• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Ruang Lingkup Respon

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada, bersifat otomatis seperti reflex dan reaksi emosional langsung ada pula yang bersifat terkendali.5 Menurut Poerwadinata respon dapat diartikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban.6 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator, anak meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.7

Sedangkan menurut jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi respon adalah suatu

5 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964

6 Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1997), h. 43 7 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. ke-2, h. 50

kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga respon. Respon secara umum atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun hal ini yang dimasksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi yang menafsirkan pesan, lalu respon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:8

a. Respon kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.

b. Respon afektif berhubungan dangan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau

8 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 128

sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat dilihat dari dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali.

Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad‟u (objek dakwah). Dakwah yang disampaikan oleh pada da‟i dengan metode ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad‟u.

reaksi yang terjadi pada mad‟u ini disebut respon.9 2. Teori S-O-R

Stimulus Respons Theory atau S-R theory merupakan salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience.10 Dalam ilmu komunikasi tentu kita sudah mengenal adanya teori S-O-R, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus- Organism- Respon. Mengenai ruang lingkup respon yang menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan dan

9 Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6 10 S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 520

mengharapkan kesekuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Teori Stimulus Organism Response (S-O-R) Gambar di atas menunjukan bahwa pesan yang di sampaikan kepada komunikan dapat diterima dan tentunya juga dapat ditolak, komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh perhatian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengolah inilah yang akhirnya melanjutkan ke proses berikutnya yang kemudian melahirkan respon.11

Teori ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek.

Kuatlemahnya rangsangan anak menemukan mutu atau

11 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255

kualitas responden yaitu, reaksi, tanggapan, dan balasan dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da‟i harus mampu memberikan stimulus dan penguaran atau reinforment objek dakwah secara positif.12 Model teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses aksi-reaksi. Artinya model teori ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respons dengan cara tertentu.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (Stimulus, S), komunikan (Organism, O), dan efek (Response, R).

Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus yang mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini pada teori belajar memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu rangkaian Stimulus-Respon (S-R). setiap orang dapat memodifikasikan stimulus yang mereka terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang diterimanya). Perilaku manusia pertama-tama dilukiskan sebagai sesuatu yang sederhana ini segera dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan pada organisme (O), perilaku

12 Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 9

manusia dari notasi itu ditulis dalam S-O-R. ketika ilmuan menjelaskan bahwa organisme sangat aktif sebagai penangkap stimulus yang dalam hal ini (O) menunjukkan adanya pemprosesan mental penyaringan konsep yang terjadi dalam organisme manusia.13

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaki, kognisi, afeksi, dan konasi. Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan sikap adalah aspek

“how” bukan “what” atau “why”. Dalam hal ini How Change the Attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah

13 Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, h. 13

sikap.14 Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus, S), komunikan (organism, O), dan efek (respon, R). dalam bentuk eksperimen, penelitian model ini dilakukan Holand, model ini juga sering disebut dengan “Bullet Theory” (teori peluru), karena komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi, bila kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar. Komunikasi dapat diarahkan dengan kehendak kita, karena behaviorisme amat mempengaruhi model ini, efluer menyebutnya sebagai “The Mechanistic” S-R Theory”.15

B. Tinjauan Tentang Dakwah

Dokumen terkait