• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SHALAT BERJAMA AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH, KABUPATEN. PASAMAN BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN SHALAT BERJAMA AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH, KABUPATEN. PASAMAN BARAT SKRIPSI"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SHALAT BERJAMA’AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH,

KABUPATEN. PASAMAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Serjana strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN

Bukittinggi

Oleh

REKA AYUNANDA NIM : 2116152

Dosen Pembimbing

Drs. ALIMIR, M.Pd.I NIP: 196304211991031017

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

(2)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) BUKITTINGGI

2019/2020 M

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan. Gunung Tuleh, Kabupaten. Pasaman Barat”, yang disusun oleh Reka Ayunanda, NIM. 2116.152 yang telah memenuhi syarat ilmiah dan disetujui untuk Sidang Munaqasah.

Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya

Bukittinggi, 2020

Pembimbing

Drs. ALIMIR, M.Pd.I NIP:

196304211991031017

(3)

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut Asma mu Ya Allah.

Teramat indah anugerah dan nikmat yang telah engkau berikan tiada hentinya hingga detik ini, sujud syukurku takkan pernah berhenti

kupanjatkan padamu Ya Rabbi..

Ku persembahkan karya yang berisi kata demi kata yang terangkum dalam sebuah tulisan dari sebuah perjuanganku

Terimakasihku kepada Ayahku (Darmawi) dan Ibuku (Endar) panutan hidupku, yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tak pernah

ada hentinya, selalu memberikan nasehat yang baik dan mengajarkan aku tentang arti kehidupan yang sebenarnya terimakasih telah mengarjarkanku

untuk tetap semangat dalam menjalankan semua aktivitas yang dilalui

(4)

selama ini, Saudaraku (Hilmi Zahara kakakku satu-satunya, dan Ilham Latif adikku tercinta) selaku motivator dalam hidupku dan seluruh keluarga besarku atas segala cinta dan kasih sayang, pengorbanan, ilmu serta

nasihat yang selalu bersamaku.

Terimakasihku Pada Dosen Pembimbingku Bapak Drs. Alimir M.Pd serta Ka. Prodi PAI Ibu Salmiwati, M.Ag atas ilmu, waktu, dan motivasi yang

tiada hentinya.

Terimakasih pada seluruh Guru ku mulai dari SDN 09 Gunung Tuleh, pon.pes Adlaniyah dan Dosen ku terkhusus Dosen Pendidikan Agama

Islam di IAIN Bukittinggi atas ilmu dan didikannya sampai hari ini.

Terimakasih kepada Sahabat-sahabatku mulai dari aku mengenal persahabatan sampai saat ini (acik, putri, lika,yulan, risna, ismi, rinda, ade,

badoar, eko, rizal, razali, jefri, sisma, anggi, dina, risqa,nurpa dll) Terimakasih telah menjadi motivator sekaligus sahabat. Terimakasih kalian sudah menemani mulai dari awal perjuangan sampai hari ini untuk

menyelesaikan skripsi… untuk Semuanya berakhir dengan senyum haru dan bahagia karena sekarang karya ini ada ditangan kita.

Buat semua senior PAI (Kak noli, kak rida, kak rindang dll ) yang telah memudahkan urusan ku, terima kasih atas bantuan yang telah kakak-kakak berikan. Kemudian terimakasih atas kerja samanya buat

mahasiswa PAI E angkatan 2016.

Terimakasih untuk teman-teman yang pernah sama-sama berjuang PAI 2016 IAIN Bukittinggi, Keluaraga Besar Pengurus HMJ PAI, Keluarga Besar

KKN-12, Guru muda SMK 2 PAYAKUMBUH (IAIN Bukittinggi, UNP, Dan UIN Imam Bonjol Padang). Semoga kita selalu diberikan kesuksesan serta

Ridho dari Allah SWT.

Terakhir untuk semua yang telah memberikan bantuan dan

(5)

dorongan yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga semua kebaikan serta doa yang telah diberikan semoga dibalas oleh Allah SWT

dengan pahala yang berlimpah Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

By : Reka Ayunanda

SURAT PERNYATAAN

(6)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Reka Ayunanda

Nim : 2116152

Tempat/Tanggal Lahir

: Muara Kiawai, 01-06-1998

Fakultas/Program Studi

: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan.

Gunung Tuleh, Kabupaten. Pasaman Barat

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul diatas adalah karya saya sendiri. apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka saya bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan saya dicabut sampai batas waktu yang ditentukan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Desember 2020

Saya yang menyatakan

Reka Ayunanda NIM. 2116152

(7)

ABSTRAK

Penulis skripsi Reka Ayunanda NIM. 2116.152. Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Dengan judul

“Pelaksanaan Shalat Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat.”

Penelitian ini dilatar belakangi karna penulis melihat masyarakat di Jorong Kartini saat shalat berjamaah di majid pada waktu magrib hanya sebagian masyarakat untuk melaksanakan shalat berjamah atau mengikutinya. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya berdiam diri dirumah, ada yang kekebun, ada yang diwarung dan ada juga yang menetap ditempat pekerjaan pas waktu shalat berjamaah dilakukan. Ketika suara azan berkumandang sebagian masyarakathanya mengabaikan panggilan azan tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan ibadah shalat berjamaah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsif kualitatif, yaitu menggambarkan kejadian-kejadia yang terdapat dilapangan dengan apa adanya. Pengumpulan data yang penulis lakukan dengan observasi, dan wawancara. Informen penelitian terdiri dari informen kunci, dan informen pendukung. Informen kunci yaitu bapak jorong dan laki-laki yang sudah baligh sedangkan informen pendukung yaitu ketua masjid, alim ulama, dan tokoh masyarakat.

(8)

Data dianalisis dengan teknik pengumpulan data, tenknik analisis data, dan triangulasi data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanakan shalat berjamaah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh yaitu persepsi dan kemauan masyarakat dalam melaksanakan shalat berjamaah sangatlah rendah, ketika melaksanakan shalat berjamaah hanya sebagian masyarakat saja yang melaksanakannya. Mereka lebih memilih dirumah atau di kebun dari pada menunaikan shalat berjamaah. Pemahaman keagamaan atau pendidikan juga menyebabkan rendahnya keinginan masyarakat dalam menunaikan shalat berjamaah, Selain itu keadaan ekonomi masyarakat menengah kebawah sehingga masyarakat lebih memilih bekerja untuk mencari nafkah dari pada melaksanakan shalat berjamaah.

Kata kunci : Faktor Penghambat Pelaksanaan Shalat Berjamaah

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Shalat

Berjamaah Di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai, Kecamatan

(9)

Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat”. Shalawat dan salam

peneliti kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

mewariskan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai petunjuk jalan

kebenaran sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun guna memenuhi

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi

Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan

bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan

dengan itu, izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada

Ibunda dan ayahanda yang telah memberikan banyak bantuan

kepada peneliti dalam menyelesaikan studi dan terima kasih juga

kepada:

1. Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

Dan Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si selaku Wakil Rektor I IAIN

Bukittinggi, Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku Wakil Rektor II

IAIN Bukittinggi, Bapak Dr. Miswardi, S.H, M.Hum selaku Wakil

Rektor III IAIN Bukittinggi, yang telah memberikan fasilitas,

sarana dan prasarana selama penulis mengikuti perkuliahan.

(10)

2. Ibu Dr.Zulfani Sesmiarni M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi. Dan Bapak Dr.Iswantir,

M.Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Charles, S.Ag, M.Pd.I selaku

Wakil Dekan II, Bapak Dr. Supratman, M.Pd, M.Kom selaku

Wakil Dekan III. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas, sarana dan

prasarana selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Ibu Salmiwati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam, beserta dosen-dosen Prodi Pendidikan Agama

Islam yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bantuan, dorongan, arahan, dan bimbingan dengan penuh

perhatian dan kesabaran hingga selesainya Skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alimir, M.Pd.I. selaku Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bantuan, bimbingan serta

pelayanan dengan baik kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

5. Bapak Dr. H Darul Ilmi, S.Ag M.Pd selaku Pembimbing

Akademik (PA) yangselalu bersedia meluangkan waktu kepada

penulis selama perkuliahan, hinggga penyelesaian skripsi ini.

(11)

Selalu memberikan masukan dan motovasi kepada penulis.

6. Ayahhanda dan ibunda tercinta atas doa kesabaran dan

dorongan yang telah diberikan kepada penulis baik moril

maupun materil.

7. Masyarakat Jorong Kartini yang telah memberika informasi

kepada penulis dalam melakukan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama

menyelesaikan studi di IAIN Bukittinggi tampa terkecuali yang

tidakbisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2016, rekan-rekan PAI E

yang sama-sama merasakan bagaimana perjuangan

suka-dukanya dalam memperjuangkan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap kepada Allah SWT membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bagi peneliti

yang akan datang. Penulis mohon maaf apabila ditemukan

kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini,

dimohonkan saran dan kritikannya. Atas saran dan kritikan yang

diberikan, penulis ucapkan terimakasih.

(12)

Bukittinggi, Desember 2020 Peneliti

Reka Ayunanda NIM : 2116152

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA

PENGANTAR...i

...

...

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

(13)

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...9

C. Batasan Masalah...9

D. Rumusan Masalah...10

E. Tujuan Penelitian... 10 F. kegunaan Penilitian... 10 G. Penjelasan Judul...11

H. Sistematika Penulisan...12

BAB II PEMBAHASAN A. Pelaksanaan 1. Pengertian Pelaksanaan...14

2. Faktor-faktor Penunjang pelaksanaan...15

B. Shalat Berjamaah 1. Pengertian Shalat Berjamaah...16

2. Hukum Shalat Berjamaah...22

3. Keutamaan Shalat Berjamaah...23

4. Manfaat Shalat Berjamaah...24

(14)

5. Hal-hal yang Harus di Perhatikan Dalam Shalat Berjamaah 31...

6. Syarat Shalat Berjamaah...35

7. Hukum Berjamaah Dengan Satu Makmum ...36

8. Tujuan Shalat Berjamah...37

9. Hikmah Shalat Berjamaah ...39

10.Cara Melaksanakan Shalat Berjamaah...42

C. Penelitian Relevan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...50

B. Lokasi Penelitian...51

C. Informan penelitian... 51 D. Tekhnik Pengumpulan Data... 51 E. Tekhnik Analisi Data...54

F. Triangulasi Data... 54 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pornografi...56

B. Hasil Wawancara...57

(15)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...69

B. Saran...71

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah pendidikan menurut kamus besar bahasa

indonesia (KBBI) berasal darikata dasar “didik” (mendidik)

Prof. Brodjonegoro menyebutkan beberapa istilah pendidikan

diantaranya: pedagogic (ilmu menuntun anak), Opveding

(membesarkan), penggulawentah (mengubah), educare

(melatih atau mengajarkan) dan erzhcung (membangkitkan

atau mengaktifkan). Berdasarkan istilah-istilah tersebut,

kemudian Prof. Brodjonegoro menerjemahkan pendidikan

sebagai tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir

sampai tercapainya kedewasaan secara jasmani dan rohani

(17)

agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya.1

Pendidikan menurut UU RI No. 20 tentang sistem

pendidikan Nasional tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktis mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara.

Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah

dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai

sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini

mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada

Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,

sujud, do’a, tasbih, dan takbir. Shalat adalah pokok semua

macam ibadah tidak kosong dari shalat semua syari’at para

Rasul. Shalat juga merupakan ibadah yang paling penting

1 Nanang Purwanto pengantar pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 19-20

(18)

baik dan sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari

ibadah-ibadah badaniah lainnya dan merupakan ajaran

para nabi.

Sedangkan secara terminologi (syara’), shalat berarti

ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul

ihram dan di akhiri dengan salam. Dinamakan dengan

shalat karna ia mencakup doa-doa. Orang yang sedang

melakukan shalat, ucapan tidak terlepas dari doa ibadah,

doa pujian, dan doa permohonan. Dan seorang muslim

wajib menunaikan shalat ketika masuk waktunya.

Hakikat makna Islam adalah berserah diri kepada

Allah dengan tauhid dan tunduk, patuh pada segala

perintah dan membersihkan diri dari perbuatan yang

dapat menyekutukan Allah. Allah menciptakan makhluk

hanya untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah merupakan

tugas seorang hamba sebagai sarana pengabdian diri pada

sang pencipta.2

Manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup

2Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, (Jakarta: Qultum Media, 2010) Hal 40

(19)

mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian

tanpa adanya bertanggung jawab kepada penciptanya,

dalam syariat Islam di ungkapkan bahwa manusia tujuan

akhirnya adalah mengabdi kepada Allah SWT dengan akal

dan perasaan dibanding dari makhluk lain, manusia

dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT. Tuhan

sengaja menciptakan manusia dengan beribadah

kepada-Nya.3

Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat

az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:

َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”

Dari ayat di atas, jelas sekali bahwa manusia dalam

hidupnya mengemban amanah ibadah, baik hubungannya

dengan Allah SWT, sesama manusia maupun alam dan

lingkungannya. Oleh karena itu sebagai manusia

3Departemen Agama, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Cv Penerbit J Art, 2004) Hal 597

(20)

hendaklah melaksanakan ibadah shalat sebagai wujud

pengabdian diri kepada Allah SWT.

Shalat adalah upaya membangun hubungan baik

antara manusia dengan Tuhannya. Dengan sholat

kenikmatan yang diberikan oleh allah akan terasa,

pengabdian kepadanya dapat diekspresikan, begitu juga

dengan penyerahan usrusan kepadanya. Shalat juga

mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian,

dan keselamatan darinya. Shalat adalah perilaku ihsan

hamba terhadap tuhannya. Ihsan shalat adalah

menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati

sehingga pikiran, penghayatan, dan anggota badan

menjadi satu yang tertuju kepada Allah.

Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam,

dalam waktu yang telah ditentukan merupakan fardhu

ain. Shalat fardu dengan ketetapan waktu pelaksanaannya

dalam Al-Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin

yang tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkannya.

Aktivitas ini tidak boleh ditentukan dengan ketentuan

(21)

diluar syara’. Dalam shalat seorang muslim berikrar

kepada allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup,

dan mati itu semata-mata hanya milik Allah. Shalat dalam

agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat

ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang

agama, dan shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan

oleh Allah swt Yang perintahnya langsung disampaikan

oleh Allah swt. Shalat merupakan inti pokok ajaran agama

dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka

hilanglah amal ibadah secara keseluruhan.

Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:43:

َﻊَﻣاْﻮُﻌَﻛْراَو َةْﻮَﻛ ﺰﻟا اْﻮُﺗاَءَوَةﻮَﻠﺼﻟا اْﻮُﻤْﻴِﻗاَو ﻦْﻴِﻌِﻛﺮﻟا

Artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa kata bersama

menunjukkan makna menemani, atau menyertai, jadi ayat

ini bermakna dirikanlah shalat bersama yang lain secara

berjama’ah. Oleh karna itu, dalam melaksanakan shalat

alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah.

(22)

Terutama bagi kaum laki-laki, Karena rasulullah

mengatakan bahwa shalat sendiri bernilai satu, sedangkan

shalat berjamaah bernilai 27 kali lipat. Seperti yang telah

kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat

memancarkan energy. Ini bisa dianalogikan dengan

sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu

atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan

energinya, tetapi begitu terhubung dia akan memancarkan

energinya. Ibarat batreai, kalau kita menyalakan lampu

dengan sebuah baterai maka terang sinarnya akan kalah

dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3

baterai atau 10 baterai, semakain banyak baterai yang

digunakan maka nyala lampu itu akan semakin terang.

Demikian juga denga orang yang melaksanakan shalat.4

Berjamaah menurut bahasa adalah sekelompok

manusia yang memiliki kesamaan sifat, sehingga dapat

dikatakan jamaah haji, jamaah dan majlis ta’lim. Shalat

berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. 1, Hal.125-126

(23)

atau lebih dengan salah satu orang menjadi imam,

sedangkan yang lain mengikutinya atau menjadi

makmum. Shalat berjamaah dilakukan secara

bersama-sama dan sebelum melakukan shalat terlebih

dahulu harus mensucikan diri dengan cara bewudhu’,

dalam melakukan shalat berjamaah kita harus mengikuti

gerakan imam dan tidak boleh mendahului imam.

Adapun pengertian shalat berjamaah menurut

terminologi (istilah) adalah :

1. Menurut Wahbah Zuhaili, yang dikutib oleh Abdullah sidiqq shalat berjamaah adalah pertalian yang terjadi antara shalat imam dan shalat makmum.

2. Menurut Musannif Effendi shalat berjamaah adalah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan makmum.

Dari dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa

shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara

bersama-sama, yang terdiri dari imam dan makmum.

Dalam shalat berjamaah sekurang-kurangnya terdiri dari

dua orang yaitu satu orang imam dan satu orangnya lagi

(24)

makmum, jika sendirian saja bukanlah dikatandengan

shalat berjamaah.

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa pelaksanaan

shalat jama’ah lebih afdal dibandingkan shalat munfarid

(sendirian) sebab hikmah shalat berjama’ah mengandung

ta’aruf sesama Muslim, menyusun barisan, saling tolong

menolon, dan berkumpul bersama-sama menuju do’a,

zdikir serta khusuk kepada Allah SWT.5

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari shalat

berjama’ah, antara lain:

a. Saling mengenal antara satu sama dengan lainnya sehingga akan terjadi komunikasi yang baik.

b. Memupun cinta kasih diantara sesama muslim agar terciptanya suasana untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.

c. Mengikir jurang pemisah antara yang tua dengan yang muda antara dengan yang miskin.

d. Orang yang memahami agama bisa belajar kepada orang yang alim (yang lebih memahami ilmu agama).

5 Hafsah, Fiqih, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011) Hal 56

(25)

e. Memberikan teladan yang baik kepada anak-anak khususnya dalam membantu mereka agar cinta kepada mesjid dan musolla dalam mendirikan shalat berjama’ah.

Jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita

pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja, tetapi

kalau kita shalat berjamaah, maka pancaran energi yang

kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Jadi dengan shalat

berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada

kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih

besar ketimbang shalat sendirian.

Secara teori pelaksanaan Shalat berjama’ah adalah

shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

salah satu orang menjadi imam, sedangkan yang lain

mengikutinya atau menjadi makmum. Shalat berjamaah

dilakukan secara bersama-sama dan sebelum melakukan

shalat terlebih dahulu harus mensucikan diri dengan cara

bewudhu’, dalam melakukan shalat berjamaah kita harus

mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahului

imam.

(26)

Berdasarkan observasi awal penulis pada hari senin

tanggal 18 november 2019 yang dilakukan di Jorong

Kartini Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh

bahwasanya masih banyaknya masyarakat yang tidak

melaksanakan shalat berjama’ah pada waktu shalat fardu

yaitu shalat magrib. berdasarkan informasi yang di dapat

dari 4 Mesjid di jorong kartini yaitu Masjid Nurul Huda,

Masjid Raya, Masjid Al Hijrah dan Masjid Al Kautsar,

Masjid Al-Kautsar yang sedikit melaksanakan Shalat

berjama’ah pada saat waktu Shalat Maghrib. Padahal

informasi dari Kepala Jorong Kartini Muara Kiawai jumlah

penduduknya banyak yaitu sekitar 500 KK, dari 500 KK

tersebut sekitar 5 s/d 10 orang yang melaksanakan shalat

berjama’ah Ke Masjid. Padahal secara teori shalat

berjama’ah itu hukumnya sunnah muakkad (sangat

dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki. Ketika waktu

shalat sudah masuk jarang terdengar orang

mengumandangkan suara azan dimesjid.6

6Badan pusat statistik kabupaten pasaman barat, Statistik Daerah Kecamatan Gunung Tuleh 2020

(27)

Kalau dilihat dari segi lokasi masjid berada

ditengah-tengah masyarakat dan sarana pra sarana yang

ada di mesjid itu mencukupi untuk melakukan shalat

berjama’ah seperti, baik dari segi tempat berwudhu

maupun diruangan mesjid dan dilengkapi dengan

berbagai fasilitas yang bisa membuat para jama’ah shalat

akan merasa nyaman, akan tetapi masyarakat di nagari

muara kiawai jarang sekali untuk melaksanakan shalat

berjama’ah.

Hasil wawancara awal yang penulis lakukan

dinagari muara kiawai diketahui bahwa sebahagian besar

masyarakat tidak melaksanakan shalat berjamaah hal ini

diungkapkan oleh salah seorang warga yang menyatakan

bahwa salah satu faktor penyebab tidak melaksanakan

shalat berjama’ah yaitu kurangnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya shalat berjama’ah dan garim mesjid yang

tidak ada Sehingga masyarakat merasa untuk pergi

kemesjid.

(28)

Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadikan

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis

dalam karya ilmiah berjudul “PELAKSANAAN SHALAT

BERJAMA’AH DI JORONG KARTINI NAGARI MUARA

KIAWAI, KECAMATAN. GUNUNG TULEH, KABUPATEN.

PASAMAN BARAT”

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas penulis

mengidentifikasi masalah yaitu:

1. Sebagian masyarakat jarang melaksanakan shalat berjamaah.

2. Sebagian masyarakat masih rendahnya dalam melaksanaan shalat berjamaah.

3. Sebagian masyarakat masih kurang dalam melaksanakan shalat berjamaah diwaktu magrib.

4. Sebagian masyarakat masih malas melaksanakan shalat berjamaah dikarenakan garim dan pengurus mesjid yang tidak ada.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar

(29)

tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut penulis

membatasi masalah ini, di Nagari Muara Kiawai terdapat

dua jorong dan penulis mengambil salah satu dari jorong

tersebut yaitu jorong kartini jadi, batasan masalahnya

adalah pelaksanaan Shalat Berjamaah di Jorong Kartini

Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten

Pasaman Barat.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

a. Bagaimana pelaksanaan Shalat Berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

b. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan Shalat Berjamaah di

Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung

Tuleh Kabupaten Pasaman Barat dan Untuk mengetahui

(30)

faktor penghambat bentuk-bentuk Minat Shalat Berjamaah

di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung

Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

5. Kegunaan penelitan

Manfaat penilitian ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan penulis dengan penelitian lapangan mengenai pelaksanaan Shalat berjama’ah di Jorong Kartini Nagari Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

b. Untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruaan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

6. Penjelasan Judul

Untuk mempermudah dalam pemahaman judul, maka penulis memberikan penjelasan mengenai kata-kata kunci dari judul proposal ini yaitu:

Pelaksanaan merupakan aktivitas atau

usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana

(31)

dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan

dilengkapi segala kebutuhan.

Shalat berjama’ah Ibadah shalat yang dilakukan secara

bersama- sama dan merupakan salah

satu ibadah yang memiliki

keutamaan dalam agama islam.

Dalam shalat berjama’ah seorang

yang berdiri didepan dan orang lain

mengikutinya disebut dengan imam,

dan orang-orang yang mengikuti dan

berjama’ah kepadanya disebut

dengan makmum. Hukum

melaksanakan shalat berjama’ah ini

ialah sunnah muakkad (sangat

dianjurkan).

Setelah penulis memaparkan kata demi kata sesuai dengan

judul ini, yaitu: Pelaksanaan Shalat Berjama’ah di jorong

(32)

kartini Nagari Muara Kiawai, Kec. Gunung Tuleh, Kab.

Pasaman Barat, yang dimaksud dengan judul diatas adalah

meningkatkan pelaksanaan shalat berjamaah di jorong kartini

Nagari Muara Kiawai Kec. Gunung Tuleh, Kab. Pasaman Barat.

Karna secara teori shalat berjama’ah itu hukumnya sunnah

muakkad (sangat dianjurkan) terutama bagi kaum laki-laki.

7. Sistematika Penulisan

Secara garis besar untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulis yang dibagi dalam beberapa bab, adapun pembagiannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis. Pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan berkenaan pelaksanaan dan shalat berjama’ah.

(33)

BAB III Metodologi Penelitian. yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, taknik analisis data, dan triangulasi data.

BAB IV Hasil Penelitian. Pada bab ini

penulis mengemukaan tentang

faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi pelaksanaan shalat

berjamaah.

BAB V Penutup. Pada bab ini

mengemukakan tentang kesimpulan

dan saran penulis.

(34)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pelaksanaan

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan

oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur

dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Wiestra, mengemukakan pengertian pelaksanaan sebagai

usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua

rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

(35)

yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana

tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya.

Lembaga Administrasi negara RI merumuskan

pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai

atau tiap anggota organisasi berkeinginan dan berusaha

mencapai tujuan yang teah direncanakan, pelaksanaan

adalah suatu kegiatan yang dapat dijumpai dalam proses

administrasi. Bintoro Tjokroadmudjoyo mengemukakan

bahwa pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami

dalam bentuk rangkaian kegiatannya. 7

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha

yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua

rencanadan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan

ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat

yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasan Iindonesia, (jakarta :balai pustaka,2001), hal 627

(36)

dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan ditindak

lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan

yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang

stategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi

kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang

ditetapkan semuala. Dari pengertian yang dikemukaan

diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada

dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi

yang ada, baik itu dilapangan maupun diluar lapangan.

Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur

disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat

penunjang.

2. Faktor-faktor Penunjang Proses Pelaksanaan

Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang proses

pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat

dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para

pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyempaian

(37)

informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi

informasi yang disampaikan.

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat

komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas

mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan

keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan

fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan

terhadap program khususnya dari mereka yang

menjadi implementasi program khususnya dari mereka

yang menjadi implementasi program.

d. Stuktur birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating

Procedures), yang mengatur tata aliran dalam

pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam

mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian

khusus tanpa pola yang baku.

B. Shalat Berjamaah

1. Pengertian Shalat Berjamaah

(38)

Shalat adalah rukun islam yang paling kokoh setelah

dua kalimat syahadat. Telah di syari’atkan sebagai

sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah. Shalat ini

mencakup berbagai macam ibadah yaitu: zikir kepada

Allah, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,

sujud, do’a, tasbih, dan takbir.

Shalat adalah pokok semua macam ibadah tidak kosong

dari shalat semua syari’at para Rasul. Shalat juga

merupakan ibadah yang paling penting baik dan

sempurna, dan shalat bagaikan kepala dari ibadah-ibadah

badaniah lainnya dan merupakan ajaran para nabi.8

Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, shalat pertama kali

diwajibkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw.

Dimalam Isra’ dan Mikraj. Hal ini menunjukkan

keagungannya serta ketinggian posisi dan kewajibannya di

hadapan Allah. Banyak sekali hadis yang menunjukkan

8Abu malik Kamal shahih fiqih sunnah (jakarta: pustaka at-tazkia 2006), cet.

1, hal 190-210

(39)

keutamaan dan kewajiban shalat bagi setiap individu.

Dalam islam, kewajiban menunaikan shalat diketahui

secara mendasar dan pasti (ma’luumun bidh-dharuurah).

Barang siapa yang mengingkarinya, maka dia telah keluar

dari islam (murtad). Apabila ia bertaubat, maka taubatnya

akan diterima. Sedangkan jika tidak bertaubat, maka

hukumnya di bunuh berdasarkan ijma’ (konsensus) para

ulama.

Salah satu syarat sah shalat adalah menghadap kiblat.

Terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 144 :

ﺎَﻬَﺿْﺮَﺗ ًﺔَﻠْﺒِﻗ َﻚﻨَﻴﻟَﻮُﻨَﻠَﻓ ِءﺎَﻤﺴﻟا ﻰِﻓ َﻚِﻬْﺟَو َﺐﻠَﻘَﺗ ىﺮَﻧْﺪَﻗ اْﻮﻟَﻮَﻓ ْﻢُﺘْﻨُﻛﺎَﻣ ُﺚْﻴَﺣَو ِماَﺮَﺤْﻟاِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟاَﺮْﻄَﺷ َﻚَﻬْﺟَو لَﻮَﻓ

ُﻪﻧَا َنْﻮُﻤَﻠْﻌَﻴَﻟ َﺐﺘِﻜْﻟا اْﻮُﺗْوُا َﻦْﻳِﺬﻟا نِاَو ُهَﺮْﻄَﺷ ْﻢُﻜَﻫْﻮُﺟُو

نْﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺎﻤَﻋ ٍﻞِﻓ ﺎَﻐِﺑ ُﻪﻠﻟاﺎَﻣَو ْﻢِﻬﺑر ْﻦِﻣ ﻖَﺤْﻟا

Artinya: kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah kelangit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah

(40)

wajahmu kearah Masjidilharam. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu kearah langit itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kiblat (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Nabi SAW juga memperkuat ketentuan tersebut dalam

sabdanya yang salah satunya diriwayatkan oleh Atha dari

Ibn Abbas bahwa ketika Nabi Muhammad SAW

menunaikan shalat dua rakaat didepan ka’bah, beliau

mengatakan “inilah kiblat”. Hal itu menunjukkan bahwa

Nabi SAW telah menunjukkan kepada umatnya agar

menghadap kiblat dalam shalat mereka. Lebih lanjut Nabi

menegaskan bahwa seiapa yang shalat menghadap kekiblat

kami, memakan hewan sembelihan kami, maka itulah yang

disebut seorang muslim yang mendapat Jaminan Allah dan

Rasulnya. Oleh karna itu sudah semestinya penentuan arah

kiblat mesjid-mesjid dan mushalla dilakukan dengan

sungguh-sungguh karena berhubungan dengan sah dan

tidaknya ibada seseorang.9

Shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang

9 Busyro, Jurnal Hukum dan Ekonomi islam (istinbath, 2019)

(41)

dimulai dengan takbir, diiringi niat dan diakhiri dengan

salam, jadi iqamatus shalat maknanya adalah menunaikan

sesuatu dengan batas-batasan, fardhu-fardhu, dan

wajibnya, artinya yang dimaksud adalah meliputi

kesempurnaannya, ruku’nya, sujudnya, bacaannya, dan

kekhusyu’annnya. Ditermasuk didalam kesempurnaannya

itu memelihara waktunya, sunnnah-sunnahnya, dan

adabnya.

Agar makna shalat itu menjadi lengkap maka kita perlu

memahami makna hakikat shalat adalah menghadapi hati

dan jiwa kepada Allah Swt. Dengan cara yang dapat

mendatangkan rasa takut dan cinta kepadanya, ialah

menghadap Allah dengan khusu’ dan ikhlas. Shalat itu

dimaksudkan dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah

dan merupakan perbuatan badaniyah yang paling afdal

dengan cara memelihara sesuatu yang berhubungan

dengan shalat, shalat itu merupakan cerminan dari iman

seseorang. 10

10 Affif Fauzi Abbas, 2016 Ibadah Dalam Islam (Tangerang Selatan : Perpustakaan Nasional, 2016) hal, 61

(42)

secara terminologi (syara’), shalat berarti ucapan dan

perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan di

akhiri dengan salam. Dinamakan dengan shalat karna ia

mencakup doa-doa. Orang yang sedang melakukan shalat,

ucapan tidak terlepas dari doa ibadah, doa pujian, dan doa

permohonan. Dan seorang muslim wajib menunaikan

shalat ketika masuk waktunya.

Allah berfirman:

Allah SWT berfirman dalaam Al-Qur’an dalam surat

az-Dzariyat: 56 yang berbunyi:

ِنْوُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟﻻا َﺲْﻧﻻاَو ﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”

Allah juga berfirman dalam QS An-Nisa: 103:

 ‚    ‚   

(43)

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 103)

Maksudnya, Shalat diwajibkan dalam waktu-waktu yang

telah diterangkan oleh Rasulullah. Melalui ucapan serta

perbuatan beliau.

Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali berfirman,

 … ‚ ƒ

“Dan Dirikanlah shalat”. (al-Baqarah: 43)

Rasulullah bersabda:

.

 …  …  ‚   ‚

“katakanlah kepada hamba-hambaku yang telah beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat”. (Ibrahim:

31).

Maka ketika datang waktu shalat, orang yang telah

mencapai usia baligh dan berakal wajib untuk

melaksanaknnya, kecuali wanita yang sedang haidh dan

nifas. Wanita yang sedang haidh dan nifas tidak wajib

untuk melaksanakan shalat atau mangqadhanya,

sebagaimana menurut ijma’ para ulama.

(44)

Berbeda dengan orang yang hilang akalnya (tidak sadar)

karena tidur, pingsan atau sejenisnya, mereka wajib

mengqadhanya di lain waktu ketika telah sadar atau

terbangun. Allah berfirman:

‚   ‚ ƒ

“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. ( Thaahaa:

14)

Rasulullah bersabda,

ﺎَﻫَﺮَﻛَذ اَذا ﺎَﻬﻠَﺼُﻴْﻠَﻓ ﺎَﻬَﻴِﺴَﻧ ْوا ٍةَﻼَﺻ ْﻦَﻋ َمﺎَﻧ ْﻦَﻣ

"Barang siapa yang tertidur atau lupa mengerjakan shalat, maka hendaknya ia menunaikannya ketika mengingatnya”. (HR Muslim)

Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih dengan salah satu seorang menjadi

imam, sedangkan yang lain mengikutinya atau menjadi

makmum.

2. Hukum shalat berjamaah

Ada pun hukum shalat berjamaah adalah sunnah

muakkadad (sangat dianjurkan). Jika kalian mengerjakan

shalat dirumah, berarti kalian telah meninggalkan sunnah

(45)

Nabi. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi, maka kalian

tersesat. Saya tahu bahwa tidaklah seseorang (gemar)

meninggalkan shalat berjamaah kecuali ia benar-benar

seorang munafik. Sungguh, dahulu perna ada seseorang

yang dipapah oleh dua orang agar bisa masuk dalam

barisan (shaf) shalat.11

a. Hukum shalat berjamaah bagi wanita

Kaum wanita boleh mendatangi mesjid untuk shalat

berjamaah. Dengan syarat kedatangan mereka kemesjid

tidak menyebabkan timbulnya syahwat bagi lawan jenis

atau menimbulkan fitnah, baik karena perhiasan

maupun wangi-wangian yang mereka pakai.

b. Hukum imam yang meringankan shalat

Disunnahkan bagi imam untuk meringankan

(memendekkan) shalat yang dilakukan bersama

makmum.

c. Hukum berjamaah dengan satu makmum

Shalat berjamaah sah walau hanya dilakukan oleh dua

orang, yakni hanya ada imam dan makmum, meskipun

11Sayyid Sabiq Figih Sunnah (Surakarta: Insan Kamil, 2016) hal. 411-415

(46)

yang menjadi makmum adalah anak kecilatau

seseorang perempuan.

d. Hukum imam yang beralih menjadi makmum

Seorang imam boleh berpindah tempat menjadi

makmum, jika ia harus mundur (diganti) dengan

hadirnya seorang imam yang telah ditentukan dimesjid

setempat.

e. Hukum dalam mengulang shalat

Menurut usul fikih, sebagian yang dikemukaan oleh

Ibnu Hajib, tokoh usul fikih mazhab Maliki, i’adah

adalah mengulang pelaksanaan suatu kewajiban dalam

waktunya menurut ketentuan syara’ untuk kesua

kalinya sisebabkan terjadinya kekurangan atau uzur

pada pelaksanaan kewajiban pertama. Yang dimaksud

dengan I’adah ialah menjalankan shalat yang sama

untuk kedua kalinya pada waktunya atau tidak. Karena

dalam shalat yang pertama terdapat cacat atau karena

ada shalat kedua yang lebih tinggi tingkat

afdhaliyahnya.12

12 Febriyeni & Beni Firdaus Jurnal Hukum Islam 2018

(47)

3. Keutamaan shalat berjamaah

Shalat berjama’ah memiliki keutamaan yang besar,

oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan dan menjelaskan

keutamaannya dalam sejumlah hadits berikut:

a. Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda:

ًﺔَﺟَرَد َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ٍﻊْﺒَﺴِﺑ ﺬَﻔْﻟا َةَﻼَﺻ ُﻞُﻀْﻔَﺗ ِﺔَﻋ ﺎَﻤَﺠْﻟا َةَﻼَﺻ

“Shalat berjama’ah melebihi keutamaan shalat sendirian dengan selisih dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari)

b. Dari Abu Sa’id AL-Khudri dia berkata, Rasulullah

bersabda:

ﻲِﻓ ﺎَﻫﻼَﺻ اَذﺎَﻓ ًةَﻼَﺻ َﻦْﻳِﺮْﺸِﻋَو ﺎًﺴْﻤَﺧ ُلِﺪْﻌَﺗ ٍﺔَﻋﺎَﻤَﺟ ﻲِﻓ ُةَﻼﺼﻟا

ًةَﻼَﺻ َﻦْﻴِﺴْﻤَﺧ ْﺖَﻐَﻠَﺑ ﺎَﻫَدْﻮُﺠُﺳَوﺎَﻬَﻋﻮُﻛُر ﻢَﺗﺎَﻓ ٍةَﻼَﻓ

“Shalat berjama’ah setara dengan dua puluh lima shalat.

Jika ia mengerjakannya ditempat terbuka, dan ia menyempurnakan rukuk dan sujudnya, maka setara dengan lima puluh shalat.” (HR. Abu Daud)

c. Dari ‘Usman Bin Affan RA, bahwa Rasulullah bersabda:

(48)

ِﺔَﺑْﻮُﺘْﻜَﻤْﻟا ِةَﻼﺼﻠِﻟ ﻰَﻟا ﻰَﺸَﻣ ﻢُﺛ َءﻮُﺿُﻮْﻟا َﻎَﺒْﺳﺎَﻓ ِةَﻼﺼﻠِﻟ ﺎﺿَﻮَﺗ ْﻦَﻣ

ُﻪَﻟ ُﻪﻠﻟا َﺮَﻔَﻏ ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟا ﻲِﻓ ْوا ِﺔَﻋﺎَﻤَﺠْﻟا َﻊَﻣ ْوا ِسﺎﻨﻟا َﻊَﻣ ﺎَﻫﻼَﺼَﻓ ُﻪَﺑْﻮُﻧُذ

“Barang siapa berwuduk dengan sempurna untuk mengerjakan shalat kemudian ia berjalan menuju (ketempat pelaksanaan) shalat fardhu, lalu ia mengerjakannya bersama khalayak, bersama jama’ah atau dimesjid, maka allah akan mengampuni dosa-dosanya.”

Shalat berjama’ah adalah esensi agama dan syiar

islam. Sehingga sekiranya penduduk suatu negeri

meninggalkannya, maka mereka harus diperangi. Dan

sekiranya penduduk suatu kampung meninggalkanya,

maka mereka harus dipaksa untuk mengerjakannya.

4. Manfaat Shalat Berjamaah

Jika Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan sesuatu

kepada orang beriman, maka didalamnya pasti ada

hikmah, manfaat dan maslahah untuk mereka. Karna Allah

itu maha pengasih kepada seluruh mahkluknya, dia tidak

(49)

mungkin memerintahkan atau mensyariatkan sesuatu

yang tidak ada manfaatnya atau sia-sia, demikian pula

halnya dengan syariat untuk mengerjakan shalat fardhu

lima waktu secara berjama’ah, sungguh disana ada hikmah

dan manfaat yang banyak sekali bagi oarang yang beriman,

Diantara hikmah dan manfaat shalat berjama’ah yaitu:

a. Mendapatkan naungan Allah besok dihari kiamat

Orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima

waktu secaraberjama’ah maka besok dihari kiamat ia akan

mendapatkan naungan dan perlindungan khusus dari

Allah, dimana pada hari itu hanya beberpa kelompok

orang saja yang akan mendapatkan naungan dan

perlindungan-Nya. Jika seseorang telah mendapatkan

naungan dan perlindungan Allah, maka ia pasti akan

terhindar dari derita dan huru-hura hari kiamat yang luar

biasa mengerikan. 13

13 saiful El-sutha Hadi shalat samudra hikmah (jakarta: wahyu qolbu 2016), cet. 1 hal. 153-159

(50)

b. Langkah pulang-perginya ke masjid mendapatkan

kebaikan dan keberkahan

Orang yang rajin mengerjakan shalat berjama’ah

kemasjid, atau mushallamaka ia mndapatkan kebaikan dan

keberkahan yang besar dalam hidupnya, karena langkah

pulang dan perginya ke masjid akan dihitung sebagai

ibadah dan keutamaan yang besar disis Allah. Orang yang

rajin mengerjakan shalat berjama’ah di masjid, maka

hidupnya akan selalu dicurahi keberkahan, kemudahan

dan kebaikan dari Allah.

c. Mendapatkan kehidupan dan kematian yang baik

Orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima

waktu secara berjama’ah di masjid, maka ia mendapat

jaminan berupa kehidupan yang baik dan kematian yang

baik disisi Allah. Orang yang rajin mengerjakan shalat

fardhu lima waktu secara berjama’ah di masjid maka ia

akan meraih kebahagian dalam hidupnya yang terhindar

dari kematian yang tragis dan tidak wajar, serta akan

meraih akhir kehidupan yang baik dan indah (khusnul

(51)

khatimah).

d. Mendapatkan pengampunan dosa dan diangkat

derajatnya

Hikmah dan keutamaan lain yang akan diberikan

oleh Allah kepada orang yang rajin mengerjakan shalat

berjama’ah adalah, ia akan diampuni dosa-dosanya oleh

Allah dan diangkat derjatnya. Orang yang rajin

mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah,

maka ia akan mendapatkan penghapusan atas

dosa-dosanya serta meraih kemulian dan posisi yang

terhormat disisi Allah.

e. Mendapatkan cahaya yang sempurna besok di hari

kiamat

Sesungguhnya Allah senantiasa menghargai jerih

payah hambanya dalam segala hal. Orang yang mau

bersusah payah dalam melakukan sesuatu, niscaya ia akan

mendapatkan hasil yang terbaik dari jerih payahnya itu.

Demikian halnya dengan orang yang mau bersusah payah,

melawan segala kemalasan dan rasa cape, dengan mau

(52)

berjalan dimalam hari menuju masjid guna melaksanakan

shalat berjama’ah, niscaya diakhirat nanti Allah akan

mejadikannya bercahaya terang, laksana bulan purnama

dan bintang yang menerangi malam.

Orang yang rajin mengerjakan shalat secara

berjama’ah, maka dihari kiamat nanti tubuhnya akan

memancarkan cahaya, membuat oarang lain berebut untuk

bisa berada didekatnya guna mendapatkan penerangan

darinya. Namun apalah daya, cahaya itu hanya khusus

Allah persembahkan hanya untuk oarang-orang yang rajin

sahalat berjama’ah, hingga oarang lain, terutama

orang-orang munafik, tidak akan bisa mengambil manfaat

darinya.

f. Mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berhaji

Bagi orang muslim yang belum mampu untuk

mengerjakan ibadah haji dan umrah ke Baitullah,

disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada dirinya maka

ia tidak perlu kecil hati. Karna sesunguhnya Allah itu

maha adil dan maha pemurah. Allah telah menjadikan

(53)

suatu amal yang nilainya sebanding dengan menunaikan

ibadah hajidan umrah di Baitullah. Amal itu adalah

mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah.

g. Mendapatkan balasan surga

Hikmah dan keutamaan lain yang akan diberikan

oleh Allah kepada orang yang rajin mengerjakan shalat

fardhu lima waktu secara berjama’ah adalah, ia akan

mendapatkan pahala dan balasan berupa surga yang

penuh kenikmatan darinya. Allah akan mempersiapkan

untuknya sebuah tempat tinggal yang indah dan nyaman

disurga nanti.

h. Dianggap sebagai tamu dan orang yang berkunjung kepada Allah

Sesugguhnya orang yang sedang shalat maka ia adalah orang yang sedang menghadap dan bermunajah kepada Allah. Oleh karena itu, Allah memberikan kemulian kepada orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah dengan menganggap mereka sebagai para tamu yang sedang berkunjung kepadanya.

Maka, Allah pun akan menyembut mereka dengan sambutan hangat dan memberikan jamuan kepada mereka

(54)

dengan penuh kehormatan.14 i. Menjadikan Allah bergembira

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa orang

yang sedang mengerjakan shalat berjama’ah

sesungguhnya ia adalah laksana seorang tamu yang

sedang berkunjung kepada Allah. Sebagai yang dikunjungi

tentunya Allah pun bergembira menyambut kedatangan

para tamu yang datang kepadanya dengan segenap

kerendahan hati dan ketundukan kepadanya. Oleh karena

itu, Allah sangat bergembira dan ridha terhadap

orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima

waktu secara berjama’ah. Dan jika Allah telah ridha

terhadap seorang hamba, maka Allah pasti akan selalu

memberikan perlindungan kepadanya, memberika segala

sesuatu yang dimintanya, dan akan menempatkannya

pada tempat atau posisi yang mulia dikehidupan akhirat

kelak.

j. Menjadikan Allah takjub

14 Saiful Hadi El-Stha, Shalat, Samudra Hikmah, (Jakarta: Wahyu Qolbu, 2016) Hal 168-175

(55)

Shalat berjama’ah adalah shalat yang penuh dengan

keindahan dan kemuliaan. Karena tergambar jelas

indahnya kebersamaan, persatuan dan persaudaraan

antara sesama orang beriman. Maka satu dalam kata

gerakan dan gerakan, serta satu dalam pimpinan (imam)

dan arah tujuan. Sungguh jika dilihat dari atas, barisan

dan gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat

berjama’ah itu terlihat sangat indah dan menakjubkan.

Bahkan indahnya shalat berjama’ah pun membuat Allah

takjub, sehinggal Allah pun cinta dan Ridha kepada

orang-orang yang rajin mengerjakan shalat fardhu lima

waktu secara berjama’ah.

k. Melindungi diri dari godaan syaitan

Sahalat adalah saat-saat kebersamaan yang indah

antara seseorang hamba denga Tuhannya. Karena dalam

shalat hakikatnya seseorang sedang berkomunikasi,

berdialog dan bermunajah dengan Tuhannya. Maka sudah

tentu saat sedang shalat itulah manusia benar-benar

sedang mengerjakan shalat dengan penuh kekhususkan

(56)

dan kehadiran hati, niscaya selamat shalat itu dia akan

berada dalam perlindungan Allah dari segala keburukan,

termasuk terlindungi dari segala godaan dan bujuk rayu

syaitan.terlebih dari orang yang rajin mengerjakan shalat

secara berjama’ah, maka syaitan akan kewalahan dan

tidak mampu untuk menggoda atau pun menguasainya.

Karena ia sedang berada dalam kebersamaan dengan

saudara-saudaranya seiman. Kalau menggoda satu orang

beriman saja merupakan hal yang sulit bagi syaitan, maka

bagaimana dengan menggoda benyak orang yang sedang

menenggelamkan diri secara bersama-sama dalam shalat

(berjama’ah), terntu hal ini akan membuat syaitan

mengalami kesulitan yang luar biasa.

l. Membina solidaritas dan kesatuan umat islam

Tidak diragukan lagi bahwa shalat berjama’ah itu

memupuk dan membina kebersamaa (solidaritas sosial)

diantara sesama orang beriman. Dalam pelaksanaan shalat

(57)

berjama’ah, orang-orang beriman itu bernar-benar

disatukan kepada satu gerakan, satu bacaan, satu arah

kiblat satu tempat dan tujuan. Ini mengisyaratkan bahwa

semua orang beriman itu harus hidup dalam persatuan,

kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas sosial yang

kuat. Lewat pelaksanaan shalt berjama’ah, tali silaturahmi

antara sesama orang beriman akan terjalin erat karena

setiap saat minimal lima kali dalam sehari yakni dalam

lima kali pelaksanaan shalat berjama’ah maka akan

bertatap muka dan tegur sapa.

Lebih dari itu, sesungguhnya ucapan salam dalam

shalat yakni ucapan “assalamu’alaikum warahmatullahi

wa barakatuh”, yang diikuti menolah wajah kenana dan

kekiri, lalu bersalaman dengan orang yang berada

disebalah kanan dan kiri kita, maka semua itu adalah

mengisyaratkan bahwa shalat mengarjakan kepada kita

untuk senantiasa menebarkan kedamaian kepada orang

yang ada dikanan dan kiri kita, orang-orang yang ada

disekitar kita. Jadi, shalat bertanggung jawab terhadap

(58)

kesejahteraan hamba-hamba Allah yang shaleh, bukan

hanya pelaku shalat itu sendiri, tapi juga semua orang

yang ada disekililingnya. Jadi, sahalat tidak hanya

mengajarkan keshalehan individual, tetapi juga

keshalehan sosial. Maka tak terbantahkan lagi bahwa

shalat berjama’ah adalah salah satu sarana yang tetap

untuk membina solidaritas dan kesatuan umat islam.

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shalat

berjamaah

Sesungguhnya mendahulukan orang lain atau mengalah

kepada orang lain memang merupakan sikap yang terpuji.

Namun hal ini tidak berlaku dalam masalah ibadah dan

kebaikan. Dalam masalah ibadah dan kebaikan, setiap

orang beriman harus saling berlomba untuk melakukan

dan mendapatkan yang berbaik. Hal itu pula yang harus

diterapkan dalam pelaksanaan shalat berjama’ah. Setiap

orang beriman harus berlomba-lomba untuk mendapatkan

barisan (shaff) yang paling depan demi mendapatkan

pahala dan keutamaan yang besar dari Allah. Oleh karna

(59)

itu, ketika ada shaff yang kosong dibarisan depan, maka

hendaklah ia mengisinya, bukan justru mempersilahkan

orang lain untuk menempatinya. Karena dengan bersikap

seperti itu, sesungguhnya ia telah membuat dirinya

kehilangan kesempatan untuk meraih kebaikan dan

keutamaan yang besar.15

Sungguh, Allah telah mempersiapkan keutamaan dan

kemuliaan yang besar untuk orang-orang yang rajin

mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah,

lebih lagi orang-orang yang mampu mendapatkan barisan

(shaff) paling depan dalam shalat berjama’ah yang sedang

dikerjakannya. Kerna orang yang mampu mendapatkan

shaff paling depan didalam pelaksanaan shalat berjama’ah,

niscaya ia akan selalu dalam lindungan rahmat dan kasih

sayang Allah, karna ia menempati shaff para malaikat.

Demi sempurnanya pelaksanaanshalat berjama’ah, dan

agar shalat berjama’ah yang dilaksanakan membawa

hikmah dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

15Syaikh Dr.Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Figih Lengkap (Jakarta: Darul Falah, 2005), hal. 215

(60)

orang-orang yang mengerjakannya, maka ada beberapa hal

yang harus diperhatikan selama pelaksanaan shalat

berjama’ah, antara lain:

a. Orang yang ditunjuk untuk menjadi imam dalam

shalat hendaklah orang yang paling banyak

hafalannya terhadap kitab Allah, kemudian yang

paling memahami agama Allah, kemudian yang

paling kuat takwanya, dan kemudian yang paling tua

umurnya.

b. Jika shalat berjamaah tersebut dilaksanakan

dirumah seseorang atau disuatu wilayah kekuasaan

seseorang, maka orang yang punya rumah dan

penguasa setempat adalah yang paling berhak untuk

menjadi imam.

c. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, hendaklah

imam meri-ngankan atau tidak memperpanjang

shalatnya, kecuali bacaan untuk rakaat pertama jika

ia berharap orang yang tertinggal bisa mendapatkan

rakaat pertama bersamanya. Dalam kondisi ini,

(61)

maka imam boleh memperpanjang bacaannya.

d. Jika makmum hanya sendiri (seorang diri), maka

hendaklah ia berdiri disamping kanan imam.

Demikian juga seorang wanita menjadi imam bagi

wanita lainnya, maka hendaklah si makmum berdiri

disisinya. Jika makmumnya dua orang atau lebih

yang semuanya adalah laki-laki, maka mereka

berdiri dibelakang imam. Namun jika makmumnya

seorang laki-laki dan seorang wanita, maka laki-laki

disamping imam sementara wanita dibelakang

mereka berdua. Jika makmum terdiri dari kaum

laki-laki berdiri dibelakang imam, sementara kaum

wanita berdiri dibelakang laki-laki.16

e. Ketika solat berjamaah siap untuk dilaksanakan,

maka hendaklah imam dan makmum meluruskan

shaff dan merapatkannya. Rasulullah sendiri, dalam

posisi beliau sebagai imam shalat, maka sebelum

16 Shalih bin fauzan fikih lengkap (jakarta: al-ashimah, 2005) cet. 1 hal.

182-187

(62)

beliau melakukan takbiratul ihram biasanya beliau

menghadap kepada para jamaah, seraya bersabda:

( ﺪﻤﺣأ هاور) اْﻮُﻟِﺪَﺘْﻋاَو اْﻮُﺻاَﺮَﺗ

“rapatkan dan luruskanlah barisan kalian”

(HR.Ahmad)

f. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah makmum

harus mengikuti imam dalam segala hal yang

dilakukan oleh imam. Jika imam bertakbir, maka ia

harus bertakbir. jika imam rukuk, maka ia harus

rukuk. jika imam sujud, maka ia harus sujud Dan

seterusnya. Haram hukumnya bagi makmum untuk

menyalahi (berbeda) dengan imam atau pun

mendahului imam, serta makruh baginya

berbarengan dengan imam. Jika makmum

mendahului imam dalam takbiratul ihram, maka ia

wajib mengulangi takbiratul ihramnya. Jika tidak

maka shalatnya batal. Demikian pula jika ia

mengucapkan salam sebelum imam, maka shalatnya

(63)

pun menjadi batal.

g. Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, hendaklah

orang yang berdiri dibelakang imam adalah orang

yang telah dewasa lagi berilmu, agar jika terjadi

sesuatu dengan imam, misalnya imam tiba-tiba batal

shalatnya karna mendapatkan hadats kecil, seperti

kentut, atau jika terjadi sesuatu hal yang tidak

diinginkan (hal buruk) atas diri imam, maka orang

yang dibelakangnya itu bisa menggantikan posisi

imam tersebut.

6. Syarat shalat berjamaah

Syarat shalat berjamaah:

a. Mensengaja (niat mengikuti imam)

Setiap orang yang ingin melaksanakan shalat berjamaah hasrus berniat untuk mengikuti imam.17 b. Mengetahui segala yang dilakukan imam

c. Jangan ada dinding yang menghalangi antara imam

dan makmum, kecuali bagi perempuan dimesjid

hendaklah didinding dengan kain, asal ada sebagian

atau salah seorang yang mengetahui gerak gerik

17Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, (jakarta: sandro jaya, 2005), hal 90

(64)

imam atau makmum yang dapat diikuti.

d. Jangan berada didepan imam

Setiap orang yang mengikuti shalat berjamaah harus

berada dibelakang imam.

e. Jarak antara imam dan makmum atau makmum

dengan barisan makmum yang terakhir tidak lebih

dari 300 hasta.

f. Solat makmum harus bersesuaian dengan shalat

imam

Jika imam niat shalat ashar maka makmum harus

berniat untuk shalat ashar. Atanra shalat makmum

dan imam itu tidak boleh saling berlawanan.

7. Hukum berjama’ah dengan satu Makmum

Shalat berjama’ah sah walau hanya dilakukan oleh dua

orang, yakni hanya ada imam dan makmum, meskipun

yang menjadi makmum adalah anak-anak kecil atau

seorang perempuan. Hal ini merujuk kepada beberapa

hadits-hadits berikut :

a. Ibnu Abbas, berkata, “saya menginap dirumah bibiku,

Referensi

Dokumen terkait

2,. Kedudukan tertin!!i dalam eraturan erundan!)undan!an adalah.... Prinsi ersamaan kedudukan war!ane!ara meruakan ciri khas ne!ara.... Berikut bentuk hukum di

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kepribadian extraversion dengan minat berwirausaha, dengan asumsi semakin

Selain perasaan positif, partisipan juga merasakan perasaan negatif terkait masa pensiunnya, yaitu munculnya perasaan kaget dan khawatir menghadapi pensiun, karena kurang

Kegunaan dari penelitian tesis ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis yang dijabarkan sebagai berikut. 1) Manfaat secara teoritis

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai pertumbuhan tanaman Paspalum conjugatum yang diinokulasi beberapa dosis fungi mikoriza arbuskular (FMA) untuk

Sedangkan Hole (1981) membagi binatang tanah ke dalam enam kategori berdasarkan keberadaannya di dalam tanah, yakni: 1) Permanen, yaitu fauna tanah yang seluruh daur hidupnya

KESIMPULAN Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota berkewajiban dan mempunyai kewenangan untuk menciptakan ketenteraman dan ketertiban serta kesejahteraan masyarakat

Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara. Tertib penyelenggaraan negara,