• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Dukungan dalam Implementasi Penanggulangan Bencana

Sumber daya manusia adalah seluruh tenaga kesehatan yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan profil BPBD Kabupaten Aceh Utara diketahui jumlah personil yang terlibat dalam penanganan bencana khususnya di bidang kesehatan, secara rinci terlihat dalam tabel berikut ini

59

Tabel 4.1. Jumlah Personil Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015

No Instansi Jumlah

Personil

Keterangan 1 BPBD Kabupaten

Aceh Utara

20 orang Pernah mengikuti pelatihan 2 D inas Kesehatan

Kabupaten Aceh Utara

20 orang Pernah mengikuti pelatihan

3 Tim Siaga Bencana Puskesmas

30 orang Pernah mengikuti pelatihan 4 Palang Merah

Indonesia

112 orang 20 orang terlatih, 92 orang relawan Jumlah 182 orang

Sumber : Profil BPBD Kabupaten Aceh Utara

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan tergolong mencukupi, dan hampir keseluruhannya merupakan tenaga yang sudah dilatih. Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang mengatakan,

“Kalau ditanya SDM di dinas kesehatan saya piker cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan selama bencana, belum lagi dibantu sama tenaga PMI yang cukup banyak, saya yakin sdm di sini cukup tersedia”

hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan kepala pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara berikut ini,

“ Sdm kita selalu cukup untuk memberikan pelayanan kesehatan saat bencana, kita ada dinas, puskesmas,rumah sakit, dan ada bantuan dari PMI untuk bantuan kesehatannya, selama ini kita tidak pernah mengalami kekurangan, apalagi kita menjalin kerjasama dengan LSM yang punya relawan ratusan, jadi jumlah sdm gak pernah kurang”

Begitu juga dengan pernyataan dari anggota PMI berikut ini,

PMI tinggal tunggu perintah aja dari kordinator, kita punya banyak relawan yang siap panggil dan banyak juga yang sudah ita latih

Berdasarkan wawancara mendalam mengenai sumber daya manusia secara kuantitas sudah mencukupi kebutuhan penanganan bencana yang terjadi saat bencana maupun pasca bencana. Tidak ada pernyataan informan yang menegaskan bahwa ketersediaan sumber daya manusia cukup dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan di lapangan dinas kesehatan sangat terbantu dengan adanya tim siaga bencana yang berasal dari Puskesmas, berikut ini pernyataan kordinator pelayanan penanggulangan bencana bidang kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara,

“ Pelayanan kesehatan yang kita berikan semuanya sangat bergantung pada tim siaga puskesmas, sebab tim puskesmas lebih memahami lapangan”

Begitu juga dengan pernyataan kepala Puskesmas Lhoksukon berikut ini,

“ Sdm di sini cukup sih pak, kita selalu tunggu perintah dari dinas kesehatan, dan tim kita dari Puskesmas selalu stay, karena memang kesehariannya di Puskesmas dan membaur dengan masyarakat. Jadi kita tidak merasa kekurangan sih sebenarnya, di posko juga ada kita pantau anak-anak kelaparan, busung lapar juga kita dapati”

Berdasarkan wawancara mendalam diketahui bahwa sdm yang selama ini menjalankan pelayanan bidang kesehatan tidak pernah mengalami kekurangan, bahkan kelebihan relawan yang berasal dari PMI ataupun lembaga swadaya masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan hirarki pengambilan keputusan, dari dinas kesehatan ke Puskesmas terlihat cukup baik. Hal ini terlihat dari ketersediaan tenaga Puskesmas

61

yang selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bencana dan bergerak sesuai dengan intruksi organ di atasnya.

Kesiapan sumber daya manusia secara kuantitatif ternyata secara kualitas sdm yang tersedia hamper keseluruhan juga terlatih, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan sumber daya manusia yang ada mampu menyelesaikan permasalahan terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan bencana di BPBD Kabupaten Aceh Utara yang mengatakan bahwa,

“Kalau dari data base yang ada pada bagian kepegawaian masing-masing institusi sudah melatih anggotanya yang terlibat dalam pelayanan kesehatan jadi gak perlu khawatir mengenai ketrampilannya”

Selain itu hal yang berkaitan juga disampaikan oleh anggota PMI lainnya yang mengatakah bahwa,

“ wah kalau kita mau ngasih pelayanan kesehatan gak bisa sembarangan orang, kalau di kami hanya yang ikut pelatihan yang bisa memberikan pelayanan kesehatan, selebihnya bantu-bantu yang lainnya”

Begitu juga dengan pernyataan kepala Dinas Kesehatan,

“ untuk dinas kesehatan kita harus latih secara khusus hal-hal yang berkaitan dengan becana seperti BCLS, jadi biar semakin baik mereka memberikan pelayanan kesehatan saat bencana”

Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan pada bencana tidak bisa sembarangan orang, sebab secara kualitas haruslah tenaga kesehatan yang memiliki penglamanan pelatihan. Hasil di atas menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang tersedia di Kabupaten Aceh Utara tergolong siap secara kuantitas dan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan sebelum, saat atau setelah bencana. Maka dapat dipastikan bahwa dukungan sumber daya manusia

cukup baik dalam implementasi kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Aceh Utara.

4.2.2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana adalah seluruh potensi fisik yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan profil BPBD Kabupaten Aceh Utara diketahui sarana dan prasarana berupa peralatn yang digunakan dalam penanganan bencana khususnya di bidang kesehatan dan dimiliki oleh stakeholder, secara rinci terlihat dalam tabel berikut ini

Tabel 4.2. Peralatan yang dimiliki Stakeholder dalam Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015

NO NAMA PERALATAN MEREK/TYPE JUMLAH

I Alat Angkut/Mobilisasi Laut/Sungai

1. Perahu Fiber 10 Penumpang Boat Yard 6 Unit 2. Perahu Karet (Rubber Boat) Zebec/Base Marine 4 Unit

3. Mesin Boat Yamaha Enduro 11 Unit

II Alat Angkut/Mobilisasi/Transportasi Darat 1. Minibus 4 (empat) Roda Toyota Innova 1 Unit

63

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa peralatan yang dimiliki tim penanggulangan bencana tergolong lengkap dan cukup dalam memenuhi pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelususran dokumen juga diketahui bahwa peralatan pendukung dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan tidak merata, sebab hampir semua peralatan hanya dimiliki oleh BPBD kabupten, sedangkan dinas kesehatan sangat kurang memiliki peralatan yang menunjang pelayanan kesehatan.

Hal tersebut sama dengan pernyataan informan dalam wawancara mendalam dengan kepala seksi bidang logistic BPBD kabupaten Kota berikut ini,

Selama ini, alat kita selalu cukup dalam menangani bencana yang terjadi, alat-alat yang mendasar dalam member pertolongan darurat kita sudah siapkan, jadi kalau alat kita didukung penuh.

65

Hal ini juga dijelaskan oleh anggota PMI berikut ini,

“ Alat–alat yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana, PMI ada, tapi tidak selengkap punya BPBD, BPDB itu alatnya lengkap semua dalam memberikan pelayanan penanggulangan bencana

Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketersediaan peralatan sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah cukup tapi khusus untuk BPBD, akan tetapi untuk dinas kesehatan yang secara khusus bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan tergolong kurang peralatan pendukungnya, seperti pernyataan informan kordinator pelayanan penanggulangan bencana berikut ini,

“Untuk memberikan pelayanan kesehatan kita tinggal keluarkan dari APBD yang ada, kalau kurang kita biasanya minta bantuan Provinsi. Untuk pelayanan kesehatan kita punya alat yag cukup, biasanya Puskesmas juga kita suruh bawa saat bencana.

Tapi untuk wilayah yang sangat besar dampak bencananya seperti banjir, kita tidak bisa langsung menuju kesana, karena kita kekurangan perahu karet, selain itu tenda untuk menampung masyarakat yang berobat juga tidak ada, jadi kita selalu berkordinasi dengan BPBD untuk penyediaan tempatnya.

Hal yang hampir sama juga dinyatakan oleh petugas Puskesmas Buket Hagu berikut ini,

“ Alat-alat yang kita gunakan dari Puskesmas, karena itu memang intruksi dari dinas kabupaten, biasanya kalau obat kita tinggal terima aja daftarnya dari dinas kesehatan meskipun itu tergantung permintaan kita”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana berupa peralatan yang dimiliki oleh dinas kesehatan sangat kurang. Dinas kesehatan sangat bergantung kepada BPBD dalam penyediaan alat pendukung, jadi meskipun sarana dan peralatan pelayanan kesehatan di dinas kesehatan ada dalam

memberikan pelayanan kesehatan, tapi pelayanan kesehatan dapat terganggu karena tidak tersedianya sarana pendukung tersebut, misalnya tenda ataupun kapal karet.

4.2.3. Keuangan

Keuangan adalah seluruh potensi keuangan yang dialokasikan untuk mendukung implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara. Keuangan adalah aspek yang cukup penting dalam menggerakakkan roda organisasi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala dinas kesehatan Kabupaten Aceh Utara berikut ini,

“Uang banyak disini, tapi untuk bencana serasa tidak cukup, anggaran yang dialokasikan setiap tahun sepertinya kurang,karena yang namanya bencana kita tidak bisa duga kan”

Hal senada juga dinyatakan oleh direktur rumah sakit Cut Meuthia berikut ini,

“Biaya penanggulangan bencana saat ini sepertinya cukup , kalau kita memberikan pelayanan selama ini cukup-cukup saja”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pembiayaan untuk kebutuhan penanggulangan bencana tergolong cukup, sebab tidak ada kendala dana yang muncul saat pemberian pelayanan kesehatan dalam penanggulangan bencana.

Ketersediaan dana yang cukup ini tidak terlepas dari sumber pembiayaan yang berasal dari berbagai sumber seperti pernyataan kepala BPBD berikut ini,

“Pembiayaan untuk penanggulangan bencana ini ada dari berbagai sumber, dari pusat itu ada APBN, dari daerah ada dari APBD, bahkan ada juga yang bantuan dari lembaga non pemerintah”

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan bencana di BPBD Kabupaten Aceh Utara,

67

“Pembiayaan untuk penanggulangan bencana ini banyaknya dari APBD, APBN juga ada khususnya dari BNPB, tapi kadang juga ada bantuan dana dari lembaga-lembaga dalam bentuk uang langsung, dan ada juga bantuan langsung dalam bentuk mesin dari LSM Bumo Malikusaleh kalau saya tidak salah”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber dana untuk membiayai penanggulangan bencana berasal dari berbagai sumber mulai dari APBN, kemudian pembiayaan dari daerah (APBD) baik Provinsi ataupun kabupaten/kota. Selain itu juga ada bantuan dana yang berasal dari masyarakat dalam bentuk sumbangan dan ada yang berasal dari bantuan organisasi non pemerintah.

Alokasi pembiayaan untuk penanggulangan bencana juga teralokasi untuk beberapa pos anggaran, meliputi pembiayaan untuk pra bencana, kemudian saat bencana dan terakhir untuk pasca bencana. Hasil penelitian menunjukkan alokasi anggaran tersebut banyak di alokasikan untuk pra bencana, seperti pernyataan dari kasubid BPBD Aceh Utara berikut ini,

“ Kalau selama ini pembiayaan kita itu banyaknya dialokasikan sebelum bencana terjadi, apalagi masih baru jadi perlu banyak peningkatan kualitas tim melalui pelatihan, jadi otomatis banyak keluar sebelum bencana terjadi, selain itu untuk memenuhi kebutuhan alat jadi kita harus penuhi dari awal”

Kepala Dinas kesehatan juga menyatakan hal yang sama

“Pembiayaan kita selama ini dialokasikan sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan, kalau selama ini dinas kesehatan menanggulangai bencana bidang kesehatan saat bencana terjadi, jadi banyak biaya kita sebenarnya terserap di sini, khususnya untuk obat-obatan dan pendukungnya, kalau butuh alat pendukung kita tinggal kordinasi aja dengan BPBD, jadi peralatan pendukung sudah lengkap kian tapi memang untuk tahun-tahun awal dulu dinas butuh bantuan alat-alat untuk mempermudah dan membantu tim teknis”

Begitu juga pernyataan Direktur Rumah Sakit yang mengungkapkan hal sebagai berikut,

“ Rumah sakit selama ini kegiatan penanggulangan bencananya itu memperkuat sumber daya manusia dulu, kita rencanain buat pelatihan untuk tim di rumah sakit, jadi banyak dana terserap saat pra bencana”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dialokasikan untuk penanggulangan bencana bidang kesehatan secara prinsip banyak terserap untuk kegiatan pra bencana seperti pelatihan pembelian alat-alat pendukung. Kemudian setelah kebutuhan alat terpenuhi dalam bidang kesehatan pembelian obat-obatan saat bencana mengalami peningkatan, dan hanya sedikit kegiatan untuk kegiatan pasca bencana.

Pada perkembangan di tahun-tahun berikutnya alokasi dana sangat bergantung pada jenis kegiatannya. Khusus untuk pelayanan kesehatan dana banyak teralokasi untuk pembelian alat dan obat-obatan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan khususnya yang dikelola oleh dinas kesehatan.

4.2.4. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan antar stakeholder baik secara formal maupun informal dalam rangka meningkatkan kordinasi dalam implementasi kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan di Kabupaten Aceh Utara.

Berbicara mengenai komunikasi maka proses yang sangat erat dengan komunikasi yang efektif adalah membangun fungsi-fungsi kordinasi baik secara resmi ataupun non formal antar stakeholder yang berperan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Berikut ini komunikasi yang terbangun antar stakeholder dalam penanggulangan bencana.

69

Berikut ini pernyataan dari kepala pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara,

“Untuk permsalahan komunikasi kita tidak pernah putus, semua pihak kita libatkan dalam penanggulangan bencana seperti dinas kesehatan dan PMI untuk pelayanan kesehatan, sedangkan untuk kegiatan yang lain kita bekerjasama dengan SKPD yang berhubungan dengan program penanggulangan bencana”

Hal senada juga disampaikan oleh kabid penanggulangan bencana berikut ini,

“ BPBD sebagai kordinator penanggulangan bencana selalu mengkomunikasikan secara formal melalui undangan langsung untuk mempersiapkan penanggulangan bencana kepada semua pihak terkaitlah, apalagi saat bencana setiap hari BPBD mengkordinasikan semua stakeholder sehari sekali, jadi komunikasi yang kami bangun secara formal sudah sesuai dengan ketentuan yang ada”

Begitu juga dengan pernyataan anggota PMI berikut ini,

“ Kalau penanggulangan bencana PMI selalu dihubungi, apalagi kalau lagi bencana PMI selalu dihubungi dan kami dimintaa untuk melaporkan kegiatan kami”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang dibangun oleh BPBD untuk mengkordinasikan kerja-kerja tim penanggulangan bencana sudah berjalan baik. Hal ini ditandai dengan adanya pertemuan secara formal yang sudah dibuat oleh BPBD dengan mengundang seluruh stakeholder. Sedangkan untuk permsalahan kesehatan dinas kesehatan selaku penanggung jawab juga tampak mengkomunikasikan secara formal kepada anggotanya.

Hal senada dengan di atas juga sesuai dengan pernyataan Kepala Desa Manyang berikut ini,

“ Untuk tahu perkembangan kami selalu ikut rapat harian yang dibuat sama BPBD, kami diundang untuk dimintai masukannya mengenai kondisi saat bencana, tapi kalau sebelum bencana biasanya undangan pelatihan sering dibuat”

Begitu juga dengan kepala desa Blang yang menyatakan hal serupa,

“ Komunikasi yang kami bangun sangat dekat, kalau ada apa-apa saya bisa langsung telpon untuk diselesaikan, kalau resmi kami dapat undangan tiap hari, itu kalo lagi ada bencana”

Berikut ini hasil wawancara mendalam mengenai komunikasi yang dikomandoi oleh tim kesehatan. Berikut pernyataan dari kordinator pelayanan penanggulangan bencana bidang kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara,

“ Komunikasi yang sudah kita bangun degan tim kesehatan (Puskesmas, rumah sakit) tidak terlalu ribet, sebab hal ini sudah lazim terjadi dalam pelayanan kesehatan dasarnya. Kita sudah biasa menghubungi rumah sakit untuk menerima rujukan Puskesmas ataupun tim di lapangan. Dan semua itu kita mulai dengan pertemuan dengan seluruh stakeholder langsung”

Berikut ini juga pernyataan Kepala rumah sakit

“ Kalau untuk komunikasi kita sudah praktikkan dalam keseharian. Kalau ada rapat rumah sakit pasti diundang, Puskesmas juga diundang, PMI bahkan juga diajak untuk ikut pertemuan dengan keseluruhan stakeholder bidang kesehatan diundang oleh dinas kesehatan”

Hal senada juga disampaikan oleh kepala Puskesmas Lhoksukon berikut ini,

“ Kalau ditanya komunikasi kita selalu intens komunikasi formal melalui surat, maupun secara informal lewat telepon dengan dinas, jadi kalau ada apa-apa dan butuh cepat kita di telpon, kalau masih ada waktu kita diundang untuk pertemuan dalam membahas persiapan dalam pelayanan kesehatan”

Berdasarkan wawancara mendalam di atas diketahui bahwa komunikasi yang dibangun oleh stakeholder sudah baik. BPBD sudah melakukan komunikasi secara resmi maupun tidak kepada stakeholder terkait. Sedangkan untuk kesehatan, roda organisasi yang sudah biasa berjalan dalam keseharian khusus untuk menjalankan program kesehatan membuat komunikasi antara dinas kesehatan dengan rumah sakit

71

dan Puskesmas berjalan baik. Baik itu secara resmi maupun secara informal, dinas kesehatan mampu membangun komunikasi yang positif dengan stakeholder terkait.

4.3. Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana