• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

PERUBAHAN BELANJA NEGARA

4.2 Belanja Pemerintah Pusat

4.2.3 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya pasal 11 ayat (5) diatur bahwa anggaran belanja Pemerintah Pusat selain dikelompokkan menurut klasiikasi ekonomi dan organisasi juga dikelompokkan menurut fungsi. Kemudian, pengelompokan menurut fungsi yang meliputi 11 fungsi menggambarkan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebelas fungsi Pemerintah tersebut, yaitu: (1) fungsi pelayanan umum, (2) fungsi pertahanan, (3) fungsi ketertiban dan keamanan, (4) fungsi ekonomi, (5) fungsi lingkungan hidup, (6) fungsi perumahan dan fasilitas umum, (7) fungsi kesehatan, (8) fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif, (9) fungsi agama, (10) fungsi pendidikan, dan (11) fungsi perlindungan sosial. Dalam APBNP tahun 2014, anggaran belanja Pemerintah Pusat berdasarkan fungsi tersebut dialokasikan sebesar Rp1.280.368,6 miliar, atau lebih tinggi sebesar Rp30.425,6 miliar atau 2,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp1.249.943,0 miliar. Lebih tingginya alokasi belanja Pemerintah Pusat berdasarkan fungsi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum. Namun demikian, fungsi lainnya selain fungsi pelayanan umum cenderung mengalami penurunan.

Selanjutnya, uraian mengenai alokasi angggaran belanja pemerintah pusat berdasarkan fungsi

dalam APBNP tahun 2014 disajikan dalam Tabel 4.6 serta diuraikan di dalam penjelasan

sebagai berikut.

Anggaran Fungsi Pelayanan Umum

Alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp856.118,6 miliar, yang berarti lebih tinggi sebesar Rp61.346,2 miliar atau 7,7 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp794.772,4 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran tersebut disebabkan karena adanya peningkatan anggaran subsidi energi. Sasaran pembangunan yang diharapkan dicapai dari fungsi pelayanan umum dalam tahun 2014, diantaranya yaitu: (1) makin meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung manajemen pelayanan yang profesional, SDM berintegritas, penerapan standar pelayanan minimal, dan data kependudukan yang komprehensif; (2) terlaksananya penyaluran subsidi BBM sesuai dengan target yang ditetapkan; (3) terlaksananya penyediaan pasokan listrik dengan

harga yang terjangkau kepada masyarakat; (4) terlaksananya penyaluran subsidi pangan dan penyediaan beras bersubsidi untuk rumah tangga sasaran (RTS); (5) terlaksananya penyaluran subsidi pupuk dan subsidi benih dalam bentuk penyediaan pupuk dan benih unggul murah bagi petani; (6) terlaksananya penyaluran subsidi transportasi umum untuk penumpang kereta api kelas ekonomi dan kapal laut kelas ekonomi; dan (7) meningkatnya implementasi tata kelola pemerintahan pada instansi pemerintah melalui terobosan kinerja secara terpadu, menyeluruh, penuh integritas, akuntabel, serta taat dan menjunjung tinggi hukum.

Anggaran Fungsi Pertahanan

Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp83.221,2 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan sebesar Rp3.085,6 miliar atau 3,6 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp86.306,8 miliar. Penurunan anggaran pada fungsi pertahanan tersebut terutama dikarenakan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pertahanan yaitu Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, dan Dewan Ketahanan Nasional. Namun demikian, tidak mengurangi upaya pertahanan negara dalam melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia serta upaya pemerintah dalam mencapai sasaran yang diharapkan dalam fungsi pertahanan, antara lain : (1) terdayagunakannya industri pertahanan nasional bagi kemandirian pertahanan, melalui peningkatan kemandirian alutsista TNI dan Polri baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun variasinya; (2) meningkatnya peran Indonesia dalam menjaga keamanan nasional dan menjaga perdamaian dunia; (3) meningkatnya alutsista, non alutsista, fasilitas serta sarpras matra darat, laut, dan udara; (4) meningkatnya industri, sarana dan prasarana pertahanan yang memenuhi kebutuhan dan standar mutu, sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dikembangkan secara mandiri; (5) tercapainya tingkat kesiapan alutsista, non alutsista, organisasi, doktrin, fasilitas dan sarana prasarana serta kekuatan pendukung, tegaknya hukum dan terjaganya kemanan wilayah laut yurisdiksi nasional; serta (6) terlaksananya modernisasi dan peningkatan alutsista dan sarana prasarana dalam rangka

2013 Nominal % 1 PELA Y A NA N UMUM 7 05.7 24,2 7 94.7 7 2,4 856.1 1 8,6 61 .346,2 7 ,7 2 PERTA HA NA N 87 .51 0,1 86.306,8 83.221 ,2 (3.085,6) (3,6) 3 KETERTIBA N DA N KEA MA NA N 36.1 20,4 37 .952,6 35.920,5 (2.032,1 ) (5,4) 4 EKONOMI 1 08.082,6 1 28.27 4,3 1 1 3.986,6 (1 4.287 ,7 ) (1 1 ,1 ) 5 LINGKUNGA N HIDUP 1 0.590,4 1 2.1 7 8,9 1 0.338,3 (1 .840,6) (1 5,1 ) 6 PERUMA HA N DA N FA SILITA S UMUM 33.7 90,0 31 .487 ,2 27 .086,1 (4.401 ,1 ) (1 4,0) 7 KESEHA TA N 1 7 .57 7 ,0 1 3.07 7 ,7 1 2.1 1 2,2 (965,5) (7 ,4) 8 PA RIWISA TA DA N EKONOMI KREA TIF *) 1 .81 8,8 2.052,8 1 .7 24,4 (328,4) (1 6,0) 9 A GA MA 3.87 2,8 4.463,5 3.67 9,8 (7 83,7 ) (1 7 ,6) 1 0 PENDIDIKA N 1 1 4.969,1 1 31 .31 3,6 1 29.224,9 (2.088,7 ) (1 ,6) 1 1 PERLINDUNGA N SOSIA L 1 7 .1 07 ,5 8.063,1 6.955,9 (1 .1 07 ,2) (1 3,7 )

1.137 .162,9

1.249.943,0 1.280.368,6 30.425,6 2,4

Keterangan : *) Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengalami perubahan nomenklatur pada tahun 201 4

Sumber : Kementerian keuangan

T O T A L

2014 LKPP APBN APBNP

Perubahan

TABEL 4.6

BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, 2013 - 2014

(Miliar Rupiah)

pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI menuju Minimum Essential

Force (MEF).

Anggaran Fungsi Ketertiban dan Keamanan

Selanjutnya, anggaran fungsi ketertiban dan keamanan dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp35.920,5 miliar. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar Rp2.032,1 miliar atau 5,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp37.952,6 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran fungsi ketertiban dan keamanan tersebut terutama dikarenakan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi ketertiban dan keamanan antara lain Polri, Mahkamah Agung, Badan Intelijen Negara, dan Kejaksaan Agung. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu : (1) meningkatnya kemampuan memantau dan mendeteksi secara dini ancaman bahaya serangan terorisme; (2) meningkatnya penyelesaian penanganan perkara terorisme; (3) meningkatnya penyelenggaraan fungsi manajemen kinerja Polri secara optimal untuk membangun citra Polri; (4) meningkatnya kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat agar mampu melindungi seluruh warga masyarakat Indonesia dalam beraktivitas untuk meningkatkan kualitas hidup yang bebas dari bahaya, ancaman, dan gangguan yang dapat menimbulkan cidera; (5) meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian yang tercermin pada terselenggaranya pelayanan kepolisian sesuai dengan Standar Pelayanan Kamtibmas Prima; (6) tertanggulanginya dan menurunnya jenis kejahatan (kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan yang berimplikasi kontijensi, dan kejahatan terhadap kekayaan negara) tanpa melanggar HAM; serta (7) dapat dikembangkannya langkah-langkah strategis, dan pencegahan suatu potensi gangguan keamanan baik kualitas maupun kuantitas, sampai kepada penanggulangan sumber penyebab kejahatan, gangguan ketertiban dan konlik di masyarakat dan sektor sosial, politik, dan ekonomi sehingga gangguan kamtibmas menurun.

Anggaran Fungsi Ekonomi

Upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi didanai melalui pengalokasian anggaran pada fungsi ekonomi. Dalam APBNP tahun 2014, alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dialokasikan sebesar Rp113.986,6 miliar, berarti menurun sebesar Rp14.287,7 miliar atau 11,1 persen dibandingkan dengan alokasinya pada APBN tahun 2014, yaitu sebesar Rp128.274,3 miliar. Perubahan tersebut dikarenakan adanya pemotongan belanja pada beberapa K/L yang membawahi fungsi ekonomi, seperti pada Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun demikian turunnya alokasi anggaran fungsi ekonomi tersebut diharapkan tidak mengganggu pencapaian sasaran yang diharapkan, diantaranya: (1) meningkatnya kapasitas dan kualitas jaringan infrastruktur transportasi yang terintegrasi dalam mendukung penguatan konektivitas nasional pada koridor ekonomi dan sistem logistik nasional, baik yang menghubungkan sentra-sentra produksi dan

outlet nasional, maupun di wilayah terpencil, perdalaman, perbatasan, serta wilayah terdepan

dan terluar; (2) meningkatnya eisiensi pergerakan orang dan barang serta memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antarwilayah; (3) terjaganya stabilitas harga komoditas pangan dalam negeri; (4) terkendalinya impor bahan pangan, terutama beras; (5) meningkatnya produksi perikanan budidaya dan produktivitas perikanan tangkap; (6) meningkatnya rasio elektriikasi, melalui perluasan jangkauan pelayanan dengan pembangunan jaringan transmisi dan gardu

induk; serta (7) meningkatnya penerapan inisiatif energi bersih (Green Energy Initiatives) melalui peningkatan pemanfaatan energi terbarukan.

Anggaran Fungsi Lingkungan Hidup

Dalam APBNP tahun 2014, anggaran fungsi lingkungan hidup dialokasikan sebesar Rp10.338,3 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan sebesar Rp1.840,6 miliar atau 15,1 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp12.178,9 miliar. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu : (1) meningkatnya kuantitas dan kualitas data dan informasi spasial, dengan memprioritaskan pada tersedianya data spasial untuk mendukung pembangunan wilayah koridor ekonomi Indonesia dan wilayah prioritas pembangunan nasional lainnya (KEK dan KAPET); (2) meningkatnya akses terhadap data dan informasi spasial; (3) penyelesaian dan terlengkapinya peraturan operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; (4) meningkatnya target legalisasi aset tanah yang dibiayai Pemerintah; (5) pembangunan peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan meliputi terselesaikannya tata batas kawasan hutan (batas luar dan fungsi), beroperasinya kesatuan pengelolaan hutan, meningkatnya hasil rehabilitasi hutan dan lahan, dan penyusunan rencana pengelolaan daerah aliran sungai terpadu; (6) meningkatnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah;

serta (7) menurunnya hotspot (titik api) di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau

Sulawesi dan luas kebakaran hutan.

Anggaran Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp27.086,1 miliar yang berarti lebih rendah Rp4.401,1 miliar atau 14,0 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp31.487,2 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran tersebut terutama disebabkan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi perumahan dan fasilitas umum antara lain Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Perumahan Rakyat. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu:

(1) pembangunan twin block rumah susun sederhana sewa; (2) fasilitasi dan stimulasi

pembangunan perumahan swadaya baru; (3) fasilitasi dan stimulasi pertumbuhan kualitas perumahan swadaya; (4) fasilitasi pembangunan prasarana sarana, dan utilitas kawasan perumahan dan permukiman; (5) pembangunan sistem pengelolaan air minum (SPAM) perdesaan; (6) pembangunan infrastruktur sanitasi (air limbah dan drainase) dan persampahan; (7) meningkatnya layanan prasarana air baku dan terjaganya layanan air; (8) meningkatnya ketersediaan air irigasi dengan pengembangan jaringan irigasi.

Anggaran Fungsi Kesehatan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi kesehatan dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp12.112,2 miliar yang berarti lebih rendah Rp965,5 miliar atau 7,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp13.077,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut terutama disebabkan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi kesehatan diantaranya Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu:

(1) meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak dan reproduksi; (2) meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat; (3) meningkatnya efektiitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka keamanan, mutu dan manfaat/khasiat obat dan makanan; (4) meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan; (5) terselenggaranya pendidikan tinggi dan pertumbuhan mutu SDM kesehatan; dan (6) meningkatnya penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan.

Anggaran Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp1.724,4 miliar yang berarti lebih rendah Rp328,4 miliar atau 16,0 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp2.052,8 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran tersebut terutama disebabkan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif antara lain Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian KUKM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah pergerakan wisatawan nusantara; (2) meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional; (3) meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap PDB; (4) meningkatnya nilai investasi terhadap nilai investasi nasional; (5) meningkatnya perolehan devisa yang diperoleh dari kunjungan wisman; (6) meningkatnya pengeluaran wisatawan nusantara; (7) meningkatnya partisipasi tenaga kerja di bidang ekonomi kreatif; (8) meningkatnya kontribusi unit usaha di bidang ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional; dan (9) meningkatnya kuantitas dan kualitas lulusan perguruan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja; serta (10) meningkatnya profesionalisme tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertiikasi.

Anggaran Fungsi Agama

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi agama dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp3.679,8 miliar yang berarti lebih rendah Rp783,7 miliar atau 17,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp4.463,5 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran tersebut terutama disebabkan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi agama yaitu Kementerian Agama. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kualitas kerukunan umat beragama; (2) meningkatnya kualitas penyelenggaran haji; (3) meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama; serta (4) meningkatnya tatakelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. Anggaran Fungsi Pendidikan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pendidikan dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp129.224,9 miliar yang berarti lebih rendah Rp2.088,7 miliar atau 1,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp131.313,6 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran tersebut terutama disebabkan adanya perubahan alokasi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehubungan dengan adanya pengurangan pagu penggunaan BLU pada tujuh perguruan tinggi eks BHMN sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Namun demikian, alokasi anggaran tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, yang ditandai dengan: (a) meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, (b) menurunnya angka buta aksara penduduk usia 15

tahun ke atas, (c) meningkatnya APM SD/SDLB/MI/Paket A dan APM SMP/SMPLB/MTs/ Paket B, (d) meningkatnya APK SMA/SMK/MA/Paket C dan APK PT (usia 19-23 tahun), serta (e) meningkatnya APS penduduk usia 7-12 tahun dan APS penduduk usia 13-15 tahun; (2) meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan; (3) meningkatnya kualifikasi dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan; dan (4) meningkatnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan.

Anggaran Fungsi Perlindungan Sosial

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi perlindungan sosial dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp6.955,9 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.107,2 miliar atau 13,7 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp8.063,1 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut terutama disebabkan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi perlindungan sosial diantaranya Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) tersusunnya kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) bidang ketenagakerjaan; (2) terlaksananya fasilitasi penerapan PUG di bidang pendidikan, kesehatan, politik dan pengambilan keputusan, penerapan kebijakan pelaksanaan PUG dan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan, serta kebijakan perlindungan korban perdagangan orang; (3) meningkatnya efektivitas kelembagaan perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan melalui penyusunan dan harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan serta penyediaan data dan informasi yang berkualitas.

Dokumen terkait