• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada Surat Keputusan Rektor Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN

3 Fiqih Dwi Adam, Skrpsi: “Respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2014 Terhadap Retorika Dakwah Dr. Zakir Naik”, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

4 Humairoh, Skripsi: Respon Remaja Terhadap Video Dakwah Source Of Happiness Pada Akun Instagram Ustadzzah Haneen Akira”, Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018

Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I: PENDHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB I: KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan menjelaskan teori yang terkait dengan variebel penelitian yang akan dilakukan, kerangka pemikiran dan hipotesis jika ada.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian sumber data yang didapat, instrument penelitian terkait, teknik pengumpulan dan mengolahan data penelitian.

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan menampilkan data-data dan temuan penelitian yang ditemukan oleh peneliti selama proses pencarian data. Data tersebut guna menjadi acuan untuk pembahasan selanjutnya. Bab ini juga membahas dan menganalisis hasil temuan sesuai dengan teori yang sudah ada. Kemudian akan mengupas mengenai latar belakang dari permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan serta saran yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian untuk penelitian selanjutnya.

17

KAJIAN TEORI

A. Ruang Lingkup Respon 1. Pengertian Respon

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada, bersifat otomatis seperti reflex dan reaksi emosional langsung ada pula yang bersifat terkendali.5 Menurut Poerwadinata respon dapat diartikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban.6 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator, anak meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.7

Sedangkan menurut jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi respon adalah suatu

5 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964

6 Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1997), h. 43 7 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. ke-2, h. 50

kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga respon. Respon secara umum atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun hal ini yang dimasksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi yang menafsirkan pesan, lalu respon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:8

a. Respon kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.

b. Respon afektif berhubungan dangan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau

8 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 128

sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat dilihat dari dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali.

Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad‟u (objek dakwah). Dakwah yang disampaikan oleh pada da‟i dengan metode ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad‟u.

reaksi yang terjadi pada mad‟u ini disebut respon.9 2. Teori S-O-R

Stimulus Respons Theory atau S-R theory merupakan salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience.10 Dalam ilmu komunikasi tentu kita sudah mengenal adanya teori S-O-R, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus- Organism- Respon. Mengenai ruang lingkup respon yang menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan dan

9 Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6 10 S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 520

mengharapkan kesekuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Teori Stimulus Organism Response (S-O-R) Gambar di atas menunjukan bahwa pesan yang di sampaikan kepada komunikan dapat diterima dan tentunya juga dapat ditolak, komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh perhatian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengolah inilah yang akhirnya melanjutkan ke proses berikutnya yang kemudian melahirkan respon.11

Teori ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek.

Kuatlemahnya rangsangan anak menemukan mutu atau

11 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255

kualitas responden yaitu, reaksi, tanggapan, dan balasan dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da‟i harus mampu memberikan stimulus dan penguaran atau reinforment objek dakwah secara positif.12 Model teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses aksi-reaksi. Artinya model teori ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respons dengan cara tertentu.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (Stimulus, S), komunikan (Organism, O), dan efek (Response, R).

Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus yang mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini pada teori belajar memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu rangkaian Stimulus-Respon (S-R). setiap orang dapat memodifikasikan stimulus yang mereka terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang diterimanya). Perilaku manusia pertama-tama dilukiskan sebagai sesuatu yang sederhana ini segera dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan pada organisme (O), perilaku

12 Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 9

manusia dari notasi itu ditulis dalam S-O-R. ketika ilmuan menjelaskan bahwa organisme sangat aktif sebagai penangkap stimulus yang dalam hal ini (O) menunjukkan adanya pemprosesan mental penyaringan konsep yang terjadi dalam organisme manusia.13

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaki, kognisi, afeksi, dan konasi. Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan sikap adalah aspek

“how” bukan “what” atau “why”. Dalam hal ini How Change the Attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah

13 Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, h. 13

sikap.14 Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus, S), komunikan (organism, O), dan efek (respon, R). dalam bentuk eksperimen, penelitian model ini dilakukan Holand, model ini juga sering disebut dengan “Bullet Theory” (teori peluru), karena komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi, bila kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar. Komunikasi dapat diarahkan dengan kehendak kita, karena behaviorisme amat mempengaruhi model ini, efluer menyebutnya sebagai “The Mechanistic” S-R Theory”.15

B. Tinjauan Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Menurut bahasa, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu دع yang artinya memanggil (to call), mengajak (to Summon) atau menyeru (to purpose).

Secara terminologi kata dakwah mengandung arti merangkul atau mengajak manusia dengan cara yang bijaksana untuk menuju djalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT agar mendapatkan kesenangan,

14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h.

254-256

15 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya, 2002), h. 62

ketenangan, kenyamanan, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.16

Menurut Dr. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.17 Dan dapat disimpulkan bahwa dahwah adalah sebuah ajakan untuk melaksanakan agama islam sesuai dengan syari‟at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dibebankan untuk semua muslim. Tentunya dakwah yang dilakukan tidak ada sifat paksaan dan kekerasan, sebagaimana yang dijelaskan bahwa berdakwah dengan menggunakan kata-kata yang baik dan manusia bertugas untuk berdakwah hanya untuk mengajak tanpa paksaan agar ajakan itu dapat diterima di hati mad‟u (audience).

2. Bentuk-Bentuk Dakwah a. Dakwah Nafsiyah

Dakwah Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri atau (intra personal), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau

16 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1

17 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194

membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami. Menjaga diri sendiri merupakan sesuatu yang harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk surat al-Tahrim ayat 6, dan merupakan bentuk perwujudan yang tanggung jawab terhadap dirinya.

Dakwah Nafsiyah dapat dilakukan dengan cara menuntut ilmu, membaca, muhasabah alnafs (instropeksi diri), taqarub melalui dzikir allah mengingat allah, du‟a (berdoa), hikayah al nafs atau (memelihara pencerahan), tazkiiyyah al-nafs (membersihkan jiwa), taubat, shalat, dan shaum (berpuasa), mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya, mengingatkan ibadah, dan lain-lain.

Kepekaan seorang da‟i terhadap pemahaman ini dalam jiwa dan hatinya sebagai bentuk ibda binafsi (berawal dari diri sendiri) membuat selalu berssama manhaj rabbani (jalan tuhan) baik secara fikrah maupun aplikasi.

Dengan kata lain dalam dakwah nafsiyah terjadi proses internalisasi ajaran islam yaitru proses mengamalkan ajaran islam pada tingkat intra individu muslim. Dai dan mad‟u pada proses internalisasi ajaran islam adalah diri sendiri sebagai individu muslim yang ada dalam dirinya memiliki ilham dan taqwa. Dengan demikian internalisasi ajaran islam adalah proses peningkatan potenti ilham dan taqwa

yang disebut innani min al muslimin mukhbithin wa min amrina rasyada.18

b. Dakwah Fardiyah

Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da‟i kepada perorangan (intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka (face to face).

Tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad‟u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Selain itu Shaqr mengemukaan definisi dakwah fardiyah ialah penyampaian ajaran islam yang ditujukan kepada seseorang secara berhadapan dan bisa terjadi dengan tidak dirancang terlebih dahulu (Al–da‟watu al-fardiyatu hiya makana khotobu fiha maujuba ila syahsyin wahidin wa ghaliban ma taqa‟u an ghairi tartibin masbuqin).

Dengan definisi dakwah fardiyah berarti interaksi seorang da‟i dengan seorang mad‟u yang berlangsung secara tatap muka dan dialogis sehingga respon mad‟u terhadap pesan dan diri da‟i dapat diketahui seketika baik secara positif maupun negatif.19

Tahapan dakwah fardiyah diantaranya pertama, mafhum fakwah yaitu usaha seorang da‟i mengenal ciri haraki (gerakan): menjalin hubungan dengan

18 Aep Kusnawan, Ilmu Dakwah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 135

19 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. (Jakarta: Widya Adjajaran, 2009) 67

masyarakat umum, kemudian memilih salah seorang untuk membina hubungan lebih dekat, menampakkan kecintaan dan perhatian. Kedua, mafhum tanzimi meliputi: pengarahan (tanzib) berupa bimbingan seorang da‟i kepada mad‟u dalam rangka berdakwah kepada Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya, menunjukkan dengan cara halus tentang kemampuan dan kelebihan yang ia miliki. Penegasan (tanzif) dalam hal ini da‟i membantu penerima dakwah untuk menentukan tempatnyadalam alam islami serta menunjukkan kepadanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi posisi ini. Penggolongan pengelompokan sesuatu agar muda membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya.20

c. Dakwah Fi‟ah Qalilah

Dakwah fi‟ah qalilah adalah dakwah yang dilakukan seorang da‟I terhadap kelompok kecil dalam suasana tatap muka dan dapat mengetahui respon mad‟u terhadap da‟I. dan yang termasuk dakwah fi‟ah yaitu, dakwah dalam lingkungan keluarga (usrah), sekolah (madrasah) majelis ta‟lim dan lain sebagainya.

20 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68

Dengan demikian terdapat ciri-cici dakwah fi‟ah, diantaranya21:

1) Sekelompok atau organisasi kecil

2) Berlangsung secara tatap muka dan komunikatif.

d. Dakwah Hizbiyah

Dakwah hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da‟I yang mengidentifikasikan dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu dan mendakwahi anggotanya atau orang lain di luar anggotanya. Dakwah hisbiyah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau lembaga keislaman. Dalam pemahaman ini, dakwah hizbiyah merupakan upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang dlam mengarahkan mad‟u pada perubahan kondisi yang lebih baik sesuai dengan syari‟at islam.22

e. Dakwah Ummah

Dakwah ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad‟u yang bersifat massa.

Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka maupun tidak tatap muka.23 Dengan adanya kemajuan

21 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68

22 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 68-69

23 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 69

teknologi telah membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Dimana masyarakat sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas oleh teknologi.

f. Dakwah Syu‟ubiyyah Qabailiyyah (Dakwah Antar Suku, Budaya dan Bangsa)

Dakwah Syu‟ubiyyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar suku, budaya dan bangsa. Berdasarkan pada asumsi-samusi upaya-upaya membangun strategi dakwah yang lebih ramah dan damai. Merupakan ijtihad yang sangat signifikan dengan tuntukan zaman. Meskipun dalam prekteknya, pelaksanaan dakwah yang lebih sntun dan damai merupakan senjata ampuh yang terdepan seperti dilakukan Rasulallah SAW. Suatu upaya renungan (contemplation) dan apresiasi terhadap perkembangan budaya pada satu sisi dan perkembangan ilmu dakwah pada sisi lain, sekecil apapun mesti dilakukan. Karena dalam telaahantar budaya tidak hanya dipahami sebagai as the transfer of islamic values (transfer nilai-nilai islam) yang luhur kepada masyarakat (low values) di bumi. Namun, hendaknya mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung setiap budaya positif secara kritis tanpa terbelenggu oleh latar belakang budaya formal suatu masyarakat.

Dalam tradisi saling menghormati dan menghargai dalam masyarakat sunda atau jawa misalnya, ucapan salam, permisi, punten, merendahkan badan terkadang dipraktikkan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain. Hal ini serupa terjadi pada masyarakat Belanda “mencium”

tangan bagi orang yang dianggap mulia bahkan orang-orang Jepang dengan cara membungkukkan badan.

Karena sikap-sikap serupa tak dapat menghapus makna dibaliknya yakni pernghormatan atau perhargaan. Karena, usaha-usaha mengetahui karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama dalam memahami dan mengembangkan dakwah antar budaya. Dakwah ini dapat terjadi dalam konteks 2,3,4,dan 5.24

3. Pengertian Materi Dakwah

Dasar-dasar materi dakwah islam itu adalah kembali memikirkan apa tujuan untuk berdakwah, karena yang disampaikan dalam materi dakwah bergantung kepada apa tujuan dakwah yang ingin dicapai.

Dalam berdakwah seorang da‟I harusnya memahami tujuan-tujuan yang telah dijelaskan oleh syari‟at islam. Dimana tujuan tersebut untuk menciptakan kemashlahatan umat dan menghindari segala kemudharatan dan bahaya dari mereka, baik dalam jangka

24 Dr. Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2012), 18

pendek maupun jangka panjang. Seorang da‟I dalam menyampaikan proses dakwah untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang diridhai Allah, serta mengubah perilaku mad‟u agar manusia menerima ajaran-ajaran islam serta memanifestasikannya, agar mendapat kebaikan dunia akhirat, itulah yang disebut materi dakwah. Allah SWT telah memberi petunjuk tentang materi dakwah yang harus disampaikan. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Ali Imran: 104

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.

Materi dakwah adalah pesan (massage) yang dibawakan oleh subyek dakwah untuk diberikan atau disampaikan kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya.25

Dari penjelasan diatas, maka da‟I sebagai subjek (pelaku) dakwah yang harus mempersiapkan materi dakwahnya yang sesuai dengan isi kangdungan al-Qur‟an dan hadits yang mencakup akhlah, aqidah, syari‟ah dan muamalah yang menyangkut pada aspek kehidupan dunia

25 Enjang, dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung:

Widya Padjajaran, 2009), 89

dan akhirat. Dengan luasnya ajaran agama islam maka setiap da‟I harus selalu mempelajari, mendalami serta mencermati tentang situasi dan kondisi masyarakat sehingga materi dakwah dapat diterima oleh mad‟u (objek) dakwah. Dalam menyampaikan dakwahnya da‟I perlu mengemas dakwahnya dengan kreatifitas sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan agama islam agar tersampaikan kepada masyarakat.

Tujuan dakwah membawa dan mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana tujuan agama Islam itu sendiri. Objek sosial dan budaya selalu mengalami perkembangan, maka dengan sendirinya penyampaian da‟i akan mengalami perubahan juga. Oleh karena itu, diperlukan kajian yang mendalam tentang materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan mad‟u dan mana yang tidak sesuai dengan kondisi sosial objek dakwah.

Proses komunikasi, ada istilah umpan balik. Tujuan umpan balik adalah guna menilai pengaruh pesannya, atau untuk melihat sampai seberapa jauhkah penerima memahami makna yang ada pada diri sumber mengenai pesan yang digunakan bersama.26

Materi dakwah pada dasarnya bersumber dari Al-qur‟an, hadits. Al-qur‟an dan hadits menjadi sumber utama ajaran-ajaran islam. Seiring berjalannya waktu

26 Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 124

muncul pemikiran-pemikiran yang kritis dari para ulama dalam menanggapi suatu hal. Karena didalam islam telah diajarkan untuk berfikir, berijtihad dalam menemukan hukum-hukum. Maka hasil dari pemkiran tersebut dapat dijadikan sumber kedua setelah Al-qur‟an dan hadits.

Dengan kata lain, penemuan baru yang tidak bertentangan dengan kedua sumber utama dan dapat dijadikan sebagai sumber materi dakwah.27

4. Unsur-unsur Materi Dakwah

Da‟I menyampaikan dakwah untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang diridhai Allah serta mengubah perilaku mad‟u agar menerima ajaran-ajaran islam. Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:

a. Akidah (Keimanan)

Aspek akidah adalah yang akan membentuk morak (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kalidijadikan materi dalam dakwah islam adalah masalah akidah atau keimanan.

Ciri-ciri yang membedakan akidah dengan kepercayaan agama lain, yaitu:

1) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat).

2) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa allah adalah tuhan seluruh alam.

27 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya:

Al-Ikhlas, 1983), 63-64

3) Ketahanan antara iman dan islam atau antara iman dan mal perbuatan.

Orang yang memiliki iman yang besar akan cenderung untuk berbuat baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensipada hal-hal yang buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah islam dimana amar ma‟ruf nahi munkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses dakwah.

Pembahasan tentang akidah mencakup tentang permasalahan-permasalahan mengenai rukun iman, yang meliputi:

1) Iman kepada Allah SWT 2) Iman kepada Malaikat-Nya 3) Iman kepada Kitab-Nya 4) Iman kepada Rasul-Nya 5) Iman kepada Hari Akhir 6) Iman kepada Qadha dan Qadar

Pada bidang ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah hyang dilarang sebagai lawannya, seperti: Syirik

(menyekutukan Allah) dan ingkar dengan adanya Allah.28

b. Syariah

Syariah dalam islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau hokum Allah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan

Syariah dalam islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau hokum Allah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan

Dokumen terkait