• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

1.1. Latar Belakang Program

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Program

Dunia broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat, bahwa era sekarang ini sebagai the age of television. Televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk reyot masyarakat di dunia ketiga. Televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat harus tetap terpaku hampir kira-kira 6 jam sehari didepan layar kaca. Industri pertelevisian di indonesia berkembang dengan sangat cepat. Oleh karena itu, banyak stasiun televisi yang berusaha untuk menarik minat penonton atau pemirsa televisi dengan berbagai cara seperti membuat sebuah tayangan program televisi yang kreatif.

Televisi adalah media yang paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat. Sajian dalam bentuk gambar bergerak (visual) dilengkapi dengan suara (audio) membuat pesan lebih mudah dipahami dan didukung dengan konten program yang ditayangkan yang mudah diakses oleh masyarakat luas.

Hal itu karena televisi memiliki sistem informasi yang disebarkan melalui satelit, sehingga dapat menjangkau masyarakat disegala penjuru dengan berbagai lapisan usia dan strata ekonomi.

Menurut Latief dan Utud (2015:49) ”Tujuan suatu program siaran secara umum, yaitu memberikan hiburan, informasi, dan pendidikan kepada penonton secara khusus setiap program yang diproduksi memiliki tujuan sendiri-sendiri sesuai sasaran yang hendak dicapai”.

Televisi ditinjau dari fungsi dan peranannya ditengah-tengah masyarakat sebagai salah satu media yang potensial, terutama dalam mendidik masyarakat, disamping juga memberikan hasil-hasil perubahan yang diinginkan dari pendapat, kelakuan dengan nilai-nilai bagi kepentingan generasi yang akan datang.

Sebagai fungsi hiburan penerangan serta pendidikan pada dasarnya televisi mempunyai kekuatan sebagai media informasi (penerangan). Walaupun acara siaran itu disajikan untuk hiburan dan pendidikan akan tetapi didalam kedua unsur tersebut sudah terkandung informasi.

Menurut Supriyadi, dkk (2014:32) menyimpulkan bahwa:

Didalam program televisi terdapat beragam format. Salah satunya format program dokumenter (documenter). Melalui media televisi, dokumenter dikenal sebagai program dokumenter. Karya film dokumenter menjadi salah satu cara menyampaikan fakta dengan mengemasnya secara subjektif. Ini menjadi sarana pilihan film maker untuk menyampaikan motif komunikasinya kepada publik atau pemirsa.

Penulis memilih program televisi nondrama khususnya Dokumenter sebagai tugas akhir, karena program dokumenter dapat disimpulkan secara umum merupakan program informasi yang mendepankan unsur faktual (fakta) dan peristiwa yang terjadi (aktual) yang memiliki makna (esensi) bagi lingkungan disajikan dari hasil kreatifitas yang dikemas dengan menarik untuk masyarakat. Program acara kami yang berformat Dokumenter dengan judul Panti Sosial Karya

Wanita memberikan informasi serta edukasi kepada penonton seputar kehidupan wanita pekerja malam.

Didalam kehidupan masyarakat tentunya tidak akan terlepas dari konflik lingkungan sekitar baik masalah sosial, ekonomi, budaya maupun karena adanya pengaruh dari luar lingkungan. Pada setiap konflik dimasyarakat memiliki latar belakang dan dampak bagi kehidupan masyarakat sendiri, yang akan dirasakan dalam rasa jangka pendek maupun panjang, namun terkadang nilai dari konflik tersebut tidak dirasakan oleh khalayak.

Setiap format program memiliki keunggulan tersendiri. Yang salah satunya adalah format dokumenter, format ditelevisi masih belum banyak ditayangkan hanya sebagian televisi saja yang menayangkan program tersebut seperti NET TV dengan program Lentera Indonesia, Metro TV dengan program Cendekia.

Program dokumenter memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan program-program tv lainnya, dan program dokumenter mengupas suatu kualitas peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia secara faktual. Berbagai fakta dihadirkan oleh dokumenter dengan cara menyajikan data-data melalui pernyataan narasumber yang paham betul peristiwa yang dibahas. Selain itu disajikan data pendukung lapangan sesuai dengan peristiwa yang terjadi.

Tuna susila merupakan satu permasalahan sosial di Indonesia yang belum mendapatkan perhatian secara serius sehingga mereka terjerumus pada keterpurukan yang melanggar aturan, norma agama, nilai-nilai di masyarakat yang efeknya sangat merugikan dirinya, keluarga, masyarakat. Pekerja seks komersial atau Wanita Tuna Susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan

hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalas jasa ataupun tidak. Prostitusi atau pelacuran pada hakekatnya adalah perilaku seks yang berganti-ganti pasangan, dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Alasan utama dari terjunnya seseorang pada praktek prostitusi adalah masalah ekonomi, karena pendidikan yang terbatas serta perilaku demoralisasi mereka melihat prostitusi sebagai salah satu pekerjaan sekaligus profesi yang sangat menjanjikan untuk memperoleh banyak uang. Faktor yang paling menentukan keterlibatan seseorang dalam praktek prostitusi adalah tekanan ekonomi. Dalam era pembangunan yang melaju pesat menuju negara industri, persaingan untuk memperoleh penghidupan yang baik sangat banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan sesorang. Daya saing seseorang dengan pendidikan tinggi tentunya lebih kuat daripada mereka yang berpendidikan rendah disamping lahan pekerjaan yang semakin terbatas.

Motivasi menjadi PSK, tentu banyak faktornya, misalnya karena himpitan ekonomi, tidak memiliki keterampilan dan keahlian, dijebak oleh tipuan agen tenaga kerja, dan ada pula yang melakukannya secara tidak terpaksa/keinginan sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya.

Masalah Tuna Susila merupakan masalah yang kompleks dan multi dimensional sehingga memerlukan penanganan secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan atas dasar kerja sama berbagai disiplin ilmu dan profesi seperti pekerja sosial, dokter, psikolog, tokoh agama serta profesi lainnya. Selain itu kerja sama antar instansi terkait baik pemerintah maupun swasta di tingkat pusat maupun daerah dengan ditunjang oleh organisasi sosial masyarakat. Kementrian sosial RI melalui Direktorat Rehabilitas Sosial Tuna Sosial memiliki kepedulian permasalahan tuna susila, khususnya melalui upaya penyelenggaraan rehabilitasi

sosial melalui sistem panti dan non panti. Tujuannya agar mereka dapat kembali kekehidupan normal dan tidak kembali melakukan praktek-praktek asusila seperti sebelumnya.

Sesuai Peraturan MenteriSosial RI Nomor 106/HUK/2009tentang organisasi dan panti sosial dilingkungan departemen sosial. Panti Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi bimbingan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan rujukan.

Dokumen terkait