PELAKSANAAN SHALAT BERJAMA’AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH,
KABUPATEN. PASAMAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Serjana strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN
Bukittinggi
Oleh
REKA AYUNANDA NIM : 2116152
Dosen Pembimbing
Drs. ALIMIR, M.Pd.I NIP: 196304211991031017
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) BUKITTINGGI
2019/2020 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan. Gunung Tuleh, Kabupaten. Pasaman Barat”, yang disusun oleh Reka Ayunanda, NIM. 2116.152 yang telah memenuhi syarat ilmiah dan disetujui untuk Sidang Munaqasah.
Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya
Bukittinggi, 2020
Pembimbing
Drs. ALIMIR, M.Pd.I NIP:
196304211991031017
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut Asma mu Ya Allah.
Teramat indah anugerah dan nikmat yang telah engkau berikan tiada hentinya hingga detik ini, sujud syukurku takkan pernah berhenti
kupanjatkan padamu Ya Rabbi..
Ku persembahkan karya yang berisi kata demi kata yang terangkum dalam sebuah tulisan dari sebuah perjuanganku
Terimakasihku kepada Ayahku (Darmawi) dan Ibuku (Endar) panutan hidupku, yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tak pernah
ada hentinya, selalu memberikan nasehat yang baik dan mengajarkan aku tentang arti kehidupan yang sebenarnya terimakasih telah mengarjarkanku
untuk tetap semangat dalam menjalankan semua aktivitas yang dilalui
selama ini, Saudaraku (Hilmi Zahara kakakku satu-satunya, dan Ilham Latif adikku tercinta) selaku motivator dalam hidupku dan seluruh keluarga besarku atas segala cinta dan kasih sayang, pengorbanan, ilmu serta
nasihat yang selalu bersamaku.
Terimakasihku Pada Dosen Pembimbingku Bapak Drs. Alimir M.Pd serta Ka. Prodi PAI Ibu Salmiwati, M.Ag atas ilmu, waktu, dan motivasi yang
tiada hentinya.
Terimakasih pada seluruh Guru ku mulai dari SDN 09 Gunung Tuleh, pon.pes Adlaniyah dan Dosen ku terkhusus Dosen Pendidikan Agama
Islam di IAIN Bukittinggi atas ilmu dan didikannya sampai hari ini.
Terimakasih kepada Sahabat-sahabatku mulai dari aku mengenal persahabatan sampai saat ini (acik, putri, lika,yulan, risna, ismi, rinda, ade,
badoar, eko, rizal, razali, jefri, sisma, anggi, dina, risqa,nurpa dll) Terimakasih telah menjadi motivator sekaligus sahabat. Terimakasih kalian sudah menemani mulai dari awal perjuangan sampai hari ini untuk
menyelesaikan skripsi… untuk Semuanya berakhir dengan senyum haru dan bahagia karena sekarang karya ini ada ditangan kita.
Buat semua senior PAI (Kak noli, kak rida, kak rindang dll ) yang telah memudahkan urusan ku, terima kasih atas bantuan yang telah kakak-kakak berikan. Kemudian terimakasih atas kerja samanya buat
mahasiswa PAI E angkatan 2016.
Terimakasih untuk teman-teman yang pernah sama-sama berjuang PAI 2016 IAIN Bukittinggi, Keluaraga Besar Pengurus HMJ PAI, Keluarga Besar
KKN-12, Guru muda SMK 2 PAYAKUMBUH (IAIN Bukittinggi, UNP, Dan UIN Imam Bonjol Padang). Semoga kita selalu diberikan kesuksesan serta
Ridho dari Allah SWT.
Terakhir untuk semua yang telah memberikan bantuan dan
dorongan yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga semua kebaikan serta doa yang telah diberikan semoga dibalas oleh Allah SWT
dengan pahala yang berlimpah Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
By : Reka Ayunanda
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Reka Ayunanda
Nim : 2116152
Tempat/Tanggal Lahir
: Muara Kiawai, 01-06-1998
Fakultas/Program Studi
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan.
Gunung Tuleh, Kabupaten. Pasaman Barat
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul diatas adalah karya saya sendiri. apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka saya bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan saya dicabut sampai batas waktu yang ditentukan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, Desember 2020
Saya yang menyatakan
Reka Ayunanda NIM. 2116152
ABSTRAK
Penulis skripsi Reka Ayunanda NIM. 2116.152. Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Dengan judul
“Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat.”
Penelitian ini dilatar belakangi karna penulis melihat masyarakat di Jorong Kartini saat shalat berjamaah di majid pada waktu magrib hanya sebagian masyarakat untuk melaksanakan shalat berjamah atau mengikutinya. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya berdiam diri dirumah, ada yang kekebun, ada yang diwarung dan ada juga yang menetap ditempat pekerjaan pas waktu shalat berjamaah dilakukan. Ketika suara azan berkumandang sebagian masyarakathanya mengabaikan panggilan azan tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan ibadah shalat berjamaah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsif kualitatif, yaitu menggambarkan kejadian-kejadia yang terdapat dilapangan dengan apa adanya. Pengumpulan data yang penulis lakukan dengan observasi, dan wawancara. Informen penelitian terdiri dari informen kunci, dan informen pendukung. Informen kunci yaitu bapak jorong dan laki-laki yang sudah baligh sedangkan informen pendukung yaitu ketua masjid, alim ulama, dan tokoh masyarakat.
Data dianalisis dengan teknik pengumpulan data, tenknik analisis data, dan triangulasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanakan shalat berjamaah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh yaitu persepsi dan kemauan masyarakat dalam melaksanakan shalat berjamaah sangatlah rendah, ketika melaksanakan shalat berjamaah hanya sebagian masyarakat saja yang melaksanakannya. Mereka lebih memilih dirumah atau di kebun dari pada menunaikan shalat berjamaah. Pemahaman keagamaan atau pendidikan juga menyebabkan rendahnya keinginan masyarakat dalam menunaikan shalat berjamaah, Selain itu keadaan ekonomi masyarakat menengah kebawah sehingga masyarakat lebih memilih bekerja untuk mencari nafkah dari pada melaksanakan shalat berjamaah.
Kata kunci : Faktor Penghambat Pelaksanaan Shalat Berjamaah
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Shalat
Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan
Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat”. Shalawat dan salam
peneliti kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mewariskan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai petunjuk jalan
kebenaran sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun guna memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan
dengan itu, izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Ibunda dan ayahanda yang telah memberikan banyak bantuan
kepada peneliti dalam menyelesaikan studi dan terima kasih juga
kepada:
1. Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor IAIN Bukittinggi.
Dan Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si selaku Wakil Rektor I IAIN
Bukittinggi, Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku Wakil Rektor II
IAIN Bukittinggi, Bapak Dr. Miswardi, S.H, M.Hum selaku Wakil
Rektor III IAIN Bukittinggi, yang telah memberikan fasilitas,
sarana dan prasarana selama penulis mengikuti perkuliahan.
2. Ibu Dr.Zulfani Sesmiarni M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi. Dan Bapak Dr.Iswantir,
M.Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Charles, S.Ag, M.Pd.I selaku
Wakil Dekan II, Bapak Dr. Supratman, M.Pd, M.Kom selaku
Wakil Dekan III. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas, sarana dan
prasarana selama penulis mengikuti perkuliahan.
3. Ibu Salmiwati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam, beserta dosen-dosen Prodi Pendidikan Agama
Islam yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bantuan, dorongan, arahan, dan bimbingan dengan penuh
perhatian dan kesabaran hingga selesainya Skripsi ini.
4. Bapak Drs. Alimir, M.Pd.I. selaku Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bantuan, bimbingan serta
pelayanan dengan baik kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
5. Bapak Dr. H Darul Ilmi, S.Ag M.Pd selaku Pembimbing
Akademik (PA) yangselalu bersedia meluangkan waktu kepada
penulis selama perkuliahan, hinggga penyelesaian skripsi ini.
Selalu memberikan masukan dan motovasi kepada penulis.
6. Ayahhanda dan ibunda tercinta atas doa kesabaran dan
dorongan yang telah diberikan kepada penulis baik moril
maupun materil.
7. Masyarakat Jorong Kartini yang telah memberika informasi
kepada penulis dalam melakukan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama
menyelesaikan studi di IAIN Bukittinggi tampa terkecuali yang
tidakbisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2016, rekan-rekan PAI E
yang sama-sama merasakan bagaimana perjuangan
suka-dukanya dalam memperjuangkan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap kepada Allah SWT membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bagi peneliti
yang akan datang. Penulis mohon maaf apabila ditemukan
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini,
dimohonkan saran dan kritikannya. Atas saran dan kritikan yang
diberikan, penulis ucapkan terimakasih.
Bukittinggi, Desember 2020 Peneliti
Reka Ayunanda NIM : 2116152
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA
PENGANTAR...i
...
...
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Masalah...9
C. Batasan Masalah...9
D. Rumusan Masalah...10
E. Tujuan Penelitian... 10 F. kegunaan Penilitian... 10 G. Penjelasan Judul...11
H. Sistematika Penulisan...12
BAB II PEMBAHASAN A. Pelaksanaan 1. Pengertian Pelaksanaan...14
2. Faktor-faktor Penunjang pelaksanaan...15
B. Shalat Berjamaah 1. Pengertian Shalat Berjamaah...16
2. Hukum Shalat Berjamaah...22
3. Keutamaan Shalat Berjamaah...23
4. Manfaat Shalat Berjamaah...24
5. Hal-hal yang Harus di Perhatikan Dalam Shalat Berjamaah 31...
6. Syarat Shalat Berjamaah...35
7. Hukum Berjamaah Dengan Satu Makmum ...36
8. Tujuan Shalat Berjamah...37
9. Hikmah Shalat Berjamaah ...39
10.Cara Melaksanakan Shalat Berjamaah...42
C. Penelitian Relevan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...50
B. Lokasi Penelitian...51
C. Informan penelitian... 51 D. Tekhnik Pengumpulan Data... 51 E. Tekhnik Analisi Data...54
F. Triangulasi Data... 54 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pornografi...56
B. Hasil Wawancara...57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...69
B. Saran...71
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pendidikan menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) berasal darikata dasar “didik” (mendidik)
Prof. Brodjonegoro menyebutkan beberapa istilah pendidikan
diantaranya: pedagogic (ilmu menuntun anak), Opveding
(membesarkan), penggulawentah (mengubah), educare
(melatih atau mengajarkan) dan erzhcung (membangkitkan
atau mengaktifkan). Berdasarkan istilah-istilah tersebut,
kemudian Prof. Brodjonegoro menerjemahkan pendidikan
sebagai tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir
sampai tercapainya kedewasaan secara jasmani dan rohani
agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya.1
Pendidikan menurut UU RI No. 20 tentang sistem
pendidikan Nasional tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktis mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah
dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai
sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini
mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada
Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,
sujud, do’a, tasbih, dan takbir. Shalat adalah pokok semua
macam ibadah tidak kosong dari shalat semua syari’at para
Rasul. Shalat juga merupakan ibadah yang paling penting
1 Nanang Purwanto pengantar pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 19-20
baik dan sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari
ibadah-ibadah badaniah lainnya dan merupakan ajaran
para nabi.
Sedangkan secara terminologi (syara’), shalat berarti
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul
ihram dan di akhiri dengan salam. Dinamakan dengan
shalat karna ia mencakup doa-doa. Orang yang sedang
melakukan shalat, ucapan tidak terlepas dari doa ibadah,
doa pujian, dan doa permohonan. Dan seorang muslim
wajib menunaikan shalat ketika masuk waktunya.
Hakikat makna Islam adalah berserah diri kepada
Allah dengan tauhid dan tunduk, patuh pada segala
perintah dan membersihkan diri dari perbuatan yang
dapat menyekutukan Allah. Allah menciptakan makhluk
hanya untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah merupakan
tugas seorang hamba sebagai sarana pengabdian diri pada
sang pencipta.2
Manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup
2Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, (Jakarta: Qultum Media, 2010) Hal 40
mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian
tanpa adanya bertanggung jawab kepada penciptanya,
dalam syariat Islam di ungkapkan bahwa manusia tujuan
akhirnya adalah mengabdi kepada Allah SWT dengan akal
dan perasaan dibanding dari makhluk lain, manusia
dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT. Tuhan
sengaja menciptakan manusia dengan beribadah
kepada-Nya.3
Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat
az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:
َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”
Dari ayat di atas, jelas sekali bahwa manusia dalam
hidupnya mengemban amanah ibadah, baik hubungannya
dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam dan
lingkungannya. Oleh karena itu sebagai manusia
3Departemen Agama, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Cv Penerbit J Art, 2004) Hal 597
hendaklah melaksanakan ibadah shalat sebagai wujud
pengabdian diri kepada Allah SWT.
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik
antara manusia dengan Tuhannya. Dengan sholat
kenikmatan yang diberikan oleh allah akan terasa,
pengabdian kepadanya dapat diekspresikan, begitu juga
dengan penyerahan usrusan kepadanya. Shalat juga
mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian,
dan keselamatan darinya. Shalat adalah perilaku ihsan
hamba terhadap tuhannya. Ihsan shalat adalah
menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati
sehingga pikiran, penghayatan, dan anggota badan
menjadi satu yang tertuju kepada Allah.
Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam,
dalam waktu yang telah ditentukan merupakan fardhu
ain. Shalat fardu dengan ketetapan waktu pelaksanaannya
dalam Al-Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin
yang tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkannya.
Aktivitas ini tidak boleh ditentukan dengan ketentuan
diluar syara’. Dalam shalat seorang muslim berikrar
kepada allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup,
dan mati itu semata-mata hanya milik Allah. Shalat dalam
agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat
ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang
agama, dan shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan
oleh Allah swt Yang perintahnya langsung disampaikan
oleh Allah swt. Shalat merupakan inti pokok ajaran agama
dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka
hilanglah amal ibadah secara keseluruhan.
Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:43:
َﻊَﻣاْﻮُﻌَﻛْراَو َةْﻮَﻛ ﺰﻟا اْﻮُﺗاَءَوَةﻮَﻠﺼﻟا اْﻮُﻤْﻴِﻗاَو ﻦْﻴِﻌِﻛﺮﻟا
Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa kata bersama
menunjukkan makna menemani, atau menyertai, jadi ayat
ini bermakna dirikanlah shalat bersama yang lain secara
berjama’ah. Oleh karna itu, dalam melaksanakan shalat
alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah.
Terutama bagi kaum laki-laki, Karena rasulullah
mengatakan bahwa shalat sendiri bernilai satu, sedangkan
shalat berjamaah bernilai 27 kali lipat. Seperti yang telah
kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat
memancarkan energy. Ini bisa dianalogikan dengan
sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu
atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan
energinya, tetapi begitu terhubung dia akan memancarkan
energinya. Ibarat batreai, kalau kita menyalakan lampu
dengan sebuah baterai maka terang sinarnya akan kalah
dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3
baterai atau 10 baterai, semakain banyak baterai yang
digunakan maka nyala lampu itu akan semakin terang.
Demikian juga denga orang yang melaksanakan shalat.4
Berjamaah menurut bahasa adalah sekelompok
manusia yang memiliki kesamaan sifat, sehingga dapat
dikatakan jamaah haji, jamaah dan majlis ta’lim. Shalat
berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang
4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. 1, Hal.125-126
atau lebih dengan salah satu orang menjadi imam,
sedangkan yang lain mengikutinya atau menjadi
makmum. Shalat berjamaah dilakukan secara
bersama-sama dan sebelum melakukan shalat terlebih
dahulu harus mensucikan diri dengan cara bewudhu’,
dalam melakukan shalat berjamaah kita harus mengikuti
gerakan imam dan tidak boleh mendahului imam.
Adapun pengertian shalat berjamaah menurut
terminologi (istilah) adalah :
1. Menurut Wahbah Zuhaili, yang dikutib oleh Abdullah sidiqq shalat berjamaah adalah pertalian yang terjadi antara shalat imam dan shalat makmum.
2. Menurut Musannif Effendi shalat berjamaah adalah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan makmum.
Dari dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa
shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara
bersama-sama, yang terdiri dari imam dan makmum.
Dalam shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri dari
dua orang yaitu satu orang imam dan satu orangnya lagi
makmum, jika sendirian saja bukanlah dikatandengan
shalat berjamaah.
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa pelaksanaan
shalat jama’ah lebih afdal dibandingkan shalat munfarid
(sendirian) sebab hikmah shalat berjama’ah mengandung
ta’aruf sesama Muslim, menyusun barisan, saling tolong
menolon, dan berkumpul bersama-sama menuju do’a,
zdikir serta khusuk kepada Allah SWT.5
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari shalat
berjama’ah, antara lain:
a. Saling mengenal antara satu sama dengan lainnya sehingga akan terjadi komunikasi yang baik.
b. Memupun cinta kasih diantara sesama muslim agar terciptanya suasana untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.
c. Mengikir jurang pemisah antara yang tua dengan yang muda antara dengan yang miskin.
d. Orang yang memahami agama bisa belajar kepada orang yang alim (yang lebih memahami ilmu agama).
5 Hafsah, Fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011) Hal 56
e. Memberikan teladan yang baik kepada anak-anak khususnya dalam membantu mereka agar cinta kepada mesjid dan musolla dalam mendirikan shalat berjama’ah.
Jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita
pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja, tetapi
kalau kita shalat berjamaah, maka pancaran energi yang
kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Jadi dengan shalat
berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada
kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih
besar ketimbang shalat sendirian.
Secara teori pelaksanaan Shalat berjama’ah adalah
shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
salah satu orang menjadi imam, sedangkan yang lain
mengikutinya atau menjadi makmum. Shalat berjamaah
dilakukan secara bersama-sama dan sebelum melakukan
shalat terlebih dahulu harus mensucikan diri dengan cara
bewudhu’, dalam melakukan shalat berjamaah kita harus
mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahului
imam.
Berdasarkan observasi awal penulis pada hari senin
tanggal 18 november 2019 yang dilakukan di Jorong
Kartini Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh
bahwasanya masih banyaknya masyarakat yang tidak
melaksanakan shalat berjama’ah pada waktu shalat fardu
yaitu shalat magrib. berdasarkan informasi yang di dapat
dari 4 Mesjid di jorong kartini yaitu Masjid Nurul Huda,
Masjid Raya, Masjid Al Hijrah dan Masjid Al Kautsar,
Masjid Al-Kautsar yang sedikit melaksanakan Shalat
berjama’ah pada saat waktu Shalat Maghrib. Padahal
informasi dari Kepala Jorong Kartini Muara Kiawai jumlah
penduduknya banyak yaitu sekitar 500 KK, dari 500 KK
tersebut sekitar 5 s/d 10 orang yang melaksanakan shalat
berjama’ah Ke Masjid. Padahal secara teori shalat
berjama’ah itu hukumnya sunnah muakkad (sangat
dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki. Ketika waktu
shalat sudah masuk jarang terdengar orang
mengumandangkan suara azan dimesjid.6
6Badan pusat statistik kabupaten pasaman barat, Statistik Daerah Kecamatan Gunung Tuleh 2020
Kalau dilihat dari segi lokasi masjid berada
ditengah-tengah masyarakat dan sarana pra sarana yang
ada di mesjid itu mencukupi untuk melakukan shalat
berjama’ah seperti, baik dari segi tempat berwudhu
maupun diruangan mesjid dan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas yang bisa membuat para jama’ah shalat
akan merasa nyaman, akan tetapi masyarakat di nagari
muara kiawai jarang sekali untuk melaksanakan shalat
berjama’ah.
Hasil wawancara awal yang penulis lakukan
dinagari muara kiawai diketahui bahwa sebahagian besar
masyarakat tidak melaksanakan shalat berjamaah hal ini
diungkapkan oleh salah seorang warga yang menyatakan
bahwa salah satu faktor penyebab tidak melaksanakan
shalat berjama’ah yaitu kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya shalat berjama’ah dan garim mesjid yang
tidak ada Sehingga masyarakat merasa untuk pergi
kemesjid.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadikan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis
dalam karya ilmiah berjudul “PELAKSANAAN SHALAT
BERJAMA’AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA
KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH, KABUPATEN.
PASAMAN BARAT”
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas penulis
mengidentifikasi masalah yaitu:
1. Sebagian masyarakat jarang melaksanakan shalat berjamaah.
2. Sebagian masyarakat masih rendahnya dalam melaksanaan shalat berjamaah.
3. Sebagian masyarakat masih kurang dalam melaksanakan shalat berjamaah diwaktu magrib.
4. Sebagian masyarakat masih malas melaksanakan shalat berjamaah dikarenakan garim dan pengurus mesjid yang tidak ada.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar
tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut penulis
membatasi masalah ini, di Nagari Muara Kiawai terdapat
dua jorong dan penulis mengambil salah satu dari jorong
tersebut yaitu jorong kartini jadi, batasan masalahnya
adalah pelaksanaan Shalat Berjamaah di Jorong Kartini
Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten
Pasaman Barat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
a. Bagaimana pelaksanaan Shalat Berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
b. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan Shalat Berjamaah di
Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung
Tuleh Kabupaten Pasaman Barat dan Untuk mengetahui
faktor penghambat bentuk-bentuk Minat Shalat Berjamaah
di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung
Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
5. Kegunaan penelitan
Manfaat penilitian ini adalah:
a. Untuk menambah wawasan penulis dengan penelitian lapangan mengenai pelaksanaan Shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
b. Untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruaan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
6. Penjelasan Judul
Untuk mempermudah dalam pemahaman judul, maka penulis memberikan penjelasan mengenai kata-kata kunci dari judul proposal ini yaitu:
Pelaksanaan merupakan aktivitas atau
usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk melaksanakan semua rencana
dan kebijaksanaan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan
dilengkapi segala kebutuhan.
Shalat berjama’ah Ibadah shalat yang dilakukan secara
bersama- sama dan merupakan salah
satu ibadah yang memiliki
keutamaan dalam agama islam.
Dalam shalat berjama’ah seorang
yang berdiri didepan dan orang lain
mengikutinya disebut dengan imam,
dan orang-orang yang mengikuti dan
berjama’ah kepadanya disebut
dengan makmum. Hukum
melaksanakan shalat berjama’ah ini
ialah sunnah muakkad (sangat
dianjurkan).
Setelah penulis memaparkan kata demi kata sesuai dengan
judul ini, yaitu: Pelaksanaan Shalat Berjama’ah di jorong
kartini Nagari Muara Kiawai, Kec. Gunung Tuleh, Kab.
Pasaman Barat, yang dimaksud dengan judul diatas adalah
meningkatkan pelaksanaan shalat berjamaah di jorong kartini
Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh, Kab. Pasaman Barat.
Karna secara teori shalat berjama’ah itu hukumnya sunnah
muakkad (sangat dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki.
7. Sistematika Penulisan
Secara garis besar untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulis yang dibagi dalam beberapa bab, adapun pembagiannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis. Pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan berkenaan pelaksanaan dan shalat berjama’ah.
BAB III Metodologi Penelitian. yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, taknik analisis data, dan triangulasi data.
BAB IV Hasil Penelitian. Pada bab ini
penulis mengemukaan tentang
faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pelaksanaan shalat
berjamaah.
BAB V Penutup. Pada bab ini
mengemukakan tentang kesimpulan
dan saran penulis.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pelaksanaan
1. Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur
dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Wiestra, mengemukakan pengertian pelaksanaan sebagai
usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua
rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat
yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana
tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya.
Lembaga Administrasi negara RI merumuskan
pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai
atau tiap anggota organisasi berkeinginan dan berusaha
mencapai tujuan yang teah direncanakan, pelaksanaan
adalah suatu kegiatan yang dapat dijumpai dalam proses
administrasi. Bintoro Tjokroadmudjoyo mengemukakan
bahwa pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami
dalam bentuk rangkaian kegiatannya. 7
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha
yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua
rencanadan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat
yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasan Iindonesia, (jakarta :balai pustaka,2001), hal 627
dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan ditindak
lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan
yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang
stategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi
kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang
ditetapkan semuala. Dari pengertian yang dikemukaan
diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada
dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi
yang ada, baik itu dilapangan maupun diluar lapangan.
Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur
disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat
penunjang.
2. Faktor-faktor Penunjang Proses Pelaksanaan
Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang proses
pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat
dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para
pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyempaian
informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi
informasi yang disampaikan.
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat
komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas
mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan
keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan
terhadap program khususnya dari mereka yang
menjadi implementasi program khususnya dari mereka
yang menjadi implementasi program.
d. Stuktur birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating
Procedures), yang mengatur tata aliran dalam
pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam
mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian
khusus tanpa pola yang baku.
B. Shalat Berjamaah
1. Pengertian Shalat Berjamaah
Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah
dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai
sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini
mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada
Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,
sujud, do’a, tasbih, dan takbir.
Shalat adalah pokok semua macam ibadah tidak kosong
dari shalat semua syari’at para Rasul. Shalat juga
merupakan ibadah yang paling penting baik dan
sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari ibadah-ibadah
badaniah lainnya dan merupakan ajaran para nabi.8
Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, shalat pertama kali
diwajibkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw.
Dimalam Isra’ dan Mikraj. Hal ini menunjukkan
keagungannya serta ketinggian posisi dan kewajibannya di
hadapan Allah. Banyak sekali hadis yang menunjukkan
8Abu malik Kamal shahih fiqih sunnah (jakarta: pustaka at-tazkia 2006), cet.
1, hal 190-210
keutamaan dan kewajiban shalat bagi setiap individu.
Dalam islam, kewajiban menunaikan shalat diketahui
secara mendasar dan pasti (ma’luumun bidh-dharuurah).
Barang siapa yang mengingkarinya, maka dia telah keluar
dari islam (murtad). Apabila ia bertaubat, maka taubatnya
akan diterima. Sedangkan jika tidak bertaubat, maka
hukumnya di bunuh berdasarkan ijma’ (konsensus) para
ulama.
Salah satu syarat sah shalat adalah menghadap kiblat.
Terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 144 :
ﺎَﻬَﺿْﺮَﺗ ًﺔَﻠْﺒِﻗ َﻚﻨَﻴﻟَﻮُﻨَﻠَﻓ ِءﺎَﻤﺴﻟا ﻰِﻓ َﻚِﻬْﺟَو َﺐﻠَﻘَﺗ ىﺮَﻧْﺪَﻗ اْﻮﻟَﻮَﻓ ْﻢُﺘْﻨُﻛﺎَﻣ ُﺚْﻴَﺣَو ِماَﺮَﺤْﻟاِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟاَﺮْﻄَﺷ َﻚَﻬْﺟَو لَﻮَﻓ
ُﻪﻧَا َنْﻮُﻤَﻠْﻌَﻴَﻟ َﺐﺘِﻜْﻟا اْﻮُﺗْوُا َﻦْﻳِﺬﻟا نِاَو ُهَﺮْﻄَﺷ ْﻢُﻜَﻫْﻮُﺟُو
نْﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺎﻤَﻋ ٍﻞِﻓ ﺎَﻐِﺑ ُﻪﻠﻟاﺎَﻣَو ْﻢِﻬﺑر ْﻦِﻣ ﻖَﺤْﻟا
Artinya: kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah kelangit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah
wajahmu kearah Masjidilharam. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu kearah langit itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kiblat (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
Nabi SAW juga memperkuat ketentuan tersebut dalam
sabdanya yang salah satunya diriwayatkan oleh Atha dari
Ibn Abbas bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
menunaikan shalat dua rakaat didepan ka’bah, beliau
mengatakan “inilah kiblat”. Hal itu menunjukkan bahwa
Nabi SAW telah menunjukkan kepada umatnya agar
menghadap kiblat dalam shalat mereka. Lebih lanjut Nabi
menegaskan bahwa seiapa yang shalat menghadap kekiblat
kami, memakan hewan sembelihan kami, maka itulah yang
disebut seorang muslim yang mendapat Jaminan Allah dan
Rasulnya. Oleh karna itu sudah semestinya penentuan arah
kiblat mesjid-mesjid dan mushalla dilakukan dengan
sungguh-sungguh karena berhubungan dengan sah dan
tidaknya ibada seseorang.9
Shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang
9 Busyro, Jurnal Hukum dan Ekonomi islam (istinbath, 2019)
dimulai dengan takbir, diiringi niat dan diakhiri dengan
salam, jadi iqamatus shalat maknanya adalah menunaikan
sesuatu dengan batas-batasan, fardhu-fardhu, dan
wajibnya, artinya yang dimaksud adalah meliputi
kesempurnaannya, ruku’nya, sujudnya, bacaannya, dan
kekhusyu’annnya. Ditermasuk didalam kesempurnaannya
itu memelihara waktunya, sunnnah-sunnahnya, dan
adabnya.
Agar makna shalat itu menjadi lengkap maka kita perlu
memahami makna hakikat shalat adalah menghadapi hati
dan jiwa kepada Allah Swt. Dengan cara yang dapat
mendatangkan rasa takut dan cinta kepadanya, ialah
menghadap Allah dengan khusu’ dan ikhlas. Shalat itu
dimaksudkan dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah
dan merupakan perbuatan badaniyah yang paling afdal
dengan cara memelihara sesuatu yang berhubungan
dengan shalat, shalat itu merupakan cerminan dari iman
seseorang. 10
10 Affif Fauzi Abbas, 2016 Ibadah Dalam Islam (Tangerang Selatan : Perpustakaan Nasional, 2016) hal, 61
secara terminologi (syara’), shalat berarti ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan di
akhiri dengan salam. Dinamakan dengan shalat karna ia
mencakup doa-doa. Orang yang sedang melakukan shalat,
ucapan tidak terlepas dari doa ibadah, doa pujian, dan doa
permohonan. Dan seorang muslim wajib menunaikan
shalat ketika masuk waktunya.
Allah berfirman:
Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat
az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:
ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”
Allah juga berfirman dalam QS An-Nisa: 103:
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 103)
Maksudnya, Shalat diwajibkan dalam waktu-waktu yang
telah diterangkan oleh Rasulullah. Melalui ucapan serta
perbuatan beliau.
Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali berfirman,
“Dan Dirikanlah shalat”. (al-Baqarah: 43)
Rasulullah bersabda:
.
“katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat”. (Ibrahim:
31).
Maka ketika datang waktu shalat, orang yang telah
mencapai usia baligh dan berakal wajib untuk
melaksanaknnya, kecuali wanita yang sedang haidh dan
nifas. Wanita yang sedang haidh dan nifas tidak wajib
untuk melaksanakan shalat atau mangqadhanya,
sebagaimana menurut ijma’ para ulama.
Berbeda dengan orang yang hilang akalnya (tidak sadar)
karena tidur, pingsan atau sejenisnya, mereka wajib
mengqadhanya di lain waktu ketika telah sadar atau
terbangun. Allah berfirman:
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. ( Thaahaa:
14)
Rasulullah bersabda,
ﺎَﻫَﺮَﻛَذ اَذا ﺎَﻬﻠَﺼُﻴْﻠَﻓ ﺎَﻬَﻴِﺴَﻧ ْوا ٍةَﻼَﺻ ْﻦَﻋ َمﺎَﻧ ْﻦَﻣ
"Barang siapa yang tertidur atau lupa mengerjakan shalat, maka hendaknya ia menunaikannya ketika mengingatnya”. (HR Muslim)
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih dengan salah satu seorang menjadi
imam, sedangkan yang lain mengikutinya atau menjadi
makmum.
2. Hukum shalat berjamaah
Ada pun hukum shalat berjamaah adalah sunnah
muakkadad (sangat dianjurkan). Jika kalian mengerjakan
shalat dirumah, berarti kalian telah meninggalkan sunnah
Nabi. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi, maka kalian
tersesat. Saya tahu bahwa tidaklah seseorang (gemar)
meninggalkan shalat berjamaah kecuali ia benar-benar
seorang munafik. Sungguh, dahulu perna ada seseorang
yang dipapah oleh dua orang agar bisa masuk dalam
barisan (shaf) shalat.11
a. Hukum shalat berjamaah bagi wanita
Kaum wanita boleh mendatangi mesjid untuk shalat
berjamaah. Dengan syarat kedatangan mereka kemesjid
tidak menyebabkan timbulnya syahwat bagi lawan jenis
atau menimbulkan fitnah, baik karena perhiasan
maupun wangi-wangian yang mereka pakai.
b. Hukum imam yang meringankan shalat
Disunnahkan bagi imam untuk meringankan
(memendekkan) shalat yang dilakukan bersama
makmum.
c. Hukum berjamaah dengan satu makmum
Shalat berjamaah sah walau hanya dilakukan oleh dua
orang, yakni hanya ada imam dan makmum, meskipun
11Sayyid Sabiq Figih Sunnah (Surakarta: Insan Kamil, 2016) hal. 411-415
yang menjadi makmum adalah anak kecilatau
seseorang perempuan.
d. Hukum imam yang beralih menjadi makmum
Seorang imam boleh berpindah tempat menjadi
makmum, jika ia harus mundur (diganti) dengan
hadirnya seorang imam yang telah ditentukan dimesjid
setempat.
e. Hukum dalam mengulang shalat
Menurut usul fikih, sebagian yang dikemukaan oleh
Ibnu Hajib, tokoh usul fikih mazhab Maliki, i’adah
adalah mengulang pelaksanaan suatu kewajiban dalam
waktunya menurut ketentuan syara’ untuk kesua
kalinya sisebabkan terjadinya kekurangan atau uzur
pada pelaksanaan kewajiban pertama. Yang dimaksud
dengan I’adah ialah menjalankan shalat yang sama
untuk kedua kalinya pada waktunya atau tidak. Karena
dalam shalat yang pertama terdapat cacat atau karena
ada shalat kedua yang lebih tinggi tingkat
afdhaliyahnya.12
12 Febriyeni & Beni Firdaus Jurnal Hukum Islam 2018
3. Keutamaan shalat berjamaah
Shalat berjama’ah memiliki keutamaan yang besar,
oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan dan menjelaskan
keutamaannya dalam sejumlah hadits berikut:
a. Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda:
ًﺔَﺟَرَد َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ٍﻊْﺒَﺴِﺑ ﺬَﻔْﻟا َةَﻼَﺻ ُﻞُﻀْﻔَﺗ ِﺔَﻋ ﺎَﻤَﺠْﻟا َةَﻼَﺻ
“Shalat berjama’ah melebihi keutamaan shalat sendirian dengan selisih dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari)
b. Dari Abu Sa’id AL-Khudri dia berkata, Rasulullah
bersabda:
ﻲِﻓ ﺎَﻫﻼَﺻ اَذﺎَﻓ ًةَﻼَﺻ َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ﺎًﺴْﻤَﺧ ُلِﺪْﻌَﺗ ٍﺔَﻋﺎَﻤَﺟ ﻲِﻓ ُةَﻼﺼﻟا
ًةَﻼَﺻ َﻦْﻴِﺴْﻤَﺧ ْﺖَﻐَﻠَﺑ ﺎَﻫَدْﻮُﺠُﺳَوﺎَﻬَﻋﻮُﻛُر ﻢَﺗﺎَﻓ ٍةَﻼَﻓ
“Shalat berjama’ah setara dengan dua puluh lima shalat.
Jika ia mengerjakannya ditempat terbuka, dan ia menyempurnakan rukuk dan sujudnya, maka setara dengan lima puluh shalat.” (HR. Abu Daud)
c. Dari ‘Usman Bin Affan RA, bahwa Rasulullah bersabda:
ِﺔَﺑْﻮُﺘْﻜَﻤْﻟا ِةَﻼﺼﻠِﻟ ﻰَﻟا ﻰَﺸَﻣ ﻢُﺛ َءﻮُﺿُﻮْﻟا َﻎَﺒْﺳﺎَﻓ ِةَﻼﺼﻠِﻟ ﺎﺿَﻮَﺗ ْﻦَﻣ
ُﻪَﻟ ُﻪﻠﻟا َﺮَﻔَﻏ ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟا ﻲِﻓ ْوا ِﺔَﻋﺎَﻤَﺠْﻟا َﻊَﻣ ْوا ِسﺎﻨﻟا َﻊَﻣ ﺎَﻫﻼَﺼَﻓ ُﻪَﺑْﻮُﻧُذ
“Barang siapa berwuduk dengan sempurna untuk mengerjakan shalat kemudian ia berjalan menuju (ketempat pelaksanaan) shalat fardhu, lalu ia mengerjakannya bersama khalayak, bersama jama’ah atau dimesjid, maka allah akan mengampuni dosa-dosanya.”
Shalat berjama’ah adalah esensi agama dan syiar
islam. Sehingga sekiranya penduduk suatu negeri
meninggalkannya, maka mereka harus diperangi. Dan
sekiranya penduduk suatu kampung meninggalkanya,
maka mereka harus dipaksa untuk mengerjakannya.
4. Manfaat Shalat Berjamaah
Jika Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan sesuatu
kepada orang beriman, maka didalamnya pasti ada
hikmah, manfaat dan maslahah untuk mereka. Karna Allah
itu maha pengasih kepada seluruh mahkluknya, dia tidak
mungkin memerintahkan atau mensyariatkan sesuatu
yang tidak ada manfaatnya atau sia-sia, demikian pula
halnya dengan syariat untuk mengerjakan shalat fardhu
lima waktu secara berjama’ah, sungguh disana ada hikmah
dan manfaat yang banyak sekali bagi oarang yang beriman,
Diantara hikmah dan manfaat shalat berjama’ah yaitu:
a. Mendapatkan naungan Allah besok dihari kiamat
Orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima
waktu secaraberjama’ah maka besok dihari kiamat ia akan
mendapatkan naungan dan perlindungan khusus dari
Allah, dimana pada hari itu hanya beberpa kelompok
orang saja yang akan mendapatkan naungan dan
perlindungan-Nya. Jika seseorang telah mendapatkan
naungan dan perlindungan Allah, maka ia pasti akan
terhindar dari derita dan huru-hura hari kiamat yang luar
biasa mengerikan. 13
13 saiful El-sutha Hadi shalat samudra hikmah (jakarta: wahyu qolbu 2016), cet. 1 hal. 153-159
b. Langkah pulang-perginya ke masjid mendapatkan
kebaikan dan keberkahan
Orang yang rajin mengerjakan shalat berjama’ah
kemasjid, atau mushallamaka ia mndapatkan kebaikan dan
keberkahan yang besar dalam hidupnya, karena langkah
pulang dan perginya ke masjid akan dihitung sebagai
ibadah dan keutamaan yang besar disis Allah. Orang yang
rajin mengerjakan shalat berjama’ah di masjid, maka
hidupnya akan selalu dicurahi keberkahan, kemudahan
dan kebaikan dari Allah.
c. Mendapatkan kehidupan dan kematian yang baik
Orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima
waktu secara berjama’ah di masjid, maka ia mendapat
jaminan berupa kehidupan yang baik dan kematian yang
baik disisi Allah. Orang yang rajin mengerjakan shalat
fardhu lima waktu secara berjama’ah di masjid maka ia
akan meraih kebahagian dalam hidupnya yang terhindar
dari kematian yang tragis dan tidak wajar, serta akan
meraih akhir kehidupan yang baik dan indah (khusnul
khatimah).
d. Mendapatkan pengampunan dosa dan diangkat
derajatnya
Hikmah dan keutamaan lain yang akan diberikan
oleh Allah kepada orang yang rajin mengerjakan shalat
berjama’ah adalah, ia akan diampuni dosa-dosanya oleh
Allah dan diangkat derjatnya. Orang yang rajin
mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah,
maka ia akan mendapatkan penghapusan atas
dosa-dosanya serta meraih kemulian dan posisi yang
terhormat disisi Allah.
e. Mendapatkan cahaya yang sempurna besok di hari
kiamat
Sesungguhnya Allah senantiasa menghargai jerih
payah hambanya dalam segala hal. Orang yang mau
bersusah payah dalam melakukan sesuatu, niscaya ia akan
mendapatkan hasil yang terbaik dari jerih payahnya itu.
Demikian halnya dengan orang yang mau bersusah payah,
melawan segala kemalasan dan rasa cape, dengan mau
berjalan dimalam hari menuju masjid guna melaksanakan
shalat berjama’ah, niscaya diakhirat nanti Allah akan
mejadikannya bercahaya terang, laksana bulan purnama
dan bintang yang menerangi malam.
Orang yang rajin mengerjakan shalat secara
berjama’ah, maka dihari kiamat nanti tubuhnya akan
memancarkan cahaya, membuat oarang lain berebut untuk
bisa berada didekatnya guna mendapatkan penerangan
darinya. Namun apalah daya, cahaya itu hanya khusus
Allah persembahkan hanya untuk oarang-orang yang rajin
sahalat berjama’ah, hingga oarang lain, terutama
orang-orang munafik, tidak akan bisa mengambil manfaat
darinya.
f. Mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berhaji
Bagi orang muslim yang belum mampu untuk
mengerjakan ibadah haji dan umrah ke Baitullah,
disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada dirinya maka
ia tidak perlu kecil hati. Karna sesunguhnya Allah itu
maha adil dan maha pemurah. Allah telah menjadikan
suatu amal yang nilainya sebanding dengan menunaikan
ibadah hajidan umrah di Baitullah. Amal itu adalah
mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah.
g. Mendapatkan balasan surga
Hikmah dan keutamaan lain yang akan diberikan
oleh Allah kepada orang yang rajin mengerjakan shalat
fardhu lima waktu secara berjama’ah adalah, ia akan
mendapatkan pahala dan balasan berupa surga yang
penuh kenikmatan darinya. Allah akan mempersiapkan
untuknya sebuah tempat tinggal yang indah dan nyaman
disurga nanti.
h. Dianggap sebagai tamu dan orang yang berkunjung kepada Allah
Sesugguhnya orang yang sedang shalat maka ia adalah orang yang sedang menghadap dan bermunajah kepada Allah. Oleh karena itu, Allah memberikan kemulian kepada orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah dengan menganggap mereka sebagai para tamu yang sedang berkunjung kepadanya.
Maka, Allah pun akan menyembut mereka dengan sambutan hangat dan memberikan jamuan kepada mereka
dengan penuh kehormatan.14 i. Menjadikan Allah bergembira
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa orang
yang sedang mengerjakan shalat berjama’ah
sesungguhnya ia adalah laksana seorang tamu yang
sedang berkunjung kepada Allah. Sebagai yang dikunjungi
tentunya Allah pun bergembira menyambut kedatangan
para tamu yang datang kepadanya dengan segenap
kerendahan hati dan ketundukan kepadanya. Oleh karena
itu, Allah sangat bergembira dan ridha terhadap
orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima
waktu secara berjama’ah. Dan jika Allah telah ridha
terhadap seorang hamba, maka Allah pasti akan selalu
memberikan perlindungan kepadanya, memberika segala
sesuatu yang dimintanya, dan akan menempatkannya
pada tempat atau posisi yang mulia dikehidupan akhirat
kelak.
j. Menjadikan Allah takjub
14 Saiful Hadi El-Stha, Shalat, Samudra Hikmah, (Jakarta: Wahyu Qolbu, 2016) Hal 168-175
Shalat berjama’ah adalah shalat yang penuh dengan
keindahan dan kemuliaan. Karena tergambar jelas
indahnya kebersamaan, persatuan dan persaudaraan
antara sesama orang beriman. Maka satu dalam kata
gerakan dan gerakan, serta satu dalam pimpinan (imam)
dan arah tujuan. Sungguh jika dilihat dari atas, barisan
dan gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat
berjama’ah itu terlihat sangat indah dan menakjubkan.
Bahkan indahnya shalat berjama’ah pun membuat Allah
takjub, sehinggal Allah pun cinta dan Ridha kepada
orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima
waktu secara berjama’ah.
k. Melindungi diri dari godaan syaitan
Sahalat adalah saat-saat kebersamaan yang indah
antara seseorang hamba denga Tuhannya. Karena dalam
shalat hakikatnya seseorang sedang berkomunikasi,
berdialog dan bermunajah dengan Tuhannya. Maka sudah
tentu saat sedang shalat itulah manusia benar-benar
sedang mengerjakan shalat dengan penuh kekhususkan
dan kehadiran hati, niscaya selamat shalat itu dia akan
berada dalam perlindungan Allah dari segala keburukan,
termasuk terlindungi dari segala godaan dan bujuk rayu
syaitan.terlebih dari orang yang rajin mengerjakan shalat
secara berjama’ah, maka syaitan akan kewalahan dan
tidak mampu untuk menggoda atau pun menguasainya.
Karena ia sedang berada dalam kebersamaan dengan
saudara-saudaranya seiman. Kalau menggoda satu orang
beriman saja merupakan hal yang sulit bagi syaitan, maka
bagaimana dengan menggoda benyak orang yang sedang
menenggelamkan diri secara bersama-sama dalam shalat
(berjama’ah), terntu hal ini akan membuat syaitan
mengalami kesulitan yang luar biasa.
l. Membina solidaritas dan kesatuan umat islam
Tidak diragukan lagi bahwa shalat berjama’ah itu
memupuk dan membina kebersamaa (solidaritas sosial)
diantara sesama orang beriman. Dalam pelaksanaan shalat
berjama’ah, orang-orang beriman itu bernar-benar
disatukan kepada satu gerakan, satu bacaan, satu arah
kiblat satu tempat dan tujuan. Ini mengisyaratkan bahwa
semua orang beriman itu harus hidup dalam persatuan,
kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas sosial yang
kuat. Lewat pelaksanaan shalt berjama’ah, tali silaturahmi
antara sesama orang beriman akan terjalin erat karena
setiap saat minimal lima kali dalam sehari yakni dalam
lima kali pelaksanaan shalat berjama’ah maka akan
bertatap muka dan tegur sapa.
Lebih dari itu, sesungguhnya ucapan salam dalam
shalat yakni ucapan “assalamu’alaikum warahmatullahi
wa barakatuh”, yang diikuti menolah wajah kenana dan
kekiri, lalu bersalaman dengan orang yang berada
disebalah kanan dan kiri kita, maka semua itu adalah
mengisyaratkan bahwa shalat mengarjakan kepada kita
untuk senantiasa menebarkan kedamaian kepada orang
yang ada dikanan dan kiri kita, orang-orang yang ada
disekitar kita. Jadi, shalat bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan hamba-hamba Allah yang shaleh, bukan
hanya pelaku shalat itu sendiri, tapi juga semua orang
yang ada disekililingnya. Jadi, sahalat tidak hanya
mengajarkan keshalehan individual, tetapi juga
keshalehan sosial. Maka tak terbantahkan lagi bahwa
shalat berjama’ah adalah salah satu sarana yang tetap
untuk membina solidaritas dan kesatuan umat islam.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shalat
berjamaah
Sesungguhnya mendahulukan orang lain atau mengalah
kepada orang lain memang merupakan sikap yang terpuji.
Namun hal ini tidak berlaku dalam masalah ibadah dan
kebaikan. Dalam masalah ibadah dan kebaikan, setiap
orang beriman harus saling berlomba untuk melakukan
dan mendapatkan yang berbaik. Hal itu pula yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan shalat berjama’ah. Setiap
orang beriman harus berlomba-lomba untuk mendapatkan
barisan (shaff) yang paling depan demi mendapatkan
pahala dan keutamaan yang besar dari Allah. Oleh karna
itu, ketika ada shaff yang kosong dibarisan depan, maka
hendaklah ia mengisinya, bukan justru mempersilahkan
orang lain untuk menempatinya. Karena dengan bersikap
seperti itu, sesungguhnya ia telah membuat dirinya
kehilangan kesempatan untuk meraih kebaikan dan
keutamaan yang besar.15
Sungguh, Allah telah mempersiapkan keutamaan dan
kemuliaan yang besar untuk orang-orang yang rajin
mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah,
lebih lagi orang-orang yang mampu mendapatkan barisan
(shaff) paling depan dalam shalat berjama’ah yang sedang
dikerjakannya. Kerna orang yang mampu mendapatkan
shaff paling depan didalam pelaksanaan shalat berjama’ah,
niscaya ia akan selalu dalam lindungan rahmat dan kasih
sayang Allah, karna ia menempati shaff para malaikat.
Demi sempurnanya pelaksanaanshalat berjama’ah, dan
agar shalat berjama’ah yang dilaksanakan membawa
hikmah dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
15Syaikh Dr.Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Figih Lengkap (Jakarta: Darul Falah, 2005), hal. 215
orang-orang yang mengerjakannya, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan selama pelaksanaan shalat
berjama’ah, antara lain:
a. Orang yang ditunjuk untuk menjadi imam dalam
shalat hendaklah orang yang paling banyak
hafalannya terhadap kitab Allah, kemudian yang
paling memahami agama Allah, kemudian yang
paling kuat takwanya, dan kemudian yang paling tua
umurnya.
b. Jika shalat berjamaah tersebut dilaksanakan
dirumah seseorang atau disuatu wilayah kekuasaan
seseorang, maka orang yang punya rumah dan
penguasa setempat adalah yang paling berhak untuk
menjadi imam.
c. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, hendaklah
imam meri-ngankan atau tidak memperpanjang
shalatnya, kecuali bacaan untuk rakaat pertama jika
ia berharap orang yang tertinggal bisa mendapatkan
rakaat pertama bersamanya. Dalam kondisi ini,
maka imam boleh memperpanjang bacaannya.
d. Jika makmum hanya sendiri (seorang diri), maka
hendaklah ia berdiri disamping kanan imam.
Demikian juga seorang wanita menjadi imam bagi
wanita lainnya, maka hendaklah si makmum berdiri
disisinya. Jika makmumnya dua orang atau lebih
yang semuanya adalah laki-laki, maka mereka
berdiri dibelakang imam. Namun jika makmumnya
seorang laki-laki dan seorang wanita, maka laki-laki
disamping imam sementara wanita dibelakang
mereka berdua. Jika makmum terdiri dari kaum
laki-laki berdiri dibelakang imam, sementara kaum
wanita berdiri dibelakang laki-laki.16
e. Ketika solat berjamaah siap untuk dilaksanakan,
maka hendaklah imam dan makmum meluruskan
shaff dan merapatkannya. Rasulullah sendiri, dalam
posisi beliau sebagai imam shalat, maka sebelum
16 Shalih bin fauzan fikih lengkap (jakarta: al-ashimah, 2005) cet. 1 hal.
182-187
beliau melakukan takbiratul ihram biasanya beliau
menghadap kepada para jamaah, seraya bersabda:
( ﺪﻤﺣأ هاور) اْﻮُﻟِﺪَﺘْﻋاَو اْﻮُﺻاَﺮَﺗ
“rapatkan dan luruskanlah barisan kalian”
(HR.Ahmad)
f. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah makmum
harus mengikuti imam dalam segala hal yang
dilakukan oleh imam. Jika imam bertakbir, maka ia
harus bertakbir. jika imam rukuk, maka ia harus
rukuk. jika imam sujud, maka ia harus sujud Dan
seterusnya. Haram hukumnya bagi makmum untuk
menyalahi (berbeda) dengan imam atau pun
mendahului imam, serta makruh baginya
berbarengan dengan imam. Jika makmum
mendahului imam dalam takbiratul ihram, maka ia
wajib mengulangi takbiratul ihramnya. Jika tidak
maka shalatnya batal. Demikian pula jika ia
mengucapkan salam sebelum imam, maka shalatnya
pun menjadi batal.
g. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, hendaklah
orang yang berdiri dibelakang imam adalah orang
yang telah dewasa lagi berilmu, agar jika terjadi
sesuatu dengan imam, misalnya imam tiba-tiba batal
shalatnya karna mendapatkan hadats kecil, seperti
kentut, atau jika terjadi sesuatu hal yang tidak
diinginkan (hal buruk) atas diri imam, maka orang
yang dibelakangnya itu bisa menggantikan posisi
imam tersebut.
6. Syarat shalat berjamaah
Syarat shalat berjamaah:
a. Mensengaja (niat mengikuti imam)
Setiap orang yang ingin melaksanakan shalat berjamaah hasrus berniat untuk mengikuti imam.17 b. Mengetahui segala yang dilakukan imam
c. Jangan ada dinding yang menghalangi antara imam
dan makmum, kecuali bagi perempuan dimesjid
hendaklah didinding dengan kain, asal ada sebagian
atau salah seorang yang mengetahui gerak gerik
17Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, (jakarta: sandro jaya, 2005), hal 90
imam atau makmum yang dapat diikuti.
d. Jangan berada didepan imam
Setiap orang yang mengikuti shalat berjamaah harus
berada dibelakang imam.
e. Jarak antara imam dan makmum atau makmum
dengan barisan makmum yang terakhir tidak lebih
dari 300 hasta.
f. Solat makmum harus bersesuaian dengan shalat
imam
Jika imam niat shalat ashar maka makmum harus
berniat untuk shalat ashar. Atanra shalat makmum
dan imam itu tidak boleh saling berlawanan.
7. Hukum berjama’ah dengan satu Makmum
Shalat berjama’ah sah walau hanya dilakukan oleh dua
orang, yakni hanya ada imam dan makmum, meskipun
yang menjadi makmum adalah anak-anak kecil atau
seorang perempuan. Hal ini merujuk kepada beberapa
hadits-hadits berikut :
a. Ibnu Abbas, berkata, “saya menginap dirumah bibiku,