• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Delik (Tindak Pidana)

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA Tujuan Umum Pembelajaran

H. Jenis-Jenis Delik (Tindak Pidana)

KUHP mempunyai sistematika sebagai berikut: Buku Kesatu : Aturan Umum, Pasal 1 – 103 Buku Kedua : Kejahatan, Pasal 104 – 488 Buku Ketiga : Pelanggaran, Pasal 489 – 569

Dari sistematika KUHP ini terlihat bahwa tindak pidana dibagi 2 (dua) macam yaitu kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). Pembahagian atas kejahatan ini didasarkan kepada kualitasnya. Kejahatan disebut dengan delik hukum (rechtsdelicten), yaitu perbuatan yang menurut sifatnya merupakan perbuatan jahat, meksipun tidak ditetapkan oleh undang-undang sebagai kejahatan. Pelanggaran adalah delik undang-undang (wet delicten) yaitu perbuatan-perbuatan yang menjadi perbuatan yang dapat dihukum (tindak pidana) jika telah ditetapkan oleh undang-undang.

Kejahatan yang disebut dalam Buku Kedua KUHP tersebut, dalam ilmu pengetahuan hukum pidana dirinci lagi dalam berbagai jenis delik sebagai berikut:

1. Delik dolus dan delik colpus.

Delik dolus adalah delik yang dilakukan dengan sengaja misalnya pencurian (Pasal 362 KUHP). Delik colpus adalah delik yang dilakukan dengan kelalaian, misalnya karena salahnya mengakibatkan matinya orang (Pasal 359 KUHP).

2. Delik formal dan delik material.

Delik formal adalah delik yang selesai jika perbuatannya telah dilakukan. Misalnya pencurian, tindak pidana telah selesai jika telah melakukan perbuatan mengambil barang orang lain. Delik

material, adalah delik yang selesai apabila telah terjadinya akibat. Misalnya pembunuhan. Delik ini selesai apabila telah terjadinya akibat matinya orang lain (Pasal 338 KUHP).

3. Delik aduan dan delik bukan aduan.

Delik aduan adalah delik yang hanya dapat dituntut karena adanya aduan dari orang yang berhak mengadu menurut yang ditentukan undang-undang. Misalnya perzinahan, (Pasal 284 KUHP), pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP), dan lain-lain.

4. Delik umum dan delik khusus

Delik umum adalah delik yang dapat dilakukan oleh semua orang seperti pencurian, penggelapan, pembunuhan, penipuan dan lain-lain.

Delik khusus adalah delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, seperti delik jabatan yang hanya dapat dilakukan oleh pegawai negeri saja, delik yang dilakukan oleh militer saja. Tetapi juga dimasukkan dalam pengertian delik khusus yaitu delik yang diatur dalam undang-undang yang khusus seperti delik subversi, delik ekonomi, delik narkotika, delik fiskal. 5. Delik commissie dan delik ommissie

Delik commissie adalah delik dimana orang melakukan perbuatan yang

dilarang. Delik ommissie adalah delik dimana orang tidak melakukan perbuatan yang diharuskan, misalnya tidak memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan pertolongan, ibu yang tidak memberikan susu kepada bayinya yang mengakibatkan anaknya meninggal dunia.

6. Delik commission per ommissionis commissa

Delik ini adalah dimana orang melakukan perbuatan yang dilarang dengan tidak melakukan perbuatan yang diharuskan. Misalnya seorang ibu yang membunuh bayinya dengan cara tidak memberi asi.

7. Delik politik dan delik bukan politik

Delik politik adalah delik yang berhubungan dengan keamanan negara,

misalnya delik subversi, makar mati terhadap presiden (Pasal 104 KUHP). Delik bukan politik adalah delik yang tidak berhubungan dengan keamanan negara.

I. Jenis-Jenis Pidana

Jenis-jenis perbuatan ini diatur dalam Pasal 10 KUHP. Dalam pasal ini, jenis pidana dibagi dua, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.

1. Pidana pokok:

a. Pidana mati b. Pidana penjara c. Pidana kurungan d. Denda

Pidana pokok ini kemudian ditambah lagi dengan pidana tutupan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946. Pidana tutupan ini merupakan pidana penjara, yang diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan yang mempunyai maksud dan patut dihormati. Dahulu pidana ini dimaksudkan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan politik. Namun pidana tutupan menjadi hanya dipergunakan satu kasus yaitu penculikan Perdana Menteri pada tahun 1946.

Pidana tambahan adalah:

1) pencabutan hak-hak tertentu, misalnya pencabutan hak memilih, hak menjadi tentara, pencabutan sim

2) perampasan barang tertentu, seperti penyitaan barang-barang yang diperoleh atau digunakan untuk melakukan kegiatan, misalnya perampasan barang-barang hasil curian.

3) Pengumuman putusan hakim, terpidana diwajibkan untuk mengumumkan putusan hakim baik melalui media massa maupun dengan cara menempatkan pengumuman di tempat-tempat umum.

Lebih lanjut dijelaskan tentang pidana pokok sebagai berikut: Pidana mati

Menurut Pasal 11 KUHP, pidana mati dilaksanakan dengan cara digantung di tiang gantungan oleh seorang algojo. Akan tetapi ketentuan Pasal 11 ini tibak berlaku lagi dengan adanya UU No.2/PNS/1964, yang menentukan bahwa pidana mati dilaksanakan dengan cara menembak sampai mati oleh satu regu tembak Brigade Mobil di daerah wilayah hukum Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan pada tingkat pertama. Pidana mati tidak dijalankan terhadap orang gila, kecuali telah sembuh dari gilanya. Terhadap perempuan yang sedang hamil, setelah ia melahirkan. Pidana mati dilaksanakan setelah ada fiat executive dari presiden.

Pidana penjara

Pidana penjara terdiri atas penjara seumur hidup dan penjara sementara. Penjara sementara. Penjara sementara minimum umum lamanya satu hari, tetapi tidak ada maksimum umum. Pidana penjara setinggi-tingginya 15 tahun dan dapat mencapai 20 tahun jika ada alasan yang memberatkan hukuman seperti penanggulangan kejahatan (recidive), perbarengan (concursus, samenloop), kejahatan jabatan (Pasal 12 KUHP).

Pidana kurungan

Pidana kurungan serendah-rendahnya satu hari (minimum umum). Setinggi-tingginya satu tahun. Tetapi tidak ada maksimum umum. Hukuman kurungan dapat melebihi satu tahun, jika ada alasan yang memberatkan hukuman. Paling tinggi 1 tahun 4 bulan (Pasal 18 KUHP).

Di dalam Pasal 14a (1) KUHP ditentukan tentang adanya pidana percobaan jika hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 1 tahun atau hukuman kurungan, tidak termasuk hukuman kurungan pengganti denda. Hukuman percobaan adalah hukuman yang disebut di atas, tetapi hukuman itu tidak dijalankan selama masa percobaan yang disebutkan dalam putusan hakim. Misalnya hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 6 bulan dalam masa percobaan 1 tahun. Jika terpidana tidak melakukan kejahatan apapun juga dalam masa 1 tahun tersebut dan memenuhi syarat-syarat khusus lainnya, maka terpidana tidak menjalani lagi pidana dalam lembaga pemasyarakatan. Akan tetapi jika dalam masa 1 tahun tersebut terpidana melanggar syarat-syarat yang ditentukan dalam putusan hakim, maka terpidana harus menjalani pidana yang telah dijatuhkan itu dan dituntut pula terhadap kejahatan yang baru.

Ada beberapa perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan.

a) Pidana penjara dapat dijalankan di seluruh wilayah negara Indonesia, sedangkan pidana kurungan hanya boleh dijalankan di daerah ia bertempat tinggal atau berdiam atau di mana putusan dijatuhkan.

b) Orang yang dipidana penjara pekerjaannya lebih berat dari terpidana kurungan.

c) Orang yang dipidana kurungan mempunyai hak pistole, hak untuk memperbaiki diri di rumah penjara dengan biaya sendiri.

Pidana denda

Menurut Pasal 30 KUHP pidana denda minimum dua puluh lima sen. Jika pidana denda tidak dibayar maka dapat diganti dengan kurungan. Kurungan pengganti denda lamanya minimum satu hari dan setinggi-tingginya 6 bulan. Dapat ditambah menjadi 8 bulan jika ada pemberatan (lebih lanjut lihat Pasal 30 KUHP).

Pada saat sekarang ini beberapa undang-undang seperti undang-undang tentang lingkungan hidup, undang-undang narkotika dan lain-lain telah menentukan pidana denda yang sangat tinggi.

2. Pidana Tambahan

Pidana pencabutan hak-hak tertentu diatur mulai Pasal 35-38 KUHP. Hak yang dapat dicabut adalah hak untuk menjabat suatu jabatan atau segala jabatan, hak memilih dan dipilih, hak menjadi wali atau kurator. Tetapi hakim tidak boleh memecat seseorang jika undang-undang menentukan pejabat lain yang berwenang untuk melakukan pemecatan.

Pidana perampasan barang tertentu, adalah barang-barang yang diperoleh dari kejahatan atau digunakan untuk melakukan kejahatan. Perampasan ini ditentukan dalam Pasal 39 – 42 KUHP. Pidana tambahan untuk mengumumkan putusan hakim ditentukan dalam Pasal 43 KUHP. Cara mengumumkan putusan hakim tersebut ditentukan oleh hakim menurut yang ditentukan dalam undang-undang tertentu lainnya. Misalnya kepada terpidana diwajibkan untuk mengumumkan putusan hakim tersebut di surat-surat kabar.