• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis

PERUBAHAN BELANJA NEGARA

4.2 Belanja Pemerintah Pusat

4.2.1 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis

Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat menurut jenis dalam APBNP tahun 2014, terjadi pada semua jenis belanja, yaitu: (1) belanja pegawai; (2) belanja barang; (3) belanja modal; (4) pembayaran bunga utang; (5) subsidi; (6) belanja hibah; (7) bantuan sosial; serta (8) belanja lain-lain. Penjelasan alokasi untuk masing-masing jenis belanja akan diuraikan sebagai berikut.

Dalam APBNP tahun 2014, alokasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp258.435,6 miliar.

Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar Rp4.542,7 miliar. Penurunan alokasi belanja pegawai tersebut utamanya disebabkan karena adanya penyesuaian anggaran remunerasi bagi beberapa K/L. Rencana pemanfaatan pagu anggaran belanja pegawai dalam APBNP Tahun 2014 terutama berkaitan dengan adanya langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam kerangka reformasi birokrasi, baik dalam memperbaiki dan menjaga kesejahteraan aparatur pemerintah dan pensiunan maupun dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya, alokasi anggaran belanja barang dalam APBNP tahun 2014 mencapai

Rp195.206,8 miliar. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar Rp20.343,3 miliar atau 9,4 persen terhadap pagunya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp215.550,0 miliar. Penurunan alokasi belanja barang tersebut terutama sebagai dampak dari kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk melakukan pemotongan belanja K/L pada beberapa pos belanja yang bersumber dana dari rupiah murni yang antara lain diarahkan pada anggaran untuk perjalanan dinas, belanja honorarium, biaya rapat/konsinyering, sisa dana lelang atau swakelola dan prioritas-prioritas K/L yang bertujuan untuk meningkatkan eisiensi. Pemotongan anggaran belanja barang tersebut diharapkan tidak mengurangi anggaran untuk: (1) kebutuhan biaya tetap berupa belanja barang operasional; dan (2) kebutuhan anggaran pendidikan.

Sementara itu anggaran untuk dana dukungan kelayakan proyek kerja sama dan pembayaran

trust fund, serta kontribusi pada organisasi internasional, tetap dialokasikan pemerintah melalui

BA BUN. Dalam APBNP tahun 2014, dana dukungan kelayakan proyek kerja sama diperkirakan sebesar Rp226,5 miliar atau menurun sebesar Rp890,8 miliar terhadap pagunya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp1.117,3 miliar, yang disebabkan perkiraan mundurnya pengadaan proyek

infrastruktur yang dikerjasamakan. Di sisi lain, untuk pembayaran trust fund dan kontribusi

pada organisasi internasional dalam APBNP tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp78,6 miliar atau meningkat sebesar Rp16,9 miliar terhadap pagunya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp61,7 miliar, peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh ditampungnya kurang bayar

trust fund dan kontribusi pada organisasi internasional akibat selisih kurs pada tahun 2012

dan tahun 2013.

Alokasi anggaran belanja modal dalam APBNP tahun 2014 mencapai Rp160.790,5 miliar.

Jumlah tersebut menunjukkan penurunan Rp23.403,0 miliar atau 12,7 persen lebih rendah dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp184.193,5 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran belanja modal dalam APBNP tahun 2014 tersebut, terutama disebabkan oleh adanya kebijakan penghematan belanja pemerintah pusat yaitu dengan melakukan pemotongan belanja K/L pada beberapa pos belanja salah satunya adalah belanja modal. Kriteria pemotongan belanja K/L tersebut antara lain dilakukan atas komponen rupiah murni belanja K/L di luar rupiah murni pendamping dan rupiah murni belanja operasional serta tidak mengurangi anggaran pendidikan.

Pembayaran bunga utang adalah kewajiban Pemerintah sekaligus merupakan konsekuensi

memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran deisit. Pembayaran bunga utang dihitung dengan mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi, antara lain: (1) asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yaitu USD, Yen, maupun dengan beberapa mata uang asing lainnya; (2) tingkat bunga SPN tiga bulan yang digunakan sebagai referensi bunga instrumen variabel

rate dan yield SBN; (3) asumsi penerbitan SBN neto untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

anggaran; (4) perkiraan biaya yang timbul dari pengadaan utang baru, antara lain: diskon

penerbitan dan biaya penerbitan); (5) total outstanding utang pemerintah; dan (6) perkiraan

utang baru dalam tahun berjalan.

Berdasarkan kebijakan fiskal dan perkembangan indikator perekonomian, pemerintah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro terutama untuk tingkat bunga SPN tiga bulan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam APBNP tahun 2014 masing-masing sebesar 6,0 persen per tahun dan Rp11.600 per USD, maka alokasi pembayaran bunga utang dalam APBNP tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp135.453,2 miliar. Pembayaran bunga utang tersebut apabila dijabarkan terdiri dari pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp120.566,2 miliar, dan pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp14.887,0 miliar. Pembayaran bunga utang luar negeri tersebut sudah termasuk kebutuhan pembayaran belanja

terkait dengan pendapatan hibah (Banking Commission) sebesar Rp400,0 juta. Rincian alokasi

pembayaran bunga utang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Dibandingkan dengan pagu APBN tahun 2014, pembayaran bunga utang mengalami peningkatan sebesar Rp14.167,7 miliar atau sebesar 11,7 persen. Peningkatan ini terjadi karena terdapat peningkatan pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar 10,5 persen, dan peningkatan pembayaran bunga utang luar negeri sebesar 22,2 persen. Perubahan pagu alokasi pembayaran bunga utang tersebut diperkirakan karena: (1) peningkatan tingkat bunga SPN 3 bulan; (2) depresiasi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat; (3) peningkatan dalam penerbitan SBN neto dari Rp205.068,8 miliar dalam APBN tahun 2014 meningkat menjadi Rp264.983,7 miliar dalam APBNP tahun 2014; dan (4) perkiraan biaya yang timbul akibat dari pengadaan utang baru dalam tahun berjalan, misalnya untuk diskon penerbitan dan biaya penerbitan.

Peningkatan dalam pembayaran bunga utang tersebut merupakan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh pemerintah, akan tetapi pemerintah berupaya untuk tetap konsisten dalam

menjaga dan menurunkan imbal hasil (yield) penerbitan SBN melalui langkah-langkah, antara

lain: (1) eisiensi dalam pengelolaan utang; (2) meningkatkan likuiditas pasar SBN dalam negeri; 2013

Nominal %

a. Utang Dalam Negeri 98.711,1 109.101,6 120.566,2 11.464,6 10,5 b. Utang Luar Negeri 14.324,4 12.183,9 14.887,0 2.703,1 22,2

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 4.3

PEMBAYARAN BUNGA UTANG 2013-2014 (miliar Rupiah)

Pembayaran Bunga Utang 113.035,5 121.285,5 135.453,2 14.167,7 11,7

Uraian

2014 LKPP

Audited APBN APBNP

(3) meningkatkan kepercayaan pasar melalui pengelolaan iskal yang kredibel dan pengelolaan

utang yang prudent; dan (4) mengoptimalkan pilihan tenor penerbitan dan pilihan instrumen

yang tepat sehingga dapat mengurangi realisasi diskon yang harus dibayarkan oleh pemerintah.

Selanjutnya anggaran subsidi dalam APBNP tahun 2014 diperkirakan akan mengalami

kenaikan yang signiikan yaitu mencapai sebesar Rp403.035,6 miliar. Jumlah tersebut berarti mengalami kenaikan sebesar Rp69.353,0 miliar atau 20,8 persen bila dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp333.682,6 miliar. Perubahan besaran subsidi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) perubahan subsidi BBM, dan LPG Tabung 3 kg serta subsidi listrik akibat perubahan nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika Serikat; (2) perubahan bauran energi (fuel mix); dan (3) perubahan anggaran

subsidi pajak. Rincian perubahan besaran subsidi dalam tahun 2014 selengkapnya disajikan

pada Tabel 4.4.

Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam APBNP tahun 2014 mencapai Rp246.494,2 miliar, yang berarti mengalami peningkatan Rp35.758,7 miliar atau 17,0 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp210.735,5 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh: (1) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat; dan (2) perkiraan kekurangan pembayaran tahun 2013 sebesar Rp46.910,5 miliar. Selanjutnya, kebutuhan belanja subsidi BBM tersebut telah memperhitungkan langkah-langkah kebijakan pengendalian beban subsidi BBM tahun 2014 antara lain: (1) optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG Tabung 3 Kg; (2) konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG); (3) peningkatan pemanfaatan energi alternatif seperti bahan bakar nabati (BBN) dan bahan bakar gas (BBG); (4) melanjutkan pelaksanaan pentahapan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi; dan (5) penyempurnaan regulasi kebijakan subsidi BBM dan LPG tabung 3 Kg. Untuk mengurangi beban anggaran subsidi BBM dalam tahun 2014, anggaran subsidi BBM sebesar Rp46.267,0

miliar akan dilakukan carry over ke tahun 2015.

2013

Nominal %

I. ENERGI 309.979,7 282.100,3 350.310,5 68.210,2 24,2

1. Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg *) 210.000,0 210.735,5 246.494,2 35.758,7 17,0 2. Subsidi Listrik 99.979,7 71.364,8 103.816,3 32.451,5- 45,5

II.NON ENERGI 45.065,5 51.582,3 52.725,1 1.142,8 2,2

1. Subsidi Pangan 20.310,1 18.822,5 18.164,7 (657,8) (3,5) 2. Subsidi Pupuk 17.617,8 21.048,8 21.048,8 - -3. Subsidi Benih 414,4 1.564,8 1.564,8 - -4. Subsidi/Public Service Obligation 1.518,3 2.197,1 2.197,1 - -5. Subsidi Bunga Kredit Program 1.127,7 3.235,8 3.235,8 - -6. 4.077,1 4.713,2 6.513,8 1.800,6 38,2

JUMLAH 355.045,2 333.682,6 403.035,6 69.353,0 20,8

*) Termasuk Subsidi LGV Subsidi Pajak

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 4.4 SUBSIDI, 2013-2014 (Miliar Rupiah) URAIAN 2014 LKPP

audited APBN APBNP

Sementara itu, beban subsidi listrik dalam APBNP tahun 2014 mencapai Rp103.816,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp32.451,5 miliar atau 45,5 persen bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaran subsidi listrik yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp71.364,8 miliar. Peningkatan anggaran subsidi listrik dibanding dengan pagunya dalam APBN tahun 2014 tersebut disebabkan oleh: (1) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat; dan (2) risiko perubahan berbagai parameter subsidi listrik seperti perubahan bauran

energi (fuel mix), dan (3) perkiraan kekurangan subsidi listrik tahun 2013 sebesar Rp21.793,9

miliar. Untuk mengurangi beban anggaran subsidi listrik dalam tahun 2014, anggaran subsidi

listrik sebesar Rp3.733,0 miliar akan dilakukan carry over ke tahun 2015.

Selanjutnya, alokasi anggaran subsidi pangan dalam APBNP tahun 2014 mencapai Rp18.164,7 miliar, yang berarti turun Rp657,8 miliar atau 3,5 persen dari pagunya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp18.822,5 miliar. Perubahan alokasi subsidi pangan tersebut, berkaitan dengan perubahan Harga Pembelian Beras (HPB) Perum Bulog yang semula dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp8.333,00/kg menjadi Rp8.047,69/kg. Perubahan HPB tersebut dalam rangka

menyesuaikan dengan hasil audit BPK. Selain itu, Pemerintah juga memberikan margin fee

kepada Perum Bulog sebagai kompensasi atas penugasan Pemerintah.

Terkait dengan subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP), alokasi anggaran subsidi pajak DTP dalam APBNP tahun 2014 diperkirakan menjadi sebesar Rp6.513,8 miliar, yang berarti naik Rp1.800,6 miliar atau 38,2 persen dari pagu anggaran subsidi pajak DTP yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp4.713,2 miliar. Lebih tingginya perkiraan beban anggaran subsidi pajak DTP dari pagunya dalam APBN tahun 2014 tersebut, disebabkan oleh meningkatnya perkiraan beban subsidi PPh sebesar Rp2.281,8 miliar akibat adanya penyesuaian kenaikan kurs, sehingga menyebabkan subsidi pajak untuk PPh DTP Imbal Hasil SBN Valas mengalami kenaikan. Di samping itu, beban subsidi fasilitas bea masuk diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp481,2 miliar.

Dalam APBNP tahun 2014, alokasi anggaran belanja hibah mengalami penurunan sebesar

Rp689,5 miliar dari pagu yang dianggarkan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp3.542,7 miliar menjadi sebesar Rp2.853,3 miliar. Penurunan alokasi anggaran belanja hibah tersebut

disebabkan oleh adanya penurunan rencana penarikan dana pada program Mass Rapid Transit

(MRT) sebesar Rp853,9 miliar sebagai akibat keterlambatan dalam jadwal proyek pada paket layang dan bawah tanah yang mengakibatkan bergesernya penyerapan nilai proyek/anggaran pada tahun 2014. Selain itu, terdapat komponen belanja hibah dalam APBNP tahun 2014 yang

mengalami peningkatan yaitu program Water Resources and Irrigation Sector Management

Project-PhaseII (WISMP-2) sebesar Rp32,4 miliar sebagai akibat adanya perubahan rencana

tahunan yang disusun oleh Pemerintah Daerah dan telah dikoordinasikan dengan kementerian teknis terkait. Selanjutnya, dalam APBNP tahun 2014 terdapat komponen belanja hibah

lainnya, yaitu (1) program hibah Microinance Innovation Fund sebesar Rp97,1 miliar; dan

(2) pemberian hibah Pemerintah dalam rangka pembangunan asrama mahasiswa Indonesia di Kampus Universitas Al Azhar Mesir sebesar Rp34,9 miliar yang merupakan realokasi dari belanja lain-lain.

Secara lebih rinci, belanja hibah dalam APBNP tahun 2014 adalah sebagai berikut: (1) program MRT sebesar Rp2.025,5 miliar; (2) program WISMP-2 sebesar Rp178,7 miliar; (3) Hibah Air

Minum sebesar Rp206,0 miliar; (4) Hibah Air Limbah sebesar Rp29,8 miliar; (5) Infrastructure

Enhancement Grant (IEG)-Sanitasi sebesar Rp7,8 miliar; (6) Development of Seulawah Agam

Untuk Pembangunan Sanitasi sebesar Rp93,4 miliar; (8) Provincial Road Improvement and

Maintenance (PRIM) sebesar Rp122,0 miliar; (9) Hibah Air Minum Tahap I sebesar Rp3,5 miliar;

(10) Hibah Microinance Innovation Fund sebesar Rp97,1 miliar; dan (11) Hibah Pemerintah

dalam rangka pembangunan asrama mahasiswa Indonesia di Kampus Universitas Al Azhar Mesir sebesar Rp34,9 miliar.

Selanjutnya, anggaran bantuan sosial dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar

Rp96.655,4 miliar. Jumlah ini menunjukkan peningkatan sebesar Rp4.849,0 miliar atau 5,3 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp91.806,4 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran bantuan sosial tersebut terutama dikarenakan tambahan alokasi anggaran untuk pembayaran tunggakan Jamkesmas tahun 2013 sebesar Rp3.367,0 miliar dan tambahan

alokasi dana cadangan penanggulangan bencana alam melalui BA BUN (on call) sebesar

Rp1.000,0 miliar yang digunakan untuk cadangan kegiatan penanganan bencana alam selama tahun 2014.

Dengan demikian, alokasi anggaran bantuan sosial dalam APBNP tahun 2014 terdiri atas anggaran melalui K/L sebesar Rp93.355,4 miliar, dan dana cadangan penanggulangan bencana alam melalui BA BUN sebesar Rp3.300,0 miliar, di luar Rp700,0 miliar yang telah direalokasi

dari BA BUN ke BA BNPB untuk tambahan dana on call.

Anggaran belanja lain-lain dalam APBNP tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp27.938,3

miliar. Jumlah alokasi ini berarti lebih rendah sebesar Rp8.965,6 miliar atau 24,3 persen jika dibandingkan dengan pagunya yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp36.904,0 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran belanja lain-lain dalam APBNP tahun 2014 disebabkan antara lain: (1) ditiadakannya anggaran cadangan risiko energi yang semula dalam APBN tahun 2014 dialokasikan sebesar Rp10.407,5 miliar; (2) direalokasikannya sebagian anggaran BA 999.08 ke beberapa anggaran BA K/L dan BA Pengelolaan Hibah (999.02), hal tersebut dimungkinkan karena sesuai Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, seperti anggaran cadangan pengamanan Pemilu direalokasi ke BA Kepolisian Negara Republik Indonesia (BA 060) sebesar Rp1.000,0 miliar, cadangan pelaksanaan Pemilu direalokasi ke BA Badan Pengawasan Pemilihan Umum (BA 115) sebesar Rp757,6 miliar dan BA Komisi Pemilihan Umum (BA 076) sebesar Rp1.370,5 miliar, serta cadangan keperluan mendesak direalokasi ke BA Kementerian Pertahanan (BA 012) sebesar Rp293,1 miliar, BA Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BA 089) sebesar Rp39,1 miliar, BA Mahkamah Konstitusi (BA 077) sebesar Rp14,5 miliar, BA Kementerian Perindustrian (BA 019) sebesar Rp8,4 miliar, dan BA Pengelolaan Hibah/BA 999.02 (hibah pembangunan asrama mahasiswa Indonesia di kampus Universitas Al-Azhar Mesir) sebesar Rp34,9 miliar; (3) turunnya alokasi cadangan beras Pemerintah (CBP) menjadi Rp1.000,0 miliar dari yang semula dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp2.000,0 miliar; serta (4) naiknya

alokasi cadangan risiko kenaikan harga tanah (land capping) menjadi Rp1.600,0 miliar dari

yang semula dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp300,0 miliar.

Dokumen terkait