• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan terasa salah satunya adalah teknologi informasi, yang dimana zaman dahulu informasi sangatlah sulit didapatkan namun sekarang dengan mudah didapatkan oleh semua kalangan yang ditandai munculnya sebuah internet. Manusia banyak menghabiskan waktu mereka untuk menggunakan internet. Saat ini kehidupan manusia telah menggeser kebiasaan lama, maka dengan hal ini berdampak pada perindustrian, perbankan, Dll (Wajdi, et al., 2017).

Kemajuan teknlogi yang sangatlah pesat ini, dimana setiap kegiatan selalu mengadopsi kecepatan dan kemudahan teknologi. Berdasarkan data Statista pada bulan Maret 2019 yang menjadi negara penggunaan internet terbesar ke-5 di dunia yaitu Indonesia. sebanyak 143,26 juta per Maret 2019.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat kenaikan 17% atau 25%

juta penggunaan internet di negeri ini. Berdasarkan populasi di Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, artinya maka dari 64% setengah penduduk Indonesia telah merasakan akses ke dunia maya (inet.detik.com, Febuari 2020). Pengguna internet mayoritas adalah generasi milenial yang lahir ketika teknologi internet sudah mulai dikenal. Sebuah survei yang dilakukan IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center di 12 kota besar di Indonesia report 2019 bahwa menunjukan generasi milenial di Indonesia telah terkoneksi dengan internet sejumlah 94,4%, sebagian besar bahkan diantaranya telah mengalami kecanduan dan juga ketergantungan terhadap internet.

Khususnya di Indonesia, ditambah lagi dengan semakin banyaknya generasi milenial yang memasuki usia produktif semakin mendorong dunia digital dan perkembangan teknologi. Generasi Milenial disebut sangat fasih dan mudah beradaptasi dengan teknologi, bahkan sudah sangat bergantung

2

dengan teknologi. Menurut Sekjen APJII Henri Kasyafi Soemartono dari segmen umur, ternyata dari usia 15-19 tahun mempunyai penetrasi paling tinggi mencapai 91%. Berikut data penggunaan internet dari APJII:

Gambar 1.1 Data Penggunaan Internet Berdasarkan Umur

Sumber: Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) 2018

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukan bahwa soal penggunaan internet ini di usia milenial yang merajai posisi teratas lainnya yaitu 20-24 tahun dengan penetrasi 88,5%. Dibawahnya kemudian ada kelompok umur 25-29 tahun dengan penetrasi 82,7%. Umur 30-34 tahun dibawahnya dengan penetrasi 76,5% dan Umur 35-39 tahun penetrasi dengan 68,5%. Dalam penetrasi penggunaan internet yang besar di Indonesia, maka salah satu fokus utama dalam pemerintahan adalah ekonomi digital. Generasi milenial ini akan mendominasi perekonomian Indonesia selama 30 tahun kedepan.

Perbedaan yang terdapat dari karakteristik seperti mobilitas tinggi, jiwa petualang, pola pikir dan kurangnya kesabaran dari generasi sebelumnya inilah yang membedakan generasi milenial ini. (m.kontan.co.id, Agustus 2017).

Pada berbagai pihak ini menjadi sebuah peluang untuk dapat menggaet pangsa pasar generasi milenial untuk merancang strategi pemasaran yang tepat. tak terkecuali dalam bidang perbankan syariah menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, generasi milenial juga memberikan

3

daya tarik tersendiri bagi industri perbankan. Berdasarkan dari data dunia lembaga keuangan tahun 2017, menyebutkan bahwa 46% masyarakat di Indonesia masih ada yang belum tersentuh dengan layanan perbankan (unbank). Namun, permasalahan itu dapat diselesaikan dengan memanfaatkan teknologi digital sepeti internet. Transaksi digital saat ini sangat diminati masyarakat mencakupi digital banking dan transfer selama pandemi covid-19.

Secara tahunan transaksi digital meningkat 37,8%. Penggunaan uang elektronik pun meningkat 24,42% (yoy). Disisi lain, penggunaan kartu debit menurun 18,9% (yoy). Hal ini menunjukan pesatnya transaksi digital saat pandemi perlu dijawab melalui transformasi digital perbankan (mediaindonesia.com, Oktober 2020).

Gambar 1.2 Milenial Mengandalkan Gadget Untuk Bertransaksi

Sumber: Indonesia Milenial Report 2019

Berdasarkan gambar 1.2 menunjukan bahwa diketahui dalam menggunakan uang sebenernya milenial cukup konsumtif. Jika membawa uang cash dalam jumlah besar mereka mengaku akan lebih boros dan lebih memilih menggunakan sistem pembayaran nontunai. Mulai dari pembayaran dengan kartu kredit atau kartu debit, hingga transaksi menggunakan sistem teknologi perbankan seperti e-money atau e-wallet. Berdasarkan persentase pilihan membayar menggunakan internet banking atau mobile banking lebih rendah. Sedangkan sistem pembayaran yang paling banyak digunakan ialah kartu debit. Jumlah pengguna kartu debit jauh melampaui produk keuangan

4

lainnya dengan persentase sebesar 64,2%. Sedangkan kartu kredit persentase pengguna hanya 7,4%. Sejak kartu ATM dapat digunakan sebagai kartu debit, segala sesuatu memang terasa lebih mudah.

Porsi milenial mencapai 33,75% dan 87% penduduk indonesia adalah muslim menempati 12,5% populasi muslim dunia. Global islamic economy report 2018-2019 menyebutkan, ekonomi islam tumbuh karena didorong populasi milenial muslim terus meningkat dan diperkirakan tahun 2060 mencapai tiga miliar jiwa. Nilai-nilai yang dibawa bank syariah pun dianggap relevan dengan perkembangan minat dari generasi milenial. Karena, bank syariah lebih memperhatikan sisi sosial dan keberlanjutan dalam transaksi keuangan yang mengedepankan teknologi (republika.id, Desember 2020).

Dalam penggunaan internet yang tergolong tinggi ini tidak disertai dengan penggunaan disektor perbankan. Sebagaimana yang dilakukan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam survey pada tahun 2017 di Indonesia di enam wilayah besar menunjukan bahwa tingkat penetrasi internet tergolong tinggi.

Gambar 1.3 Layanan Diakses Dengan Internet

Sumber: Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017

Berdasarkan gambar 1.3 menunjukan bahwa layanan dengan internet yang paling rendah diakses dengan persentase 7,39% adalah disektor perbankan. Hal ini menandakan bahwa belum banyaknya pengguna memaksimalkan gadget. Dalam melakukan transaksi keuangan, mungkin

5

kebanyakan hanya menggunakan dari salah satu layanan internet banking yang tidak perlu menggunakan internet untuk mengaksesnya di gadget seperti Automatic Teller Machine (ATM), Electronic Data Capture (EDC) / Point Of Sales (POS), SMS banking, E-commerce, ataupun video banking (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). Adapun juga nasabah mengganggap internet banking sistemnya terlalu rumit dan belum ada manfaatnya.

Bank pada saat pendemi Covid-19 yang menyerang dunia tahun 2020 mulai mengalihkan semua layanan ke digital yang menjadikan berkembangnya pembayaran digital. Menurut survei yang dilakukan Anggitps (2020), saat ini rata-rata pengguna digital banking bank syariah masih didominasi oleh mereka berusia diatas 25 tahun, yang berarti bahwa generasi milenial di bawah 25 masih kurang termanfaatkan perbankan oleh digital bank syariah dan penggguna bank digital bank syariah hampir sebagian besar ditempati oleh karyawan perusahaan (Kumparan.com, Juni 2020).

Dalam menampilkan sebuah keunggulan, perusahaan jasa biasanya seperti perbankan selalu menawarkan berbagai kemudahan layanan untuk memperoleh nasabah yang ditentukan mereka dengan menggunakan digital banking sebagai daya dukung. Selama 10 tahun terakhir, digital banking mengalami peningkatan yang sagat tajam dibandingkan tahun sebelumnya.

Ditandai munculnya produk-produk perbankan berbasis digital. Sehingga menjadikan pertumbuhan penggunaan smartphone di Indonesia mengalami peningkatan. karakter masyarakat, khususnya masyarakat milenial saat ini lebih memilih perbankan yang memberikan kemudahan dan kecepatan bertransaksi setiap saat dan dimana saja (Infobanknews, April 2019).

6

Gambar 1.4 Penetrasi Pengguna Smartphone dan Digital Banking Berdasarkan Golongan Generasi

Sumber: Jenius Financial Study 2019

Berdasarkan gambar 1.4 menunjukan bahwa pertumbuhan smartphone dan digital banking terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk smartphone pada tahun 2014 hanya 19% menjadi 56% pada tahun 2018. Pertumbuhan yang pesat tersebut menjadikan dampak positif untuk semua sektor termasuk sektor perbankan. Jumlah pengguna digital banking juga mengalami pertumbuhan dari 28% tahun 2014 menjadi 30%

tahun 2018. Berdasarkan golongan generasi, mulai generasi baby boomers sampai generasi z aplikasi keuangan menempati posisi keenam sampai kedelapan dilihat dari jumlah penggunaannya. Jumlah penggunaan aplikasi keuangan generasi baby boomers tidak sebanyak generasi Y dan Z. Data ini menunjukan, semakin muda tingkat generasi seseorang maka semakin banyak kegiatan yang bisa lakukan dengan smartphone dan juga semakin positifnya penilaian mereka terhadap inovasi teknologi, termasuk aplikasi keuangan.

Sebelum memilih sebuah produk keuangan, mereka mengutamakan keamanan dan inovasi dari produk-produk pelayanan jasa perbankan tersebut.

Dalam surat edaran Bank Indonesia No.6/18/DPNP/2004 menyebutkan bahwa bentuk layanan yang dikembangkan oleh bank salah satunya adalah layanan internet banking yang merupakan salah satu pelayanan jasa bank yang nasabahnya memungkinkan dapat memperoleh informasi serta komunikasi, melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet dan bukan merupakan bank yang hanya menyelenggarakan layanan

7

perbankan melalui internet saja. Inovasi layanan perbankan di Indonesia diharapkan juga dapat menekankan antrian dan transactional cost yang terjadi dikantor-kantor perbankan (Kusumawati, 2015).

Salah satu yang harus disasar perbankan syariah adalah yang didalamnya ada fintech digital marketing yang sedang mengikuti perkembangan bank syariah zaman now. Financial technology (fintech) adalah inovasi dan teknologi baru bertujuan menggunakan metode keuangan tradisional yang penyampaiannya dengan layanan keuangan (Lin, 2015).

Sebagai masyarakat muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya mempunyai potensi besar dalam industri perbankan syariah sebagai salah satu penggerak pertumbuhan perekonomian negara.

Perbankan syariah di Indonesia tengah berlomba-lomba dalam kemajuan dibidang digital. Transformasi dari penggunaan digital di perbankan dinilai sedikit terlambat dibandingkan dengan negara-negara lainnya (Winasis dan Riyanto, 2020). Tercatat masih 35% dari masyarakat indonesia yang menggunakan jasa keuangan digital. Dikarenakan, rendahnya minat masyarakat dalam menyikapi pembaruan ekonomi digital ini, alasan lainnya muncul kekhawatiran akan keamanan informasi digital. Alasan seperti ini menjadi perhatian penting industri perbankan syariah untuk berkompetensi meluncurkan produk teknologi baru (Husna, 2020). Sebagai layanan keuangan dan entitas bisnis perbankan syariah dapat berkompetensi melakukan inovasi untuk menggapai generasi milenial dan juga harus dapat merespons kebutuhan para generasi milenial. Mau tidak mau, maka mereka adalah pasar masa depan (kusumangningtyas, 2017).

Peran generasi milenial di Indonesia diharapkan dapat merealisasikan potensi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. Potensi saat ini semakin besar berkembangnya ekonomi dan keuangan syariah dengan perkembangan teknologi yang makin pesat di era revolusi industri 4.0 yang menjadi peluang penduduk muslim dan penduduk generasi milenial untuk mendorong perkembangan keuangan syariah (Eksbis.sindonews.com, Mei 2019). Melakukan banyak hal bank syariah berupaya mengembangkan

8

internet banking dan memperbaiki database agar kebutuhan sesuai dengan penggunaan anak muda (wartaekonomi.ac.id, April 2018). Layanan internet banking saat ini dimiliki hampir semua bank umum ataupun bank syariah.

Seiring dengan berkembangnya perbankan syariah sudah terdapat 12 unit usaha syariah, 12 bank umum syariah, 164 bank perkreditan rakyat syariah yang tersebar di wilayah Indonesia (OJK, 2016). Teknologi disetiap bank memiliki akses yang sama, jika mampu dan benar memanfaatkanya maka merekalah yang meraciknya dengan berhasil kedalam konfigurasi sebuah efisien, dan juga efektif (Maliza, 2017).

Dibalik dahsyatnya berkembangnya perbankan syariah di 2019.

pertumbuhan perbankan syariah diyakini akan mengalami kendala penurunan di 2020 disebabkan penyebaran virus corona yang sudah mulai merata di penjuru negeri. Di industri perbankan syariah, kinerja bisa tetap stabil sebelum munculnya Covid-19. Per Januari 2020, Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah 20,27% dan Pengembalian aset (ROA) adalah 1,88% (Bank Umum Syariah) dan 2,44% (Unit Layanan Syariah). Adapun total Non-Performing Financing (NPF) adalah 3,46% (Bank Umum Syariah) dan 3%

(Sektor Usaha Syariah), bahkan pada awal masuknya Covid-19 ke Indonesia, beberapa bank syariah telah memperoleh kenaikan laba di kuartal I tahun 2020. Adanya peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena bank syariah dapat memimpin selama pandemi ini dan fokus utama pada perbankan digital (Kumparan.com, Juni 2020).

Berdasarkan dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dipublikasikan pada tahun 2018 bahwa jumlah dalam penggunaan internet banking ini pada akhir tahun 2016 mencapai 50,4 juta jiwa hal ini mengalami peningkatan sebesar 270% dari tahun 2012 yang penggunanya hanya berjumlah 13,6 juta jiwa. Untuk frekuensi sementara transaksi internet banking meningkat sebesar 169% dari jumlah 150,8 juta transaksi. Untuk tahun 2012 menjadi 40,5 juta transaksi terjadi kenaikan dengan jumlah sebesar 270%. Seiring pertumbuhan kebutuhan dan perilaku masyarakat jumlah ini akan terus meningkat dalam memanfaatkan teknologi digital dalam

9

melakukan kegiatan perbankan. Sehingga minat dalam penggunaan internet banking pada bank syariah juga akan mengalami peningkatan. Minat dalam menggunakan internet banking sesuatu yang menunjukkan seberapa jauh bank syariah dipercaya oleh generasi milenial. Minat merupakan keinginan yang timbul dari diri sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Wardayani, 2011:9).

Dengan internet banking akan memberikan banyak keuntungan. Bagi nasabah, salah satu keunggulannya adalah dapat mempermudah melakukan transaksi bank serta menghemat waktu dan biaya. Selain itu, dari perspektif bank, internet banking dapat meningkatkan kinerja dan biaya bank, Sehingga memberikan lebih murah layanan perbankan dibanding membuka langsung dikantor cabang (Hendri dan Dwi, 2007 dalam Mislah dan Sutisna, 2015).

Maka teknologi merubah aturan permainan bagi fitur layanan secara mendasar. Memiliki kemampuan untuk menjadi bank online dan via aplikasi.

Fitur layanan dalam menggunakan internet banking merupakan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh nasabah (Kotler dan Keller, 2016).

Kemampuan inovasi dalam menghadapi kebutuhan nasabah dengan ketersediaan fitur yang berbeda pada website.

Selain itu juga fitur yang beragam jenis dan menarik diharapkan dapat meningkatkan minat nasabah untuk dapat menggunakan intenet banking.

untuk menarik minat generasi milenial sebagai pengguna internet banking, bank syariah harus berkreasi dan berinovasi dalam mengetahui kebutuhan, keinginan dan selera generasi milenial sehingga mereka percaya dalam menggunakan layanan perbankan syariah tersebut. Karena minat merupakan salah satu hal yang penting bagi sektor perbankan syariah (Ida et al., 2020).

Layanan yang diakses oleh nasabah melalui jarak jauh dan nasabah tidak dibantu lagi secara langsung oleh customer service / teller yang merupakan layanan internet banking.

Pada layanan akses jarak jauh ini, maka nasabah harus mempunyai rasa percaya terhadap bank (Tampubolon et al., 2015). Membentuk kepercayaan dengan menciptakan keyakinan ketika salah satu pihak memiliki

10

kehandalan dan dapat mempertahankan pelanggannya (Norhermaya dan Soesanti 2016). Kepercayaan tidak kalah penting untuk menjaga agar konsumen dapat memenuhi kewajibannya dalam hubungan pertukaran.

kepercayaan merupakan salah satu unsur penting dalam minat konsumen. Kepercayaan sebagai dasar penting dalam membangun dan memelihara hubungan jangka panjang. Menurut Aan (2018) Dengan adanya fasilitas layanan yang disediakan oleh sebuah bank, pelayanan selama 24 jam sehari menjadi lebih cepat dan efektif serta bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Sehingga, nasabah saat hendak mengirimkan uang tidak perlu repot-repot lagi mengantri didepan teller.

Tetapi intenet banking juga membuka timbulnya peluang kejahatan.

Seperti halnya masalah kerahasiaan dan keamanan data-data pribadi maupun keuangan. Seringkali dalam internet banking dipertanyakan oleh nasabah sebelum mereka untuk memutuskan mengggunakan intenet banking.

Meyakinkan nasabah akan sistem keamanan dan kerahasiaan data pribadi ketika dalam mengakses internet banking adanya server yang rusak maka memperoleh kepercayaan dari nasabah (Supriyono, 2011).

Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, maka pihak perbankan syariah perlu mencari tahu keinginan generasi milenial agar dapat menaikan persentase penggunaan internet banking. Bank syariah juga harus melihat apa saja yang dapat mempengaruhi minat generasi milenial dalam menggunakan internet banking karena internet banking memiliki prospek besar untuk digunakan dikalangan generasi milenial sehingga perbankan syariah dapat terus memberikan layanan terbaik bagi pengguna internet banking generasi milenial dan menambah minat dari generasi milenial dalam menggunakan layanan internet banking.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti menggangap penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Fitur Layanan, Kepercayaan Dan Keamanan Terhadap Minat Generasi Milenial Menggunakan Internet Banking Pada Bank Syariah (Studi Kasus Wilayah Tangerang Selatan)”.

11 B. Identifikasi Masalah

1. Masih adanya masyarakat yang belum mengerti dengan penggunaan internet banking dan merasa kurang terjamin keamanan internet banking sehingga masyarakat menjadi tidak percaya dengan layanan tersebut.

2. Penggunaan internet yang tergolong tinggi tidak disertai dengan penggunaan disektor perbankan. Berdasarkan dari data dunia lembaga keuangan tahun 2017, menyebutkan bahwa 46% masyarakat di indonesia masih ada yang belum tersentuh dengan layanan perbankan.

3. Penetrasi penggunaan internet yang besar di usia generasi milenial merajai posisi teratas berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia. Akan tetapi, pihak bank syariah belum dapat merancang strategi layanan internet banking yang tepat dalam menggaet pangsa pasar generasi milenial.

4. Karakteristik generasi milenial yang kurang penyabar ini memerlukan layanan efisien dan cepat untuk menyesuaikan kegiatan keseharian mereka. Namun, masih ada yang mengganggap fitur layanan internet banking bukan pilihan tepat dan sangat rumit yang menjadikan layanan ini jarang dimanfaatkan.

5. Kurangnya inovasi terbaru diberbagai bidang teknologi informasi.

Khususnya dalam bidang perbankan syariah yang menuntut pihak bank syariah bersaing untuk memberikan layanan terbaiknya agar nasabah merasa nyaman dan puas.

6. Penduduk milenial 33,75% dan penduduk Indonesia 87% adalah muslim yang menempati 12,5% populasi muslim didunia. Tetapi, masih 35% dari masyarakat Indonesia yang menggunakan jasa keuangan digital.

Seharusnya industri perbankan syariah memiliki potensi besar sebagai salah satu penggerak pertumbuhan perekonomian negara

C. Batasan Masalah

Setiap permasalahan hakikatnya sangat kompleks, sehingga penulis tidak dapat menyelidiki secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu

12

yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Objek penelitian berfokus pada generasi milenial di Tangerang Selatan.

2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fitur layanan, kepercayaan dan keamanan, sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah minat menggunakan internet bangking pada bank syariah.

3. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah variabel fitur layanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah?

2. Apakah variabel kepercayaan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah?

3. Apakah variabel keamanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah?

4. Apakah variabel fitur layanan, kepercayaan dan keamanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan masalah, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel fitur layanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel kepercayaan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah.

13

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel keamanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah.

4. Untuk mengetahui pengaruh variabel fitur layanan, kepercayaan dan keamanan berpengaruh terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking pada bank syariah.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan seperti:

1. Manfaat Teoritis a. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, menambah wawasan serta memberikan informasi mengenai fitur layanan, kepercayaan dan keamanan terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis dalam pemahaman yang lebih mendalam mengenai perbankan khususnya pada perbankan syariah terhadap peminat generasi milenial menggunakan internet banking dan juga menambah keilmuan dan memberi bahan masukan kepada peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktisi a. Bagi Perbankan

Penelitian ini sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh pihak perbankan syariah dimasa yang akan datang. Dan diharapkan dapat memberikan evaluasi bagi para praktisi perbankan syariah dalam pengembangan perbankan syariah kedepannya agar lebih memperhatikan pengaruh fitur layanan, kepercayaan dan keamanan terhadap minat generasi milenial menggunakan internet banking.

14 b. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum ketika menggunakan layanan perbankan syariah khususnya internet banking.

dan masyarakat juga memiliki gambaran bagaimana layanan internet banking tersebut yang akan menjadi bahan masukan dalam menggunakan internet banking.

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait Dengan Variabel Penelitian 1. Minat

Suatu objek terhadap minat seseorang akan lebih kelihatan apabila objek tersebut berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan sesuai dengan sasaran. Pada dasarnya minat adalah suatu hubungan akan penerimaan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin dekat dan kuat hubungan tersebut, maka semakin besar pula minat (Slameto, 2010:180).

Menurut Pramono (2012:136) minat adalah suatu proses dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen atas rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu barang atau jasa atas pertimbangan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa tahap yang umumnya dilakukan oleh seseorang yaitu proses informasi konsumen dan pengenalan kebutuhan. Menurut Nursiah (2017:43) minat perilaku (behavioral) adalah perilaku seseorang untuk melakukan suatu keinginan (minat) tertentu. Bahwa minat seseorang ini berarti, untuk melakukan perilaku yang diprediksi oleh sikapnya terhadap perilakunya dan jika dia melakukan perilaku tersebut maka dia berfikir bagaimana orang lain akan menilainya. Jadi minat seseorang terhadap suatu perilaku dan seseorang melakukan perilaku itu pasti dilandasi dengan rasa senang dan apabila timbul rasa senang, maka seseorang akan secara konsisten menggunakannya dimasa yang akan datang.

Suatu hal atau aktivitas yang timbul rasa senang dan rasa ketertarikan tanpa ada yang menyuruh. Yudrik (2011:63) minat ialah perhatian individu terhadap dorongan yang menyebabkan terikatnya pada objek tertentu seperti pelajaran, benda, pekerjaan dan orang. Minat berhubungan dengan suatu hal yang menguntungkan dari aspek afektif, kognitif, dan motorik yang merupakan sumber motivasi ketika

16

melakukan apa yang diinginkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan dari minat merupakan sifatnya yang sementara.

Adapun minat yang bersifat tetap (persistent) didalamnya ada unsur memberikan kepuasan dan memenuhi kebutuhan. Semakin kuat minat tersebut maka akan semain sering minat diekspresikan dalam kegiatan, sebaliknya jikalau minat tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya maka minat akan menjadi pupus.

Dari pengertian minat diatas dapat disimpulkan bahwa, masing-masing individu dari minat akan muncul ketika dihadapkan pada

Dari pengertian minat diatas dapat disimpulkan bahwa, masing-masing individu dari minat akan muncul ketika dihadapkan pada