• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

B. Tinjauan Pustaka

4. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Sektor pertanian di Indonesia memiliki kemampuan dalam mengisi pembangunan yang dipercayai dapat menjamin pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pertanian dapat memenuhi lima syarat utama sebagai sektor andalan, yaitu tangguh, progresif, ukurannya cukup luas, artikulatif dan responsif. Ketangguhan sektor pertanian diindikasikan oleh kemampuannya dalam memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Sektor pertanian berpotensi progresif dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional jika didukung dengan kebijaksanaan yang tepat (Daniel, 2002).

Menurut Kamaluddin (1998), peranan utama sektor pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.

c. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat besar untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.

d. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkannya.

Pertanian dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan ekonomi negara sedang berkembang dengan alasan : (1) pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara sedang berkembang bila ditinjau menurut proporsi GDP yang dihasilkan dalam sektor ini atau menurut sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja total, (2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara sedang berkembang sangat tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena hal tersebut menyebabkan inflasi dan biaya upah tetap rendah. Selain itu banyak industri manufaktur tergantung pasokan bahan mentah dari sektor pertanian, (3) pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor perekonomian non pertanian, (4) laju pemupukan modal di negara sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan pertanian karena proses pemupukan modal ditentukan elastisitas pasokan pangan, (5) pertanian memberi sumbangan pada neraca pembayaran dengan meningkatakan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor, (6) pertumbuhan dan pemekaran pertanian sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri. Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar permintaan total, mendorong permintaan akan produk-produk industri sehingga membantu proses industrialisasi (Norman, 1994).

commit to user 5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labour force terdiri dari golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985).

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan terakhir, yaitu pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja namun secara fisik dianggap mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan menurut batas umur. Di Indonesia dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih (Simanjuntak, 1985).

Jumlah angkatan kerja yang bekerja biasanya dipandang sebagai jumlah kesempatan kerja yang tersedia di suatu wilayah. Dalam pengertian

“kesempatan kerja” tidaklah sama dengan “lapangan kerja yang masih terbuka” (Mantra, 1985).

Pengganda tenaga kerja maksudnya, sektor pertanian mampu menciptakan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian terutama karena begitu tingginya keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain yang mampu menciptakan nilai tambah (forward linkages) dan meningkatkan sarana produksi dan infrastruktur ekonomi lainnya (backward linkages).

Angka pengganda tenaga kerja merupakan metode penghitungan peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di suatu wilayah (Anonim, 2008).

6. Analisis Shift Share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari analisis ini diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proporsional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional growth component) disingkat PPW (Budiharsono, 2001).

Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan kesempatan kerja/produksi dalam suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah, misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. Bila diasumsikan tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor dan antar wilayah.

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya subsidi, kebijakan perpajakan dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB/kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lain. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dengan wilayah lain ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut (Lucas dan Primms, 1979 cit. Budiharsono, 2001).

Menurut Tarigan (2002), analisis shift share adalah metode yang membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di

commit to user

wilayah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam dibanding metode LQ. Metode LQ tidak memberi penjelasan atas faktor penyebab perubahan tersebut sedang metode shift share memperinci penyebab perubahan itu atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah di dalam pertumbuhannya di dalam satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang meramalkan model analisis ini sebagai industrial mix analysis karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak.

7. Proyeksi Tenaga kerja

Proyeksi penduduk bukan merupakan peramalan jumlah penduduk tetapi merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen laju pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian dan perpindahan (BPS, 1983).

Swasono dan Sulistyaningsih (1987) mengklasifikasikan model proyeksi menjadi tiga kelompok dasar untuk memperkirakan keadaan tenaga kerja, yaitu :

a. Pure Forecast (Time Series Forecast)

Pure Forecast merupakan perhitungan proyeksi dengan berdasarkan kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala dan perkembangannya di masa lalu untuk memperkirakan keadaannya pada masa yang akan datang:

Rumus : Lt = Lto (1+b)t

Li = tenaga kerja pada waktu tertentu Lto = tenaga kerja pada waktu to

b = angka konstanta (koefisien arah dari data)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

t = waktu

b. Conditional Forecast

Merupakan perhitungan perkiraan jumlah tenaga kerja berdasarkan keadaan sebab akibat (hubungan erat dua variabel), yang satu variabel bebas dan yang lain variabel terikat, misalnya jumlah pendapatan (Y=Output) dengan jumlah tenaga kerja (L).

Rumus : Y = a + b L

a dan b = konstanta / parameter c. Teleological Forecast

Merupakan kebalikan dari Conditional Forecast, dengan dasar bahwa untuk mencapai produksi tertentu harus disediakan tenaga kerja dengan jumlah tertentu. Jumlah tenaga kerja sebagai akibat dan jumlah output sebagai sebab.

Rumus : (Lij/Yj) t = (Lij/Yj) to + f (t)

Lij = tenaga kerja dengan jabatan I dalam industri j Yj = produksi industri j (output j)

t = waktu

Perencanaan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan sasaran pertumbuhan perekonomian (Gy) dan sasaran pertumbuhan kesempatan kerja (Gn). Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi jumlah dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pembangunan suatu daerah guna mencapai target pertumbuhan ekonomi serta pengendalian tingkat pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tersembunyi (Molo et al, 1998).

Dalam menyusun proyeksi kesempatan kerja yang dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB), digunakan koefisien elastisitas kesempatan kerja. Metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus yang digunakan dapat membantu pemahaman tentang hubungan antara jumlah kesempatan kerja yang terserap di tiap sektor dengan pertumbuhan PDRB tiap sektor yang bersangkutan serta perubahan teknologi yang terjadi dalam sektor tersebut. Koefisien penyerapan tenaga kerja (elastisitas

commit to user

kesempatan kerja) dari sektor dihitung berdasarkan perbandingan antara pertumbuhan kerja (Gn) dan pertumbuhan PDRB (Gy) (Molo et al, 1998).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Penerapan sistem otonomi daerah di Indonesia memungkinkan pemerintah daerah mengembangkan potensi dan arah pembangunan daerahnya.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pengangguran. Rendahnya tingkat pengangguran menandakan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah daerah berjalan dengan baik sehingga pembangunan daerah dapat terlaksana, dan sebaliknya tingginya tingkat pengangguran menandakan bahwa pemerintah daerah dinilai belum berhasil dalam pembangunan daerahnya.

Pengertian tenaga kerja di Indonesia yaitu penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang mengangggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain atau penerima pendapatan.

Kabupaten Sragen merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari sumbangan PDRB sektor pertanian merupakan yang terbesar dibanding dengan sektor lain serta besarnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian menandakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penopang perekonomian Kabupaten Sragen.

Dilihat dari statusnya, penduduk Kabupaten Sragen dikategorikan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan angkatan kerja yang sudah bekerja dan angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan atau pengangguran. Angkatan kerja yang sudah bekerja, mayoritas terserap di sektor pertanian karena luasnya lahan pertanian di Kabupaten Sragen. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian adalah pertumbuhan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan PDRB dan kebijakan pemerintah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian tahun 2004-2008 dapat dilihat dari data kesempatan kerja tahun 2004-2008. Untuk menghitung besarnya peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja dapat digunakan rumus angka pengganda tenaga kerja dengan asumsi bahwa pendapatan wilayah yang dibelanjakan di Kabupaten Sragen sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

Pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja di setiap sektor perekonomian dapat dihitung dengan Analisis Shift Share klasik dengan menggunakan data tenaga kerja berdasarkan sektor perekonomian di Kabupaten Sragen dan Propinsi Jawa Tengah. Dari perhitungan tersebut maka akan diperoleh nilai Komponen Pertumbuhan Nasional (PN), Pertumbuhan proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Penjumlahan antara nilai PP dengan PPW akan mengahsilkan nilai Pergeseran Bersih (PB) yang akan menunjukkan progresifitas pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Sragen.

Dalam menentukan proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Sragen pada tahun 2013 dapat dengan menggunakan data tenaga kerja dan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Sragen. Perhitungannya dilakukan dengan model pure forecast dimana proyeksi dilakukan dengan mengamati gejala dan perkembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Dalam menentukan elastisitas kesempatan kerja dapat menggunakan metode skenario moderat, dimana tingkat elastisitas kesempatan kerja dianggap sama antara periode dasar dengan periode analisis.

Secara sistematis, peranan sektor pertanian terhadap penyerapan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Sragen dapat digambarkan dengan bagan berikut :

commit to user

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian untuk Melihat Penyerapan Tenaga Kerja di sektor Pertanian Kabupaten Sragen

Angkatan Kerja Kabupaten Sragen

Tidak/Belum bekerja Bekerja

Sektor Pertanian Luar Sektor Pertanian

· Pertumbuhan kesempatan kerja sektor lain Kabupaten Sragen

· Tingkat pertumbuhan PDRB

· Kebijakan pemerintah

Data Tahun 2004-2008

Tahun 2009-2013

Besarnya Progresifitasnya Besarnya

(Proyeksinya)

Pengganda Tenaga Kerja

Analisis Shift-Share klasik

Pure Forecast

Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga

kerja tahun 2013 di Kabupaten Sragen PPij PPWij

PBij

Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten Sragen

Pertumbuhan kesempatan kerja di

sektor pertanian Kabupaten Sragen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

D. Asumsi-asumsi

1. Perkembangan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen pada masa mendatang mengikuti pola perkembangan kesempatan kerja di masa lampau.

2. Dalam memproyeksikan, perhitungannya menggunakan skenario moderat, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Sragen dan elastisitas kesempatan kerja antara periode analisis dan periode dasar dianggap tetap.

3. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan di Kabupaten Sragen sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

E. Pembatasan Masalah

1. Sektor yang diteliti adalah sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

2. Penelitian ini memusatkan pada analisis data tentang penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten Sragen. Data yang dianalisis adalah data penduduk Kabupaten Sragen yang bekerja menurut lapangan kerja utama tahun 2004-2008 dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 Kabupaten Sragen tahun 2004-2008. Data tersebut yang kemudian akan digunakan sebagai dasar memproyeksikan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2009 sampai 2013.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dalam proses produksinya berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

2. Tenaga kerja adalah jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan dan pemakaian terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.

Dalam penelitian ini, jumlah tenaga kerja didekati dengan perkembangan

commit to user

komposisi penduduk yang bekerja di wilayah tersebut. Dinyatakan dalam satuan orang.

3. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah jumlah penduduk usia kerja yang dapat memproduksi barang di sektor pertanian jika ada permintaan dan pemakaian terhadap tenaga mereka dalam aktifitas tersebut. Dalam penelitian ini, adalah jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada data komposisi penduduk bekerja menurut sektor perekonomian di Kabupaten Sragen. Dinyatakan dalam satuan orang.

4. Angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja dan tidak bekerja tetapi mencari kerja atau siap untuk mencari kerja.

5. Kesempatan kerja adalah jumlah orang yang digunakan dalam suatu kegiatan ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa. Dalam penelitian ini kesempatan kerja didekati dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di suatu sektor. Dinyatakan dalam satuan orang.

6. Kesempatan kerja sektor pertanian adalah jumlah orang yang digunakan dalam kegiatan pertanian untuk memproduksi barang dan jasa. Dalam penelitian ini kesempatan kerja didekati dengan jumlah tenaga kerja sektor pertanian. Dinyatakan dalam satuan orang.

7. Komponen Pertumbuhan nasional (PN) adalah komponen yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian suatu daerah. Adapun kriteria identifikasi pertumbuhan nasional adalah jika PN < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor berjalan lambat. Sedangkan jika PN > 0, menunjukkan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor berjalan cepat. Dalam penelitian ini sektor yang diteliti adalah sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

8. Komponen pertumbuhan proporsional (PP) menunjukkan perubahan relatif baik naik maupun turun dari kinerja suatu sektor terhadap sektor lain dalam satu wilayah. Pertumbuhan proporsional disebut juga pengaruh bauran industri (industrial mix.) Adapun kriteria identifikasi pertumbuhan proporsional adalah jika PP < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

suatu sektor berjalan lambat. Sedangkan jika PP > 0, menunjukkan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor berjalan cepat. Dalam penelitian ini sektor yang diteliti adalah sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

9. Komponen Pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) menunjukkan tingkat kekompetitifan suatu sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan sektor yang sama di wilayah lainnya. Kriteria dalam menentukan kekompetitifan suatu sektoratau kriteria pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yaitu apabila nilai PPW > 0, menunjukkan bahwa suatu sektor di suatu wilayah memiliki daya saing yang baik dibandingkan sektor yang sama di wilayah lain. Jika PPW < 0 berarti suatu sektor di suatu wilayah tidak dapat bersaing dengan baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain. Dalam penelitian ini sektor yang diteliti adalah sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

10. Komponen Pergeseran bersih (PB) adalah penjumlahan dari komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Komponen pergeseran bersih dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah atau suatu sektor dalam suatu wilayah. Adapun kriteria dari komponen pergeseran bersih adalah, apabila PB ≥ 0 maka pertumbuhan suatu sektor termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sedangkan apabila PB < 0, maka pertumbuhan suatu sektor termasuk ke dalam kelompok lamban. Dalam penelitian ini sektor yang diteliti adalah sektor pertanian di Kabupaten Sragen.

11. Proyeksi merupakan perhitungan matematis jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sragen yang diserap oleh sektor pertanian pada beberapa tahun (5 tahun) ke depan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada sekarang.

12. Pure forecast merupakan perhitungan proyeksi berdasarkan kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala dan perkembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang.

commit to user

13. Skenario moderat yaitu pertumbuhan PDRB moderat, dimana diasumsikan Gy (laju pertumbuhan PDRB) dan elastisitas kesempatan kerja antara periode analisis dan periode dasar dianggap sama.

14. Laju Pertumbuhan tenaga kerja adalah peningkatan atau penurunan jumlah tenaga kerja pada suatu sektor dibanding dengan jumlah tenaga kerja pada sektor yang sama di tahun sebelumnya (%).

15. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan suatu sektor dalam menarik tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan kegiatan ekonominya.

Dinyatakan dalam satuan orang.

16. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian adalah kemampuan sektor pertanian dalam menarik tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksinya. Diukur dengan menggunakan Angka Pengganda Tenaga Kerja dan dinyatakan dalam satuan orang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.

Di dalamnya terdapat upaya mendiskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

Dengan kata lain, penelitian deskriptif analitis bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardalis, 2004).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang masih bercorak agraris, dimana sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Sragen.

Hal ini dapat dilihat dari data kontribusi PDRB Kabupaten Sragen pada tahun 2008. Kabupaten Sragen bertumpu pada sektor pertanian dengan kontribusi PDRB sebesar 34,01 %, diikuti sektor industri sebesar 22.28 %, sektor perdagangan 18.32 %. Selain itu, Kabupaten Sragen memiliki lahan sawah seluas 42.339,00 Ha dan lahan kering seluas 53.816,00 Ha dengan Jumlah pengangguran Kabupaten Sragen sebesar 6.544 orang pada tahun 2008, maka sektor pertanian memiliki potensi sebagai penyerap tenaga kerja terbesar diantara sektor-sektor lain.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan rentang waktu 5 tahun, yaitu tahun 2004–2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen, Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kabupaten Sragen, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perkebunan, Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan.

Data tersebut berupa data PDRB Kabupaten Sragen, data tenaga kerja Kabupaten Sragen, kondisi umum Kabupaten Sragen, data luas panen dan

commit to user

produksi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, tanaman ternak, perikanan, dan kehutanan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data primer, dimana sampel responden diambil dengan metode purposive sampling.

Pengambilan sampel responden dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu, sehingga informasi-informasi yang didapat relevan dengan keadaan sesungguhnya. Responden yang dijadikan sampel pada penelitian merupakan orang Sragen yang mengerti seluk-beluk pertanian Sragen, yaitu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, petani, dan mahasiswa.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam penyerapan Tenaga Kerja

Besarnya peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja, dengan asumsi bahwa proporsi pendapatan wilayah yang dibelanjakan dalam wilayah sebanding dengan proporsi tenaga kerja wilayah. Rumusnya secara matematis adalah sebagai berikut :

k S

= -1

1

N S=NP

Keterangan :

k : Angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian

S : Peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja NP : Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen

S : Peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja NP : Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sragen

Dokumen terkait