• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan adalah pekerjaan yang sia-sia, sehingga pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang melalui proses yang melibatkan segenap elemen masyarakat, sejak persiapan, pelaksanaan, monitoring, sampai evaluasi bahkan dalam pembiayaan yang asalnya dari perekonomian di suatu daerah. Pembangunan nasional dapat tercapai apabila pembangunan di masing-masing daerah berjalan dengan baik.

Pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab maka setiap daerah kabupaten mempunyai kewenangan dan keleluasaan menyusun serta melaksanakan kebijakan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki dengan tetap mencermati dan mengantisipasi kemungkinan munculnya persaingan ekonomi antardaerah Kabupaten, tingkat Regional, maupun global.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan karakteristik daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Dalam hal ini, daerah dituntut untuk mengidentifikasi

commit to user

potensi dan prospek ekonomi daerah masing-masing yang dapat dijadikan sebagai pendorong keberhasilan pembangunan daerah sehingga perbedaan daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda-beda terutama pembangunan sektor pertanian yang keberhasilannya sangat tergantung pada kondisi alam, dimana setiap daerah memiliki kondisi alam yang berbeda-beda.

Pengangguran merupakan masalah besar negara-negara berkembang yang berpenduduk banyak seperti halnya Indonesia. Irianto (2001) mengemukakan dua masalah utama yang patut dikedepankan dalam membahas persoalan sumber daya manusia di Indonesia. Masalah pertama berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang merosot tingkatannya. Sedangkan yang kedua berkenaan dengan angka pengangguran yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Salah satu sektor yang memberi banyak lapangan pekerjaan adalah sektor pertanian. Hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di sektor pertanian.

Usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup. Pentingnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional ternyata belum disadari oleh pemerintah sebagai penentu kebijakan dan masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hal ini dibuktikan dengan masih dianggapnya pertanian hanya sebagai peningkatan produksi semata.

Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan. Kabupaten Sragen merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang sektor perekonomiannya didominasi oleh sektor pertanian. Perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan melihat pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut, namun yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK), karena dinilai sensitif dalam menggambarkan perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kondisi barang dan jasa tetap. Secara umum, perekonomian Kabupaten Sragen disokong oleh beberapa sektor lapangan usaha yang masing-masing memiliki kontribusi terhadap perekonomian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendominasi dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari besarnya prosentase kontribusi sektor ini yang dari tahun ke tahun menurun, namun tetap merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar.

Tabel 1. Distribusi Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen

Berdasarkan Tabel 1, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sragen terlihat menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 prosentase kontribusi sektor pertanian sebesar 36,36 %, kemudian turun pada tahun 2005, 2006, 2007, dan mencapai angka terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 34,01 %. Menurut BAPPEDA Kabupaten Sragen, penurunan ini disebabkan karena pengaruh meningkatnya aktivitas produksi sektor lain sehingga PDRB Kabupaten Sragen secara total meningkat cukup besar namun tidak sebanding dengan peningkatan nilai PDRB sektor pertanian Kabupaten Sragen.

Dilihat dari perkembangannya, jumlah tenaga kerja Kabupaten Sragen yang bekerja di sektor pertanian selalu meningkat. Dalam kurun waktu 2004-2008, tenaga kerja pertanian mengalami kenaikan jumlah. Pada tahun 2004,

commit to user

sebanyak 240.557 orang bekerja di sektor pertanian kemudian mengalami kenaikan jumlah hingga mencapai titik tertinggi pada tahun 2008, yaitu sebesar 246.878 orang. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian masih merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan sektor perekonomian lain. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja menurut sektor perekonomian di Kabupaten Sragen.

Tabel 2. Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapang-an Usaha Utama di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (orLapang-ang)

No Sektor Perekonomian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 240.557 241.412 243.867 244.898 246.878 2 Pertambangan&galian 556 558 564 566 571 3 Industri Pengolahan 26.204 26.297 26.565 26.677 26.893 4 Listrik,gas & air bersih 323 324 327 329 332 5 Konstruksi 22.308 22.387 22.615 22.711 22.895 6 Perdagangan & Hotel 63.521 63.747 64.395 64.667 65.190

7 Komunikasi 5.885 5.906 5.966 5.991 6.039

8 Keuangan 2.168 2.176 2.198 2.207 2.225

9 Jasa 111.005 111.399 112.533 113.008 113.922 Jumlah 472.578 474.206 479.030 481.054 484.945 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2008

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pertanian di Kabupaten Sragen beberapa tahun terakhir merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Pada tahun 2004, sebanyak 240.557 orang bekerja di sektor pertanian lalu meningkat pada tahun 2005 dan meningkat lagi pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing sebesar 241.412, 243.867, 244.898, dan 246.878 pada tahun 2008. Perkembangan komposisi penduduk bekerja di sektor pertanian cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Luasnya lahan pertanian di Kabupaten Sragen menjadi faktor utama yang menjadikan tenaga kerja banyak terserap di sektor ini. Berdasarkan penggunaan lahan pada tahun 2008, Kabupaten Sragen memiliki lahan persawahan seluas 40.339,00 Ha atau 42,84

% dari 94.155,00 Ha (luas Kabupaten Sragen).

Laju pertumbuhan tenaga kerja dapat digambarkan dengan melihat jumlah tenaga kerja sektor tertentu pada tahun sekarang dan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja sektor yang sama pada tahun sebelumnya. Laju

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen menurut Sektor Perekonomian Tahun 2004-2008 (%)

No Sektor

perekonomian

Periode

2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008

1 Pertanian 0,35 1,01 0,42 0,80

Sumber : Analisis Data Sekunder

Laju pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian terlihat mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dalam kurun waktu 2004-2005 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja dengan melihat angka laju pertumbuhan yaitu sebesar 0,35 yang artinya bahwa jumlah tenaga kerja pada tahun itu mengalami pertambahan jumlah sehingga bernilai positif. Sedangkan pada kurun waktu 2005-2006, 2006-2007, dan 2007-2008 terlihat adanya peningkatan jumlah tenaga kerja sektor pertanian, hal ini ditandai dengan angka laju pertumbuhan yang masing-masing senilai 1,01% pada tahun 2005-2006, 0,42% pada tahun 2007-2008, dan 0,80% pada tahun 2007-2008.

Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Sragen serta proyeksinya sampai pada tahun 2013. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk perencanaan pembangunan di Kabupaten Sragen khususnya sektor pertanian.

commit to user B. Perumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Kabupaten Sragen. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sragen dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang merupakan penyerap tenaga kerja terbesar diantara sektor lain.

Tabel 4. Distribusi Kontribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor Perekonomian terhadap Total Tenaga Kerja di di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (%).

No Sektor

Perekonomian

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 50,90 50,90 50,91 50,91 50,91

2 Pertambangan & Galian 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11

3 Industri Pengolahan 5,54 5,54 5,54 5,54 5,54

4 Listrik,Gas & Air Bersih 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

5 Konstruksi 4,72 4,72 4,72 4,72 4,72

6 Perdagangan & Hotel 13,44 13,44 13,44 13,44 13,44 7 Pengangkutan &

Komunikasi

1,24 1,24 1,24 1,24 1,24

8 Keuangan & Persewaan 0,46 0,46 0,46 0,46 0,46

9 Jasa 23,49 23,50 23,50 23,50 23,50

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa distribusi kontribusi tenaga kerja pertanian dari tahun ke tahun merupakan yang terbesar dibanding sektor perekonomian lain. Prosentase kontribusi tenaga kerja pertanian dihitung dengan membandingkan jumlah tenaga kerja pertanian dengan jumlah tenaga kerja total Kabupaten Sragen di tahun yang sama. Distribusi tenaga kerja sektor pertanian terlihat konstan dari tahun ke tahun, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004-2005 nilai kontribusi sebesar 50,90%, sedangkan pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan menjadi 50,91% dan memperlihatkan angka konstan hingga tahun 2008. Hal ini menandakan bahwa kontribusi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang berarti terhadap jumlah total tenaga kerja Kabupaten Sragen di tiap tahunnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian Kabupaten Sragen ini tidak terlepas dari luasnya lahan persawahan yang ada.

Kabupaten Sragen memiliki lahan persawahan seluas 40.339,00 Ha atau 42,84 % dari 94.155,00 Ha (luas Kabupaten Sragen) yang terdiri dari lahan pengairan teknis, pengairan ½ teknis, pengairan sederhana, dan pengairan desa.

Luas lahan pertanian yang semakin luas pada tahun 2007 dan 2008 merupakan potensi yang bila dikembangkan akan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

Tabel 5. Luas Lahan Sawah dan Non-Sawah Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (Ha).

No Lahan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Sawah 40.037,93 39.759,00 39.759,00 40.339,00 40.339,00 2 Non-Sawah 54.117,07 54.396,00 54.396,00 53.816,00 53.816,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2008

Luas wilayah Kabupaten Sragen yang seluas 94.155,00 Ha terdiri dari lahan sawah seluas 40.339,00 Ha (2008), dan lahan non-sawah seluas 53.816,00 Ha (2008). Luas lahan sawah Kabupaten Sragen mengalami perluasan pada tahun 2007 dan 2008. Semakin luasnya lahan sawah ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang selanjutnya akan dapat mengurangi masalah pengangguran. Di sisi lain, lahan seluas 53.816,00 Ha dari Kabupaten Sragen merupakan lahan non-sawah yang juga memiliki potensi menyerap tenaga kerja bila dikembangkan dengan benar. Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen, namun belum dapat diketahui seberapa besar peranannya.

Dengan mengetahui peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja, maka dapat disusun sebuah perencanaan yang sesuai dengan kondisi ketenagakerjaan dan pertanian di Kabupaten Sragen.

Dengan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini :

commit to user

1. Bagaimanakah peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen ?

2. Bagaimanakah pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen dilihat dari komponen pertumbuhannya ?

3. Bagaimanakah peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk lima tahun ke depan (tahun 2009-2013) di Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen.

2. Menganalisis pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen dilihat dari komponen pertumbuhannya.

3. Menganalisis jumlah penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian pada lima tahun kedepan (tahun 2009-2013) di Kabupaten Sragen.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wacana pengetahuan dan referensi dalam penelitian selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

1. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2003) yang berjudul

“Keragaan Sektor Pertanian dan Peranannya dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Kebumen”, dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja diketahui peranan sektor pertanian dilihat dari sisi tenaga kerja dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Kebumen paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, yaitu dengan adanya perubahan tenaga kerja sektor pertanian sebanyak 66.474 orang, total tenaga kerja wilayah di Kabupaten Kebumen meningkat sebanyak 171.070 orang.

Peranan terbesar terjadi pada tahun 1998, dimana perubahan tenaga kerja pada sektor pertanian sebanyak 136.262 orang menyebabkan kenaikan tenaga kerja total sebanyak 470.649 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih bertahan pada situasi krisis ekonomi, di mana banyak sektor yang merasionalisasi tenaga kerja akibat tingginya biaya produksi dan operasional namun sektor pertanian masih tetap menyerap banyak tenaga kerja.

Nareswari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karanganyar”, menggunakan metode angka pengganda tenaga kerja untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam meyerap tenaga kerja jika disbanding dengan sektor lain di wilayah yang sama. Dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja rata-rata selama tahun 2002-2007 adalah sebesar 1,58. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai 1,58 yang artinya bahwa selama tahun 2003-2007 setiap peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan kesempatan kerja keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di wilayah Kabupaten Karanganyar.

Angka perubahan kesempatan kerja total Kabupaten Karanganyar diperoleh

commit to user

dari angka pengganda tenaga kerja dikalikan dengan perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian. Pada awal tahun analisis yaitu tahun 2003 peranan sektor pertanian dalam menciptakan kesempatan kerja cukup besar. Pada tahun ini sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar menyerap 182.707 orang atau 43,27% dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap di Kabupaten Karanganyar. Peningkatan kesempatan kerja sektor pertanian terbesar terjadi pada tahun ini yaitu sebesar 45.426 orang, di mana peningkatan ini dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja yang terserap secara keseluruhan sebanyak 80.070 orang.

Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 25.026 orang dan 2.023 orang, di mana penurunan tersebut mengakibatkan turunnya kesempatan kerja secara keseluruhan masing-masing sebesar 37.066 orang dan 2.872 orang. Jumlah kesempatan kerja sektor pertanian yang menurun ini disebabkan oleh beralihnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ke sektor lain, sebagai akibat dari meningkatnya kesempatan kerja di sektor lain.

2. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

Amin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang”, menggunakan analisis shift share (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Semarang. Diperoleh nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar -33.019,853 yang berarti perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Semarang dibanding sektor lain adalah menurun sejumlah 33.019 orang. Namun apabila dilihat nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), sebesar 17.168,373, menunjukkan bahwa perubahan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Semarang jika dibandingkan sektor pertanian wilayah lain terjadi peningkatan sebesar 17.168 orang. Penjumlahan PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) -15.851 dengan nilai pertumbuhan kesempatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kerja -4,07% yang berarti terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Semarang.

Kurniawan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Temanggung”, menggunakan Shift-Share Analysis (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Temanggung, diperoleh nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar -33.508,559. Ini berarti pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Temanggung termasuk kelompok lambat. Sedangkan melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) sebesar -63.214,044, artinya perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian di Kabupaten Temanggung mengalami penurunan sebesar 63.214 orang apabila dibandingkan dengan sektor pertanian di daerah yang lainnya. Penjumlahan PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) sebesar -96.722,603 dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja -34,73 % berarti sektor pertanian tumbuh secara lambat sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian. Hasil penghitungan dari angka pengganda tenaga kerja, diperoleh rata-rata angka pengganda tenaga kerja di Kabupaten Temanggung sebesar 2,8. Artinya sektor pertanian di Kabupaten Temanggung berperan dalam meningkatkan kesempatan kerja pada sektor perekonomian lainnya sebesar 2 sampai 3 orang setiap terjadi peningkatan kesempatan kerja pada sektor pertanian sebesar 1 orang.

3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Sektor pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan”, Sari (2005) memproyeksikan kesempatan kerja di sektor pertanian dengan menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 1998-2003 dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi tetap, yaitu 1,03 dan sebesar 0,059 sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada periode analisis = pertumbuhan kesempatan kerja pada periode dasar analisis. Dari analisis diperoleh hasil proyeksi kesempatan kerja di sektor

commit to user

pertanian tahun 2008 terjadi pertumbuhan kerja sebesar 85.399. Jika dirata selama lima tahun, maka pertumbuhan kesempatan kerja pertahun adalah 17.080. Kenaikan ini berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk ataupun angkatan kerja yang tersedia, serta berpengaruh pada perkembangan sektor pertanian sendiri maupun perekonomian.

Santoso (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri”, memproyeksikan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sampai pada tahun 2017 dengan menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 2003-2007, dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja sebesar 0,214675 dan pertumbuhan ekonomi tetap yaitu sebesar

0,173826 sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada periode analisis sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja pada periode dasar analisis.

Dibandingkan dengan tahun 2007, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan kesempatan kerja sebesar 101.304 orang selama tahun 2008 hingga tahun 2017. Rata-rata peningkatan setiap tahunnya adalah sebesar 10.130 orang, dengan analisis pure frecasting, dapat diperoleh pula proyeksi penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun 2017 yaitu sebesar 2.018.721 orang. Hasil perhitungan forecasting ini merupakan ramalan secara matematis dengan asumsi pola perkembangan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri pada masa proyeksi mengikuti pola perkembangan kesempatan kerja di masa analisis yaitu tahun 2003-2007.

Alasan dari pengambilan penelitian diatas sebagai referensi dari penelitian ini adalah karena penelitian tersebut menggunakan alat analisis yang sama, yaitu Shift-Share Analysis (SSA) untuk mengetahui besarnya pertumbuhan sektor pertanian dan menggunakan angka pengganda tenaga kerja untuk mengetahui peranana sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, kesamaan letak geografis dan sektor yang diteliti, menjadikan penelitian tersebut sebagai referensi atas disusunnya penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah suatu proses untuk menuju perbaikan yang dicapai oleh masyarakat di segala bidang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang saling berkaitan dan berhubungan mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan perubahan yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 1999).

Usaha pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara berkembang pada umumnya berorientasi kepada bagaimana memperbaiki tingkat hidup masyarakat di negara tersebut agar mereka bisa hidup seperti masyarakat di negara maju. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan menjadi semacan kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya (Suryana, 2000).

Pembangunan sebagian harus diterima sebagai proses multidimensional yang mencakup reorganisasi dan reorientasi keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Pembangunan secara khas meliputi perubahan struktur institusional, sosial dan administratif yang radikal seperti juga halnya dengan perubahan dalam perilaku sehari-hari dan kadang-kadang bahkan kebiasaan dan kepercayaan. Pembangunan biasanya berada dalam konteks nasional, yang mana karena realisasinya yang meluas membutuhkan perubahan fundamental dalam sistem ekonomi dan sosial internasional. Oleh karena itu tujuan pembangunan harus meliputi :

a. peningkatan persediaan dan perluasan pemerataan pembagian bahan pokok untuk bisa hidup, termasuk perumahan, kesehatan dan lingkungan.

commit to user

b. peningkatan taraf hidup, termasuk peningkatan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya.

c. perluasan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan bangsa dengan membebaskannya dari ketergantungan, tidak hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain, tetapi juga dari sumber-sumber penderitaan dan kebodohan (Sastradipoera, 1990).

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti tinggi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, semakin terbukanya kesempatan kerja sehingga dapat menekan pengangguran, menurunnya jumlah penduduk yang hidup di bawah kemiskinan absolut, pergeseran struktur ekonomi kearah yang lebih modern dan semakin besarnya kemampuan keuangan untuk membiayai administrasi pemerintah dan kegiatan pembangunan (Soekarni dan Mahmud, 2000).

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok pembangunan ekonomi daerah adalah pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).

Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

Dokumen terkait