuk melaksanakan shalat berjama’ah dan jarang sekali terdengar azan

39 Nova, wawancara pribadi, 18 September 2020

dikumandangkan”.40 c. Kemauan

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Jadi

kemauan adalah kekuatan pada diri seseorang untuk

berbuat atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan

dan pemikiran.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga yang berinisial D mengatakan:

“sebagian warga tidak melaksanakan shalat berjama’ah dikarenakan tidak ada kemauan dan tidak ada rasa takut yang mereka rasakan sehingga tidak terketuk hingga untuk menunaikan shalat berjama’ah. Dengan tidak adanya kemauan itu dijadikan sebagai alasan untuk tidak melaksanakan shalat berjama’ah. Sehingga tidak ada rasa takut dan cemas apabila meninggalkan shalat berjama’ah”.41

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga yang berinisial S mengatakan :

“Sebagian juga masyarakat itu memang belum ada kemauannya melaksanakan shalat berjama’ah dalam arti kata belum terketuk hatinya menunaikan shalat berjama’ah”.42

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga yang berinisial G mengatakan:

“saya pulang dari tempat pekerjaan terlalu sore bahkan

40 Syukrin, wawancara pribadi, 20 September 2020

41 Dadang, wawancara pribadi, 18 September 2020

42 Sibat, wawancara pribadi, 18 September 2020

pernah hampir sampai magrib, itulah yang menyebabkan saya tidak melaksanakan shalat berjamah kemesjid karna istrahat saya kurang dan saya lebih memilih untuk shalat dirumah saja”.43

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan,

dapat penulis pahami bahwa penyebab masyarakat tidak

melaksanakan shalat berjama’ah, yaitu kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang keagamaan warga di jorong

kartini sangatlah rendah, dan tidak adanya qarim mesjid

untuk mengumandangkan suara azan. Bahkan kadang-kadang

untuk menambah pemahaman tentang agama itu melalui

ceramah/tausiyah yang ada di televisi dan hp tetapi kadang

apa yang disampai kan ustad tersebut sulit dipahami sebab

penyampaian yang terlalu cepat dan bahasa yang tinggi.

Banyak jawaban yang penulis dapatkan dari hasil

observasi dan wawancara, dari jawaban masyarakat tersebut

penulis menyimpulkan bahwa banyaknya hal-hal yang

mempengarui masyarakat untuk tidak melaksanakan shalat

berjama’ah yaitu tidak adanya garim mesjid untuk

mengumandangkan suara azan dan kurangnya pengetahuan

43 Gagan, wawancara pribadi, 20 September 2020

atau pemahaman agama tentang shalat berjama’ah. Padahal

dengan melaksanakan shalat berjamah pahala yang kita dapat

lebih berlipat ganda dibandingkan shalat sendirian, dan

dengan shalat berjama’ahlah kita akan bisa membentuk

kebersamaan dan persaudaraan yang rukun dalam sebuah

kumpulan masyarakat, akan tetapi dengan kurangnya

pengetahuan dan pemahaman keagamaan yang sangatlah

rendah membuat mereka tidak tahu bahwasanaya pahala

shlat berjama’ah sangatlah besar. tidak adanya orang yang

memberikan motivasi atau pemahaman keagamaan tentang

wajibnya bagi kaum laki-laki yang sudah balig untuk

melaksanakan shalat berjama’ah kemesjid sehingga

masyarakat tidak begitu peduli terhadap agama. Jika saja

mereka tau dengan melaksanakan ibadah tersebut dapat

mendekatkan kita kepada Allah maka apa pun permasalahan

yang mereka hadapi tidak akan terasa sulit, karena tugas kita

sebagai manusi hanyalah beribadah kepada Allah.

2. Faktor eksternal yang menyebabkan masyarakat tidak

melaksanakan ibadah shalat berjama’ah

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi

masyarakat tidak melaksanakan shalat berjama’ah yang

datang dari luar diri seseorang atau individu.

Adapun yang menebabkan masyarakat untuk tidak

melaksanakan ibadah shalat berjama’ah dari segi eksternal

(dari luar diri sendiri) adalah :

a. Faktor ekonomi

Kondisi ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang

mendorong masyarakat untuk tidak melaksanakan shalat

berjamaah karena banyaknya kebutuhan ekonomi yang

harus dipenuhu juga berpengaruh besar bagi seseorang

untuk tidak melaksanakannya, hal ini diungkapkan warga

tang berinisial M mengatakan:

“saya tidak mengerjaakan shalat berjamaah disebabkan keadaan ekonomi saya memeksakan untuk meninggalkan shalat berjamaah. Karena dari pagi samapai sore saya berada ditempat pekerjaan yaitu di PT Anam Koto, karna saya bekerja sebagai tukang panen sawit, jika ingin memenuhi target maka saya harus pulang sore, bahkan

samapai malam.”44

Penulis juga melakukan wawan cara dengan warga yang

berinisial I mengatakan:

“saya menghidupi keluarga dengan hasil berkebun seperti kebun padi, jagung, dan apa saja yang penting bisa menghidupi keluarga saya. Karna hanya dengan berkebun saya bisa menghidupi keluarga saya. Bahkan saya menginap dikebun untuk menjaga kebun dari binatang-binatang yang memakan tanaman saya, itupun jarak kebun saya dengan rumah atau pun masjid sangatlah jauh, itu lah yang menyebabkan saya untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah.”45

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas

penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Jorong

Kartini mayoritas ekonominya menengah kebawah.

Masyarakat Jorong Kartini bekerja dari pagi sampai sore

bahkan ada yang samapai malam. Ditambah lagi jarak

masjid dri tempat pekerjaan jauh. Karena itu laki-laki lebih

mengitamakan untuk bekerja dibandingkan melaksanakan

shalat berjamaah. Keadaan ekonomi masyarakat lebih

bekerja keras lagi dalam memenuhi atau mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari

44 Muslim wawancara pribadi 25 september 2020

45 Inten wawancara pribadi 25 september 2020

b. Faktor lingkungan

Lingkungan tempat tinggal merupakan bagian penting

dari kehidupan seseorang, karena lingkungan sekitar juga

dapat memberikan kontribusi dan pengaruh yang besar

terhadap kehidupannya. Jika suatu lingkungan itu baik

maka masyarakat yang tinggal dilingkungan tersebut akan

ikut baik. masyarakat hanya memikirkan pekerjaan, sehingga jika ada waktu luang untuk beristirahat maka mereka lebih mengutakan menetap ditempat tinggal pas waktu jam shalat datang, dan tidak terlalu memikirkan urusan ibadah, dan tidak adanya faktor yang memotivasi untuk melakukan ibadah tersebut. Orang yang mengingat dan menghimbau kamidari kalangan alim ulama dan tokoh masyarakat tidak ada, ketika tiba waktu melaksanakan shalat berjama’ah. Oleh sebab itu kami lebih memilih untuk duduk di tempat pekerjaan, hanya sebagian orang menunaikannya. Hal inilah yang yang menyebabkan kami malas untuk melaksanakan ibadah shalat berjama’ah dikarenakan keadaaan lingkungan”.46

Dari wawancara diatas bahwa lingkungan sekitar

46 Darul, wawancara pribadi, 18 September 2020

sangat mempengaruhi kepribadian dan ibadah seseorang.

Ketika lingkungan yang agamis memberikan contoh yang

positif, otomastis masyarakat akan memahami betapa

pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam pribadi

masing-masing. Dari Abu Said al-Khudri ra. Bahwa Nabi

SAW bersabda : “ada seorang laki-laki dri golongan umat

yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh

sembilan orang, kemudia ia menanyakan tentang orang

yang teralim dari penduduk bumi, lalu ia ditunjukkan pada

seorang pendeta. Ia pun mendatanginya dan selanjutnya

berkata bahwa sesunggunya ia telah membunuh sembilan

puluh sembilan orang, apakah masih diterima untuk

bertaubat. Pendeta itu menjawab : tidak dapat. Kemudian

pendeta itu dibunuhnya dan demikian ia telah

menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah

seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang

teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada

seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahwa

sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia,

apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu

menjawab : ya, masih dapat. Siapa yang dapat

menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu.

Pergilah engkau ketanah begini-begini, sebab disitu ada

kaum yang menyembah Allah Ta’ala, maka menyembahlah

engkau kepada Allah itu bersama mereka dan janganlah

engkau kembali ketanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah

negeri yang buruk. Orang itu terus pergi sehingga diwaktu

ia telah sampai separuh pejalanan, tiba-tiba ia didatangi

oleh kematian. Kemudian bertengkarlah untuk

mempersoalkan diri orang tadi malaikat rahmat dan

malaikat azab. Malaikat rahmat berkata : Orang ini telah

datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya

kepada Allah ta’ala. Malaikat azab berkata : bahwa orang

ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan

sedikitpun. Selanjutnya ada seorang malaikat yang

mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia

dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang

berselisih tadi, untuk menetapkan mana yang benar. Ia

berkata : Ukurlah olehmu semua antara dua tempat dibumi

itu, kemana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah

untuknya. Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian

didapatinya bahwa orang tersebut adalah lebih dekat

kepada bumi yang dikehendaki yakni yang dituju untuk

melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia

dijemputlah oleh malaikat rahmat”.

Dalam riwayat diatas, orang yang terbina hidup

ditempat yang sering ia melakukan kejahatan, ke mudian

ia pindah ketempat baru yang diketegorikan

masyarakatnya baik, maka ia juga akan dapat berubah

menjadi baik. Lingkungan masyarakat amat berpengaruh

terhadap jiwa keagamaan seseorang.

c. Faktor Pendidikan

Pendidikan juga memiliki pengaruh besar terhadap

pelaksanaan ibadah seseorang. Karena itu semakin tinggi

pengetahuan keagamaan seseorang akan baik pula

keinginannya melaksanakan ibadah. Sebaliknya semakin

rendah pendidikan agama seseorang berarti akan rendah

pula keinginnya melaksanakan ibadah.

Orang yang berpendidikan akan mengetahui

pentingnya melaksanakan ibadah, dia juga mengetahui

besarnya pahala yang diperoleh dari sebuah ibadah yang

dilakukannya, dia akan memahami bahwa beribadah

merupakan cara untuk mendapatkan pertolongan dari

Allah karena kita sebagai manusia diciptakan hanya

semata-mata untuk mencari Ridho Allah Allah SWT agar

tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hal tersebut juga di ungkapkan salah seorang warga

yang berinisial M mengatakan :

“dikarenakan pendidikan saya masih tergolong rendah, saya tidak banyak mengetahui dan memahami ilmu melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang muslim”.47

Hal tersebut juga diungkapkan salahseorang

warga yang berinisial N mengatakan :

“pendidikan terakhir saya lulusan SMP, meskipun saya

47 Muslim, wawancara pribadi, 20 semptember 2020

lulusan SMP mengenai ibadah shalat berjama’ah saya tau sebagai kewajiban bagi kauam laki-laki namu karna tidak perna mengecam dalam pendidikan agama tidak termotivasi bagi saya melaksanakan shalat berjama’ah sebab pengetahuan saya dalam pelaksanaan shalat berjama’ah hanya sebatas kewajiban saja, saya kurang tau mengenai keutamaan-keutamaan, faedah-faedah shalat berjama’ah dan hukum bagi yang meninggalkan shalat berjama’ah”. 48

Hal juga diperkuat oleh tokoh masyarakat berinisial S

mengatakan :

“kalau dilihat dari pendidikan masyarakat jorong kartini dikatakan seimbang antara lulusan umum dan agaman didesa ini, namun yang menjadi persoalan dikalangan sebagian masyarakat jarang melaksanakan shalat berjama’ah sehingga shalat berjama’ah itu mereka anggap seperti biasa-biasa saja dan faktor lain seperti berkerja, ada juga karena kemauan yang tidak ada”.49

Bahwa pendidikan dijorong kartini antara lulusan

umum dan agama seimbang namun yang menjadi persoalan

bagi masyarakat tidak melaksanakan shalat berjama’ah

kurang kesadan bagi mereka terhadap kewajiban shalat

berjama’ah, dengan kesadaran yang kurang mereka hanya

beranggapan shalat berjama’ah tidak begitu perlu. Maka

dalam beribadah yang salah satu pendorong lebih giat dalam

beribadah adalah pendidikan yakni pemahaman agama.

48 Nito, wawancara pribadi, 09 September 2020

49 Syukrin, wawancara pribadi, 09 September 2020

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan

pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Faktor internal

Masyarakat menyadari dan meyakini bahwa ibadah

shalat berjama’ah merupakan sunnah muakad (sangat

dianjurkan) bagi kaum bagi laki-laki yang sudah balig dan

berakal. Orang yang meyakini kebenaran agama serta taat

menjalankan dan mengamalkan ajaran agama akan mencapai

ketenangan dan kebahagaian dalam hidupnya. Namun,

walaupun masyarakat memiliki keyakinan kalau kemauan

dan keinginannya rendah maka percuma saja. Karna sesuatu

yang kita lakukan kalau bukan atas kehendak hati atau hanya

dilakukan dengan keterpaksaan maka kita tidak akan

mendapkan atau meperoleh pahala sama sekali.

Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang

termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak

tergantung pada proses pengetahuan. Didalam persepsi itu

terkadang instrumen yakni hati. Dengan hati (qalbu) ini

seseorang dapat merasakan pahala besar, dosa, kasih sayang,

kebencian, gembira, kesediahan, bahagia dan derita. Dengan

hati pula ia dapat merasakan keimanan dan ketakwaan,

kayakinan dan kemantapan tauhid serta kedekatan dengan

sang maha pencipta.

Faktor eksternal

Sebagian masyarakat tidak melaksanakan shalat

berjama’ah dikarenakan faktor lingkungan, lingkungan baik

juga akan mempengaruhi tingkah laku dan prilaku seseorang,

tapi malah sebalinya lingkungannya tempat mereka tinggal

masyarakatnya sudah terbiasa meninggalkan shalat

berjama’ah, tidak adanya hal yang mempengaruhi mereka

untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Faktor ini rendahnya

pendidikan dan minimnya pemahaman masyarakat tentang

ilmu agama, orang yang berpendidikan akan mengetahui akan

pentingnya mengerjakan ibadah, tapi disebabkan pendidikan

yang masih tergolong rendah mereka tidak mementingkan

ibadah, dan yang mengejarkan atau yang membawa mereka

akan kebaikan dimasyarakat sangatlah kurang, dan tidak

pernah untuk mengingatkan satu sama lain akan kebaikan

atau pentingnya ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan juga memiliki pengaruh besar terhadap

pelaksanaan ibadah seseorang. Karena itu semakin tinggi

pengetahuan keagamaan seseorang akan baik pula

keinginannya melaksanakan ibadah. Sebaliknya semakin

rendah pendidikan agama seseorang berarti akan rendah pula

keinginnya melaksanakan ibadah. Orang yang berpendidikan

akan mengetahui pentingnya melaksanakan ibadah, dia juga

mengetahui besarnya pahala yang diperoleh dari sebuah

ibadah yang dilakukannya, dia akan memahami bahwa

beribadah merupakan cara untuk mendapatkan pertolongan

dari Allah karena kita sebagai manusia diciptakan hanya

semata-mata untuk mencari Ridho Allah Allah SWT agar

tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. Saran

Berdasarkan sesimpulan yang telah dikemukaan diatas, maka

penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Masyarakat dijorong kartini menyadari dan memiliki

keteguhan iman bahwa salah satu tujuan hidup adalah

mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT.

Disamping berurusan atau mencari nafkah, sebagai

manusia juga harus menyedari kewajiban yang harus

dilakukannya dan harus memahami tujuan hidup didunia

hanyalah untuk beribadah kepada Allah.

2. Bagi Alim Ulama

Adanya usaha untuk mengajak dan mengarahkan

masyarakat dalam memahami bahwa ibadah itu hal yang

sangat penting dikerjakan dalam kehidupan, dan berusaha

mengajak dan meyakinkan masyarakat yang masih awam

terhadap ilmu agama bahwa tujuan manusia diciptakan hanya

semata-mata untuk beribadah kepada Allah, karena hanya

dengan ibadah itulah yang dapat mendekatkan diri kepada

sang pencipta, karena dengan kita mendekatkan diri kepada

sang pencipta maka kehidupan kita akan tejamin karna

dengan pertolongan Allah yang akan bisa membantu kita

dalam urusan apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Afifi Fauzi, 2016. Ibadah Dalam Islam Tangerang Selatan :

Perpustakaan Nasional, 2016

Abdurrahman Masykuri, Syaiful Bahri, Kupas Tuntas Shalat, Tata

Cara Dan Hikmahnya, Jakarta : PT Glora Aksara, 2006

Al-Fauzan, Syaikh Dr.Shalih bin Fauzan Figih Lengkap Jakarta: Darul

Falah, 2005

Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Penilitan Ilmiah, Bandung: Cv

Pustakastia, 2005

Ashshiddieqi Habsy, pedoman shalat Jakarta : 2008

Basori Mhamad, Kedisiplinan Shalat Berjamaah DiDalam Pembinaan

Akhlak Siswa Di Sekolah Menengah Atas Pondok Modrern Selamat Kendal, Skripsi, 2017

Beni Firdaus & Febriyeni Jurnal Hukum Islam 2018

Busyro, Jurnal Hukum dan Ekonomi islam istinbath, 2019

Badan pusat statistik kabupaten pasaman barat, Statistik Daerah

Kecamatan Gunung Tuleh 2020

Dadang, wawancara pribadi, 18 September 2020

Darmawi, wawancara pribadi, 18 September 2020

Darul, wawancara pribadi, 20 September 2020

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasan

Iindonesia, jakarta : balai pustaka 2001

Departemen Agama, Alqur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: Cv

Penerbit J Art, 2004

El-Stha Saiful Hadi, Shalat, Samudra Hikmah, Jakarta: Wahyu Qolbu,

2016

Fauzan bin Shalih fikih lengkap jakarta: al-ashimah, 2005

Gagan, wawancara pribadi, 20 September 2020

Habibi Muhammad dengan judul, Pembiasaan Shalat Berjamaah

Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik Di Mts Nu Kaliawi Bandar Lampung, Sripsi, 2019

Hafsah, Fiqih, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011

Hadi Saiful El-sutha shalat samudra hikmah jakarta: wahyu qolbu

2016

Ijon, wawancara pribadi, 18 September 2020

Inten, wawancara pribadi 25 september 2020

Kamal Abu Malik shahih fiqih sunnah jakarta: pustaka at-tazkia 2006

Kamal Abu Malik shahih fiqih sunnah jakarta: pustaka at-tazkia 2006

Dokumen terkait