• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA Tujuan Umum Pembelajaran

D. Ruang Lingkup Hukum Perdata

2. Benda tidak bergerak

Benda tidak bergerak menurut sifatnya ialah benda yang tidak dapat dipindah-pindahkan, misalnya tanah dan segala yang melekat diatasnya seperti gedung, pepohanan, bunga-bungaan. Benda tidak bergerak karena tujuannya ialah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu, misalnya mesin-mesin yang dipasang dalam pabrik. Tujuannya untuk dipakai tetap dan tidak berpindah-pindah (Pasal 507 KUHPdt).

Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang ialah hak-hak yang melekat atas benda tidak bergerak (Pasal 508 KUHPdt), misalnya hipotik, credietverband, hak pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut hasil atas benda tidak bergerak.

c. Benda dipakai habis dan tidak dipakai habis

Arti penting pembedaan ini terletak pada pembatalan perjanjian. Perjanjian yang objeknya benda dipakai habis apabila dibatalkan mengalami kesulitan dalam pemulihan pada keadaan semula. Penyelesaiannya ialah harus digantikan dengan benda lain yang sejenis dan senilai. Contoh benda dipakai habis ialah beras, roti, kayu bakar.

Perjanjian yang objeknya benda tidak dipakai habis apabila dibatalkan tidak begitu mengalami kesulitan pada pemulihan dalam keadaan semula, karena bendanya masih ada dan dapat diserahkan kembali. Misalnya pembatalan jual beli televisi, kenderaan bermotor, perhiasan emas berlian.

d. Benda sudah ada dan benda akan ada

Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang, atau pada pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan pelaksanaan perjanjian dapat dipenuhi dengan penyerahan bendanya. Benda akan ada tidak dapat dijadikan jaminan hutang, dan perjanjian yang objeknya benda akan ada dapat menjadi batal apabila pemenuhannya itu tidak mungkin dilaksanakan sama sekali (Pasal 1320 KUHPdt: unsur ketiga).

e. Benda dalam perdagangan dan luar perdagangan

Arti penting pembedaan ini terletak pada pemindahtanganan karena jual beli atau karena pewarisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjualbelikan dengan bebas, dapat diwariskan kepada ahli waris. Benda luar perdagangan tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat diwariskan kepada ahli waris.

Tidak dapat diperjualbelikan atau tidak dapat diwariskan itu mungkin karena tujuan peruntukannya, misalnya benda wakaf; mungkin karena tujuan yang dilarang undang-undang, misalnya narkotika; mungkin juga karena bertentangan dengan ketertiban umum, misalnya memperdagangkan manusia untuk pembantu rumah tangga, atau karena bertentangan dengan kesusilaan, misalnya memperdagangkan kelender gambar wanita telanjang.

f. Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

Arti penting pembedaan ini terletak pada pemenuhan prestasi suatu perikatan. Dalam perikatan yang objeknya benda dapat dibagi prestasi dapat dilakukan secara sebagian demi sebagian, misalnya satu ton beras dapat dibagi tanpa merubah arti dan sifatnya sebagai beras.

Dalam perikatan yang objeknya benda tidak dapat dibagi, pemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan sebagian demi sebagian,

melainkan harus secara utuh. Misalnya prestasi seekor sapi untuk membajak sawah tidak dapat dibagi menjadi separoh sapi diserahkan sekarang dan separoh lagi diserahkan kemudian. Jika seekor sapi diparoh, namanya bukan sapi lagi dan tidak berarti lagi untuk membajak sawah.

g. Benda terdaftar dan tidak terdaftar

Arti penting pembedaan ini terletak pada pembuktian pemilikannya, untuk ketertiban umum, dan kewajiban membayar pajak. Benda terdaftar dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat atas nama pemiliknya, sehingga mudah dikontrol pemilikannya, pengaruhnya terhadap ketertiban umum, kewajiban pemilinya untuk membayar pajak, serta kewajiban masyarakat untuk menghormati hak milik orang lain. Contoh benda terdaftar ialah kenderaan bermotor, tanah, bangunan, kapal, perusahaan, hak cipta, hak paten, telepon, televisi, pemancar radio.

Benda tidak terdaftar (disebut juga benda tidak atas nama), umumnya benda bergerak yang tidak sulit pembuktian pemilikannya karena berlaku asas “yang menguasai dianggap sebagai pemiliknya”. Di samping itu, tidak begitu berpengaruh/ berbahaya bagi ketertiban umum dan tidak begitu berpengaruh bagi pemiliknya untuk membayar pajak. Contohnya ialah alat-alat rumah tangga, pakaian sehari-hari perhiasan emas berlian, sepeda, hewan piaraan.

Dalam Hukum Perikatan sebagai objek perikatan adalah prestasi. Ada tiga macam bentuk prestasi, yaitu sebagai berikut.

1. Prestasi untuk memberi sesuatu, misalnya menyerahkan barang, membayar harga.

2. Prestasi untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang rusak.

3. Prestasi untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya tidak menggunakan merek dagang tertentu.

Jika dalam perikatan seseorang tidak memenuhi prestasi berarti yang bersangkutan telah cedera janji (wanprestasi). Sebelum seseorang dinyatakan wanprestasi, ia harus lebih dulu diperingatkan atau dilakukan somasi (teguran).

Perikatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut.

1. a. Perikatan sipil adalah perikatan yang apabila tidak dipenuhi dapat dilakukan gugatan.

b. Perikatan wajar adalah perikatan yang tidak mempunyai hak tagihan, tetapi apabila sudah dibayar tidak dapat diminta kembali (utang karena perjudian)

2. a. Perikatan yang dapat dibagi adalah perikatan yang dapat dibagi-bagi pemenuhannya (perjanjian kerja harian).

b. Perikatan yang tidak dapat dibagi adalah perikatan yang tidak dapat dibagi-bagi pemenuhan prestasinya (perjanjian untuk rekaman lagu tertentu).

3. a. Perikatan pokok adalah perikatan yang berdiri sendiri, tidak tergantung pada perikatan yang lain (perjanjian jual beli, sewa menyewa).

b. Perikatan tambahan adalah perikatan yang merupakan tambahan dari perikatan lainnya (perjanjian gadai, hipotek). 4. a. Perikatan murni adalah perikatan yang prestasinya harus

dipenuhi seketika itu juga.

b. Perikatan bersyarat adalah perikatan yang pemenuhannya oleh debitur digantung pada suatu syarat tertentu (pinjam uang baru akan dibayar kalau penjualan barang dari si debitur laku).

5. a. Perikatan spesifik adalah perikatan yang prestasinya ditetapkan secara khusus (pinjam uang sebagai pembayarannya adalah tenaga kerja si debitur).

b. Perikatan generik adalah perikatan yang hanya ditentukan menurut jenisnya.

Perikatan berakhir dengan beberapa cara, yaitu 1. dengan pembayaran (kalau perikatan itu jual beli), 2. dengan pembauran utang (novasi),

3. dengan pembebasan utang, 4. dengan pembatalan,

5. dengan hilangnya benda yang diperjanjikan, dan 6. dengan telah lewatnya waktu (daluwarsa).

Sumber-sumber hukum perikatan adalah 1. perjanjian, dan

2. undang-undang

Hukum perikatan yang bersumber dari perjanjian, misalnya: 1. jual beli, 2. tukar-menukar, 3. pinjam pakai, 4. sewa-menyewa, 5. penitipan, dan 6. perjanjian kerja.

Hukum Perikatan yang bersumber dari undang-undang, misalnya:

a. Perikatan yang terjadi karena undang-undang itu sendiri (wajib nafkah),

b. Perikatan yang terjadi karen undang-undang dan disertai dengan tindakan manusia. (Zaakwarneming, yaitu tindakan manusia yang menurut hukum dan hakiki; tindakan melanggar hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata).

Ad. 4. Hukum Waris

Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia, dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.

Ada dua macam cara untuk mengatur berpindahnya harta kekayaan seseorang yang telah meninggal (pewarisan), yaitu sebagai berikut.

a. Pewarisan menurut undang-undang ialah pembagian warisan kepada ahli waris (orang-orang yang mempunyai hubungan darah terdekat dengan pewaris). Pada pewarisan menurut undang-undang ada pengisian tempat (plaatsvervulling), artinya jika ahli waris yang berhak menerima warisan itu telah meninggal sebelum pembagian warisan, hak warisnya dapat diganatikan oleh anaknya. Apabila pewaris meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan, suami, istri, dan saudara-saudara, harta warisan itu dipecah menjadi dua. Setengah bagian untuk keluarga Bapak dengan garis lurus ke atas dan yang setengah bagian lainnya diberikan kepada keluarga Ibu menurut garis lurus ke atas pula (terjadi kloving).

b. Pewarisan berdasarkan wasiat, yaitu pembagian warisan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan menurut kehendak terakhir si pewaris (wasiat pewaris). Wasiat itu harus dinyatakan dalam bentuk Akta Notaris (warisan testamenter). Pemberi warisan disebut erflater, sedangkan penerima warisan atas dasar wasiat disebut legataris.

Berdasarkan penetapan garis kekeluargaan ahli waris dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu.

Golongan I : meliputi suami/isteri yang hidup terlama dan

keturunan dari pewaris dalam garis lurus ke bawah.

Golongan II : meliputi orang tua, saudara-saudara sekandung dan

Golongan III : adalah leluhur pewaris baik dari pihak suami/isteri. Golongan IV : adalah keluarga sedarah sampai derajat keenam.

Hak waris dari golongan-golongan ini tergantung dari ada atau tidak adanya golongan sebelumnya. Artinya, Golongan I menutup hak waris Golongan II, Golongan II menutup hak waris Golongan III, dan seterusnya. Apabila Golongan I sampai dengan IV tidak ada, harta warisan menjadi milik negara.

RANGKUMAN

Hukum perdata adalah segala peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang yang lain. Dari definisi tersebut ada beberapa unsur yang dibahas. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Peraturan hukum (recht sregel, rule of law);

2. Hubungan hukum (rechtsbetreking, legal relation); 3. Orang (persoon).

Ruang lingkup hukum perdata menurut sistematika ilmu pengetahuan meliputi hukum perorangan, hukum keluarga, hukum kekayaan dan waris.

1. Hukum tentang orang atau Hukum Perorangan (Persoonenrecht) yang antara lain mengatur tentang :

a. Orang sebagai subjek hukum, dan

b. Orang dalam kecakapannya untuk memiliki hak-hak dan bertindak sendiri untuk melaksanakan haknya itu.

2. Hukum kekeluargaan atau Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan, perceraian beserta hubungan hukum yang timbul di dalamnya seperti hukum harta kekayaan antara suami dan isteri,

b. Hubungan hukum antara orang tua dan anak-anaknya atau kekuasaan orang tua (ouderlijk macht),

c. Perwalian (voogdij), dan d. Pengampuan (curatele).

3. Hukum kekayaan atau Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht) yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta kekayaan ini meliputi:

a. Hak Mutlak, adalah hak-hak yang berlaku terhadap setiap orang;

b. Hak Perorangan, adalah hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang atau suatu pihak tertentu saja.

4. Hukum Waris (Erfrecht) mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia (mengatur akibat-akibat hukum dari hubungan keluarga terhadap harta warisan yang ditinggalkan seseorang).

LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum perdata dan apa unsur-unsur yang terkandung di dalam definisi tersebut. 2. Jelaskan sejarah singkat hukum perdata.

3. Jelaskan ruang lingkup hukum perdata dan berikan contoh-contohnya.

4. Jelaskan pembedaan benda dan apa arti pentingnya pembedaan benda tersebut.

5. Jelaskan macam-macam bentuk prestasi.

GLOSSARIUM

1. Natuurlijk persoon adalah gejala alam, makhluk hidup ciptaan Tuhan, yang mempunyai akal, perasaan, kehendak.

2. Rechtspersoon adalah gejala yuridis, adalah gejala yuridis, badan ciptaan manusia berdasarkan hukum.

3. Vermogensbestanddeel adalah hak disebut juga dengan “bagian dari harta kekayaan”.

4. Onderlijke Macht adalah kekuasaan Orang Tua terhadap pemeliharan anak.

5. Burgelijk Wetboek (BW) adalah kodifikasi hukum perdata yang disusun di negeri Belanda.

6. Vermogensrecht adalah yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1993, hlm. 143.

Yulies Tiena Masriani, 2004, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 72.

BAB III

ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA