• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI

Oleh :

Marco Arief Pramudita H0306024

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

commit to user i

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN SRAGEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Marco Arief Pramudita H0306024

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN SRAGEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Marco Arief Pramudita

H0306024

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : ………

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta,……….

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003 Ketua

Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi NIP. 19660611 199103 1 002

Anggota II

Ir. Agustono, M.Si NIP. 19640801 199003 1 004 Anggota I

Wiwit Rahayu, SP, MP NIP. 19711109 199703 2 004

(4)

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menberikan berkat, kasih, dan anugerahNYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dapat mempersembahkannya kepada orangtua serta orang-orang yang Penulis kasihi.

Penulis menyadari bahwa selama Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga dalam Penulisan skripsi ini.

4. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Pertanian UNS.

6. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen beserta Staf.

7. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Sragen beserta Staf.

8. Kepala Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Sragen beserta Staf.

9. Kepala Kantor Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kabupaten Sragen beserta Staf.

10. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyisihkan waktunya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

11. Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri, dan Ibu Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.

12. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu.

13. Orang tuaku, Bapak Eddy Budhiono, SE dan Ibu Srie Kusdiningsih yang telah berkorban materiil maupun spirituil selama penulis menempuh pendidikan. Doa, dukungan, motivasi dan kepercayaan selalu memberikan keyakinan pada penulis.

14. Saudaraku satu-satunya Edwina Pinka Anggarani, terima kasih atas dukungan dan doanya.

15. Eyang Slamet Rahardjo dan (alm) Rahati atas restu dan doanya, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan.

16. Teman-teman seperjuangan Agrobisnis 2006. Wahyudi, Firzadi, Anang, Mukhtar Habib, Joko Adiyanto, Yoga Bintara, Epiphania, Yeni, dan teman- teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini serta kebersamaan yang selalu akan jadi kenangan.

17. Kakak tingkat yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini, Mas Wahyu Santoso.

18. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian, terimakasih atas kerjasamanya.

19. HIMASETA FP UNS, seluruh mantan pengurus dan anggota, yang telah memberikanku kesempatan untuk berkembang dan mendapat pengalaman yang sangat bermanafaat.

20. Teman-teman Marching Band Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikanku dukungan pengalaman yang sangat bermanfaat, serta pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. UNS Jaya!!

21. Bajaj FP UNS, yang telah memberikan keceriaan dalam menempuh pendidikan di perantauan.

22. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

(6)

commit to user v

Segala kebenaran datangnya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa dan segala ketidaksempurnaan adalah milik manusia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pembangunan Ekonomi ... 12

2. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 14

3. Pembangunan Pertanian ... 15

4. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan ... 16

5. Tenaga Kerja... ... 17

6. Analisis Shift Share... ... 18

7. Proyeksi Tenaga Kerja ... 20

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 21

D. Asumsi-Asumsi ... 25

E. Pembatasan Masalah ... 25

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Dasar Penelitian ... 29

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 29

C. Jenis dan Sumber Data ... 29

D. Metode Analisis Data ... 30

(8)

commit to user vii

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SRAGEN ... 34

A. Keadaan Alam ... 34

1. Letak Geografis ... 34

2. Curah Hujan ... 34

3. Topografi ……… 35

4. Luas Wilayah ... 36

B. Keadaan Penduduk... 38

1. Jumlah, Kepadatan, dan Pertumbuhan Penduduk ... 38

2. Komposisi Penduduk ... 39

C. Keadaan Perekonomian ... 42

1. Struktur Perekonomian ... 42

2. Pendapatan per Kapita ... 45

D. Keadaan Kesempatan Kerja ... 46

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja ... 53

B. Pertumbuhan Kesempatan Kerja ... 57

1. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Sektor Ekonomi ... 57

2. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian ... 57

C. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja ... 69

1. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Ekonomi 58 2. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian 62 D. Proyeksi Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Prosentase Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Sragen 2004-2008 (%) ... 3 2. Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapang-an

Usaha Utama di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (orang) ... 4 3. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen menurut Sektor

Perekonomian Tahun 2004-2008 (%) ... 5 4. Prosentase Distribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor Perekonomian di

Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (%). ... 6 5. Luas Lahan Sawah dan Non-Sawah Kabupaten Sragen Tahun 2004-

2008 (Ha). ... 7 6. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen Tahun 2008 ... 36 7. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Sragen tahun

2004-2008 ... 38 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten

Sragen tahun 2004-2008 ... 39 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen menurut Kelompok Umur

Tahun 2008 ... 40 10. Jumlah Penduduk di Kabupaten Sragen Menurut Mata Pencaharian

Utama Tahun 2004-2008 (orang) ... 41 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Sragen Tahun 2005–2008 (dalam Jutaan Rupiah) ... 43 12. Pendapatan Perkapita Kabupaten Sragen Atas Dasar Harga Konstan

2000 Tahun 2005–2008 ... 46 13. Penduduk Kabupaten Sragen yang Bekerja menurut Lapangan Kerja

Utama Tahun 2004 – 2008 ... 47 14. Penduduk Kabupaten Sragen yang Bekerja di Sektor Pertanian

Tahun 2004-2008 ... 49 15. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Kabupaten Sragen yang Bekerja

menurut Lapangan Kerja Utama Tahun 2004 sampai Tahun 2008 (%) ... 50 16. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten

Sragen Tahun 2004-2008 (dalam persen) ... 51 17. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten

Sragen Tahun 2004-2008 ... 53

(10)

commit to user ix

18. Produksi dan Luas Panen Beberapa Komoditas Tanaman Bahan

Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2006 ... 55 19. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan

Sektor Ekonomi Lainnya di Kabupaten Sragen ... 59 20. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

Kabupaten Sragen ... 63

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Pemikiran Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan

Tenaga Kerja di Kabupaten Sragen ... 24 2. Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Sragen menurut Sektor

Perekonomian Tahun 2008 ADHK Tahun 2000 ... 45

(12)

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen menurut Jenis Kelamin

Tahun 2004-2008 ... 80 2. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen menurut Kelompok Umur

Tahun 2004-2008 ... 80 3. Penduduk Kabupaten Sragen yang Bekerja menurut Lapangan Kerja

Utama Beserta Persentasenya Tahun 2004 – 2008 ... 80 4. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Sragen Tahun 2004 –

2008 (Jutaan Rupiah) ... 81 5. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Sragen

Tahun 2004-2008 ... 81 6. Analisis Shift Share Perhitungan Nilai ri, Ri, dan Ra Kesempatan Kerja

Kabupaten Sragen ... 82 7. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Perekonomian di

Kabupaten Sragen ... 83 8. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Kabupaten

Sragen Tahun 2009-2011 ... 84 9. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Kabupaten

Sragen Tahun 2011-2013 ... 85

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii RINGKASAN

Marco Arief Pramudita, 2011. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sragen. Skripsi di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si dan Wiwit Rahayu, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen beserta komponen pertumbuhannya selama tahun 2004-2008 dan menganalisis proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian untuk lima tahun ke depan ( tahun 2009-2013) di Kabupaten Sragen.

Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitis, dilakukan di Kabupaten

Sragen. Data yang digunakan adalah sekunder dengan rentang waktu 5 tahun (2004–2008), diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen; Dinas

Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi; Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, dan BAPPEDA Kabupaten Sragen. Data tersebut berupa data PDRB Kabupaten Sragen dan Propinsi Jawa Tengah, data tenaga kerja Kabupaten Sragen dan Propinsi Jawa Tengah, serta kondisi umum Kabupaten Sragen. Penelitian juga menggunakan data primer, dimana sampel responden diambil dengan metode purposive sampling.

Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja, dengan mempertimbangkan kriteria- kriteria tertentu, sehingga informasi-informasi yang didapat relevan dengan keadaan sesungguhnya.

Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sragen. Besarnya peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen dapat digambarkan melalui angka pengganda tenaga kerja. Rata-rata angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen dari tahun 2004-2008 adalah 2,02. Hal ini berarti setiap peningkatan satu orang tenaga kerja pada sektor pertanian akan meningkatkan tenaga kerja di Kabupaten Sragen secara keseluruhan sebanyak dua orang. Hasil perhitungan Analisis Shift Share menunjukkan nilai Pergeseran Bersih di Kabupaten Sragen sebesar -15.816,56. Ini berarti progresifitas pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian Kabupaten Sragen termasuk kelompok lamban. Proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan sejumlah 34.185 orang dibandingkan dengan tahun 2008 atau terjadi peningkatan sebesar 6.837 orang setiap tahunnya selama periode tahun 2009 sampai tahun 2013.

Sebagai sektor yang penting dan banyak menyerap tenaga kerja, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada sub sektor pertanian agar diperoleh informasi terperinci mengenai sub sektor yang memberi peranan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Peningkatan nilai tambah produksi pertanian dan kesejahteraan petani perlu mendapat perhatian khusus, agar tenaga kerja sektor pertanian tidak beralih ke sektor yang lainnya baik untuk saat ini ataupun di masa yang akan datang.

(14)

commit to user xiii SUMMARY

Marco Arief Pramudita, 2011. The Role of Agricultural Sector in Labor Absorption in Sragen Regency. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si and Wiwit Rahayu, S.P., M.P. Agricultural Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

This research aims to analyze the role of agricultural sector in labor absorption in Sragen Regency, to analyze its regional development component during 2004-2008 and to analyze the amount of employment opportunities agricultural sector in Sragen Regency for five years ahead.

The basic method is descriptive analysis, and done in Sragen. Secondary data with five-year time span obtained from the Statistical Office of Sragen Regency; Social Office, Man Power and Transmigartion Office of Sragen Regency;

Agricultural Office of Sragen Regency; and Planning and Regional Development Office of Sragen Regency. The data used are Gross Domestic Product of Central Java Province and Sragen Regency 2004-2008, number of man power in Central Java Province and Sragen Regency 2004-2008 and the general conditions of Sragen Regency. Besides that, this research also uses primary data, the samples taken by purposive sampling method. Sampling is done by considering many criteria, so the informatian is relevant with the real condition.

Agricultural sector still plays an important role in absorb labor in Sragen regency. The amount of the role agriculture sector in labor absorption in Sragen Regency can be described through labor multiplier effect. Average employment multiplier in the agricultural sector from the years 2004-2008 Sragen regency is 2.02. This means that each increase of one person work opportunity in the agricultural sector would increase work opportunity in Sragen Regency as a whole as much as two people. The calculation result shows the shift share analysis shift value net in Sragen Regency is -15.816,56. This means that the progression of growth of employment opportunities in the agricultural sector, including the slow category. The work opportunity Projection of agricultural sector in 2013 will increase 34.185 people compared with 2008 or increasing of 6.837 people every year during the period from 2009 to 2013.

As an important sector and absorb many labor, need to conduct further research on the agricultural sub sector in order to obtain detailed information on the sub sectors that provide the greatest role in labor absorption. Increasing the value added of agricultural production and farmers' welfare needs special attention, in order to agricultural labor does’nt move to other sectors both for today or in the future.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan adalah pekerjaan yang sia-sia, sehingga pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang melalui proses yang melibatkan segenap elemen masyarakat, sejak persiapan, pelaksanaan, monitoring, sampai evaluasi bahkan dalam pembiayaan yang asalnya dari perekonomian di suatu daerah. Pembangunan nasional dapat tercapai apabila pembangunan di masing-masing daerah berjalan dengan baik.

Pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab maka setiap daerah kabupaten mempunyai kewenangan dan keleluasaan menyusun serta melaksanakan kebijakan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki dengan tetap mencermati dan mengantisipasi kemungkinan munculnya persaingan ekonomi antardaerah Kabupaten, tingkat Regional, maupun global.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan karakteristik daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Dalam hal ini, daerah dituntut untuk mengidentifikasi

(16)

commit to user

potensi dan prospek ekonomi daerah masing-masing yang dapat dijadikan sebagai pendorong keberhasilan pembangunan daerah sehingga perbedaan daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda-beda terutama pembangunan sektor pertanian yang keberhasilannya sangat tergantung pada kondisi alam, dimana setiap daerah memiliki kondisi alam yang berbeda-beda.

Pengangguran merupakan masalah besar negara-negara berkembang yang berpenduduk banyak seperti halnya Indonesia. Irianto (2001) mengemukakan dua masalah utama yang patut dikedepankan dalam membahas persoalan sumber daya manusia di Indonesia. Masalah pertama berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang merosot tingkatannya. Sedangkan yang kedua berkenaan dengan angka pengangguran yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Salah satu sektor yang memberi banyak lapangan pekerjaan adalah sektor pertanian. Hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di sektor pertanian.

Usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup. Pentingnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional ternyata belum disadari oleh pemerintah sebagai penentu kebijakan dan masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hal ini dibuktikan dengan masih dianggapnya pertanian hanya sebagai peningkatan produksi semata.

Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan. Kabupaten Sragen merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang sektor perekonomiannya didominasi oleh sektor pertanian. Perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan melihat pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut, namun yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK), karena dinilai sensitif dalam menggambarkan perkembangan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kondisi barang dan jasa tetap. Secara umum, perekonomian Kabupaten Sragen disokong oleh beberapa sektor lapangan usaha yang masing-masing memiliki kontribusi terhadap perekonomian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendominasi dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari besarnya prosentase kontribusi sektor ini yang dari tahun ke tahun menurun, namun tetap merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar.

Tabel 1. Distribusi Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Sragen 2004-2008 (%)

No .

Sektor Perekonomian

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 36,36 36,08 35,33 34,74 34,01

2 Pertambangan & Galian 0,29 0,30 0,29 0,30 0,30 3 Industri Pengolahan 21,42 21,54 21,80 22,03 22,28 4 Litrik, Gas & Air Bersih 1,12 1,14 1,18 1,19 1,20

5 Bangunan 4,36 4,34 4,41 4,45 4,50

6 Perdagangan & Hotel 17,6 18,00 18,12 18,18 18,32 7 Pengangkutan &

Komunikasi 3,35 3,29 3,28 3,28 3,27

8 Keuangan & Persewaan 3,90 3,89 3,94 3,97 4,00

9 Jasa 11,20 11,39 11,64 11,86 12,12

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen

Berdasarkan Tabel 1, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sragen terlihat menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 prosentase kontribusi sektor pertanian sebesar 36,36 %, kemudian turun pada tahun 2005, 2006, 2007, dan mencapai angka terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 34,01 %. Menurut BAPPEDA Kabupaten Sragen, penurunan ini disebabkan karena pengaruh meningkatnya aktivitas produksi sektor lain sehingga PDRB Kabupaten Sragen secara total meningkat cukup besar namun tidak sebanding dengan peningkatan nilai PDRB sektor pertanian Kabupaten Sragen.

Dilihat dari perkembangannya, jumlah tenaga kerja Kabupaten Sragen yang bekerja di sektor pertanian selalu meningkat. Dalam kurun waktu 2004- 2008, tenaga kerja pertanian mengalami kenaikan jumlah. Pada tahun 2004,

(18)

commit to user

sebanyak 240.557 orang bekerja di sektor pertanian kemudian mengalami kenaikan jumlah hingga mencapai titik tertinggi pada tahun 2008, yaitu sebesar 246.878 orang. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian masih merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan sektor perekonomian lain. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja menurut sektor perekonomian di Kabupaten Sragen.

Tabel 2. Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapang- an Usaha Utama di Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008 (orang)

No Sektor Perekonomian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 240.557 241.412 243.867 244.898 246.878 2 Pertambangan&galian 556 558 564 566 571 3 Industri Pengolahan 26.204 26.297 26.565 26.677 26.893 4 Listrik,gas & air bersih 323 324 327 329 332 5 Konstruksi 22.308 22.387 22.615 22.711 22.895 6 Perdagangan & Hotel 63.521 63.747 64.395 64.667 65.190

7 Komunikasi 5.885 5.906 5.966 5.991 6.039

8 Keuangan 2.168 2.176 2.198 2.207 2.225

9 Jasa 111.005 111.399 112.533 113.008 113.922 Jumlah 472.578 474.206 479.030 481.054 484.945 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2008

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pertanian di Kabupaten Sragen beberapa tahun terakhir merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Pada tahun 2004, sebanyak 240.557 orang bekerja di sektor pertanian lalu meningkat pada tahun 2005 dan meningkat lagi pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing sebesar 241.412, 243.867, 244.898, dan 246.878 pada tahun 2008. Perkembangan komposisi penduduk bekerja di sektor pertanian cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Luasnya lahan pertanian di Kabupaten Sragen menjadi faktor utama yang menjadikan tenaga kerja banyak terserap di sektor ini. Berdasarkan penggunaan lahan pada tahun 2008, Kabupaten Sragen memiliki lahan persawahan seluas 40.339,00 Ha atau 42,84

% dari 94.155,00 Ha (luas Kabupaten Sragen).

Laju pertumbuhan tenaga kerja dapat digambarkan dengan melihat jumlah tenaga kerja sektor tertentu pada tahun sekarang dan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja sektor yang sama pada tahun sebelumnya. Laju

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen menurut Sektor Perekonomian Tahun 2004-2008 (%)

No Sektor

perekonomian

Periode

2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008

1 Pertanian 0,35 1,01 0,42 0,80

2 Pertambangan dan galian

0,35 1,07 0,35 0,88

3 Industri 0,35 1,01 0,42 0,80

4 Listrik, Gas dan Air bersih

0,30 0,92 0,61 0,91

5 Konstruksi 0,35 1,01 0,04 0,08

6 Perdagangan &

Hotel

0,35 0,10 0,42 0,80

7 Pengangkutan

&Komunikasi

0,35 1,01 0,41 0,80

8 Keuangan &

Persewaan

0,37 1,01 0,40 0,81

9 Jasa-Jasa 0,35 1,01 0,42 0,80

Sumber : Analisis Data Sekunder

Laju pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian terlihat mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dalam kurun waktu 2004-2005 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja dengan melihat angka laju pertumbuhan yaitu sebesar 0,35 yang artinya bahwa jumlah tenaga kerja pada tahun itu mengalami pertambahan jumlah sehingga bernilai positif. Sedangkan pada kurun waktu 2005-2006, 2006-2007, dan 2007-2008 terlihat adanya peningkatan jumlah tenaga kerja sektor pertanian, hal ini ditandai dengan angka laju pertumbuhan yang masing-masing senilai 1,01% pada tahun 2005-2006, 0,42% pada tahun 2007-2008, dan 0,80% pada tahun 2007-2008.

Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Sragen serta proyeksinya sampai pada tahun 2013. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk perencanaan pembangunan di Kabupaten Sragen khususnya sektor pertanian.

(20)

commit to user B. Perumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Kabupaten Sragen. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sragen dapat dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang merupakan penyerap tenaga kerja terbesar diantara sektor lain.

Tabel 4. Distribusi Kontribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor Perekonomian terhadap Total Tenaga Kerja di di Kabupaten Sragen Tahun 2004- 2008 (%).

No Sektor

Perekonomian

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 50,90 50,90 50,91 50,91 50,91

2 Pertambangan & Galian 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11

3 Industri Pengolahan 5,54 5,54 5,54 5,54 5,54

4 Listrik,Gas & Air Bersih 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

5 Konstruksi 4,72 4,72 4,72 4,72 4,72

6 Perdagangan & Hotel 13,44 13,44 13,44 13,44 13,44 7 Pengangkutan &

Komunikasi

1,24 1,24 1,24 1,24 1,24

8 Keuangan & Persewaan 0,46 0,46 0,46 0,46 0,46

9 Jasa 23,49 23,50 23,50 23,50 23,50

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa distribusi kontribusi tenaga kerja pertanian dari tahun ke tahun merupakan yang terbesar dibanding sektor perekonomian lain. Prosentase kontribusi tenaga kerja pertanian dihitung dengan membandingkan jumlah tenaga kerja pertanian dengan jumlah tenaga kerja total Kabupaten Sragen di tahun yang sama. Distribusi tenaga kerja sektor pertanian terlihat konstan dari tahun ke tahun, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004-2005 nilai kontribusi sebesar 50,90%, sedangkan pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan menjadi 50,91% dan memperlihatkan angka konstan hingga tahun 2008. Hal ini menandakan bahwa kontribusi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang berarti terhadap jumlah total tenaga kerja Kabupaten Sragen di tiap tahunnya.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian Kabupaten Sragen ini tidak terlepas dari luasnya lahan persawahan yang ada.

Kabupaten Sragen memiliki lahan persawahan seluas 40.339,00 Ha atau 42,84 % dari 94.155,00 Ha (luas Kabupaten Sragen) yang terdiri dari lahan pengairan teknis, pengairan ½ teknis, pengairan sederhana, dan pengairan desa.

Luas lahan pertanian yang semakin luas pada tahun 2007 dan 2008 merupakan potensi yang bila dikembangkan akan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

Tabel 5. Luas Lahan Sawah dan Non-Sawah Kabupaten Sragen Tahun 2004- 2008 (Ha).

No Lahan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Sawah 40.037,93 39.759,00 39.759,00 40.339,00 40.339,00 2 Non-Sawah 54.117,07 54.396,00 54.396,00 53.816,00 53.816,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 94.155,00 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2008

Luas wilayah Kabupaten Sragen yang seluas 94.155,00 Ha terdiri dari lahan sawah seluas 40.339,00 Ha (2008), dan lahan non-sawah seluas 53.816,00 Ha (2008). Luas lahan sawah Kabupaten Sragen mengalami perluasan pada tahun 2007 dan 2008. Semakin luasnya lahan sawah ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang selanjutnya akan dapat mengurangi masalah pengangguran. Di sisi lain, lahan seluas 53.816,00 Ha dari Kabupaten Sragen merupakan lahan non-sawah yang juga memiliki potensi menyerap tenaga kerja bila dikembangkan dengan benar. Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen, namun belum dapat diketahui seberapa besar peranannya.

Dengan mengetahui peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja, maka dapat disusun sebuah perencanaan yang sesuai dengan kondisi ketenagakerjaan dan pertanian di Kabupaten Sragen.

Dengan kondisi di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini :

(22)

commit to user

1. Bagaimanakah peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen ?

2. Bagaimanakah pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen dilihat dari komponen pertumbuhannya ?

3. Bagaimanakah peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk lima tahun ke depan (tahun 2009-2013) di Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen.

2. Menganalisis pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen dilihat dari komponen pertumbuhannya.

3. Menganalisis jumlah penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian pada lima tahun kedepan (tahun 2009-2013) di Kabupaten Sragen.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wacana pengetahuan dan referensi dalam penelitian selanjutnya.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

1. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2003) yang berjudul

“Keragaan Sektor Pertanian dan Peranannya dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Kebumen”, dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja diketahui peranan sektor pertanian dilihat dari sisi tenaga kerja dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Kebumen paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, yaitu dengan adanya perubahan tenaga kerja sektor pertanian sebanyak 66.474 orang, total tenaga kerja wilayah di Kabupaten Kebumen meningkat sebanyak 171.070 orang.

Peranan terbesar terjadi pada tahun 1998, dimana perubahan tenaga kerja pada sektor pertanian sebanyak 136.262 orang menyebabkan kenaikan tenaga kerja total sebanyak 470.649 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih bertahan pada situasi krisis ekonomi, di mana banyak sektor yang merasionalisasi tenaga kerja akibat tingginya biaya produksi dan operasional namun sektor pertanian masih tetap menyerap banyak tenaga kerja.

Nareswari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karanganyar”, menggunakan metode angka pengganda tenaga kerja untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam meyerap tenaga kerja jika disbanding dengan sektor lain di wilayah yang sama. Dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja rata-rata selama tahun 2002-2007 adalah sebesar 1,58. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai 1,58 yang artinya bahwa selama tahun 2003-2007 setiap peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan kesempatan kerja keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di wilayah Kabupaten Karanganyar.

Angka perubahan kesempatan kerja total Kabupaten Karanganyar diperoleh

(24)

commit to user

dari angka pengganda tenaga kerja dikalikan dengan perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian. Pada awal tahun analisis yaitu tahun 2003 peranan sektor pertanian dalam menciptakan kesempatan kerja cukup besar. Pada tahun ini sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar menyerap 182.707 orang atau 43,27% dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap di Kabupaten Karanganyar. Peningkatan kesempatan kerja sektor pertanian terbesar terjadi pada tahun ini yaitu sebesar 45.426 orang, di mana peningkatan ini dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja yang terserap secara keseluruhan sebanyak 80.070 orang.

Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 25.026 orang dan 2.023 orang, di mana penurunan tersebut mengakibatkan turunnya kesempatan kerja secara keseluruhan masing-masing sebesar 37.066 orang dan 2.872 orang. Jumlah kesempatan kerja sektor pertanian yang menurun ini disebabkan oleh beralihnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ke sektor lain, sebagai akibat dari meningkatnya kesempatan kerja di sektor lain.

2. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

Amin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang”, menggunakan analisis shift share (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Semarang. Diperoleh nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar -33.019,853 yang berarti perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Semarang dibanding sektor lain adalah menurun sejumlah 33.019 orang. Namun apabila dilihat nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), sebesar 17.168,373, menunjukkan bahwa perubahan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Semarang jika dibandingkan sektor pertanian wilayah lain terjadi peningkatan sebesar 17.168 orang. Penjumlahan PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) -15.851 dengan nilai pertumbuhan kesempatan

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kerja -4,07% yang berarti terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Semarang.

Kurniawan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Temanggung”, menggunakan Shift-Share Analysis (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Temanggung, diperoleh nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar -33.508,559. Ini berarti pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Temanggung termasuk kelompok lambat. Sedangkan melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) sebesar -63.214,044, artinya perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian di Kabupaten Temanggung mengalami penurunan sebesar 63.214 orang apabila dibandingkan dengan sektor pertanian di daerah yang lainnya. Penjumlahan PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) sebesar -96.722,603 dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja -34,73 % berarti sektor pertanian tumbuh secara lambat sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian. Hasil penghitungan dari angka pengganda tenaga kerja, diperoleh rata-rata angka pengganda tenaga kerja di Kabupaten Temanggung sebesar 2,8. Artinya sektor pertanian di Kabupaten Temanggung berperan dalam meningkatkan kesempatan kerja pada sektor perekonomian lainnya sebesar 2 sampai 3 orang setiap terjadi peningkatan kesempatan kerja pada sektor pertanian sebesar 1 orang.

3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Sektor pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan”, Sari (2005) memproyeksikan kesempatan kerja di sektor pertanian dengan menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 1998- 2003 dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi tetap, yaitu 1,03 dan sebesar 0,059 sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada periode analisis = pertumbuhan kesempatan kerja pada periode dasar analisis. Dari analisis diperoleh hasil proyeksi kesempatan kerja di sektor

(26)

commit to user

pertanian tahun 2008 terjadi pertumbuhan kerja sebesar 85.399. Jika dirata selama lima tahun, maka pertumbuhan kesempatan kerja pertahun adalah 17.080. Kenaikan ini berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk ataupun angkatan kerja yang tersedia, serta berpengaruh pada perkembangan sektor pertanian sendiri maupun perekonomian.

Santoso (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri”, memproyeksikan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sampai pada tahun 2017 dengan menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 2003-2007, dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja sebesar 0,214675 dan pertumbuhan ekonomi tetap yaitu sebesar

0,173826 sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada periode analisis sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja pada periode dasar analisis.

Dibandingkan dengan tahun 2007, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan kesempatan kerja sebesar 101.304 orang selama tahun 2008 hingga tahun 2017. Rata-rata peningkatan setiap tahunnya adalah sebesar 10.130 orang, dengan analisis pure frecasting, dapat diperoleh pula proyeksi penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun 2017 yaitu sebesar 2.018.721 orang. Hasil perhitungan forecasting ini merupakan ramalan secara matematis dengan asumsi pola perkembangan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri pada masa proyeksi mengikuti pola perkembangan kesempatan kerja di masa analisis yaitu tahun 2003-2007.

Alasan dari pengambilan penelitian diatas sebagai referensi dari penelitian ini adalah karena penelitian tersebut menggunakan alat analisis yang sama, yaitu Shift-Share Analysis (SSA) untuk mengetahui besarnya pertumbuhan sektor pertanian dan menggunakan angka pengganda tenaga kerja untuk mengetahui peranana sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, kesamaan letak geografis dan sektor yang diteliti, menjadikan penelitian tersebut sebagai referensi atas disusunnya penelitian ini.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah suatu proses untuk menuju perbaikan yang dicapai oleh masyarakat di segala bidang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang saling berkaitan dan berhubungan mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan perubahan yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 1999).

Usaha pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara- negara berkembang pada umumnya berorientasi kepada bagaimana memperbaiki tingkat hidup masyarakat di negara tersebut agar mereka bisa hidup seperti masyarakat di negara maju. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan menjadi semacan kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya (Suryana, 2000).

Pembangunan sebagian harus diterima sebagai proses multidimensional yang mencakup reorganisasi dan reorientasi keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Pembangunan secara khas meliputi perubahan struktur institusional, sosial dan administratif yang radikal seperti juga halnya dengan perubahan dalam perilaku sehari-hari dan kadang-kadang bahkan kebiasaan dan kepercayaan. Pembangunan biasanya berada dalam konteks nasional, yang mana karena realisasinya yang meluas membutuhkan perubahan fundamental dalam sistem ekonomi dan sosial internasional. Oleh karena itu tujuan pembangunan harus meliputi :

a. peningkatan persediaan dan perluasan pemerataan pembagian bahan pokok untuk bisa hidup, termasuk perumahan, kesehatan dan lingkungan.

(28)

commit to user

b. peningkatan taraf hidup, termasuk peningkatan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya.

c. perluasan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan bangsa dengan membebaskannya dari ketergantungan, tidak hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain, tetapi juga dari sumber-sumber penderitaan dan kebodohan (Sastradipoera, 1990).

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti tinggi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, semakin terbukanya kesempatan kerja sehingga dapat menekan pengangguran, menurunnya jumlah penduduk yang hidup di bawah kemiskinan absolut, pergeseran struktur ekonomi kearah yang lebih modern dan semakin besarnya kemampuan keuangan untuk membiayai administrasi pemerintah dan kegiatan pembangunan (Soekarni dan Mahmud, 2000).

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok pembangunan ekonomi daerah adalah pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).

Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999).

Pembangunan daerah dan regional sebagai bagian dari pembangunan nsional perlu diselaraskan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain dan pembangunan daerah secara holistik. Namun demikian mengingat

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

bahwa SDA sebagai sistem penyangga kehidupan yang mempunyai kedudukan, fungsi dan peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan, maka pembangunan sektor lain menyebabkan perubahan, peruntukan dan kemanfaatan sumber daya yang berdampak penting, bercakup luas, atau bernilai strategis harus dilakukan secara cermat dan koordinatif (Christanto, 2002).

Beberapa kata kunci yang perlu diberikan penekanan pada pembangunan daerah adalah: (1) pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi masingmasingdaerah; dan (2) adanya keseimbangan pembangunan antar daerah. Kata kunci pertama mengandung makna pada kesadaran pemerintah untuk melakukan desentralisasi pembangunan terutama berkaitan dengan beberapa sektor pembangunan. Kata kunci kedua mengandung makna pada adanya kenyataan bahwa masing-masing daerah memiliki potensi baik alam, sumber daya manusia maupun kondisi geografis yang berbeda-beda yang menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai

“pengatur kebijaksanaan pembangunan nasional” tetap diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan dan keserasian perkembangan semua daerah baik yang memiliki potensi yang berlebihan maupun yang kurang memiliki potensi (Tjiptoherijanto, 1997).

3. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan manusia di dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman dan Sutrisno, 1997).

Program pembangunan sektor pertanian meliputi program peningkatan pendapatan petani, pekebun, peternak dan nelayan. Program pembangunan tersebut ditunjang dengan pembangunan sarana dan prasarananya seperti pengadaan dan pelancaran faktor produksi,

(30)

commit to user

pengembangan jaringan irigasi dan jalan, kebijakan tata niaga dan harga serta penelitian (Dumairy, 1997).

Dalam periode 2005-2009, pembangunan pertanian diarahkan untuk mencapai visi : ”Terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani”. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah pendayagunaan secara optimal sumberdaya pertanian dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu :

1. Membangun SDM aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh

2. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan 3. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian

4. Menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu ekonomi pedesaan

5. Membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak pada petani (Apriyantono, 2005).

4. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Sektor pertanian di Indonesia memiliki kemampuan dalam mengisi pembangunan yang dipercayai dapat menjamin pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pertanian dapat memenuhi lima syarat utama sebagai sektor andalan, yaitu tangguh, progresif, ukurannya cukup luas, artikulatif dan responsif. Ketangguhan sektor pertanian diindikasikan oleh kemampuannya dalam memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Sektor pertanian berpotensi progresif dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional jika didukung dengan kebijaksanaan yang tepat (Daniel, 2002).

Menurut Kamaluddin (1998), peranan utama sektor pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.

c. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat besar untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.

d. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkannya.

Pertanian dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan ekonomi negara sedang berkembang dengan alasan : (1) pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara sedang berkembang bila ditinjau menurut proporsi GDP yang dihasilkan dalam sektor ini atau menurut sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja total, (2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara sedang berkembang sangat tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena hal tersebut menyebabkan inflasi dan biaya upah tetap rendah. Selain itu banyak industri manufaktur tergantung pasokan bahan mentah dari sektor pertanian, (3) pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor perekonomian non pertanian, (4) laju pemupukan modal di negara sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan pertanian karena proses pemupukan modal ditentukan elastisitas pasokan pangan, (5) pertanian memberi sumbangan pada neraca pembayaran dengan meningkatakan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor, (6) pertumbuhan dan pemekaran pertanian sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri. Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar permintaan total, mendorong permintaan akan produk-produk industri sehingga membantu proses industrialisasi (Norman, 1994).

(32)

commit to user 5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labour force terdiri dari golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985).

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan terakhir, yaitu pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja namun secara fisik dianggap mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan menurut batas umur. Di Indonesia dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih (Simanjuntak, 1985).

Jumlah angkatan kerja yang bekerja biasanya dipandang sebagai jumlah kesempatan kerja yang tersedia di suatu wilayah. Dalam pengertian

“kesempatan kerja” tidaklah sama dengan “lapangan kerja yang masih terbuka” (Mantra, 1985).

Pengganda tenaga kerja maksudnya, sektor pertanian mampu menciptakan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian terutama karena begitu tingginya keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain yang mampu menciptakan nilai tambah (forward linkages) dan meningkatkan sarana produksi dan infrastruktur ekonomi lainnya (backward linkages).

Angka pengganda tenaga kerja merupakan metode penghitungan peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di suatu wilayah (Anonim, 2008).

6. Analisis Shift Share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan- perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari analisis ini diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proporsional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional growth component) disingkat PPW (Budiharsono, 2001).

Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan kesempatan kerja/produksi dalam suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah, misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. Bila diasumsikan tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor dan antar wilayah.

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya subsidi, kebijakan perpajakan dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB/kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lain. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dengan wilayah lain ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut (Lucas dan Primms, 1979 cit. Budiharsono, 2001).

Menurut Tarigan (2002), analisis shift share adalah metode yang membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di

(34)

commit to user

wilayah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam dibanding metode LQ. Metode LQ tidak memberi penjelasan atas faktor penyebab perubahan tersebut sedang metode shift share memperinci penyebab perubahan itu atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah di dalam pertumbuhannya di dalam satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang meramalkan model analisis ini sebagai industrial mix analysis karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak.

7. Proyeksi Tenaga kerja

Proyeksi penduduk bukan merupakan peramalan jumlah penduduk tetapi merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen laju pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian dan perpindahan (BPS, 1983).

Swasono dan Sulistyaningsih (1987) mengklasifikasikan model proyeksi menjadi tiga kelompok dasar untuk memperkirakan keadaan tenaga kerja, yaitu :

a. Pure Forecast (Time Series Forecast)

Pure Forecast merupakan perhitungan proyeksi dengan berdasarkan kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala dan perkembangannya di masa lalu untuk memperkirakan keadaannya pada masa yang akan datang:

Rumus : Lt = Lto (1+b)t

Li = tenaga kerja pada waktu tertentu Lto = tenaga kerja pada waktu to

b = angka konstanta (koefisien arah dari data)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

t = waktu

b. Conditional Forecast

Merupakan perhitungan perkiraan jumlah tenaga kerja berdasarkan keadaan sebab akibat (hubungan erat dua variabel), yang satu variabel bebas dan yang lain variabel terikat, misalnya jumlah pendapatan (Y=Output) dengan jumlah tenaga kerja (L).

Rumus : Y = a + b L

a dan b = konstanta / parameter c. Teleological Forecast

Merupakan kebalikan dari Conditional Forecast, dengan dasar bahwa untuk mencapai produksi tertentu harus disediakan tenaga kerja dengan jumlah tertentu. Jumlah tenaga kerja sebagai akibat dan jumlah output sebagai sebab.

Rumus : (Lij/Yj) t = (Lij/Yj) to + f (t)

Lij = tenaga kerja dengan jabatan I dalam industri j Yj = produksi industri j (output j)

t = waktu

Perencanaan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan sasaran pertumbuhan perekonomian (Gy) dan sasaran pertumbuhan kesempatan kerja (Gn). Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi jumlah dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pembangunan suatu daerah guna mencapai target pertumbuhan ekonomi serta pengendalian tingkat pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tersembunyi (Molo et al, 1998).

Dalam menyusun proyeksi kesempatan kerja yang dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB), digunakan koefisien elastisitas kesempatan kerja. Metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus yang digunakan dapat membantu pemahaman tentang hubungan antara jumlah kesempatan kerja yang terserap di tiap sektor dengan pertumbuhan PDRB tiap sektor yang bersangkutan serta perubahan teknologi yang terjadi dalam sektor tersebut. Koefisien penyerapan tenaga kerja (elastisitas

(36)

commit to user

kesempatan kerja) dari sektor dihitung berdasarkan perbandingan antara pertumbuhan kerja (Gn) dan pertumbuhan PDRB (Gy) (Molo et al, 1998).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Penerapan sistem otonomi daerah di Indonesia memungkinkan pemerintah daerah mengembangkan potensi dan arah pembangunan daerahnya.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pengangguran. Rendahnya tingkat pengangguran menandakan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah daerah berjalan dengan baik sehingga pembangunan daerah dapat terlaksana, dan sebaliknya tingginya tingkat pengangguran menandakan bahwa pemerintah daerah dinilai belum berhasil dalam pembangunan daerahnya.

Pengertian tenaga kerja di Indonesia yaitu penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang mengangggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain atau penerima pendapatan.

Kabupaten Sragen merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari sumbangan PDRB sektor pertanian merupakan yang terbesar dibanding dengan sektor lain serta besarnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian menandakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penopang perekonomian Kabupaten Sragen.

Dilihat dari statusnya, penduduk Kabupaten Sragen dikategorikan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan angkatan kerja yang sudah bekerja dan angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan atau pengangguran. Angkatan kerja yang sudah bekerja, mayoritas terserap di sektor pertanian karena luasnya lahan pertanian di Kabupaten Sragen. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian adalah pertumbuhan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan PDRB dan kebijakan pemerintah.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian tahun 2004-2008 dapat dilihat dari data kesempatan kerja tahun 2004-2008. Untuk menghitung besarnya peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja dapat digunakan rumus angka pengganda tenaga kerja dengan asumsi bahwa pendapatan wilayah yang dibelanjakan di Kabupaten Sragen sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

Pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja di setiap sektor perekonomian dapat dihitung dengan Analisis Shift Share klasik dengan menggunakan data tenaga kerja berdasarkan sektor perekonomian di Kabupaten Sragen dan Propinsi Jawa Tengah. Dari perhitungan tersebut maka akan diperoleh nilai Komponen Pertumbuhan Nasional (PN), Pertumbuhan proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Penjumlahan antara nilai PP dengan PPW akan mengahsilkan nilai Pergeseran Bersih (PB) yang akan menunjukkan progresifitas pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Sragen.

Dalam menentukan proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Sragen pada tahun 2013 dapat dengan menggunakan data tenaga kerja dan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Sragen. Perhitungannya dilakukan dengan model pure forecast dimana proyeksi dilakukan dengan mengamati gejala dan perkembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Dalam menentukan elastisitas kesempatan kerja dapat menggunakan metode skenario moderat, dimana tingkat elastisitas kesempatan kerja dianggap sama antara periode dasar dengan periode analisis.

Secara sistematis, peranan sektor pertanian terhadap penyerapan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Sragen dapat digambarkan dengan bagan berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan- Nya, khususnya dalam penyusunan penelitian ini sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

success.” Pemberdayaan adalah suatu konsep psikologis dengannya karyawan memiliki pengalaman yang lebih dalam hal (1) self-determination – karyawan memiliki (a)

10 Jan 2019 Penulis diberi tugas untuk melakukan pengecekan komputer yang tidak terhubung dengan jaringan SEGOROAMARTO pada bidang Jaminan Kesehatan Daerah

Dapat dilihat bahwa angka porositas terbesar terletak pada spesimen B yang merupakan hasil pengecoran dari almuniun yang menggunakan media pasir cetak dengan campuran pasir

pemahaman inti dari konsep yang di pelajari Komunikasi Hasil kegiatan disampaikan dengan jelas serta obyektif dengan pendukung data penunjang Hasil kegiatan disampaikan

Para pelanggar hukum ini sebelum maju ke sidang pengadilan haru mengalami atau melalui beberapa proses pemeriksaan dari instansi yang tercakup dalam proses tata peradilan,

Mereka yang telah menyelesaikan kursus ini akan dibebaskan dari pembayaran biaya masuk ketika mendaftar untuk program sarjana atau sekolah pascasarjana (master atau dokter)