BAB II KAJIAN TEORI
B. Tinjauan Tentang Dakwah
2. Bentuk-Bentuk Dakwah
Dakwah Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri atau (intra personal), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau
16 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1
17 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194
membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami. Menjaga diri sendiri merupakan sesuatu yang harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk surat al-Tahrim ayat 6, dan merupakan bentuk perwujudan yang tanggung jawab terhadap dirinya.
Dakwah Nafsiyah dapat dilakukan dengan cara menuntut ilmu, membaca, muhasabah alnafs (instropeksi diri), taqarub melalui dzikir allah mengingat allah, du‟a (berdoa), hikayah al nafs atau (memelihara pencerahan), tazkiiyyah al-nafs (membersihkan jiwa), taubat, shalat, dan shaum (berpuasa), mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya, mengingatkan ibadah, dan lain-lain.
Kepekaan seorang da‟i terhadap pemahaman ini dalam jiwa dan hatinya sebagai bentuk ibda binafsi (berawal dari diri sendiri) membuat selalu berssama manhaj rabbani (jalan tuhan) baik secara fikrah maupun aplikasi.
Dengan kata lain dalam dakwah nafsiyah terjadi proses internalisasi ajaran islam yaitru proses mengamalkan ajaran islam pada tingkat intra individu muslim. Dai dan mad‟u pada proses internalisasi ajaran islam adalah diri sendiri sebagai individu muslim yang ada dalam dirinya memiliki ilham dan taqwa. Dengan demikian internalisasi ajaran islam adalah proses peningkatan potenti ilham dan taqwa
yang disebut innani min al muslimin mukhbithin wa min amrina rasyada.18
b. Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da‟i kepada perorangan (intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka (face to face).
Tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad‟u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Selain itu Shaqr mengemukaan definisi dakwah fardiyah ialah penyampaian ajaran islam yang ditujukan kepada seseorang secara berhadapan dan bisa terjadi dengan tidak dirancang terlebih dahulu (Al–da‟watu al-fardiyatu hiya makana khotobu fiha maujuba ila syahsyin wahidin wa ghaliban ma taqa‟u an ghairi tartibin masbuqin).
Dengan definisi dakwah fardiyah berarti interaksi seorang da‟i dengan seorang mad‟u yang berlangsung secara tatap muka dan dialogis sehingga respon mad‟u terhadap pesan dan diri da‟i dapat diketahui seketika baik secara positif maupun negatif.19
Tahapan dakwah fardiyah diantaranya pertama, mafhum fakwah yaitu usaha seorang da‟i mengenal ciri haraki (gerakan): menjalin hubungan dengan
18 Aep Kusnawan, Ilmu Dakwah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 135
19 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. (Jakarta: Widya Adjajaran, 2009) 67
masyarakat umum, kemudian memilih salah seorang untuk membina hubungan lebih dekat, menampakkan kecintaan dan perhatian. Kedua, mafhum tanzimi meliputi: pengarahan (tanzib) berupa bimbingan seorang da‟i kepada mad‟u dalam rangka berdakwah kepada Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya, menunjukkan dengan cara halus tentang kemampuan dan kelebihan yang ia miliki. Penegasan (tanzif) dalam hal ini da‟i membantu penerima dakwah untuk menentukan tempatnyadalam alam islami serta menunjukkan kepadanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi posisi ini. Penggolongan pengelompokan sesuatu agar muda membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya.20
c. Dakwah Fi‟ah Qalilah
Dakwah fi‟ah qalilah adalah dakwah yang dilakukan seorang da‟I terhadap kelompok kecil dalam suasana tatap muka dan dapat mengetahui respon mad‟u terhadap da‟I. dan yang termasuk dakwah fi‟ah yaitu, dakwah dalam lingkungan keluarga (usrah), sekolah (madrasah) majelis ta‟lim dan lain sebagainya.
20 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68
Dengan demikian terdapat ciri-cici dakwah fi‟ah, diantaranya21:
1) Sekelompok atau organisasi kecil
2) Berlangsung secara tatap muka dan komunikatif.
d. Dakwah Hizbiyah
Dakwah hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da‟I yang mengidentifikasikan dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu dan mendakwahi anggotanya atau orang lain di luar anggotanya. Dakwah hisbiyah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau lembaga keislaman. Dalam pemahaman ini, dakwah hizbiyah merupakan upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang dlam mengarahkan mad‟u pada perubahan kondisi yang lebih baik sesuai dengan syari‟at islam.22
e. Dakwah Ummah
Dakwah ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad‟u yang bersifat massa.
Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka maupun tidak tatap muka.23 Dengan adanya kemajuan
21 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68
22 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68-69
23 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 69
teknologi telah membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Dimana masyarakat sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas oleh teknologi.
f. Dakwah Syu‟ubiyyah Qabailiyyah (Dakwah Antar Suku, Budaya dan Bangsa)
Dakwah Syu‟ubiyyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar suku, budaya dan bangsa. Berdasarkan pada asumsi-samusi upaya-upaya membangun strategi dakwah yang lebih ramah dan damai. Merupakan ijtihad yang sangat signifikan dengan tuntukan zaman. Meskipun dalam prekteknya, pelaksanaan dakwah yang lebih sntun dan damai merupakan senjata ampuh yang terdepan seperti dilakukan Rasulallah SAW. Suatu upaya renungan (contemplation) dan apresiasi terhadap perkembangan budaya pada satu sisi dan perkembangan ilmu dakwah pada sisi lain, sekecil apapun mesti dilakukan. Karena dalam telaahantar budaya tidak hanya dipahami sebagai as the transfer of islamic values (transfer nilai-nilai islam) yang luhur kepada masyarakat (low values) di bumi. Namun, hendaknya mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung setiap budaya positif secara kritis tanpa terbelenggu oleh latar belakang budaya formal suatu masyarakat.
Dalam tradisi saling menghormati dan menghargai dalam masyarakat sunda atau jawa misalnya, ucapan salam, permisi, punten, merendahkan badan terkadang dipraktikkan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain. Hal ini serupa terjadi pada masyarakat Belanda “mencium”
tangan bagi orang yang dianggap mulia bahkan orang-orang Jepang dengan cara membungkukkan badan.
Karena sikap-sikap serupa tak dapat menghapus makna dibaliknya yakni pernghormatan atau perhargaan. Karena, usaha-usaha mengetahui karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama dalam memahami dan mengembangkan dakwah antar budaya. Dakwah ini dapat terjadi dalam konteks 2,3,4,dan 5.24