• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk Interaksi yang Mendorong Terciptanya Lembaga,

Dalam dokumen 56143878 Attachment dan id. pdf (Halaman 75-167)

Dalam suatu masyarakat dapat terbentuk community sentiment, yaitu seperasaan, senasib, dan sepenanggungan di antara sesama anggota masyarakat. Adanya community sentiment dalam masyarakat dapat mewujudkan kehidupan di masa depan yang lebih baik dengan membentuk lembaga-lembaga sosial yang mengurus kebutuhan mendasar dari setiap warga masyarakat. Di sisi lain, ada pula dorongan

membentuk suatu kelompok-kelompok individu identitas yang sama dan secara khusus membentuk suatu organisasi sosial untuk mewujudkan cita-cita tertentu.

Lembaga sosial ada dalam setiap masyarakat, baik dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern, karena setiap masyarakat pastinya mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika dikelompokkan nantinya akan terhimpun sebagai lembaga sosial. Tempat-tempat ibadah merupakan contoh lembaga-lembaga sosial dalam bidang keagamaan. Tetapi yang dimaksud di sini bukan gedungnya, melainkan semua norma dan nilai kemasyarakatannya yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan. Jadi, dapat dikatakan bahwa lembaga sosial merupakan kumpulan norma masyarakat yang mengatur pergaulan hidup manusia, berkelompok-kelompok pada berbagai keperluan pokok hidup manusia.

Terciptanya lembaga-lembaga sosial didorong oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.

x Adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial, maupun kebutuhan integratif.

x Adanya keterbatasan benda-benda pemuas kebutuhan sehingga diperlukan adanya lembaga yang mengatur setiap pemenuhan kebutuhan manusia. x Adanya keinginan untuk mewujudkan keadaan hari esok yang lebih baik dan

menjamin kelangsungan hidup masyarakat.

x Untuk mewujudkan efisiensi kerja setiap individu yang dapat didelegasikan kepada lembaga-lembaga sosial tertentu untuk mewakilinya, misalnya:

 mengurus pendidikan anak di bentuk sekolah,

 mengurus soal keamanan dibentuk polisi dan militer, serta

 menyelenggarakan keadilan dan perlindungan hukum, dibentuklah kejaksaan dan pengadilan, dan seterusnya.

Lembaga sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia mempunyai beberapa fungsi, yaitu memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana harus bertingkah laku dalam menghadapi masalah yang timbul dalam masyarakat. Selain itu, lembaga sosial juga berfungsi untuk menjaga keutuhan masyarakat dan memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Menurut Gilin dan Gillin, lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi lima macam, antara lain sebagai berikut.

a. Crescive institutions dan enacted institutions yang merupakan klasifikasi dari sudut

perkembangannya.Crescive institutions yang juga disebut lembaga-lembaga yang paling primer merupakan lembaga-lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contoh: hak milik, perkawinan, agama, dan seterusnya. Sebaliknya adalah enacted institutions dibentuk dengan sengaja guna

tercapainya tujuan tertentu dan tetap berpedoman pada adat istiadat, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah. Contoh: pendidikan (madrasah).

b. Basic institutions dansubsidiary institutions. Basic institutions dianggap sebagai

lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Di Indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, dan negara dianggap sebagai basic institutions yang pokok. Sebaliknya adalah subsidiary institutions yang merupakan lembaga sosial yang kurang penting. Contoh: rekreasi, olahgara, dan menyanyi.

c. Approved atau social sanctioned institutions adalah lembaga-lembaga yang

diterima masyarakat seperti misalnya sekolah, perusahaan dagang, dan lain- lain. Sebaliknya adalah unsanctioned institutions yang ditolak oleh masyarakat walau kadang-kadang masyarakat tidak berhasil untuk memberantasnya, seperti misalnya kelompok penjahat-penjahat, pemeras, pencoleng, dan sebagainya.

d. General institutions dan restricted institutions, lembaga ini timbul apabila

klasifikasi terebut berdasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya, agama merupakan suatu general institutions, oleh karena dikenal oleh hampir semua masyarakat di dunia ini. Agama-agama Islam, Protestan, Katolik, Budha, dan lain-lainnya merupakan restricted institutions karena dianut oleh masyarakat- masyarakat tertentu di dunia ini.

e. Berdasarkan fungsinya, ada perbedaan antara operative institutions danregulative institutions. Yang pertama berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola- pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misanya lembaga industrialisasi. Yang kedua, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak daripada lembaga itu sendiri. Contoh adalah lembaga-lembaga hukum.

Dalam interaksi yang dilakukan manusia, akan terdapat suatu hubungan timbal balik, saling mempengaruhi, dan saling menolong. Hubungan-hubungan tersebut akan menjadikan manusia dalam berbagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia. Himpunan-himpunan tersebut nantinya akan menimbulkan kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan manusia.

Berikut merupakan faktor-faktor yang mendorong terbentuknya kelompok- kelompok sosial.

x Adanya kesadaran dari sekelompok individu yang merasa memiliki identitas yang sama.

x Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu dalam kelompok.

x Adanya keinginan untuk membela hak-hak dan kepentingan dari individu di dalam kelompok.

Organisasi sosial sendiri terbentuk atas dasar dorongan-dorongan yang sedikit berbeda dengan terbentuknya lembaga dan kelompok sosial, antara lain:

x Adanya cita-cita bersama untuk mewujudkan suatu keadaan yang lebih baik. x Adanya pembagian tugas untuk mengurus kepentingan organisasi.

Dalam sejarah perkem- bangan sosiologi, terutama di Jerman kita mengenal salah satu tokoh yang cukup populer, yaitu Max Weber, dengan berbagai macam tulisan dan argumentasi- nya. Max Weber, sosiolog berkebangsaan Jerman dengan latar belakang pendidikan di bidang hukum berpendapat bahwa ada pengaruh faktor- faktor politik, agama, dan ekonomi terhadap perkembangan hukum dan kehidupan sosial masyarakat. Salah satu argumen-tasinya yang terkenal adalah argumentasi tentang hukum, baik di lingkungan nasional maupun di lingkungan internasional. Pada masalah hukum ini, Max Weber mengatakan ada empat tipe ideal dari norma hukum yang ada di dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum Irasional dan Material 2. Hukum Irasional dan Formal 3. Hukum Rasional dan Material 4. Hukum Rasional dan Formal

Sumber:www.mohr.de

x Adanya keinginan untuk mendominasi struktur masyarakat seperti kekuasaan dan pemerintahan yang ada di dalam masyarakat.

x Adanya keinginan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.

x Adanya keinginan untuk mengembangkan kepentingan bersama seperti industri, perdagangan, olahraga, seni dan budaya, dan lain-lain.

Organisasi sosial sendiri terbentuk dari adanya minat dan kepentingan dari individu dalam sebuah masyarakat yang disalurkan melalui bentuk persekutuan manusia yang formal dan lebih teratur. Jadi, dapat dikatakan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang atau individu dalam suatu kelompok yang saling berinteraksi dan bekerja sama yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan adanya dorongan-dorongan untuk mewujudkan terciptanya lembaga- lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan organisasi sosial dalam masyarakat, terdapat empat macam bentuk interaksi sosial antara lain sebagai berikut.

1. Hubungan Antarstatus

Hubungan antarstatus terjadi dalam suatu organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Hubungan yang terjalin berpedoman pada kedudukan masing-masing dalam suatu organisasi yang bersifat formal sehingga interaksi masing-masing pihak didasarkan pada statusnya masing-masing. Contoh: hubungan kedinasan di dalam militer antara atasan dan bawahan atau hubungan antara ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota dalam suatu organisasi. Berikut beberapa karakteristik yang menandai adanya hubungan antarstatus.

x Semua pihak berpijak pada statusnya.

x Bentuk hubungan tersebut didasarkan pada norma yang legal. x Toleransi bersifat terbatas.

x Hubungannya bersifat resmi.

x Ada sanksi yang diberlakukan dalam setiap interaksi yang menyimpang dari ketentuan yang ada.

2. Hubungan Antarkepentingan

Pada dasarnya, hubungan antarkepentingan merupakan hubungan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain di dalam masyarakat yang berorientasi pada terpenuhinya kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam hubungan antarkepentingan ini, masing-masing pihak saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu jalinan yang harmonis sehingga kepentingan dari masing-masing pihak dapat terlaksana dengan baik. Contoh: hubungan dalam asosiasi sepak bola, bulu tangkis, pedagang batik, dan lain-lain. Hubungan antarkepentingan ini juga memiliki karakteristik berikut.

x Semua pihak berpijak pada kepentingan masing-masing. x Hubungan lebih bersifat legal.

x Didasarkan pada norma-norma tertentu yang telah disepakati. x Solidaritas sosial dalam keseharian sangat tebal.

x Semua pihak mempunyai orientasi yang sama. 3. Hubungan Kekeluargaan

Dalam suatu keluarga atau kerabat terdapat pola hubungan di antara orang- orang yang mempunyai asal-usul dan darah keturunan yang sama. Hubungan ini merupakan hubungan kekeluargaan. Pada hakikatnya, hubungan kekeluargaan merupakan hubungan yang terjadi antarpihak yang memiliki hubungan darah dengan ciri solidaritas antaranggota relatif lebih tinggi dan bentuk-bentuk hubungan lebih bersifat nonformal. Bila dicermati, ternyata pada masyarakat primitif dan masyarakat tradisional hubungan kekeluargaan sangat erat. Tetapi pada masyarakat modern, justru relatif rendah. Mereka lebih akrab dengan orang-orang yang mempunyai hubungan bisnis yang sama. Berikut beberapa karakteristik dari hubungan kekeluargaan.

x Semua pihak berasal dari keturunan yang sama. x Hubungan bersifat tidak resmi.

x Solidaritas sangat kuat.

x Aktivitasnya tidak didasarkan pada peraturan yang berlaku. x Semua pihak saling melindungi dan memanjakan.

4. Hubungan Persahabatan

Hubungan persahabatan terjadi antara dua individu atau lebih yang tidak ada hubungan darah. Mereka ini sangat mendambakan adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu persahabatan atau keakraban. Contoh: hubungan dua individu yang saling bersahabat. Ada beberapa karakteristik hubungan persahabatan, antara lain sebagai berikut.

x Semua pihak tidak ada hubungan darah atau keturunan. x Bentuk hubungan dapat bersifat formal atau nonformal.

x Semua pihak saling mengupayakan agar hubungan tetap harmonis. x Solidaritas sosial relatif kuat.

D. PROSES PEMBENTUKAN LEMBAGA, KELOMPOK, DAN ORGANISASI

SOSIAL

Bersamaan dengan proses berkembangnya suatu masyarakat, maka munculah dorongan dari warga masyarakat untuk mengatur dan mengembangkan kehidupannya agar terjadi pola hubungan yang lebih harmonis. Dorongan-dorongan ini

mengakibatkan terbentuknya lembaga sosial untuk mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat.

1. Proses Pembentukan Lembaga Sosial Dalam Perkembangan Keteraturan Sosial

Norma dalam masyarakat dibuat untuk menciptakan keteraturan. Mula-mula norma terbentuk secara tidak sengaja, kemudian lama-lama dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada setelah mengalami suatu proses akan menjadi bagian tertentu dari lembaga sosial. Proses inilah yang dinamakan proses pelembagaan (institutionalization), di mana ketika norma sudah dikenal, diakui, dihargai, dan ditaati dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa norma sudah melembaga.

Untuk menciptakan suatu tertib sosial dalam masyarakat, memang diperlukan proses yang relatif panjang sehingga akhirnya terbentuk lembaga-lembaga sosial yang mengurus masing-masing kebutuhan pokok warga masyarakat yang bentuknya berbeda-beda sesuai bidangnya. Adapun proses terbentuknya suatu keteraturan sosial adalah sebagai berikut.

x Adanya tertib sosial, yaitu tahapan keteraturan yang mulai ada akibat adanya norma/peraturan yang baru.

x Adanya order, yaitu tahapan yang masyarakatnya mulai memandang perlu/ meminta akan adanya tertib sosial itu sendiri.

x Adanya keajegan, yaitu suatu tahapan di mana interaksi sosial, norma, dan nilainya mulai ada kesesuaian dalam masyarakat.

x Adanya pola, yaitu suatu tahapan yang keajegannya terus berulang sehingga membentuk suatu pola perilaku masyarakat. Pada tahap ini, perilaku sosial, norma, dan nilai benar-benar telah menjadi satu perwujudan dalam segala aktivitas manusia.

2. Proses Terbentuknya Kelompok

kelompok pada awalnya terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang yang berekrumunan. Kerumunan itu pun berkembang menjadi kelompok-kelompokkan di dalamnya telah tumbuh ikatan persamaan kepentingan, persamaan senasib, persepsi atau tujuan. Dalam kelompok tersebut, akan terjadi hubungan timbal balik antara setiap anggotanya dan akan ada norma-norma yang mereka buat dan mereka taati bersama.

Kumpulan orang atau kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila ada interaksi di antara orang-orang yang ada di dalam kerumunan tersebut dan ada ikatan emosional sebagai pernyataan bersama. Selain itu, di dalam kerumunan tersebut telah berkembang tujuan atau kepentingan bersama, kepemimpinan yang

3. Proses Terbentuknya Organisasi Sosial

Untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya, manusia harus bekerja sama dengan orang lain. Kerja sama dalam suatu kesatuan sistem yang teratur akan terwujud setelah diorganisasi atau dibentuk organisasi. Pembentukan organisasi diawali oleh persekutuan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan bekerja sama dan didasarkan atas persamaan profesi, kepentingan, visi, dan misi. Organisasi ini nantinya berfungsi sebagai tempat untuk menampung aspirasi dari para anggota dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, setiap organisasi mempunyai orang-orang yang memenuhi syarat untuk menduduki struktur organisasi tersebut. Selain itu, disusunlah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari organisasi tersebut, di mana di dalamnya dinyatakan secara jelas tujuan, asas, visi, misi, fungsi, kedudukan, serta hak dan kewajiban masing-masing anggota.

E. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN DAN DINAMIKA SOSIAL

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat senantiasa bersifat dinamis, tidak pernah berhenti dari aktivitas, dan akibatnya senantiasa mengalami perubahan- perubahan. Perubahan ini dapat terjadi dalam skala besar seperti adanya revolusi sosial, namun dapat terjadi pula dalam skala kecil. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat direncanakan dengan perencanaan yang matang, dapat juga terjadi tanpa adanya perencanaan.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan antara lain berubahnya lingkungan alam, situasi kependudukan, struktur sosial yang akan mengakibatkan berubahnya pola interaksi, serta berubahnya nilai dan sikap.

Sumber:Koleksi editor

Ã

ÃÃ

ÃÃ

Gambar 3.3 Dalam suatu kelompok akan terjadi hubungan timbal

balik antara anggotanya.

dipatuhi, dan ada norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.

1. Perubahan Lingkungan Alam

Perubahan lingkungan alam pada dasarnya bersumber dari rotasi dan revolusi bumi sehingga mengakibatkan suatu siklus pergantian seperti musim, iklim, arah angin, perubahan siang malam, perubahan waktu, dan seterusnya. Perubahan- perubahan lingkungan alam ini menyebabkan manusia harus melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan itu sendiri. Adapun contoh-contoh perubahan lingkungan alam adalah sebagai berikut.

a. Pergeseran Lintasan Semu Matahari Tahunan

Pergeseran lintasan semi matahari tahunan ini akan membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, antara lain perubahan musim dan iklim yang akan berakibat pada perubahan suhu, tekanan, dan curah hujan sehingga mengakibatkan perubahan pola tanam bagi kegiatan pertanian. Perubahan pola tanam ini juga turut membawa perubahan pada produktivitas.

b. Pergantian Musim

Seperti musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi (di daerah iklim sedang), sedangkan di Indonesia terjadi pergantian musim hujan dan kemarau. Berubahnya fenomena alam ini telah membawa pengaruh perubahan terhadap produktivitas industri es, produksi tanaman tertentu yang juga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, dan pola konsumsi bagi sebagian besar umat manusia. c. Pergantian Siang dan Malam

Berubahnya fenomena alam ini juga membawa pengaruh pada struktur aktivitas manusia, yaitu aktivitas-aktivitas sosial budaya yang layak dilakukan pada siang hari dan malam hari.

d. Perubahan yang Sifatnya Mendadak atau Bersifat Temporer

Beberapa contohnya adalah banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.

Sumber:Tempo

Ã

ÃÃ

ÃÃ

Gambar 3.4 Banjir merupakan fenomena alam yang sifatnya

Berubahnya fenomena alam menjadi penyebab berubahnya aktivitas manusia untuk melakukan evakuasi atau pemindahan lokasi tempat tinggal serta aktivitas- aktivitas penyelamatan lainnya. Bencana-bencana alam ini juga dapat mengakibatkan kerugian-kerugian yang dapat mengubah tingkat pendapatan atau pun kekayaan banyak orang.

2. Perubahan Situasi Kependudukan

Melalui proses natalitas dan mortalitas, situasi kependudukan bersifat sangat dinamis (artinya selalu berubah-ubah). Bentuk-bentuk perubahan situasi kependudukan ini antara lain terjadi pada jumlah penduduk, komposisi penduduk, tingkat kepadatan penduduk, persebaran penduduk, dan kulitas penduduk. a. Perubahan Jumlah Penduduk

Perubahan jumlah penduduk dapat memunculkan kebijaksanaan-kebijaksanaan oleh penguasa dalam mengatasi segala permasalahannya seperti masalah kesehatan, pendidikan, perumahan, dan lain-lain. Berubahnya jumlah penduduk juga menuntut perubahan-perubahan fasilitas umum seperti jalan raya, sekolah, rumah sakit, kantor pos, bank, serta fasilitas-fasilitas yang lain. Wujud perubahan-perubahan inilah yang merupakan dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat.

b. Perubahan Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah perbandingan-perbandingan antara kelompok- kelompok penduduk. Misalnya, perbandingan antara pria dan wanita, perbandingan antara kelompok produktif dan nonproduktif, serta komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, dan lain-lain. Perubahan komposisi penduduk dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan pola aktivitas manusia yang menyangkut produktivitas kerja, pendapatan, volume ekspor barang dan jasa, dan lain-lain. c. Perubahan Tingkat Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk pada dasarnya adalah bilangan yang menyatakan berapa banyaknya penduduk pada tiap-tiap kawasan di muka bumi seluas 1 km2. Kepadatan penduduk ini dapat berubah-ubah karena kelahiran dan kematian, juga karena adanya mobilitas seperti imigrasi, emigrasi, urbanisasi, ruralisasi, dan lain-lain. Berubahnya tingkat kepadatan penduduk akan merubah banyak hal seperti meningkatnya harga tanah, munculnya rumah susun, munculnya perumahan kumuh, masalah kemacetan lalu lintas, munculnya solusi jalan layang, busway, kebijaksanaan three in one pada jalur-jalur tertentu, dan lain-lain. Yang pasti bahwa berubahnya tingkat kepadatan penduduk akan sangat mempengaruhi berbagai pola aktivitas manusia.

d. Perubahan Persebaran Penduduk

Ada banyak dorongan mengapa orang mengalami perpindahan tempat. Dorongan- dorongan tersebut antara lain sebagai berikut.

x Alasan perkawinan x Alasan pendidikan

x Alasan mengadu nasib atau mencari pekerjaan x Alasan keamanan

x Alasan tugas atau pekerjaan, dan lain-lain.

Dengan berpindahnya penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain akan mewujudkan banyak perubahan-perubahan, yaitu masalah penyesuaian diri, proses sosialisasi, percampuran kebudayaan, pembauran ras, pemerataan pendapatan, dan lain-lain.

d. Perubahan Kualitas Penduduk yang Menyangkut Kesehatan, Pendidikan, dan Tingkat Pendapatan

Kualitas penduduk adalah keadaan secara umum mengenai tingkat kesejahteraan dan tingkat peradaban suatu masyarakat. Tinjauan ini dapat diindikasikan oleh data-data kesehatan, pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kelahiran dan kematian, angka pendapatan perkapita, angka harapan hidup, dan lain-lain. Dengan berubahnya kualitas penduduk secara sosiologis, akan mempengaruhi pola konsumsi, pertumbuhan investasi, peningkatan produktivitas kerja, dan lain-lain.

3. Perubahan Struktur Sosial

Yang dimaksud dengan struktur sosial adalah keseluruhan dari bangunan konstruksi masyarakat yang menyangkut kedudukan dan peran dari tingkat atas hingga tingkatan bawah. Berubahnya struktur sosial, mengakibatkan perubahan pola interaksi, efisiensi, dan efektifitas kerja, serta berubahnya personil-personil dari tiap-tiap kedudukan dan peran yang ada di dalam masyarakat. Contoh-contoh perubahan struktur sosial antara lain sebagai berikut.

x Berubahnya undang-undang dasar, undang-undang, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

x Berubahnya personil-personil pemangku status sosial mulai dari atas sampai ke bawah, misalnya berubahnya personil presiden dan wakil presiden, pejabat tinggi negara, dan personil kabinet.

Dengan berubahnya struktur sosial, baik yang menyangkut peraturan-peraturan maupun personil-personil akan menumbuhkan banyak perubahan atau dinamika sosial seperti berubahnya kebijaksanaan, berubahnya pola kerja yang akan berakibat memburuk atau membaiknya situasi umum dalam masyarakat.

4. Perubahan Nilai dan Sikap

Nilai dan sikap yang dianut dalam diri seorang individu dapat mengalami pergeseran atau perubahan akibat situasi yang dinamis. Situasi yang berubah-ubah pula meliputi masalah keamanan, masalah kurs nilai mata uang, masalah pendidikan,

masalah kesehatan, dan lain-lain. Adanya perubahan dalam nilai sentral (nilai yang paling dipedomani seseorang) akan mengakibatkan perubahan pola perilaku. Misalnya, orang menjadi gemar menabung, lebih mementingkan pendidikan, sangat berhati-hati karena keamanan memburuk, dan seterusnya. Contoh-contoh perubahan nilai dan sikap antara lain sebagai berikut.

x Pola keluarga besar menjadi pola asuh keluarga kecil. x Tidak gemar menabung menjadi gemar menabung.

x Pandangan terhadap masa lampau menjadi berpandangan pada masa yang akan datang.

x Menganggap pendidikan tidak penting menjadi pendidikan sangat penting, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika sosial dalam masyarakat dapat juga diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan dari luar masyarakat itu sendiri. Adapun penjabaran faktor-faktor internal dan eksternal yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial itu sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Yaitu faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri. Hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya perubahan-perubahan dan dinamika sosial yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri adalah sebagai berikut.

xxxxx Gerakan Sosial (Social Revolution)

Gerakan sosial adalah akumulasi dari kehendak sebagian warga masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental dalam suatu masyarakat. Gerakan sosial ini sering disebut revolusi sosial, yaitu perubahan- perubahan yang berlangsung relatif cepat yang menyangkut bidang-bidang kehidupan yang sangat mendasar, misalnya adalah masalah pemerintahan, masalah personil pejabat negara, masalah penegakan hukum, masalah keadilan, dan lain-lain. Gerakan sosial ini dapat berupa tuntutan-tuntutan, aksi pemogokan, protes, demonstrasi hingga berbentuk perang saudara atau suatu kudeta. Akibat dari gerakan sosial ini akan memunculkan pembaharuan tatanan kehidupan dalam masyarakat. Revolusi yang terjadi di suatu negara dapat mendorong terjadinya perubahan besar, mulai dari bentuk negara, lembaga kemasyarakatan, sampai pada keluarga-keluarga yang mendiami negara tersebut.

Dalam dokumen 56143878 Attachment dan id. pdf (Halaman 75-167)

Dokumen terkait