• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan

BELANJA NEGARA

Belanja Negara Tahun 2020 tumbuh positif sebesar 12,39 persen di tengah ketidakpastian perekonomian karena pandemi COVID-19.

Realisasi belanja negara tahun 2020 tumbuh 12,39 persen (y-on-y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja realisasi belanja negara yang tumbuh positif tersebut sejalan dengan kebijakan ekpansif dan counter cyclical yang ditempuh pemerintah dalam menahan laju perlambatan perekonomian akibat pandemi COVID-19, antara lain melalui peningkatan alokasi belanja untuk penanganan dampak kesehatan, perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak dan pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah juga menempuh kebijakan refocusing dan realokasi belanja negara yang diarahkan untuk mendukung penanganan pandemi COVID-19 serta pemulihan ekonomi nasional yang membutuhkan pendanaan besar. Selain itu, kebijakan belanja negara tahun 2020 secara umum juga masih diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional antara lain meningkatkan kualitas SDM (khususnya di bidang kesehatan), penyediaan infrastruktur yang mendukung penanganan COVID-19, peningkatan perlindungan sosial dalam rangka menjaga daya beli masyarakat di tengah dampak pandemi COVID-19, serta pemerataan pembangunan dan perbaikan konektivitas jaringan distribusi logistik dengan tetap menjaga efisiensi untuk mendukung daya saing, ekspor, dan investasi.

Realisasi Belanja Negara Tahun 2020

Realisasi Belanja Negara Tahun 2020 mencapai Rp2.595,48 triliun atau sebesar 94,75 persen dari pagu APBN-Perpres 72 Tahun 2020. Realisasi belanja negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat Rp1.832,95 triliun dan realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Rp762,53

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020 (Audited)

-60- Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum sebesar Rp2.595,48

triliun.

triliun. Dalam pelaksanaan APBN 2020, kebijakan refocusing dan realokasi anggaran dilakukan terhadap belanja yang tidak terkait langsung dengan penanganan COVID-19, baik pada belanja pemerintah pusat maupun pada transfer ke daerah dan dana desa. Selanjutnya, hasil realokasi dan refocusing tersebut dimanfaatkan untuk mendukung penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi, antara lain di bidang kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L dan Pemerintah Daerah serta dukungan UMKM.

Tabel 9. Realisasi Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 dan 2019 (dalam triliun Rupiah)

Uraian Tahun 2020 (Audited) Tahun 2019 (Audited) % Kenaikan/ (Penurunan)*

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.832,95 1.496,31 22,50%

1. Belanja Pegawai 380,53 376,07 1,19%

2. Belanja Barang Jasa 422,34 334,42 26,29%

3. Belanja Modal 190,92 177,84 7,35%

4. Belanja Pembayaran Bunga

Utang 314,09 275,52 14,00%

5. Subsidi 196,23 201,80 (2,76%)

6. Belanja Hibah 6,28 6,48 (3,09%)

7. Bantuan Sosial 202,53 112,48 80,06%

8. Belanja Lain-lain 120,04 11,70 925,96%

II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 762,53 812,97 (6,20%)

1. Transfer ke Daerah 691,43 743,16 (6,96%)

a. Dana Perimbangan 652,10 711,28 (8,32%)

b. Dana Insentif Daerah 18,46 9,69 90,37%

c. Dana Keistimewaan DIY 1,32 1,20 10,00%

d. Dana Otsus 19,56 20,98 (6,78%)

2. Dana Desa 71,10 69,81 1,84%

Jumlah Belanja Negara 2.595,48 2.309,29 12,39%

Sumber: Kementerian Keuangan

*) Jika terdapat perbedaan angka di belakang koma disebabkan oleh perbedaan satuan yang digunakan.

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 sebesar Rp1.832,95 triliun

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 mencapai 92,80 persen dari pagu anggaran APBN-Perpres 72 Tahun 2020 atau mengalami peningkatan sebesar 22,50 persen (y-on-y) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, kinerja Belanja Pemerintah Pusat pada tahun 2020 tersebut utamanya dipengaruhi oleh realisasi belanja lain-lain dan realisasi bantuan sosial yang nominalnya meningkat secara signifikan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah agar peran APBN dapat berjalan secara optimal dalam mendukungpenanganan pandemi COVID-19 serta menjaga daya beli dan kesehatan masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Akselerasi penyerapan belanja Pemerintah Pusat tidak terlepas dari perubahan kebijakan fiskal yang sangat signifikan yang dilakukan Pemerintah pada tahun 2020 untuk merespon dampak pandemi COVID-19 hingga akhirnya sangat berpengaruh pada fundamental perekonomian Indonesia.

Realisasi belanja Pemerintah Pusat tahun 2020 terdiri dari realisasi belanja K/L sebesar Rp1.059,62 triliun dan realisasi belanja non K/L sebesar Rp773,33 triliun. Pada belanja K/L kinerja belanja pemerintah dipengaruhi antara lain oleh realokasi dan refocusing belanja K/L sebagai upaya untuk mendukung program penanganan dampak COVID-19, serta perubahan kebijakan terkait dengan pemberian Gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya. Terdapat juga tambahan pagu belanja K/L yang bersumber dari realokasi cadangan yang utamanya dalam rangka penanganan COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) di bidang kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L, dan juga bantuan pelaku UMKM. Sementara pada kinerja belanja Non K/L antara lain dipengaruhi

Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

-61-oleh pelaksanaan program stimulus di bidang subsidi, seperti pembebasan/diskon listrik, subsidi bunga UMKM dan stimulus KUR, serta insentif perumahan.

Pada komponen per jenis belanja Pemerintah Pusat, nilai realisasi terbesar tercatat pada belanja barang dan jasa sebesar Rp422,34 triliun atau 154,61 persen dari pagu anggaran Perpres 72 Tahun 2020, diikuti belanja pegawai yang mencapai Rp380,53 triliun atau 94,26 persen dan pembayaran bunga utang sebesar Rp314,09 triliun atau 92,71 persen masing-masing terhadap pagu anggaran Perpres 72 Tahun 2020. Terdapat komponen jenis belanja yang realisasinya melebihi pagu anggaran Perpres 72 Tahun 2020, utamanya dipengaruhi peningkatan kebutuhan pendanaan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan countercyclical dalam penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Terjadinya pandemi COVID-19 perlu direspon secara cepat dan luar biasa (extraordinary) sehingga diperlukan fleksibilitas fiskal, dan di sisi lain Pemerintah tetap menjaga pengelolaan fiskal secara hati-hati (prudent) dan keberlanjutan fiskal yang sehat (sustainable).

Grafik 19. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2020 per Jenis Belanja

(dalam triliun Rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Secara nominal, realisasi belanja pegawai mengalami pertumbuhan 1,19 persen (y-on-y), namun pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan periode tahun sebelumnya sebesar 8,41 persen. Penurunan pertumbuhan belanja pegawai sejalan dengan upaya pengendalian belanja pegawai untuk mendukung penanganan pandemi COVID-19 dengan tetap menjaga daya beli aparatur pemerintah. Kebijakan yang diambil adalah pemberian THR dan Gaji ke-13 yang tidak termasuk komponen tunjangan kinerja.

Realisasi belanja barang dan jasa tahun 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 26,29 persen (y-on-y) terhadap realisasi tahun 2019. Pertumbuhan tersebut antara lain disebabkan oleh penyaluran pada program-program yang mendukung penanganan dampak pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, seperti pembayaran bantuan UMKM, pembayaran bantuan upah/gaji, dan di sektor kesehatan (antara lain pembayaran insentif dan pembayaran santunan bagi tenaga kesehatan, penggantian klaim RS rujukan, serta pengadaan alat/sarana prasarana kesehatan). Selain itu, terdapat faktor lain yang memengaruhi peningkatan kinerja realisasi belanja barang di tahun 2020, yaitu realisasi yang cukup signifikan pembayaran selisih harga biodiesel BLU Kelapa Sawit. Di sisi lain, ditempuhnya kebijakan Pemerintah untuk melakukan realokasi dan refocusing

94.26% 154.61% 138.97% 92.71% 102.19% 123.73% 116.05% 26.64% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 180% 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Anggaran Realisasi %

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020 (Audited)

-62- Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

belanja yang bersifat nonproritas dan nonproduktif juga telah berhasil meningkatkan efisiensi pada komponen belanja barang yang tidak terkait penanganan pandemi COVID-19, seperti belanja jasa dan belanja perjalanan dinas. Kebijakan refocusing/realokasi belanja K/L untuk mendukung pendanaan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, juga telah membawa belanja yang lebih efisien dengan memanfaatkan IT menuju adaptasi kebiasaan baru.

Realisasi belanja modal tahun 2020 sebesar Rp190,92 triliun atau mengalami kenaikan 7,35 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan realisasi belanja modal tersebut antara lain dipengaruhi adanya oleh kegiatan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan untuk mendukung penanganan COVID-19 serta adanya pengadaan tanah untuk Proyek Strategis Nasional oleh LMAN. Beberapa capaian output strategis di bidang infrastruktur, antara lain pembangunan jaringan irigasi 308 km, pembangunan jalan baru sepanjang 282 km, jembatan sepanjang 10.028 m, rel kereta api sepanjang 721 km’sp, pemasangan jargas sebanyak 127.864 SR (Sambungan Rumah) di 23 Kab/Kota, dan 45 bendungan.

Selanjutnya, realisasi belanja bantuan sosial tahun 2020 telah mencapai Rp202,53 triliun atau 116,05 persen terhadap pagu anggaran Perpres 72 Tahun 2020, mengalami peningkatan 80,06 persen (y-on-y) dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi belanja bantuan sosial tersebut menunjukkan bentuk keberpihakan Pemerintah terutama kepada masyarakat miskin dan rentan dalam merespon dampak pandemi COVID-19. Hal tersebut didorong oleh adanya perluasan penyaluran bantuan sosial agar dapat maksimal dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat terdampak pandemi COVID-19. Program-program bantuan sosial yang telah disalurkan seperti PKH, Kartu Sembako, Bantuan Sosial Tunai, Bantuan Paket Sembako Jabodetabek, bantuan beras untuk peserta PKH, serta bantuan sosial untuk penanganan bencana alam dan non alam. Realisasi pembayaran bunga utang tahun 2020 mencapai Rp314,09 triliun atau sebesar 92,71 persen terhadap pagu anggaran Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Secara persentase, realisasi pembayaran bunga utang tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 14,00 persen (y-on-y). Hal ini sejalan dengan tambahan penerbitan utang untuk menutupi pelebaran defisit anggaran dan peningkatan pengeluaran pembiayaan sebagai upaya Pemerintah untuk mempercepat penanganan COVID-19 serta pemulihan ekonomi nasional.

Realisasi belanja subsidi tahun 2020 mencapai Rp196,23 triliun atau 102,19 persen terhadap pagu anggaran Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Kinerja belanja subsidi tahun 2020 tergolong tinggi disebabkan oleh kebijakan penanganan COVID-19 dengan memberikan diskon listrik kepada masyarakat miskin dan meningkatnya konsumsi LPG rumah tangga, namun demikian penerapan PSBB mengakibatkan menurunnya konsumsi BBM. Berikut ini beberapa tambahan anggaran belanja subsidi dalam rangka stimulus fiskal yang telah dicanangkan pada tahun 2020, antara lain: (1) pembebasan tarif listrik untuk pelanggan 450 VA dan diskon tarif 50 persen untuk pelanggan 900 VA subsidi yang bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan; (2) pemberian stimulus perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah; dan (3) pemberian subsidi bunga untuk UMKM yang terdampak COVID-19 dan stimulus KUR; (4) Pembebasan tarif listrik bagi UMKM; dan (5) realisasi subsidi pajak (Pajak DTP). Persentase realisasi subsidi energi terhadap pagu APBN Perpres 72/2020 dapat dikatakan lebih tinggi dari target. Hal ini dipengaruhi oleh lebih tingginya realisasi ICP (rata-rata US$40,39/barel) dibandingkan dengan asumsi dalam APBN Perpres 72/2020 (US$33/barel).

Realisasi belanja hibah tahun 2020 mencapai Rp6,28 triliun atau 123,73 persen terhadap pagu anggaran Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Kebijakan hibah pada Tahun 2020 dilakukan untuk mendukung ketercapaian prioritas nasional di daerah melalui penyediaan layanan dasar umum pada

Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

-63-bidang perhubungan, pembangunan sarana air minum, pengelolaan air limbah, irigasi, sanitasi, pertanian, dan jalan daerah. Selain itu, juga difokuskan untuk mendukung pemulihan ekonomi daerah melalui pemberian hibah pariwisata dalam rangka membantu Pemerintah Daerah yang mengalami penurunan PAD serta Industri Hotel dan Restoran yang saat ini sedang mengalami gangguan finansial akibat pandemi COVID-19.

Proporsi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 terbesar pada Fungsi Pelayanan Umum sebesar 29,34 persen dan Fungsi Ekonomi 21,82 persen terhadap Total Belanja Pemerintah Pusat

Sebagai salah satu gambaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan serta dukungan Pemerintah dalam prioritas pembangunan, anggaran dan realisasi belanja pemerintah pusat juga diklasifikasikan menurut 11 kategori klasifikasi fungsi.

Tabel 10. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2020 dan 2019 Menurut Fungsi

(dalam triliun Rupiah)

No Fungsi Angggaran Perpres 72/2020 Realisasi 2020 Realisasi 2019 Rp % Realisasi % Proporsi 1 Pelayanan Umum 485,00 537,82 110,89% 29,34% 400,09 2 Pertahanan 117,96 136,91 116,07% 7,47% 115,42 3 Ketertiban dan Keamanan 406,99 154,11 37,87% 8,41% 147,96 4 Ekonomi 416,49 399,93 96,02% 21,82% 358,43 5 Perlindungan Lingkungan Hidup 13,91 13,04 93,76% 0,71% 16,09 6 Perumahan dan Fasilitas Umum 20,65 22,78 110,34% 1,24% 26,62 7 Kesehatan 81,62 105,09 128,75% 5,73% 71,01 8 Pariwisata dan Budaya 3,06 3,15 102,91% 0,17% 4,23 9 Agama 9,95 9,49 95,37% 0,52% 11,22 10 Pendidikan 148,91 155,11 104,17% 8,46% 155,16 11 Perlindungan Sosial 270,70 295,52 109,17% 16,12% 190,08 TOTAL* 1.975,24 1.832,95 92,80% 100,00% 1.496,31

Sumber: Kementerian Keuangan

*) Jika terdapat perbedaan angka di belakang koma disebabkan oleh perbedaan satuan yang digunakan.

Secara proporsi (realisasi terhadap total belanja), porsi belanja terbesar terdapat pada Fungsi Pelayanan Umum sebesar 29,34 persen disusul Fungsi Ekonomi sebesar 21,82 persen. Sementara, sisanya sebesar 48,84 persen tersebar pada fungsi-fungsi lainnya. Besarnya alokasi fungsi pelayanan umum guna mendukung pelaksanaan kegiatan pemerintah secara umum dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang efisien dan efektif, melayani, dan bebas korupsi. Demikian juga dengan alokasi fungsi ekonomi yang berada pada urutan terbesar kedua merupakan pelaksanaan komitmen pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional sebagai dampak pandemi COVID-19 seperti diadakannya kegiatan padat karya oleh beberapa K/L, subsidi bunga UMKM, serta pelaksanaan program kartu prakerja. Sedangkan secara persentase (realisasi terhadap pagu), realisasi belanja terbesar terdapat pada Fungsi Pelayanan Kesehatan sebesar 128,75 persen dan Fungsi Pertahanan sebesar 116,07 persen terhadap masing-masing pagu. Pada Fungsi Kesehatan yang melampaui pagu anggaran Perpres 72 Tahun 2020 antara lain dipengaruhi peningkatan bantuan iuran peserta PBI JKN yang dibayarkan oleh Pemerintah, serta adanya alokasi tambahan anggaran fungsi kesehatan melalui Kementerian Kesehatan dalam rangka penanganan COVID-19, antara lain untuk pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan, penggantian penanganan pasien pandemi di RS yang sudah menjadi rujukan penanganan COVID-19 serta pengadaan vaksin. Pada Fungsi Pertahanan realisasi dipengaruhi oleh pemeliharaan dan perawatan alutsista di TNI AD dan TNI AL.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020 (Audited)

-64- Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2020 mencapai Rp762,53 triliun.

Implementasi kebijakan penanganan COVID-19 juga berdampak terhadap kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Melalui Perpres 72 Tahun 2020, anggaran belanja TKDD mengalami penyesuaian menjadi Rp763,93 triliun, atau mengalami penurunan dari alokasi anggaran sebelumnya dengan memperhatikan adanya potensi penurunan pendapatan negara karena dampak pandemi.

Tabel 11. Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 dan 2019

(dalam triliun Rupiah)

Uraian Tahun 2020 (Audited) Tahun 2019 (Audited) % Kenaikan/ (Penurunan)* Transfer Ke Daerah 691,43 743,16 (6,96%) I. Dana Perimbangan 652,10 711,28 (8,32%) A. Dana Transfer Umum 475,52 524,89 (9,41%)

1. Dana Bagi Hasil 93,91 103,98 (9,69%)

2. Dana Alokasi Umum 381,61 420,91 (9,34%)

B. Dana Transfer Khusus 176,58 186,39 (5,27%)

1. Dana Alokasi Khusus Fisik 50,18 64,17 (21,80%)

2. Dana Alokasi Khusus Nonfisik 126,40 122,23 3,41%

II. Dana Insentif Daerah 18,46 9,69 90,37% III. Dana Otsus & Keistimewaan DIY 20,88 22,18 (5,88%) A. Dana Otsus 19,56 20,98 (6,78%)

1. Dana Otsus Prov. Papua & Papua Barat 12,00 12,62 (4,92%)

2. Dana Otsus Prov. Aceh 7,56 8,36 (9,60%)

B. Dana Keistimewaan DIY 1,32 1,20 10,00% Dana Desa 71,10 69,81 1,84% Transfer ke Daerah dan Dana Desa 762,53 812,97 (6,20%)

Sumber: Kementerian Keuangan

*) Jika terdapat perbedaan angka di belakang koma disebabkan oleh perbedaan satuan yang digunakan.

Realisasi TKDD pada tahun 2020 mencapai Rp762,53 triliun atau 99,82 persen terhadap pagu anggaran Perpres Nomor 72 Tahun 2020 sebesar Rp763,93 triliun. Realisasi ini menurun secara nominal sebesar Rp50,44 triliun atau lebih rendah 6,20 persen (y-on-y) terhadap realisasi tahun 2019 yang bernilai Rp812,97 triliun. Penurunan realisasi ini disebabkan oleh kebijakan refocusing dan realokasi TKDD yang dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanganan pandemi COVID-19 secara nasional. Meskipun secara nominal terjadi penurunan, namun secara persentase realisasinya meningkat dibanding tahun 2019 yang hanya sebesar 98,33 persen. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh tambahan alokasi kurang bayar Dana Bagi Hasil, peningkatan kinerja daerah dalam memenuhi persyaratan penyaluran Dana Transfer Khusus dan pemanfaatan Dana Desa untuk pemberian BLT Desa. Selain itu, sebagai akibat adanya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 telah dilakukan kebijakan relaksasi percepatan penyaluran TKDD dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 dan mendukung pemulihan ekonomi di daerah. Kebijakan tersebut antara lain penggunaan anggaran infrastruktur yang diatur minimal 25 persen dari Dana Transfer Umum (DTU) direlaksasi yang dapat digunakan untuk pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, relaksasi persyaratan dan tahapan penyaluran DAK Fisik dari semula bertahap menjadi disalurkan secara sekaligus sebesar nilai kontrak kegiatan, relaksasi persyaratan penyaluran DAU Formula bulan Februari sampai dengan Desember, serta penyederhanaan proses penyaluran Dana Desa langsung ke Rekening Kas Desa.

Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

-65-Realisasi TKDD terdiri dari Transfer ke Daerah sebesar Rp691,43 triliun atau 99,81 persen terhadap pagu dan Dana Desa sebesar Rp71,10 triliun atau 99,87 persen terhadap pagu. Transfer ke Daerah terdiri dari komponen: (1) Dana Perimbangan dengan realisasi Rp652,10 triliun atau menurun 8,32 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, (2) Dana Insentif Daerah dengan realisasi Rp18,46 triliun atau meningkat 90,37 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dan (3) Dana Keistimewaan DIY dengan realisasi Rp1,32 triliun atau meningkat 10,00 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dan (4) Dana Otonomi Khusus dengan realisasi Rp19,56 triliun atau menurun 6,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai langkah penanganan COVID-19 dan pemulihan perekonomian daerah, kebijakan refocusing dan realokasi TKDD dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanganan pandemi COVID-19 secara nasional. Adanya realokasi tersebut berdampak pada menurunnya pendapatan APBD yang bersumber dari TKDD. Di samping itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga mengalami tekanan sebagai dampak dari berkurangnya aktivitas perekonomian di daerah.

Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum sebagai bagian dari Dana Perimbangan masing-masing sebesar Rp93,91 triliun atau 108,66 persen terhadap pagu dan Rp381,61 triliun atau 99,28 persen terhadap pagu. Beberapa kebijakan terkait DBH dan DAU dalam penanganan COVID-19 di antaranya adalah i) Alokasi DAU bersifat tidak final; ii) percepatan penyelesaian kurang bayar DBH s.d. TA 2019; dan iii) relaksasi penggunaan anggaran sebagian atau seluruh belanja infrastruktur minimal 25% dari DTU yang dapat digunakan untuk pencegahan dan/atau penanganan pandemi COVID-19, baik untuk sektor kesehatan maupun untuk jaring pengaman sosial (social safety net).

Dana Transfer Khusus, yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK Non Fisik, selama tahun 2020 telah terealisasi sebesar Rp176,58 triliun atau 96,72 persen terhadap pagu. Realisasi DAK Fisik sebesar Rp50,18 triliun atau 93,29 persen terhadap pagu dan DAK Non Fisik sebesar Rp126,40 triliun atau 98,16 persen terhadap pagu. Beberapa kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK) tahun 2020 untuk penanganan COVID-19, antara lain berupa relaksasi perubahan Rencana Kegiatan bidang kesehatan untuk menambah menu Penanganan COVID-19, penghentian proses Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) selain bidang pendidikan dan kesehatan, penggunaan Cadangan DAK Fisik pada 10 bidang dalam rangka mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional, dan relaksasi persyaratan dan tahapan/besaran penyaluran DAK Fisik. Sedangkan kebijakan untuk DAK Non Fisik berupa penambahan alokasi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Tambahan dalam rangka pemberian insentif tenaga medis daerah.

Dana Insentif Daerah telah terealisasi sebesar Rp18,46 triliun atau sebesar 99,76 persen terhadap pagu Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Realisasi tersebut lebih tinggi 90,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp9,69 triliun. Realisasi ini antara lain disebabkan Alokasi DID Kelompok Kategori Bidang Kesehatan yang disalurkan sekaligus 100 persen pada tahap I sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 19/ PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Insentif Daerah TA 2020 dalam rangka Penanggulangan COVID-19, dan juga adanya relaksasi penyaluran tahap II dengan tidak memperhatikan minimal penyerapan 70% dari penyaluran tahap I sesuai dengan PMK Nomor 101/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan TKDD Tahun 2020 untuk mendukung Penanganan Pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Selanjutnya, dari realisasi DID TA 2020 terdapat DID Tambahan sebesar Rp5 triliun yang dialokasikan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional dalam rangka dampak COVID-19. DID tambahan tersebut dialokasikan kepada Pemerintah Daerah dalam 3 periode yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menangani pandemi COVID-19 serta dalam rangka pemulihan ekonomi di

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020 (Audited)

-66- Catatan atas Laporan Keuangan – Penjelasan Umum

daerah. Penggunaan DID Tambahan diprioritaskan untuk mendorong pemulihan ekonomi daerah termasuk mendukung industri kecil, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, koperasi, dan pasar tradisional serta penanganan COVID-19 bidang kesehatan dan bantuan sosial.

Selain melalui Transfer ke Daerah, Pemerintah juga melakukan kebijakan penanganan dampak pandemi COVID-19 melalui Dana Desa dengan mengubah kebijakan penyaluran Dana Desa melalui relaksasi penyaluran Dana Desa serta mengalihkan penggunaan sebagian Dana Desa untuk jaring pengaman sosial berupa BLT Desa yang ditujukan kepada keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang belum terdata menerima Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan pangan non tunai, bansos tunai, dan kartu pra kerja, dan bantuan sosial lainnya. BLT Desa bertujuanuntuk menjaga daya beli masyarakat dan mengurangi dampak ekonomi akibat adanya pandemi COVID-19. Realisasi Dana Desa pada tahun 2020 sebesar Rp71,10 triliun atau meningkat 1,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi penyaluran dalam rangka percepatan penggunaan untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi masyarakat desa.