• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Kerangka Pikir

Kerangka piker ini dikembangkan dari kerangka teori yang sudah terbentuk.

Kerangka teori yang digunakan adalah perpaduan antara model implementasi kebijakan George Edward III yang menganalisis implementasi berdasarkan 4 aspek yaitu ( sumber daya, disposisi, komunikasi dan struktur birokrasi) dalam hal ini peneliti hanya meneliti Sumberdaya,sarana, dana,komunikasi, yang merupakan bagian dari birokrasi, dipadukan dengan model implementasi kebijakan menurut Ripley yang melihat implementasi berdasarkan 2 hal yaitu kepatuhan implementator

41

dan kemampuan implementator untuk memutuskan kondisi di lapangan sesuai dengan kebijakan yang ada.

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka peneliti mengembangkan kerangka pikir seperti pada gambar 2.2 di bawah ini

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Badan Penanggulangan

Bencana Daerah

Rumah Sakit Dinas Kesehatan

Dukungan dalam rangka Implementasi kebijakan : 1. Sumber daya manusia 2. Sarana dan Prasarana 3. Keuangan

4. Komunikasi

Implementasi Kebijakan 1. Kepatuhan

Stakeholder 2. Faktualitas

Pra Bencana Bencana Pasca Bencana

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (1998) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian ilmiah yang menekankan untuk memahami masalah-masalah yang dialami manusia dalam konteks sosial. Proses tersebut dilakukan dengan cara menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti. Model yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara. Pemilihan Kabupaten ini sebagai tempat penelitian karena ada fenomena mengenai implementasi Kebijakan dalam menghadapi bencana.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan yaitu terhitung mulai bulan Juli – November 2015. Prosesnya dimulai dari penelusuran masalah, penelusuran

43

kepustakaan, pengembangan instrumen, pengumpulan data, sampai pada penyajian hasil penelitian.

3.3 Informan (Sumber Informasi)

Berdasarkan Sugiyono (2010) informan-informan akan dipilih berdasarkan prinsip-prinsip pada penelitian kualitatif yaitu kesesuaian (Appropiateress) dan kecukupan (Adequacy). Informan atau subjek penelitian ini adalah

1. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan utama yang diperkirakan dapat memberikan informasi mengenai evaluasi implementasi kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Utara, Penentuan Jumlah informen Disesuaikan dengan Tupoksinya di Institusi masing – masing, berikut ini adalah informan kunci penelitian ini

Tabel 3.1. Daftar Informan Kunci Penelitian No Instansi Sumber

2. Kordinasi kerja dengan sektor terkait kesehatan

Tabel 3.1 (Lanjutan)

2. Kordinasi kerja dengan sektor lainnya

3. Permasalahan yang dihadapi tim kesehatan dikordinir Rumah Sakit

2. Kordinasi kerja dengan sektor lainnya

3. Permasalahan yang dihadapi tim kesehatan rumah sakit

2. Informan Pendukung

Informan pendukung adalah informan tambahan yang diperkirakan dapat memberikan informasi yang menguatkan atau melemahkan sebagai komparasi informan utama dalam evaluasi implementasi kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Utara, Penentuan informan ini berdasarkan wewenang dan tupoksi di institusi dan desa pada wilayah yang rentan / sering terjadi banjir, berikut ini adalah informan pendukung penelitian ini.

45

Tabel 3.2. Daftar Informan Pendukung Penelitian No Instansi Sumber

1. Keterlibatan dalam menghadapi bencana

1. Keterlibatan dalam menghadapi bencana 2. Implementasi dalam

penanggulangan yang

1. Pelayanan kesehatan yang dirasakan masyarakat dalam kondisi pra, bencana dan pasca bencana

Penelitian ini mengambil sampel secara purposive dimana peneliti ingin melihat bagaimana implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara.

3.3.1. Karakteristik Informan

Adapun karaktristik informan penelitian ini dapat dilihat berikut ini:

1. Informan pertama

Informan pertama penelitian ini adalah Kepala Pelaksana BPBD,merupakan sarjana di bidang ilmu ekonomi. Secara struktural menjabat sebagai ketua pelaksana sejak tahun 2012. Kepala Pelaksana mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di bidang penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.

2. Informan ke dua

Informan kedua penelitian ini adalah Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan bencana di BPBD Kabupaten Aceh Utara. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengendalikan tugas – tugas di bidang pengkoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan penanggulangan bencana yang meliputi pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan penanganan bencana secara adil dan setara sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

3. Informan ke tiga

Informan ke tiga penelitian ini adalah kasubbid Logistik . Kepala Seksi Logistik Penanggulangan Bencana mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengkoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan dukungan logistik penanggulangan bencana.

47

4. Informan ke empat

Informan ke empat adalah Kepala Dinas Kesehatan , kepala dinas kesehatan merupakan seorang dokter lulusan master kesehatan. Kepala dinas kesehatan merupakan kepala pelaksana penanggulangan bencana bidang kesehatan.

Salah satu tugas pokoknya adalah menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur yang berkaitan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana bidang kesehatan

5. Informan ke lima

Informan ke lima adalah kordinator pelayanan penanggulangan bencana bidang kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara. Kordinator pelayanan penanggulangan bencana memiliki tugas pokok diantaranya mengkoordinir seluruh kegiatan yang bersifat teknis medis terkait dengan

penanganan bidang kesehatan dalam penanggulangan bencana, kemudian memonitor distribusi dan pemanfaatan bantuan pendukung kegiatan

operasional baik SDM, logistik, obat dan transportasi terkait dengan penanganan bidang kesehatan dalam penanggulangan bencana

6. Informan ke enam

Informan ke enam adalah Direktur Rumah Sakit Cut Meuthia. Kepala rumah sakit merupakan wakil pelaksana penanggulangan bencana bidang kesehatan di bawah dinas kesehatan. Rumah sakit merupaka pemberi pelayanan lanjutan/rujukan dari pelayanan kesehatan yang diberikan di lapangan.

7. Informan ke tujuh

Informan ke tujuh adalah kordinator tanggap darurat di Rumah sakit. Tugas pokoknya adalah mengkordinir pemberian pelayanan lanjutan/rujukan di rumah sakit

8. Informan ke delapan

Informan ke delapan adalah kepala Puskesmas Lhoksukon. Informan sudah menjabat lebih dari 2 tahun, kepala Puskesmas memiliki tugas sebagai kordinator pelayanan kesehatan dalam bencana di wilayah kerjanya/di lapangan. Puskesmas Lhoksukon dipilih karena wilyah kerja Puskesmas ini merupakan langganan banjir.

9. Informan ke sembilan

Informan ke Sembilan adalah kepala Puskesmas Buket Hagu. Informan merupakan seorang dokter perempuan yang sudah menjadi kepala Puskesmas lebih dari 5 tahun. Puskesmas ini juga dipilih karena wilyah kerja Puskesmas ini merupakan wilayah yang sering mengalami banjir.

10. Informan ke sepuluh

Informan ke sepuluh adalah Ketua PMI. PMI berperan dalam membantu pelayanan kesehatan di lapangan saat dan setelah bencana. Informan ke sepuluh merupakan relawan PMI yang sudah aktif selama 5 tahun dalam memberikan bantuan medis pada saat bencana.

11. Informan ke sebelas

Informan ke sebelas adalah anggota PMI. Informan merupakan relawan yang mengkordinir pemberian logistic dilokasi bencana. Informan sudah aktif

49

dalam membantu penanganan bencana di Aceh Utaraselama 3 tahun belakangan ini.

12. Informan ke dua belas

Informan ke dua belas adalah kepala Desa Manyang . Desa Manyang merupakan desa yang cukup parah mengalami bencana banjir. Informan merupakan kepala desa yang sudah menjabat selama 4 tahun di desa tersebut.

Informan merupakan penduduk asli desa setempat.

13. Informan ke tiga belas

Informan ke Tiga belas kepala Desa Blang. Informan sudah menjabat sebagai kepala desa selama 3 tahun lebih, selama 3 tahun menjabat sudah mengalami bencana kebanjiran sebanyak 3 kali dan yang terparah adalah pada tahun 2014 lalu.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi/wawancara), indepth interview berdasarkan struktur pertanyaan kuesioner yang dibuat. Isi indepth inteview menyangkut variabel penelitian yaitu:

Kepatuhan, dan faktualitas (kemampuan implementasi) tim kesehatan dalam penanggulangan bencana yang didukung oleh sumber daya ( keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana), komunikasi.

Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa laporan kinerja BPBD, laporan kerja tim kesehatan dinas kesehatan serta profil BPBD Kabupaten Aceh Utara.

3.5 Definisi

Definisi konsep merupakan uraian-uraian indikator variabel sedangkan indikator variabel adalah fakta-fakta kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu variabel. Adapun definisi konsep variabel penelitian ini antara lain,

1) Dukungan adalah semua potensi yang diberdayakan stakeholder dalam rangka mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

2) Sumber daya manusia adalah seluruh tenaga kesehatan yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

3) Sarana dan Prasarana adalah seluruh potensi fisik yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

4) Keuangan adalah seluruh potensi keuangan yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

5) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan antar stakeholder baik secara formal maupun informal dalam rangka meningkatkan kordinasi dalam

51

implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

6) Disposisi adalah komitmen stakeholder dalam rangka implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

7) Implementasi kebijakan adalah realisasi penanggulangan bencana bidang kesehatan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

8) Kepatuhan adalah ketaatan stakeholder untuk mengimplementasikan kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara yang sesuai dengan kebijakan yang ada baik dalam perencanaan maupun dalam kegiatan.

9) Faktualitas adalah segala keputusan dan tindakan yang dilakukan stakeholder dalam menyelesaikan persoalan secara praktis yang muncul di lapangan yang mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara

10) Pra bencana adalah implementasi kebijakan yang dijalankan stakeholder sebelum bencana terjadi

3.6. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilanjutkan dengan analisis data. Hal ini dimaksudkan untuk menginterpetasi data dari hasil penelitian yang sudah dimiliki untuk diolah, data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode yang sesuai dengan jenis dan sifat datanya. Karena jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, maka data yang dicari dan dikumpulkan adalah data yang bersifat deskriptif.

Metode analisis data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian di lapangan. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010) langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian kualitatif antara lain,

1) Mereduksi data

Reduksi data merupakan proses selektif yang memerlukan kejelian serta kedalaman wawasan yang tinggi. Proses yang dilakukan dalam langkah ini antara lain,

a) Pertama, meringkaskan data implementasi kebijakan yang dilakukan masing-masing stakeholder sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan.

b) Kedua, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan obyektif mengenai implementasi kebijakan yang dilakukan masing-masing stakeholder. Peneliti mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif.

c) Ketiga, menuliskan hal-hal berkaitan yang terpikir langsung secara objektif berkaitan dengan implementasi kebijakan yang dilakukan masing-masing stakeholder.

53

d) Keempat, analisis data selama pengumpulan data dengan membuat memo khusus berkaitan dengan implementasi kebijakan yang dilakukan masing-masing stakeholder.

e) Kelima, pembuatan ringkasan sementara. Isinya berbentuk matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada objek penelitian.

2) Penyajian data

Penyajian data disajikan dalam bentuk naratif yang menyajikan uraian singkat hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian. Penyajian data disusun agar data hasil reduksi data lebih terorganisir, serta tersusun ke dalam model atau pola tertentu, sehingga mudah dipahami.

3) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara simultan, sehingga selalu dilengkapi dengan data-data baru yang mendukung. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan deksripsi dari penjelasan yang masih belum lengkap sebelum dilakukan penelitian. Selain itu kesimpulan juga bersifat kausal berdasarkan informasi yang terus berkembang dari informan serta penelusuran kepustakaan.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis Lokasi Penelitian

Kabupaten Aceh Utara adalah salah satu wilayah rawan bencana dalam Provinsi Aceh yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia dan diantara dua lautan India dan lautan Pasifik dan berada pada pertemuan tiga Lempeng dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik yang sangat berpotensi timbulnya Gempa Bumi.

Bencana Alam berskala besar yaitu Gempa Bumi yang terjadi pada tanggal 26 desember 2004 yang berpusat didekat pulau Simeulu telah memicu terjadinya Tsunami di 8 (delapan) kecamatan meliputi 56 gampong yang telah menimbulkan korban meninggal dunia sejumlah 2.098 jiwa, hilang 218 jiwa dan luka-luka 141 jiwa serta menghancurkan kawasan pesisir Kabupaten Aceh Utara.

Disamping bencana alam Gempa Bumi dan Tsunami Kabupaten Aceh Utara merupakan kawasan rawan bencana alam banjir yang terjadi pada setiap tahun pada skala rendah, menengah dan tinggi disebabkan oleh curah hujan diatas normal sehingga sistim pengaliran air alamiah yang terdiri dari sungai dan anak sungai dan saluran drainase tidak mampu menampung akumulasi air hujan

Curah hujan rata-rata dalam kabupaten Aceh Utara yaitu 86,9 mm per tahun dengan hujan rata-rata sebanyak 14 hari perbulan. Curah hujan tertinggi rata-rata terjadi setiap tahunnya pada bulan Mei. Kecepat angin rata-rata 5 knots, dan maksimum 14,66 knots dan arah angin terbanyak dari Timur Laut dengan temperatur

55

maksimum 34,0 C dan minimum 19,6 C, temperatur maksimum terjadi pada bulan Juli dan April, sementara temperatur minimum terjadi pada bulan Januari.

Dari keseluruhan kecamatan, 16 kecamatan diantaranya adalah wilayah rawan bencana alam banjir yang terjadi setiap tahun yang berdampak kepada masyarakat di 111 gampong. Berikut ini wilayah di Kabupaten Aceh Utara berdasarkan kecamatan.

4.1.2. Demografi Lokasi Penelitian

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 adalah sebesar 529.751 jiwa. Dengan luas wilayah adalah 329.686 Ha, maka kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Utara adalah 1,61 jiwa/km. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon yaitu 43.998 jiwa dan kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara yaitu 11 jiwa/ha (pembulatan 10,99), sedangkan jumlah terkecil di Kecamatan Geureudong Pase yaitu 4.448 jiwa dan 1 jiwa/ha (pembulatan 0,17). Bila dilihat dari letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar sumbu wilayah atau di sekitar Jalan Nasional cenderung mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk lebih besar.

Angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Aceh Utara tahun 2000-2010 adalah sebesar 1,76 % per tahun. Sementara LPP untuk masing-masing kecamatan sangat bervariasi ada yang lebih besar dari 3 % tersebut, sampai ada yang negatif pertumbuhan penduduknya. Kecamatan-kecamatan di atas LPP Kabupaten Aceh Utara, ternyata terletak di sekitar sumbu wilayah, dan LPP yang negatif umumnya yang terletak ke arah pedalaman.

Terkait dengan peristiwa bencana alam gempa dan gelombang tsunami 26 Desember 2004, maka terjadi penurunan nilai LPP pada beberapa kecamatan pada tahun 2004-2005. Penurunan LPP ini terjadi pada kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir yang terkena dampak langsung. Dalam hal ini diindikasikan adanya pertumbuhan negatif di Kecamatan Muara Batu, Syamtalira Bayu, Samudera, Tanah Pasir, Lapang, Seunuddon dan Tanah Jambo Aye.

4.1.3. Bencana di Lokasi Penelitian

Pelaksanaan tugas Penanggulangan Bencana secara efektif dan efisien serta sinergis dengan instasi lembaga terkait pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Utara dengan Qanun No 3 tahun 2010 serta pengisian personil eselen II/ b, III/ b, IV /a dan staf telah dilaksanakan pada bulan maret tahun 2010 secara lengkap sesuai struktur organisasi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Utara mulai di operasikan pada tanggal 1 April 2010 dengan alamat sementara di Lhokseumawe dan pada bulan September 2011 telah menempati gedung permanen yang beralamat di jalan Banda Aceh-Medan KM 295 Landing Lhoksukon.

Kabupaten Aceh Utara memiliki 16 Kecamatan rawan Bencana Banjir untuk itu kesiapsiagaan lebih difokuskan pada Penanggulangan Bencana banjir dengan tetap mewaspadai terjadinya Bencana Alam dan Non Alam lainnya. Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan di Kabupaten Aceh Utara telah dibentuk unit BPBD Rescue dengan jumlah anggota 24 orang sebagai ujung tombak Penanggulangan

57

Bencana yang dibagi dalam berberapa regu dan setiap regu bertugas sebagai piket jaga 24 jam untuk merespon laporan masyarakat.

Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson; dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid & Ferguson, termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya.

Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 1000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober-November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret s.d April.

Rata-rata suhu udara adalah 300 C, dengan kisaran antara 260 C s.d 360 C.

Suhu rata-rata pada musim penghujan adalah 280 C, dan pada musim kemarau suhu rata-rata adalah 32,80 C. Kelembaban udara berkisar antara 84 – 89 %, dengan rata-rata 86,6 %.

Bencana alam gelombang pasang terjadi pada daerah di pesisir Kabupaten Aceh Utara. Bencana alam ini merupakan ancaman laten yang datang pada saat

tertentu atau bila terjadi perubahan cuaca yang ekstrim. Akibat dari bencana alam ini dapat menyebabkan pengikisan daratan di wilayah pesisir.

Kawasan rawan gelombang pasang meliputi : 1. Kecamatan Muara Batu;

2. Kecamatan Dewantara;

3. Kecamatan Syamtalira Bayu;

4. Kecamatan Samudera;

5. Kecamatan Tanah Pasir;

6. Kecamatan Lapang;

7. Kecamatan Baktiya Barat; dan 8. Kecamatan Seunuddon.

4.2. Dukungan dalam Implementasi Penanggulangan Bencana 4.2.1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah seluruh tenaga kesehatan yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan profil BPBD Kabupaten Aceh Utara diketahui jumlah personil yang terlibat dalam penanganan bencana khususnya di bidang kesehatan, secara rinci terlihat dalam tabel berikut ini

59

Tabel 4.1. Jumlah Personil Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015

No Instansi Jumlah

Personil

Keterangan 1 BPBD Kabupaten

Aceh Utara

20 orang Pernah mengikuti pelatihan 2 D inas Kesehatan

Kabupaten Aceh Utara

20 orang Pernah mengikuti pelatihan

3 Tim Siaga Bencana Puskesmas

30 orang Pernah mengikuti pelatihan 4 Palang Merah

Indonesia

112 orang 20 orang terlatih, 92 orang relawan Jumlah 182 orang

Sumber : Profil BPBD Kabupaten Aceh Utara

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan tergolong mencukupi, dan hampir keseluruhannya merupakan tenaga yang sudah dilatih. Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang mengatakan,

“Kalau ditanya SDM di dinas kesehatan saya piker cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan selama bencana, belum lagi dibantu sama tenaga PMI yang cukup banyak, saya yakin sdm di sini cukup tersedia”

hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan kepala pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara berikut ini,

“ Sdm kita selalu cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan saat bencana, kita ada dinas, puskesmas,rumah sakit, dan ada bantuan dari PMI untuk bantuan kesehatannya, selama ini kita tidak pernah mengalami kekurangan, apalagi kita menjalin kerjasama dengan LSM yang punya relawan ratusan, jadi jumlah sdm gak pernah kurang”

Begitu juga dengan pernyataan dari anggota PMI berikut ini,

PMI tinggal tunggu perintah aja dari kordinator, kita punya banyak relawan yang siap panggil dan banyak juga yang sudah ita latih

Berdasarkan wawancara mendalam mengenai sumber daya manusia secara kuantitas sudah mencukupi kebutuhan penanganan bencana yang terjadi saat bencana maupun pasca bencana. Tidak ada pernyataan informan yang menegaskan bahwa ketersediaan sumber daya manusia cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan di lapangan dinas kesehatan sangat terbantu dengan adanya tim siaga bencana yang berasal dari Puskesmas, berikut ini pernyataan kordinator pelayanan penanggulangan bencana bidang kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara,

“ Pelayanan kesehatan yang kita berikan semuanya sangat bergantung pada tim siaga puskesmas, sebab tim puskesmas lebih memahami lapangan”

Begitu juga dengan pernyataan kepala Puskesmas Lhoksukon berikut ini,

“ Sdm di sini cukup sih pak, kita selalu tunggu perintah dari dinas kesehatan, dan tim kita dari Puskesmas selalu stay, karena memang kesehariannya di Puskesmas dan membaur dengan masyarakat. Jadi kita tidak merasa kekurangan sih sebenarnya, di posko juga ada kita pantau anak-anak kelaparan, busung lapar juga kita dapati”

Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa sdm yang selama ini menjalankan pelayanan bidang kesehatan tidak pernah mengalami kekurangan, bahkan kelebihan relawan yang berasal dari PMI ataupun lembaga swadaya masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan hirarki pengambilan keputusan, dari dinas kesehatan ke Puskesmas terlihat cukup baik. Hal ini terlihat dari ketersediaan tenaga Puskesmas

61

yang selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bencana dan bergerak sesuai dengan intruksi organ di atasnya.

Kesiapan sumber daya manusia secara kuantitatif ternyata secara kualitas sdm yang tersedia hamper keseluruhan juga terlatih, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan sumber daya manusia yang ada mampu menyelesaikan

Kesiapan sumber daya manusia secara kuantitatif ternyata secara kualitas sdm yang tersedia hamper keseluruhan juga terlatih, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan sumber daya manusia yang ada mampu menyelesaikan