Jilid 1
untuk
SMA/MA Kelas X
Suparto
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOLOGI
OGI
OGI
OGI
OGI
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOL
SOSIOLOGI
OGI
OGI
OGI
OGI
Literatur Media Sukses
Jl. Madrasah No. 38, Pekayon, Pasar ReboSosiologi
Jilid 1
Untuk SMA/MA Kelas X
Hak cipta 2006 pada Penulis Hak penerbitan pada Penerbit Literatur Media Sukses
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sosiologi, ditulis oleh Suparto; Editor, Vera B. L. Sihotang, -- Jakarta: Literatur Media Sukses
Penulis
Suparto
Editor
Vera B. L. SihotangChristianiE
Desain Sampul Andie Anakota
Setting/Tata Letak Sri Sugiyarni Astuti Krisnawati
Cetakan Pertama, 2006
K
ritik yang sering ditujukan kepada buku teks Sosiologi sebagai buku pelajaran antara lain cara pendekatan penyajian konsep materi yang kurang membumi terhadap realitas yang ada. Para pendidik sering mengalami kesulitan dalam mengajarkan ilmu-ilmu sosial. Para siswa berargumen bahwa ilmu-ilmu sosial menjenuhkan. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya minat para siswa untuk menggeluti kajian-kajian ilmu sosial. Kondisi ini terbentuk dikarenakan bahwa belajar ilmu-ilmu sosial merupakan ilmu-ilmu hafalan dan tidak kontekstual.Buku Sosiologi untuk SMA/MA ini disusun sebagai alternatif bagi para guru dan siswa Sekolah Menengah Atas bahwa belajar ilmu sosial tidak semata-mata hafalan. Esensi ilmu sosial justru terletak pada daya analisis dan metode yang dipakai dalam mengkaji suatu problem kemasyarakatan.
Buku ini terdiri atas 3 jilid, yaitu jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X, jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI, dan jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII. Pendekatan pembelajaran menggunakan metode Contextual-Teaching Learning. Diharapkan guru menjadi fasilitator dan terlibat intens dalam proses pembelajaran serta bersedia mengembangkan segala materi pokok dengan berbagai indikatornya dengan situasi dan kondisi yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Literatur Media
Sukses yang telah menerbitkan naskah kami menjadi buku. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kualitas buku ini.
Jakarta, Desember 2006
Sebelum memulai proses belajar mengajar, sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui bagian-bagian yang terdapat dalam buku Sosiologi ini.
4. Bahan Diskusi Kelompok
Bahan ini disediakan melatih siswa mendiskusikan suatu permasalahan dengan orang lain.
5. Lembar Pro dan Kontra
Lembar Pro dan Kontra disajikan sebagai sarana untuk melatih mengungkapkan pendapat atau debat pendapat antarsiswa yang dibimbing oleh guru.
6. Lembar Sosiologi Terapan
Lembar sosiologi terapan ini merupakan latihan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Rangkuman
Rangkuman mencakup ringaksan materi pada setiap bab yang bertujuan untuk memudah-kan siswa mengingat kembali materi-materi yang telah dipelajari di bab tersebut.
8. Uji Kompetensi
Pada setiap akhir bab disediakan Uji Kompetensi untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai semua materi dalam satu bab.
9. Daftar Istilah
Daftar Istilah disajikan di setiap bab yang merupakan kumpulan istilah-istilah yang dibahas di bab tersebut.
10. Indeks
Indeks merupakan daftar kata-kata penting disertai nomor halaman kemunculan.
1. Pengantar Awal Bab
Pada setiap awal bab terdapat fokus tentang materi-materi yang akan dibahas di bab tersebut.
2. Tugas Perorangan
Dalam setiap bab ada kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri.
3. Tugas Penelitian
Tugas Penelitian merupakan tugas yang mendeskripsikan suatu permasalahan.
1.Perilaku menyimpang adalah semua perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang terdiri atas:
xKenakalan remaja (delinquention)
xKejahatan (criminality)
2.Teori Penyimpangan
xTeori kebudayaan khusus yang menyimpang
xTeori anomi
xTeori reaksi masyarakat
3.Sifat-sifat Penyimpangan
xPenyimpangan positif
xPenyimpangan negatif
4.Penyebab perilaku menyimpang
Soal Objektif
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan menyilang huruf A, B, C, D atau E! 1.Usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengatasi
adanya perilaku menyimpang disebut . . . . A. kontrol sosial D. pengadilan B. pengendalian sosial Enorma sosial C. deviasi sosial
2.Fungsi keluarga untuk membentuk perilaku tertib dan patuh terhadap norma-norma sosial dalam lingkungan masyarakat setempat terhadap putra dan putrinya adalah fungsi . . . .
A. sosialisasi D. penghubung kerabat B. edukasi Ereproduksi C. pengawasan sosial
7 8
MEWUJUDKAN PEMERINTAH YANG BAIK
Pemilu tahun 2004 ini merupakan suatu sistem yang lebih baik dan lebih demokratis untuk memilih anggota legislatif, presiden, dan wakil presiden karena ketiga komponen bangsa yang penting itu dipilih secara langsung oleh rakyat melalui proses pemilihan umum.
Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang kuat yang dapat menyatukan pendapat dari seluruh rakyatnya sehingga seluruh kekuatan bangsa tertuju pada satu arah untuk mencapai tujuan negara. Ciri-ciri pemerintah yang baik adalah pemerintah yang dapat menyusun kebijakan yang tepat sesuai dengan harapan warga masyarakatnya.
Petunjuk Simulasi Pro Kontra 1.Siswa dalam kelas dibagi atas dua kelompok. Satu kelompok pro dan satu
kelompok lagi kontra. Tuangkan pendapat dan penjelasan kalian sesuai dengan kelompok masing-masing berdasarkan pertanyaan di bawah ini!
5 4
9
Bab 1 Sosiologi Sebagai Ilmu yang Mengkaji Hubungan Masyarakat
j.Metode Analisis Media Massa
Media massa lebih bersifat subjektif, sebab media massa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ulasan media massa yang satu dengan ulasan media massa yang lain sering kali ada kesenjangan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret, seorang peneliti dapat menggunakan metode analisis media massa dengan cara menghimpun selengkap mungkin artikel-artikel sejenis yang ada di berbagai media massa. Lalu, dipakai sebagai dasar untuk analisis dalam kaitannya dengan pengkajian suatu hipotesa dan masalah dalam penelitian.
Dalam suatu penelitian mengenai kelebihan dan kekurangan suatu metode atau teknologi tertentu, seorang peneliti menggunakan metode komparasi. Metode komparasi dilakukan dengan membandingkan dua hal yang sama, tetapi dalam waktu atau tempat yang berbeda. Melalui metode komparasi inilah, kita dapat mengetahui banyak hal yang sangat berguna dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan:
1.Jelaskan persiapan apa sajakah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti yang menggunakan metode komparasi!
2
NILAI DAN NORMA SOSIAL
Menurut kalian, apakah nilai itu? Dalam pengertian sehari-hari nilai sering diartikan sebagai harga atau ukuran. Misalnya, nilai ekonomis sebuah mobil dapat diartikan sebagai harga sebuah mobil yang diukur dengan uang. Dalam sosiologi, nilai justru bukan sebuah ukuran yang dapat dinyatakan dengan barang, melainkan sesuatu yang abstrak atau tidak nyata.
Sumber: Gatra, 27 November 2004 Menjelaskan nilai dan
norma. Membedakan nilai dan norma. Menjelaskan peran nilai dan norma dalam masyarakat. Mengklasifikasikan kasus pelanggaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tujuan Pembelajaran
Kunjungilah salah satu lembaga pengendalian sosial yang terdekat dari sekolah Anda, misalnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau rumah tahanan/lembaga pemasyarakatan.
Kemudian buatlah laporan ringkas mengenai hal-hal berikut ini!
1.Fungsi dan peranan lembaga
2.Tugas dan kewenangan lembaga
3.Kegiatan operasional lembaga
1 3
accomodation : proses sosial yang ditandai dengan pengurangan tuntutan adat : suatu kebiasaan yang diulang-ulang dan telah
menyatu dengan kehidupan masyarakat akulturasi : percampuran dua hal atau lebih yang bersifat
melengkapi akulturasi budaya : proses pencampuran dua unsur budaya atau
lebih yang bersifat melengkapi tanpa menghilangkan corak yang lama angket : daftar pertanyaan untuk menghimpun data
yang diperlukan dalam suatu penelitian
applied science : ilmu terapan
arbitration : akomodasi dengan menggunakan pihak ketiga sebagai pihak penengah yang dapat bersifat mengikat atau memaksa kedua belah pihak
9 112, 113, 124, 125, 139, 143, 147, 148, 152, 166, 177 akomodasi 66, 67 akulturasi 23, 82, 110 akulturasi budaya 110 angket 2, 7, 8, 32 asimilasi 23, 67, 68, 82, 83, 110 asimilasi budaya 110 asosiasi 3, 73 asumsi 100 Auguste Comte 3, 15
B fenomena alam 77, 109 fenomena sosial 4, 8, 16, 17, 18, 19, 23, 26, 33,
identifikasi 11, 60, 65, 89 ilmu pengetahuan 3, 4, 10, 15, 17, 20, 25, 32, 40, 42, 64, 80, 108, 109, 114, 125, 129 imitasi 60, 64, 65, 89 interaksi sosial 10, 11, 32, 35, 59, 62, – 66, 73, 75, 84, 85, 89, 90, 101, 144, 164, 172 internal 170, 80, 90
interview5
10
KESENJANGAN SOSIAL SEBAGAI POTENSI KONFLIK
Salah satu penyebab menjadi semakin tingginya jurang kesenjangan sosial antara golongan kaya dan golongan miskin adalah kehadiran teknologi melalui proses modernisasi dan pembangunan. Melalui proses modernisasi dan pembangunan, teknologi-teknologi baru diimpor oleh agen modernisasi dan pembangunan untuk memajukan taraf kehidupan suatu bangsa. Akan tetapi, teknologi canggih ini akan berpihak kepada orang-orang kaya dan selanjutnya menjadi sekutu orang-orang kaya untuk menghasilkan barang dan mendatangkan uang. Barang-barang teknologi canggih ini misalnya mobil, telepon, traktor pembajak, truk, komputer, internet, televisi, radio, mesin tenun, mesin bubut, dan lain-lain.
Justru dengan kedatangan mesin-mesin teknologi canggih ini golongan masyarakat miskin akan termarginalkan. Sebab, mereka tergusur dari pekerjaan yang diakibatkan oleh mesin-mesin yang digunakan daripada tenaga-tenaga
MENGELIMINIR BUDAYA KORUPSI
Pada masa reformasi akhir-akhir ini, hampir semua media massa membahas tentang cara-cara memberantas budaya korupsi. Korupsi memang merupakan sesuatu penyimpangan yang benar-benar menghambat upaya perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Di kalangan birokrat, baik pemerintah maupun lembaga nonpemerintah dewasa ini memang masih sangat kental dengan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mungkin hal ini tidak akan sepenuhnya bisa dihilangkan dari tata pergaulan masyarakat kita. Tetapi setidaknya dapat ditekan sekecil mungkin pertumbuhannya.
Pada dasarnya, budaya korupsi ini dilakukan turun-temurun dari generasi l l
Kata Pengantar ... iii
Apakah Keunggulan Buku Ini? ... iv
BAB 1
Peta Konsep ... 2A. Sosiologi Sebagai Ilmu dan Metode ... 3
B. Konsep-konsep Dasar Dalam Sosiologi ... 10
C. Konsep-konsep Tentang Realitas Sosial Budaya ... 16
D. Hubungan Antarberbagai Konsep Tentang Realita Sosial Budaya ... 18
E. Data Sosiologis dan Antropologis Tentang Fenomena Sosial Di Lingkungan Setempat ... 23
Rangkuman ... 32
Uji Kompetensi ... 34
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU TENTANG HUBUNGAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
BAB 2
Peta Konsep ... 40A. Nilai dan Norma Sosial ... 41
B. Nilai Sosial ... 41
C. Norma Sosial ... 45
Rangkuman ... 53
Uji Kompetensi ... 54
BAB 3
Peta Konsep ... 60A. Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial ... 61
B. Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Interaksi ... 64
C. Bentuk-bentuk Interaksi yang Mendorong Terciptanya Lembaga, Kelompok, dan Organisasi Sosial ... 69
NILAI DAN NORMA SOSIAL
BAB 6
Peta Konsep ... 160
A. Pentingnya Pengendalian Sosial ... 161
B. Jenis-jenis Lembaga Pengendalian Sosial... 161
C. Cara-cara Pengendalian Sosial ... 165
D. Akibat-akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial ... 168
Rangkuman ... 173
Uji Kompetensi ... 175
Daftar Istilah ... 179
Daftar Pustaka ... 185
Indeks ... 187
BAB 5
Peta Konsep ... 134A. Perilaku Menyimpang ... 135
B. Terjadinya Perilaku Menyimpang Sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ... 139
C. Penanggulangan Terhadap Perilaku Menyimpang ... 147
Rangkuman ... 152
Uji Kompetensi ... 154
BAB 4
Peta Konsep ... 96A. Peranan Nilai dan Norma Sosial Dalam Proses Sosialisasi ... 97
B. Proses Sosialisasi ... 108
C. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian ... 114
D. Hubungan Pembentukan Kepribadian dengan Kebudayaan ... 122
Rangkuman ... 127
Uji Kompetensi ... 128
PERILAKU MENYIMPANG D Proses Pembentukan Lembaga, Kelompok, dan Organisasi Sosial ... 74
E. Faktor-faktor Penyebab Perubahan dan Dinamika Sosial ... 76
F. Interaksi Sosial dan Keteraturan Sosial ... 84
Rangkuman ... 88
Uji Kompetensi ... 90
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
T
ahukah kalian mengapa sosiologi kita pelajari? Sebagai warga masyarakat, kita selalu terikat dengan orang lain untuk melakukan berbagai macam bentuk kerja sama di berbagai segi kehidupan. Dalam melakukan hubungan-hubungan sosial, kita harus memahami tata cara dalam pergaulan agar kita dapat diterima sebagai warga masyarakat yang baik, sehingga kita dapat menjalankan misi pribadi kita masing-masing. Dengan demikian, kita memerlukan banyak w a w a s a n t e n t a n g b a g a i m a n a m e n j a l a n i d a n m e m b i n a hubungan sosial dalam masyarakat. Untuk mendapatkan jawabannya, kita perlu mempelajari sosiologi, karena sosiologi memberikan banyak wawasan dan kajian tentang hubungan masyarakat dan lingkungan. Penjabaran wawasan-wawasan tersebut dalam praktik kehidupan sehari-hari akan diuraikan pada bab berikut.Sumber:Koleksi editor
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
YANG MENGKAJI
HUBUNGAN MASYARAKAT
Mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu dan metode.
Mendeskripsikan hubungan berbagai konsep tentang realitas sosial. Mengidentifikasi data tentang realita sosial masyarakat.
A. SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU DAN METODE
1. Pengertian Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu sosial yang relatif baru mungkin agak sulit untuk didefinisikan bagi kalian yang masih relatif baru mempelajari sosiologi. Sebagai salah satu pegangan tentang pengertian sosiologi, kalian perlu mengetahui pendapat dari tiga tokoh sosiologi berikut ini.
a. Pitirim A. Sorokin
Mengemukakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal sebagai berikut. x Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka ragam sosial, misalnya gejala
ekonomi dan agama, juga keluarga dan moral.
x Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala nonsosial. x Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
b. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
c. Auguste Comte
Mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya. Artinya, sosiologi mempelajari segala aspek kehidupan bersama yang terwujud dalam asosiasi-asosiasi, lembaga-lembaga, maupun peradaban.
2. Objek Kajian Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai objek kajian tentang perilaku sosial individu maupun kelompok individu dalam masyarakat yang penjabarannya meliputi bentuk-bentuk penyesuaian perilaku terhadap norma dalam berbagai bentuk perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Objek kajian sosiologi ini senantiasa bersifat aktual karena masyarakat terus-menerus mengalami proses sosial termasuk perubahan-perubahan dalam struktur dan pola interaksinya.
3. Metode-Metode Sosiologi
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek kajian mengenai perilaku sosial serta budaya yang ada dalam satu masyarakat. Dengan begitu, sosiologi pun sedikit banyak memiliki data-data mengenai karakter sosial budaya dari tiap-tiap masyarakat yang berbeda-beda.
Selain sosiologi, ilmu lain yang juga mempelajari manusia adalah antropologi. Antropologi mempelajari aneka ragam manusia atau masyarakat serta kebudayaannya di masa lampau dan masa sekarang, sejarah pertumbuhannya, bentuk kebudayaan, serta lenyapnya suatu masyarakat dan kebudayaannya. Artinya, metode antropologi juga berguna sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat. Sebagai contoh, melalui sosiologi dan antropologi kegiatan pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat disosialisasikan ke dalam setiap masyarakat yang bercorak kesukuan dengan metode dan pendekatan secara sosiologis dan antropologis. Sebaliknya, ketika pemerintah melalui kegiatan pembangunan ingin memperoleh data mengenai berbagai macam fenomena sosial budaya dari suatu masyarakat, dapat diperoleh melalui data-data yang terhimpun di dalam sosiologi dan antropologi. Ini berarti, sosiologi dan antropologi menjadi kail untuk memperoleh data-data sosial budaya dari dalam masyarakat. Sosiologi dan antropologi dapat pula berfungsi sebagai bejana yang menjadi sarana sosialisasi suatu program pemerintah di dalam masyarakat.
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Bagan 1.1 Bagan Peranan Metode Sosiologi dan Antropologi dalamMenurut bagan di atas, jelaslah metode sosiologi dan antropologi sebagai suatu kesatuan dan dapat dipergunakan oleh pemerintah atau pun lembaga nonpemerintah yang mempunyai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena konsep-konsep dalam studi sosiologi dan antropologi dapat menjadi cara untuk memasukkan program pembangunan yang berkaitan dengan masyarakat.
Metode-metode yang sering dipergunakan di dalam sosiologi dan antropologi antara lain:
a. Metode Wawancara (Interview)
Pada hakikatnya, metode wawancara adalah metode pengumpulan data dalam penelitian sosial yang dalam pelaksanaannya, peneliti mewawancarai responden yang telah ditetapkan sebagai sampel untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Metode ini mempunyai kelebihan bahwa data-data sosial budaya yang diinginkan dapat diperoleh secara luas dan dalam melalui pertanyaan secara lisan dari hati ke hati antara pewawancara dan responden. Akan tetapi, metode interview secara spesifik memerlukan seorang pewawancara yang mumpuni dan memenuhi kriteria sebagai berikut.
x Cakap, artinya seorang pewawancara harus benar-benar menguasai permasalahan dari setiap pertanyaan yang diajukan, serta memiliki keterampilan untuk menggali alternatif-alternatif jawaban yang lebih dalam dan rinci dari responden.
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Gambar 1.1 Wawancara merupakan salah satu cara yang dapatditempuh dalam pengumpulan data guna mendukung penelitian yang dilakukan.
x Ramah, artinya seorang pewawancara harus menyenangkan, tidak menakutkan, dan berpenampilan baik. Tujuannya agar responden dapat secara bebas untuk menyampaikan alternatif jawabannya secara objektif kepada pewawancara. Dengan demikian, data yang diperoleh akurat.
x Fleksibel, artinya seorang pewawancara harus luwes dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dari masing-masing pribadi responden. Sikap yang fleksibel membuat responden tidak merasa tertekan dalam menyampaikan jawaban-jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian, data yang diperoleh objektif.
x Objektif, artinya seorang pewawancara harus senantiasa berpegang teguh pada fakta yang ada, artinya pewawancara harus dapat mencegah masuknya pendapat-pendapat pribadi ke dalam penelitian dengan tetap menjaga objektifitas berdasarkan fakta yang benar-benar ada di lapangan.
x Konsisten, artinya seorang pewawancara harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip keilmuan, tidak berubah-ubah oleh pengaruh-pengaruh ekonomis, politik, ideologis, atau kepentingan tertentu.
b. Metode Observasi Langsung
Metode observasi langsung sering disebut metode yang mudah dan murah. Artinya, metode ini sangat gampang pelaksanaannya dan memerlukan biaya yang relatif sedikit sehingga hampir setiap orang dengan mudah dapat melakukannya. Pada hakikatnya, metode observasi langsung adalah metode pengumpulan data dalam penelitian sosial yang dalam pelaksanaannya memungkinkan peneliti dapat secara langsung mengamati kondisi objek yang diteliti. Untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan instrumen yang disebut check list (daftar untuk mengecek apakah objek yang diamati memiliki kualifikasi sebagaimana yang ada di dalam daftar). Contoh: peneliti yang mengobservasi 5 ruangan kelas belajar dalam suatu lomba kebersihan, peneliti telah membuat check list yang disesuaikan dengan kepentingan penelitian tersebut agar dapat memberi dasar penelitian yang tepat.
c. Metode Observasi Partisipan
dan pengorbanan dari peneliti itu sendiri, karena penuh tantangan yang terkadang akan membawa ongkos pemikiran, tenaga, bahkan nyawa. Akan tetapi hasilnya, peneliti akan dapat menghimpun data sosial budaya dengan tepat, lengkap, dan detail sehingga memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Misalnya, seorang peneliti dari Jerman bernama Pieter Carlos meneliti kehidupan sosial budaya suku Asmat dan suku Dani di pedalaman Papua. Pieter Carlos datang sendiri ke lokasi dan selama enam tahun dia hidup bersama-sama dan menyatu dengan masyarakat Asmat dan masyarakat Dani. Sambil menjalani aktivitas hariannya, Pieter Carlos dapat memotret macam-macam kegiatan, mengikuti semua aktivitas, bahkan mengikuti setiap perilaku sosial harian yang dilakukan oleh masyarakat Asmat dan Dani.
d. Metode Angket
Apabila penelitian mempunyai jangkauan responden yang amat besar dan respondennya berupa masyarakat-masyarakat yang relatif maju, maka metode angket sangat tepat untuk digunakan. Metode angket adalah metode pengumpulan data dalam suatu penelitian sosial di mana dalam pelaksanaannya, peneliti menyampaikan sejumlah pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disesuaikan dengan kepentingan penelitian tersebut. Satu hal yang merupakan kelebihan dari metode ini adalah bahwa dalam waktu yang relatif singkat, seorang peneliti dapat memperoleh data dalam jumlah yang amat sangat besar. Dalam hal ini, peneliti mengirim daftar pertanyaan kepada seratus ribu responden yang alamatnya telah diketahui sebelumnya dan memberikan perangko pengiriman kembali jawaban-jawaban angket kepada penelitinya. Dalam jangka yang tidak terlalu lama (kurang dari 10 hari), 100.000 responden telah mengirim kembali angket tersebut ke alamat yang telah ditentukan dengan perangko pengiriman yang ada di dalam amplop daftar pertanyaan tersebut.
Agar data sosial budaya yang terhimpun melalui metode angket ini tetap memiliki objektifitas yang tinggi, diperlukan syarat-syarat antara lain sebagai berikut. x Pertanyaan harus singkat, padat, dan komunikatif dengan menggunakan bahasa
yang sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami.
x Respondennya harus merupakan masyarakat yang cakap, artinya memiliki basis kependidikan yang cukup. Dengan demikian, mereka pun memiliki kesadaran ilmiah yang tinggi dan memiliki kemampuan intelektual untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam angket tersebut. Tetapi metode ini akan gagal total apabila respondennya adalah masyarakat primitif atau masyarakat pedesaan yang basis pendidikannya relatif rendah. Jawaban yang disampaikan pun merupakan jawaban-jawaban yang memiliki tingkat akurasi yang rendah. Keadaan seperti ini akan membuat penelitian menjadi fatal.
pengiriman angket dapat dilakukan secara benar dan serentak dalam waktu yang relatif singkat.
e. Metode Komparasi
Untuk mendapatkan data tentang perbedaan atau persamaan dari dua fenomena sosial yang ada di dalam masyarakat, seorang peneliti dapat menggunakan metode komparasi. Metode komparasi bertujuan untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan dari dua hal. Yang dimaksud dengan metode komparasi adalah metode pengumpulan data dalam suatu penelitian sosial, yaitu dengan membandingkan dua hal yang sama dengan lokasi atau waktu yang berbeda. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh persamaan dan perbedaan yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisis dan mengkorelasikan fakta atau kejadian secara ilmiah sesuai dengan kepentingan penelitian. Metode komparasi digunakan oleh peneliti apabila bentuk penelitiannya mengandung kepentingan untuk membandingkan sesuatu yang sama dengan tempat dan kurun waktu yang berbeda.
f. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan metode yang penelitiannya lebih banyak memerlukan data-data dokumenter atau pendapat-pendapat dari para ahli tentang suatu fenomena sosial tertentu dalam masyarakat. Cara pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data atau keterangan-keterangan yang ada di dalam literatur yang ada di perpustakaan. Kelebihan metode ini adalah memperoleh banyak sumber tanpa mengalami banyak biaya, tenaga, dan waktu. Yang menjadi masalah adalah kepandaian peneliti untuk mencari buku-buku yang relevan yang dapat dipakai sebagai sumber data dalam penelitian.
g. Metode Penelusuran Sejarah (History)
Metode history atau metode penelusuran sejarah merupakan metode pengumpulan data dengan cara menelusuri sejarah melalui dokumen-dokumen dan benda-benda peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sumber keterangan mengenai berbagai macam kejadian di masa lampau. Dalam pelaksanaannya, metode ini memerlukan suatu ketekunan dan ketelitian, yaitu dengan mengungkap dan menghimpun keterangan-keterangan, serta benda-benda peninggalan yang akan dipergunakan sebagai sumber data dalam penelitian.
h. Metode Pengukuran Langsung
panjang dan lebar tanah, bangunan, menghitung jumlah ternak, mengukur kedalaman air, menghitung suhu udara, tekanan, kelembaban, dan lain-lain. Melalui metode ini, seorang peneliti akan mengeluarkan banyak pengorbanan yang terkadang penuh dengan resiko.
i. Metode Dokumenter
Apabila suatu penelitian lebih banyak memerlukan data-data pendukung yang berupa dokumen-dokumen seperti dokumen pemasaran, dokumen kepegawaian, dokumen kejadian hukum, dan lain-lain, seorang peneliti dapat menggunakan metode dokumenter. Pada hakikatnya, sumber penelitian dapat berupa data-data yang diambil dari arsip-arsip atau dokumen yang dihimpun oleh kolektor. Yang terpenting adalah bahwa pengambilan dokumen harus sesuai dengan data yang diperlukan dan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan mengambil dari dokumen-dokumen yang dihimpun oleh kolektor dinamakan metode dokumenter. Para kolektor tersebut adalah kepala desa, pimpinan instansi, atau badan-badan informasi, termasuk Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh melalui metode ini merupakan data sekunder.
j. Metode Analisis Media Massa
Media massa lebih bersifat subjektif, sebab media massa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ulasan media massa yang satu dengan ulasan media massa yang lain sering kali ada kesenjangan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret, seorang peneliti dapat menggunakan metode analisis media massa dengan cara menghimpun selengkap mungkin artikel-artikel sejenis yang ada di berbagai media massa. Lalu, dipakai sebagai dasar untuk analisis dalam kaitannya dengan pengkajian suatu hipotesa dan masalah dalam penelitian.
Dalam suatu penelitian mengenai kelebihan dan kekurangan suatu metode atau teknologi tertentu, seorang peneliti menggunakan metode komparasi. Metode komparasi dilakukan dengan membandingkan dua hal yang sama, tetapi dalam waktu atau tempat yang berbeda. Melalui metode komparasi inilah, kita dapat mengetahui banyak hal yang sangat berguna dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan:
Ilmu pengetahuan merupakan himpunan pengetahuan-pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Sosiologi dan antropologi merupakan himpunan pengetahuan-pengetahuan mengenai perilaku sosial serta mengenai keanekaragaman makhluk manusia dan budayanya. Untuk mengkaji lebih jauh mengenai materi-materi yang menjadi substansi dalam kajian sosiologi dan antropologi, akan dijabarkan melalui konsep-konsep tentang realitas sosial budaya serta korelasinya satu dengan yang lain pada uraian berikut ini.
B. KONSEP-KONSEP DASAR DALAM SOSIOLOGI
Pengertian dari konsep-konsep dasar adalah konsep-konsep pokok yang akan menjadi bahan kajian di dalam sosiologi maupun dalam antropologi. Konsep-konsep dasar itu meliputi tentang masyarakat, kebudayaan, kebutuhan hidup manusia, interaksi sosial, norma dan nilai, perilaku menyimpang, kepribadian, pengendalian sosial, perubahan sosial, dan masih banyak lagi.
1. Konsep-Konsep Dasar
Sosiologi dan antropologi mempunyai kekhususan yang berbeda antara lain sosiologi lebih menekankan pada konsep perilaku sosial, sedangkan antropologi lebih terfokus pada konsep keanekaragaman makhluk dan budaya manusia. Adapun konsep-konsep yang mendasar dalam sosiologi dan antropologi antara lain sebagai berikut.
a. Masyarakat
Istilah masyarakat dalam bahasa sehari-hari sering kita artikan sebagai himpunan orang-orang dalam satuan wilayah tertentu. Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dan membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu. Jelaslah bahwa setiap masyarakat lahir karena adanya kerja sama di antara warganya dan terikat dalam suatu tata norma tertentu dalam ruang wilayah yang tertentu pula. Jadi, unsur-unsur pokok masyarakat meliputi hal-hal berikut. x Adanya individu-individu yang cenderung bersifat heterogen dalam berbagai
hal seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, dan lain-lain.
2. Sebutkan kelemahan-kelemahan dari metode komparasi!
3. Apa kelebihan yang dapat diperoleh dengan menerapkan metode komparasi? 4. Menurutmu hal-hal apa saja yang dapat dibandingkan dari kekurangan suatu
x Adanya hubungan timbal balik yang secara otomatis terjadi dalam setiap masyarakat tanpa henti-hentinya dan meliputi berbagai aspek kehidupan seperti dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan dalam bidang pertahanan dan keamanan.
x Adanya daerah atau areal dengan batas-batas tertentu yang merupakan wadah tempat berlangsungnya suatu tata kehidupan bersama. Wilayah ini dapat berupa areal yang sempit maupun dalam satuan areal yang amat sangat luas. Dalam arti luas, seluruh masyarakat di dunia ini merupakan suatu masyarakat dengan tata pergaulan yang amat sangat kompleks dan tidak pernah berhenti dalam berbagai aktivitas.
x Adanya sistem norma tertentu yang berfungsi sebagai pedoman dalam sistem tata kelakuan dan hubungan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Norma-norma sosial ini bersumber dari sistem tata nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut.
b. Interaksi Sosial
Di satu sisi, interaksi sosial merupakan bentuk-bentuk aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam arti lain, interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dan individu, antara individu dan kelompok individu, dan hubungan timbal balik antara kelompok individu dan kelompok individu yang lain. Interaksi sosial senantiasa berpedoman pada sistem tata nilai suatu masyarakat dengan ketentuan ”di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Artinya, di mana suatu perbuatan dilakukan hendaknya berpedoman pada sistem tata nilai yang ada di tempat itu. Ini terjadi karena setiap masyarakat memiliki sistem tata nilai yang berbeda-beda walaupun secara universal tata nilai ini hampir sama.
Dalam suatu interaksi sosial, terdapat 4 subkomponen yang dapat mendukung terwujudnya suatu interaksi sosial. Komponen-komponen itu adalah rangsangan, tanggapan, aktivitas aksi, dan aktivitas reaksi.
x Rangsangan (stimulan), yaitu suatu aktivitas yang mendorong pada seseorang
untuk memberikan respon atau tanggapan. Stimulan ini dapat berupa perilaku, penampilan, suara, dan berbagai macam pendapat atau ucapan. Aktivitas ini akan mengakibatkan adanya tanggapan dari pihak yang lain.
x Tanggapan (respon), yaitu suatu aktivitas yang muncul karena adanya stimulan,
baik stimulan yang pasif maupun stimulan yang aktif. Dengan adanya stimulan dan respon, suatu kontak sosial sesungguhnya telah terjadi. Untuk kontak selanjutnya akan berbentuk aksi dan reaksi.
x Aktivitas aksi, yaitu aktivitas permulaan yang menjadi penyebab munculnya
x Aktivitas reaksi, yaitu suatu aktivitas tanggapan yang muncul setelah adanya aksi dari pihak pertama. Reaksi ini merupakan umpan balik atas perilaku-perilaku yang dilakukan oleh pihak pertama.
c. Sosialisasi
Pada hakikatnya, sosialisasi merupakan suatu proses pergaulan seseorang terhadap banyak orang di dalam masyarakat. Proses sosialisasi bagi seorang individu berlangsung sejak lahir hingga sepanjang hayatnya. Proses sosialisasi ini merupakan proses belajar berinteraksi di tengah-tengah masyarakat. Melalui proses sosialisasi, seorang individu akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang akan membekali individu tersebut dalam proses pergaulan. Dengan demikian, seorang individu dapat berhasil dalam setiap usahanya di tengah-tengah masyarakat sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya pada masyarakat tersebut.
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar dalam sosiologi dan antropologi?
2. Berikan 3 contoh konsep dasar dalam sosiologi dan 3 konsep dasar dalam antropologi!
3. Sebutkan unsur-unsur dalam masyarakat!
4. Coba praktikkan di depan kelas bersama teman sebangkumu bagaimana kalian berinteraksi! Di dalam interaksi tersebut, kalian tunjukkan adanya proses sosialisasi.
d. Kebutuhan Hidup
Kebutuhan hidup adalah kebutuhan manusia untuk mempertahankan serta mengembangkan kehidupannya. Kebutuhan ini merupakan suatu perwujudan dari manusia sebagai makhluk hidup, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk yang memiliki akal budi. Kebutuhan hidup ini terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut.
sebagai hakikat manusia sebagai makhluk hidup. Agar tetap hidup, maka manusia perlu makan, minum, istirahat, pakaian, perumahan, dan lain sebagainya untuk mempertahankan dan mengembangkan hidupnya.
(2) Kebutuhan sosial adalah kebutuhan manusia untuk bersama-sama dengan manusia yang lain. Kebutuhan ini muncul sebagai hakikat manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Kebutuhan sosial mencakup kebutuhan berkomunikasi dengan sesama, kebutuhan pendidikan, kebutuhan untuk menjalankan kepentingan bersama, dan lain-lain.
(3) Kebutuhan integratif adalah kebutuhan kejiwaan manusia seperti misalnya kebutuhan berekreasi, kebutuhan untuk mengungkapkan rasa estetika, kebutuhan untuk mengungkapkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebutuhan untuk mengungkapkan harga diri, dan lain-lain.
e. Kepribadian
Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang tidak akan sama antara manusia yang satu dan manusia yang lain. Kepribadian ini merupakan gambaran secara umum dari perilaku seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat dari perilaku sehari-hari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak hal antara lain sebagai berikut.
x perangai. x kegemaran.
x sikap atau perilaku. x keimanan dan ketakwaan. x tutur kata. x tanggung jawab.
x persepsi. x prakarsa, dan lain-lain.
Kepribadian merupakan perpaduan antara warisan biologis yang diterima seseorang dari leluhurnya dan pengaruh lingkungan melalui proses interaksi dan proses sosialisasi sejak lahir hingga dewasa.
f. Perilaku Menyimpang
Setiap orang mempunyai ego masing-masing. Manakala ego setiap orang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan orang lain atau kepentingan umum, maka yang terjadi adalah benturan kepentingan antarindividu. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku-perilaku yang menyimpang. Pada hakikatnya, perilaku menyimpang merupakan bentuk-bentuk perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat tersebut. Perilaku menyimpang dapat bersumber dari banyak hal, yaitu sebagai berikut.
lapisan bawah seringkali menjadi tidak sesuai dengan norma-norma yang ada sehingga terjadi perilaku yang menyimpang.
x Lemahnya aparat penegak hukum dalam melakukan tindakan penegakan hukum. Hal ini dapat terjadi karena norma yang ada tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan sekarang, atau mungkin karena kualitas moral dari aparat para dan karena kurangnya personil, serta peralatan yang diperlukan oleh aparat penegak hukum.
x Adanya peperangan dan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kantibmas) yang memburuk. Jika terjadi peperangan atau suasana kamtibmas yang memburuk, orang terdorong untuk melakukan penjarahan terhadap harta benda milik orang lain. Terjadilah perilaku-perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial dalam keadaan yang aman.
x Tidak berhasilnya proses pewarisan budaya dari generasi tua kepada generasi muda. Misalnya, kini makin banyak keluarga yang tidak memiliki eksistensi untuk menjalankan fungsinya. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh warga masyarakat.
Secara umum, perilaku menyimpang dapat terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna atau adanya proses sosialisasi terhadap sub-sub kebudayaan yang memang menyimpang. Cara mengatasinya melalui peran pendidikan, baik yang dilakukan orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, maupun pemerintah kepada aparatur negaranya.
g. Pengendalian Sosial
Semua usaha yang dilakukan oleh warga masyarakat agar warganya dapat berperilaku sesuai norma dan nilai yang ada dalam masyarakat tersebut dinamakan pengendalian sosial. Dalam pelaksanaan pengendalian sosial diperlukan banyak hal antara lain norma, lembaga atau institusi, danpersonil-personil penegak hukum. Apabila pelaksanaan pengendalian sosial telah direalisasikan oleh akumulasi dari norma, lembaga dan personil penegak hukum, munculah perangkat untuk menciptakan tertib sosial yang dinamakan pranata sosial.
Pengendalian sosial ada yang bersifat preventif, represif, maupun gabungan dari keduanya. Pengendalian sosial bersifat preventif bertujuan untuk menghindari penyimpangan sedini mungkin, sedangkan pengendalian sosial bersifat represif bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti semula. Gabungan dari keduanya dilaksanakan sebelum dan sesudah penyimpangan itu terjadi. Pengendalian sosial dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu compulsion (paksaan) dan pervasion (pengisian).
yang dilakukan lewat paksaan, cara pervasion dilakukan dengan menyampaikan norma dan nilai secara berulang-ulang.
h. Perubahan Sosial Budaya
Makna dari perubahan sosial budaya adalah semua bentuk perubahan struktur sosial dan struktur budaya termasuk corak kebudayaannya. Hal ini terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur sosial budaya yang ada dengan unsur-unsur sosial budaya yang baru yang dianggap ideal.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut.
Dalam sejarah perkem-bangan sosiologi, terdapat banyak tokoh yang mem-punyai andil besar. Satu diantaranya adalah Auguste Comte, seorang ahli filsafat berkebangsaan Perancis pada abad ke-19, yaitu tepatnya pada tahun 1839. Ia mengata-kan bahwa penelitian-penelitian tentang masyarakat telah sampai pada titik yang menggembirakan untuk memasuki perkembangan yang mengarah pada terbentuknya ilmu pengetahuan yang mempunyai objek mengenai masyarakat. Auguste Comte memberikan nama pada ilmu pengetahuan tentang masyarakat dengan istilah Sosiologi.
Kata sosiologi pada mulanya digunakan untuk menyebut studi tentang kemasyarakatan. Istilah sosiologi diambilnya dari kata sociusbahasa Latin yang berarti kawan dan kata logosdari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, Auguste Comte kita kenal sebagai Bapak Sosiologi.
x Perubahan situasi alam, misalnya perubahan siang dan malam, perubahan waktu, perubahan iklim, musim, termasuk perubahan-perubahan alam yang bersifat temporer seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Hal ini dapat menyebabkan perubahan-perubahan pola aktivitas bagi manusia dalam masyarakat.
x Perubahan situasi kependudukan, misalnya perubahan jumlah penduduk, perubahan tingkat kelahiran, perubahan tingkat kematian, perubahan tingkat kepadatan, perubahan komposisi penduduk, dan lain-lain. Hal ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. x Perubahan struktur sosial dan budaya. Yang dimaksud di sini adalah perubahan
susunan orang-orang dalam masyarakat beserta dengan pola aktivitasnya dan hasil-hasil aktivitas tersebut dalam bentuk artefak. Dengan berubahnya struktur sosial, seringkali merubah struktur budaya yang berupa pola aktivitas, kebijakan, dan hasil-hasil perbuatan seperti benda-benda konkret.
x Perubahan nilai dan sikap. Walaupun nilai mempunyai kecenderungan yang tetap, tetapi dalam kurun waktu yang relatif panjang, nilai-nilai sosial itu dapat bergeser dan bahkan berubah untuk menyesuaikan keadaan dalam masyarakat. Jika nilai-nilai berubah, maka akan mengakibatkan sikap dan perilaku orang juga mengalami perubahan-perubahan.
C. KONSEP-KONSEP TENTANG REALITAS SOSIAL BUDAYA
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan individu atau sekelompok individu dalam masyarakat yang secara ekonomi tidak dapat mengembangkan dirinya setaraf dengan perekonomian orang-orang di sekitarnya. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kebodohan, sikap malas, kondisi alam yang gersang, peperangan, penjajahan, dan lain-lain. Kemiskinan merupakan salah satu fenomena sosial yang akan diperangi oleh semua bangsa melalui proses pembangunan dan modernisasi.
2. Kebodohan
Kebodohan merupakan suatu keadaan individu atau sekelompok individu yang secara intelektual tidak dapat mengembangkan dirinya setaraf dengan perkembangan intelektual masyarakat. Kebodohan dapat terjadi juga oleh faktor penjajahan, kemiskinan, sikap malas, peperangan, resesi dan depresi, keadaan alam yang gersang dan letaknya yang terpencil, dan lain-lain.
3. Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial memang merupakan suatu fenomena sosial yang tidak dapat diingkari. Artinya, hal tersebut pasti terjadi pada setiap masyarakat. Tetapi di sisi lain, kesenjangan sosial sedapat mungkin harus dicegah karena mempunyai dampak negatif yang kurang menguntungkan situasi dalam masyarakat itu sendiri. Adapun dampak negatif dari kesenjangan sosial itu sendiri dapat terlihat dari hal-hal di bawah ini.
a. Menimbulkan kecemburuan sosial
Pada hakikatnya, kecemburuan sosial merupakan sikap iri dan sinis terhadap pihak lain. Misalnya, kecemburuan sosial dari golongan ekonomi bawah terhadap golongan ekonomi atas sebagai akibat adanya perbedaan kekayaan dan pendapatan yang sangat mencolok. Selanjutnya, kecemburuan sosial ini akan membentuk jurang pemisah (gap) dan seringkali menjadi sumber konflik yang berakibat pada pertikaian golongan ekonomi lemah dan golongan ekonomi kaya.
b. Menimbulkan sikap penindasan
Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin sering kali menimbulkan kecenderungan dari golongan kaya untuk mengabaikan atau meremehkan golongan miskin. Hal ini bahkan dapat diikuti dengan kecenderungan untuk menindas atau memperlakukan seseorang dengan tidak wajar. Secara sosiologis, keadaan ini juga tidak menguntungkan karena dapat menjadi pemicu terjadinya konflik sosial dalam masyarakat.
4. Kesenjangan Kebudayaan (Cultural of Lag)
Kesenjangan kebudayaan adalah suatu perbedaan perkembangan budaya antara subkebudayaan yang satu dan subkebudayaan yang lain. Misalnya, antara subkebudayaan material dan subkebudayaan spiritual. Contoh nyata berkaitan dengan asal-usul manusia yang menurut versi kitab suci berbeda dengan ilmu pengetahuan (antropologi fisik).
5. Kedudukan dan Peran
Setiap orang mempunyai kedudukan sosial dan sekaligus menuntut adanya peran sosial berdasarkan kedudukan itu. Kedudukan sosial (status sosial) adalah posisi seseorang di tengah-tengah masyarakat, sedangkan peran sosial adalah aktivitas yang diharapkan berdasarkan status tersebut. Setiap individu seringkali memiliki status sosial lebih dari satu. Dengan demikian, ia memiliki peran yang bermacam-macam yang dapat mengakibatkan konflik peran (conflict of rule) dan konflik status (conflict of status). Yang pasti lain kedudukan, lain pula peranan yang diharapkan dari masing-masing status tersebut.
Kita mengenal tiga macam status, yaitu assigned status, ascribed status, dan achieved status.
a. Assigned status adalah status yang lebih tinggi yang diberikan kepada seseorang
atau kelompok orang karena dianggap telah berjuang dan berjasa bagi masyarakat. Status sosial seperti ini misalnya berupa kenaikan pangkat, penganugerahan gelar, atau jabatan kehormatan.
b. Ascribed status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh dengan sendirinya,
yaitu karena keturunan atau kelahiran. Kedudukan semacam ini biasanya terdapat dalam masyarakat yang susunannya dikuasai oleh kaum bangsawan (feodal) atau dalam masyarakat yang terbagi dalam lapisan-lapisan berdasarkan perbedaan rasial, yaitu berasarkan ciri-ciri fisik seperti warna kulit dan rambut. Contoh status semacam ini dapat dijumpai dalam kesultanan di Yogyakarta. Kedudukan seseorang yang diperoleh dengan sendirinya, secara langsung juga dapat dijumpai pada masyarakat biasa, yaitu masyarakat terbuka yang tidak dikuasai golongan apapun dan tidak tergantung pada perbedaan rasial. Misalnya, dalam setiap keluarga, laki-lakilah yang akan selalu menjadi kepala rumah tangga walaupun bukan lahir dari keturunan bangsawan.
c. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang karena
usaha-usaha yang disengaja, artinya kedudukan itu diperoleh bukan karena kelahiran atau keturunan. Misalnya, anak seorang petani karena bersekolah sampai ke perguruan tinggi berhasil menjadi dokter, hakim, atau apa saja yang mendapat penghormatan lebih tinggi di masyarakat.
D. HUBUNGAN ANTARA BERBAGAI KONSEP TENTANG REALITAS
SOSIAL BUDAYA
budaya. Hal ini akan mengakibatkan situasi di dalam masyarakat senantisa bergerak dan kait mengkait antara fenomena sosial yang satu dengan fenomena sosial yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh hubungan antara fenomena sosial yang satu dengan fenomena sosial yang lain dalam kehidupan realitas sosial budaya.
1. Kemiskinan dan Kebodohan
Kemiskinan dan kebodohan merupakan dua fenomena sosial yang berkaitan timbal balik. Artinya, kemiskinan menyebabkan kebodohan, selanjutnya kebodohan kembali menyebabkan kembali kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang secara ekonomi tidak dapat mengembangkan dirinya setaraf dengan perkembangan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Akibatnya, orang ini akan tertinggal perkembangan kehidupannya dari masyarakat yang lain. Salah satu akibat dari munculnya fenomena kemiskinan ini adalah bahwa orang tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pendidikan, melainkan hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok berupa kebutuhan makan dan minum. Sementara dengan tidak terpenuhinya kebutuhan pendidikan dapat menimbulkan kebodohan.
Adapun solusi dari kemiskinan dan kebodohan dapat dilakukan dengan upaya-upaya seperti: meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, memberikan bantuan dana pendidikan dan beasiswa, memberikan bimbingan usaha kecil dan menengah, memberikan bantuan modal atau kredit dengan bunga yang sangat rendah, dan mengkoordinasikan pemasaran hasil produksi melalui KUD (Koperasi Unit Desa).
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Gambar 1.2 Golongan pekerja buruh yang bekerja diberbagai sektor kehidupan termasuk kelompok miskin.
2. Modernisasi dan Kesenjangan Sosial
Modernisasi memang merupakan upaya pembaruan dengan mengubah pola pikir irasional tradisional menjadi pola pikir rasional dan modern. Proses modernisasi dapat kita lihat dari meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta munculnya industri-industri dan peralatan modern lainnya.
Dengan perkembangan industri dan peralatan teknologi yang serba mekanis, pemilik modal akan mempunyai kedudukan yang makin strategis serta memiliki produktivitas kerja yang meningkat akibat bantuan dari mesin-mesin tersebut. Hal ini justru telah mengangkat pendapatan masyarakat golongan kaya menjadi lebih tinggi. Sebaliknya golongan bodoh dan miskin justru akan terdesak karena pekerjaannya telah digantikan oleh mesin-mesin. Akibatnya yang terjadi di dalam masyarakat adalah kesenjangan makin tinggi, yaitu yang kaya makin kaya, sedangkan yang miskin menjadi semakin miskin.
3. Sosialisasi dan Kepribadian
Melalui proses sosialiasi, seorang individu akan mendapatkan banyak hal antara lain: pengetahuan tentang lingkungan alam atau wilayah yang ada di dalam masyarakat, pengetahuan tentang nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat, pengetahuan tentang budaya dan seni yang berkembang dan digemari oleh masyarakat, pengetahuan tentang sub-sub kebudayaan yang dilarang (tabu), dan struktur sosial yang menyangkut kedudukan orang-orang termasuk peranannya dalam tata pergaulan masyarakat tersebut.
Melalui proses sosialisasi, seorang individu akan mengetahui banyak hal yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat berperilaku dengan tepat sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Proses sosialisasi mempunyai peranan sangat menentukan dalam membentuk kepribadian seseorang, karena melalui proses sosialisasi inilah prinsip-prinsip hidup seorang individu akan dibentuk oleh budaya lingkungan tempat hidupnya (social determinism).
4. Kedudukan dan Peran Sosial
Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang di tengah-tengah masyarakat. Melalui kedudukan inilah, seorang individu akan menjalankan aktivitasnya sesuai dengan kedudukannya itu. Setiap orang mempunyai lebih dari satu kedudukan dan tiap-tiap kedudukan menuntut peranan yang berbeda-beda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kedudukan dan peran sosial antara lain sebagai berikut.
x Dalam menjalankan kedudukannya, seseorang harus berlandaskan pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
x Apabila peran sosial dapat dilaksanakan dengan baik, hal tersebut dapat menaikkan kedudukan sosial seseorang (social climbing).
x Apabila seseorang tidak dapat menjalankan peranan sosialnya berdasarkan kedudukan yang diembannya, maka kedudukan sosialnya menjadi turun (social sinking).
5. Masyarakat dan Kebudayaan sebagai Sistem
Kebudayaan manusia dihasilkan melalui proses pergaulan dalam masyarakat. Selanjutnya, kebudayaan dipakai dan dipedomani untuk menyelenggarakan kehidupan. Perhatikan bagan berikut ini!
Pergaulan antar Warga Masyarakat
Sistem Kebudayaan Masyarakat
Membentuk Kepribadian Generasi Baru
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Bagan 1.2 Bagan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatusistem.
Tampak dalam bagan bahwa masyarakat dan kebudayaan sungguh-sungguh merupakan suatu sistem yang terkait sangat erat satu dengan yang lain. Masyarakat sangat dipengaruhi oleh corak budaya yang ditinggalkan generasi terdahulu. Proses ini berlangsung melalui pembentukan kepribadian bagi generasi baru. Selanjutnya, masyarakat yang di dalamnya terdiri dari individu-individu dengan struktur sosialnya akan melangsungkan suatu proses sosial melalui berbagai bentuk pergaulan hidup. Melalui proses pergaulan hidup inilah, kebudayaan baru dihasilkan sebagai pengem-bangan dan revisi terhadap kebudayaan lama produk generasi terdahulu.
6. Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial
ekonomi. Adanya perilaku menyimpang mengakibatkan keseimbangan dalam masyarakat terancam. Oleh sebab itu, orang-orang yang berkompeten dalam masyarakat tersebut mulai mencari solusi sosial untuk mencegah adanya perilaku menyimpang. Usaha inilah yang dinamakan pengendalian sosial. Dengan pengendalian sosial yang efektif, tingkat perilaku menyimpang akan mengalami penurunan. Selanjutnya, dengan menurunnya perilaku menyimpang, pengendalian sosial yang dilakukan pun menjadi berkurang. Demikianlah terjadi suatu korelasi sebab akibat antara perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam suatu masyarakat.
Pada masyarakat primitif, pengendalian sosial lebih mudah dilaksanakan karena warganya memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dan belum tercemar oleh motif-motif politik, ekonomi, atau pun pengaruh media massa sehingga pengendalian sosial dapat dilakukan secara tradisional dan sederhana. Sebaliknya, pada masyarakat modern, bentuk kehidupan tidak lagi kooperatif, melainkan sangat kompetitif sehingga perilaku menyimpang relatif lebih banyak terjadi. Dengan demikian, kapasitas dan intensitas pengendalian sosial harus ditingkatkan sehingga semua penyimpangan akan dapat dikurangi dan tidak mengganggu sistem ketertiban dalam masyarakat.
7. Nilai, Norma, dan Pranata Sosial
Setiap masyarakat menginginkan adanya keteraturan sosial. Untuk menciptakan kondisi seperti ini, diperlukan suatu perangkat pengaturan tertib sosial yang disebut pranata sosial. Pranata sosial terdiri atas norma dan nilai sebagai pedoman, lembaga sosial sebagai wadah, dan personil-personil pelaksana ketertiban sosial. Nilai dan norma mempunyai korelasi untuk membentuk dan mewujudkan pranata sosial yang efektif. Dengan pranata sosial yang efektif, tercipta suatu tertib sosial di dalam masyarakat. Keadaan inilah yang akan menyuburkan lahirnya nilai-nilai baru yang akan mendorong pengadaan norma-norma sebagai aplikasinya.
E. DATA SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS TENTANG FENOMENA
SOSIAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT SETEMPAT
Wilayah Indonesia terdiri atas banyak pulau besar dan kecil. Letak Indonesia berada pada persilangan tansportasi laut kawasan dunia yang sangat ramai. Keadaan ini telah mendorong terbentuknya masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multietnis dan multikultural. Kondisi ini di satu pihak mendatangkan keuntungan, antara lain sebagai berikut.
x Menjadi objek penelitian ilmu-ilmu sosial dan budaya yang sangat berharga. x Menjadi pesona yang tersendiri dalam kegiatan kepariwisataan.
x Banyak memiliki kekayaan budaya yang unik yang jarang dijumpai pada bangsa lain.
Namun di sisi yang lain, bangsa Indonesia yang multietnis dan multikultural sangat rawan terhadap konflik dan penuh dengan perubahan-perubahan yang terkadang sangat merugikan bagi perkembangan suatu bangsa.
Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multietnis dan multikultural memiliki lebih banyak fenomena-fenomena sosial yang menarik untuk dikaji. Fenomena-fenomena sosial ini merupakan bentuk-bentuk kenisbian dari tata pergaulan masyarakat yang majemuk (misalnya asimilasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, perkawinan campur, toleransi sosial) dan fenomena-fenomena lain yang negatif (konflik horizontal antarras, antarsuku, maupun antaragama). Fenomena-fenomena ini sangat sensitif terjadi dalam masyarakat sebagai perwujudan dari masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multietnis dan multikultural.
Masyarakat Indonesia dikenal pula sebagai masyarakat sedang berkembang yang mengalami proses perubahan struktur dari masyarakat tradisional yang agraris menuju masyarakat industri yang modern. Proses perubahan ini memunculkan banyak fenomena, baik yang positif maupun yang negatif. Misalnya, kesenjangan sosial, meningkatnya kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, pemakaian obat-obat terlarang, sampai munculnya gaya-gaya hidup eksekutif yang mewah. Fenomena-fenomena ini menjamur terjadi dalam masyarakat hampir di seluruh wilayah tanah air.
Berikut ini adalah fenomena-fenomena sosial di Indonesia yang sekaligus merupakan data-data sosiologis dan antropologis yang perlu mendapat perhatian dari seluruh komponen bangsa.
1. Demoralisasi
moral termasuk nilai-nilai keagamaan. Sebagai indikasi, gejala demoralisasi me-landa Indonesia dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut.
x Meningkatnya kualitas dan kuantitas kriminalitas sosial seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
x Meningkatnya unjuk rasa/demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan-kerusuhan yang bersifat anarkis seperti pembakaran rumah, pembakaran fasilitas umum, perusakan, dan penjarahan-penjarahan.
x Meningkatnya konflik sosial vertikal maupun horizontal. Konflik vertikal misalnya perseteruan antara pemerintah pusat dan rakyat Aceh, rakyat Papua, dan eks Timor-Timur. Konflik horizontal seperti konflik antara masyarakat Dayak dan masyarakat Madura, konflik antara etnis Thionghoa dan masyarakat pribumi, konflik yang bernuansa agama seperti yang terjadi di Ambon, Poso Sulawesi, dan lain-lain.
x Merebaknya isu terorisme yang mengancam keselamatan orang, baik di tempat-tempat umum maupun di tempat-tempat-tempat-tempat ibadah seperti yang terjadi di Jakarta, Medan, Makasar, dan Bali.
Sumber:Majalah Hidayatullah, Oktober 2003
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Gambar 1.3 Aparat keamanan yang tangguh diperlukanAda beberapa faktor yang dapat menyebabkan proses demoralisasi di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
x Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah pencari kerja tidak lagi sebanding dengan perkembangan lapangan pekerjaan.
x Menurunnya kewibawaan pemerintah yaitu dengan tidak berhasilnya pemerintah memenuhi tuntutan rakyat.
x Adanya sikap-sikap negatif seperti malas, boros, tidak disiplin, apatis dan, lain-lain yang selanjutnya mengakibatkan sikap menempuh sesuatu melalui jalan pintas seperti korupsi, manipulasi, nepotisme, kolusi, politik uang, dan lain-lain.
x Adanya krisis ekonomi yaitu menurunnya nilai mata uang nasional terhadap nilai mata uang asing yang dijadikan pedoman seperti Dollar Amerika, Euro, Yen, dan lain-lain.
x Menurunnya kualitas aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman yang belum mampu menuntaskan perkara-perkara pelanggaran hukum, baik perdata maupun pidana.
x Makin terhimpitnya kesempatan manusia untuk mendalami nilai-nilai agama dan nilai-nilai adat leluhur mengenai perilaku yang baik. Hal ini disebabkan karena meningkatnya aneka macam kegiatan manusia yang bersifat duniawi sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan pola pikir akibat berlangsungnya proses modernisasi, yakni orang lebih baik membeli barang-barang produk kebutuhan sehari-hari daripada harus membuat sendiri. Akibatnya, orang menjadi sangat konsumtif sehingga kadang-kadang menjadi malas dan boros. Semua ini terjadi karena proses modernisasi telah berhasil memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan banyak pilihan, murah harganya, dan mudah didapat.
3. Sekularisme
4. Gejala Demokratisasi
Dengan meluasnya paham demokrasi, maka masyarakat penganut paham demokrasi terus-menerus meningkatkan kadar demokrasinya dalam berbagai segi kehidupan. Inilah yang dimaksud dengan gejala demokratisasi. Sejak Indonesia melaksanakan reformasi pada tahun 1998, maka terjadilah perombakan-perombakan pada sistem pemerintahan yang mengarah pada peningkatan kadar demokrasi, antara lain sebagai berikut.
x Pemilihan presiden secara langsung. x Pemisahan kepolisian dari TNI.
x Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
x Pemilihan Umum yang tidak hanya memilih partai, melainkan memilih para wakil rakyat yang berkualitas.
5. Munculnya Fenomena Otonomi Daerah
Era otonomi daerah merupakan upaya pengembangan pilar demokrasi yang mula-mula bersifat sentralistik menjadi desentralistik. Tujuannya untuk memperbaiki rantai pemenuhan kepentingan rakyat secara langsung melalui pemerintah pusat, tetapi cukup melalui pemerintah daerah masing-masing.
Pengertian otonomi daerah adalah suatu sistem pendistribusian dan pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, baik pemerintah daerah di tingkat I maupun pemerintah daerah di tingkat II. Faktor-faktor yang mendorong lahirnya gagasan otonomi daerah adalah sebagai berikut. x Dorongan masyarakat daerah untuk mengelola sumber-sumber alam yang berada
di wilayahnya masing-masing.
x Dorongan masyarakat daerah untuk mengembangkan potensi daerah secara lebih leluasa dan tidak tergantung oleh pemerintah pusat.
x Untuk memperkuat pilar hak-hak asasi manusia dengan mengurangi otoritas yang dipegang oleh negara melalui pemerintah pusat.
Munculnya fenomena sosial dalam bentuk otonomi daerah bermakna positif dan negatif. Sisi positif dari otonomi daerah antara lain sebagai berikut.
x Meningkatnya kreativitas dan partisipasi daerah untuk mengembangkan wilayah masing-masing.
x Menjadi sederhananya rantai pemenuhan kebutuhan rakyat yang tidak lagi melalui jalur yang sangat panjang dengan tergantung pada pemerintah pusat. x Meningkatnya kesejahteraan masyarakat daerah tanpa mengabaikan pendapatan
pemerintah pusat.
Sisi negatif dari otonomi daerah antara lain sebagai berikut.
x Memunculkan dua kelompok yang bersifat kompetitif dan bahkan konflik di antara elit-elit pemerintahan di pusat dan elit-elit pemerintahan di daerah. x Ada beberapa pemerintah daerah yang belum cakap menerima otonomi daerah
sebagai suatu kewenangan untuk mengelola daerah masing-masing tanpa mengabaikan kepentingan-kepentingan masyarakatnya.
x Menurunnya kadar nasionalisme akibat dari lahirnya paham-paham etnosentrisme dan paham-paham teritorialisme akibat adanya kewenangan yang diberikan pada daerah termasuk putra-putra daerahnya.
x Dilihat dari kaca mata kepegawaian, otonomi daerah mempersulit pengem-bangan karir karena terhalang oleh mutasi-mutasi yang hanya terbatas pada daerah tertentu saja.
6. Meningkatnya Angka Pengangguran
Sejak krisis ekonomi tahun 1998 yang ditandai dengan krisis politik dengan berakhirnya era Orde Baru, muncul banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan banyak pengangguran. Selain krisis ekonomi juga ditandai dengan krisis moral, krisis kepemimpinan, dan bahkan krisis kepercayaan bangsa-bangsa asing kepada pemerintah Indonesia. Fenomena ini akan mengakibatkan banyak sekali kemunduran, yaitu dengan ditandai dengan menurunnya kegiatan sektor riil sehingga perampingan karyawan dan PHK besar-besaran terus berlanjut silih berganti antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lain.
Sumber:Kompas, Mei 2004
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Gambar 1.4 Banyaknya peminat bursa tenaga kerja di Gedung Tenis IndoorContoh-contoh meningkatnya angka pengangguran adalah perampingan di Bank Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Pertamina, PT Dirgantara Indonesia, PT Semen Padang, dan banyak perusahaan kecil lainnya. Beberapa akibat yang mencolok dari fenomena ini antara lain sebagai berikut.
x Adanya penurunan pendapatan keluarga dan masyarakat. x Adanya peralihan profesi atau pekerjaan.
x Munculnya demoralisasi yang ditandai dengan meningkatnya kejahatan. x Munculnya pedagang kaki lima di banyak kota di Indonesia.
x Menurunnya volume ekspor Indonesia ke negara-negara lain yang selanjutnya merendahkan pendapatan negara.
x Muncul akibat-akibat sampingan seperti konflik antarsuku, antarras, dan antaragama yang mengakibatkan persatuan dan kesatuan negara tercabik-cabik.
7. Munculnya Gerakan Separatis
Gerakan separatis merupakan gerakan sekelompok orang yang bersifat sistematis dan terorganisir untuk membebaskan (memisahkan) diri dari keterkaitannya dengan pemerintah pusat. Secara sosiologis dan antropologis, kelompok masyarakat yang ingin memisahkan diri jelas memiliki kepentingan-kepentingan yang tidak bisa terakomodasi oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, mereka telah putus asa dan melakukan tindakan ekstrim untuk melawan pemerintah pusat dan berusaha memisahkan diri sebagai negara yang merdeka. Hal inilah yang semestinya harus dimengerti oleh para elite pemerintahan yang berada di pusat. Tetapi di sisi lain, pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, termasuk semua penduduk untuk tetap bersatu dan utuh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, bagaimanapun pemerintahan pusat pasti akan bersikukuh untuk tetap menolak semua keinginan sekelompok masyarakat di daerah yang ingin memerdekakan diri. Yang penting bagi kita bahwa penyelesaian masalah ini harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sosiologis, ideologis, dan kultural sehingga dari kedua belah pihak akhirnya dapat memahami masing-masing kepentingannya dan dapat mencapai titik temu yang menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai contoh dari fenomena ini mulai dari terpisahnya Timor Timur dari Indonesia, munculnya gerakan separatis di Aceh, gerakan Papua Merdeka, serta Republik Maluku Selatan.
Dalam masyarakat pada umumnya terdapat tiga macam status, yaitu status yang diperoleh karena kelahiran, kerja keras, dan pemberian. Menurut kalian status manakah yang paling dominan dimiliki oleh masyarakat di Indonesia?
MENGATASI KRISIS DEMORALISASI
U
ntuk mengatasi gejala demoralisasi yang kian hari terasa kian meningkat pada masyarakat Indonesia, diperlukan suatu solusi dari berbagai kalangan untuk ambil bagian mengupayakan rehabilitasi perilaku sosial sehingga sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat Indonesia.Sumber:Tempo,Edisi 18–24 Agustus 2003
Ã
ÃÃ
Ã
à Gambar 1.4 Ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah
memicu timbulnya pemberontakan.
Untuk mengatasi krisis demoralisasi, peranan keluarga justru lebih penting dan lebih strategis dibandingkan dengan peranan lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal.
Petunjuk Simulasi Pro Kontra
1. Siswa dalam kelas dibagi atas dua kelompok. Satu kelompok pro dan satu kelompok lagi kontra. Tuangkan pendapat dan penjelasan kalian sesuai dengan kelompok masing-masing berdasarkan pertanyaan di bawah ini!
2. Pilihlah seorang dari setiap kelompok yang bertugas sebagai presenter untuk menyajikan kesimpulan hasil diskusi kelompokmu!
Pertanyaan:
1. Setujukah kalian dengan pendapat yang tertuang pada alinea terakhir? Jelaskan dan sertai dengan data-data pendukung!
2. Bagaimana solusi mengatasi krisis demoralisasi?
MENGHARGAI KEPENTINGAN ORANG LAIN
Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan norma dan nilai sosial?
2. Apa peranan norma dan nilai dalam membentuk perilaku warga masyarakat yang baik?
3. Kemukakan pendapatmu bagaimana prinsip-prinsip untuk menjalankan peranan dalam suatu kedudukan!
4. Bagaimana kriteria warga masyarakat yang baik?
DATA SOSIAL BUDAYA DAN PEMBANGUNAN
Salah satu kriteria pemerintah yang baik adalah pemerintah yang dapat menyusun dan melaksanakan berbagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan kemampuan, dan sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan data sosial budaya. Misalnya, data jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, data pendapatan per kapita, data kelahiran, data kematian, data kemiskinan, data drop out, dan data sosial budaya lainnya.
Sosiologi dan antropologi dapat menjembatani pemerintah dalam rangka memperoleh data-data sosial budaya dari berbagai suku bangsa yang ada di dalam masyarakat. Data-data dapat diperoleh melalui sensus penduduk atau penelitian-penelitian sosial lainnya dengan menggunakan tenaga-tenaga sosiolog yang berkualitas. Data-data sosial budaya yang akurat akan menjadi bahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan pembangunan bagi seluruh warganya.
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara memperoleh data-data sosial budaya yang benar? 2. Sebutkan metode-metode pengumpulan data dalam sosiologi dan
3. Apa manfaat data sosial budaya bagi kegiatan pembangunan? 4. Coba sebutkan lima kriteria pemerintah yang baik!
5. Bagaimana peranan sosiologi dan antropologi dalam proses penyusunan kebijakan pembangunan suatu bangsa?
Sosiologi dan antropologi sebagai ilmu yang relatif baru mempunyai dua pengertian dasar, yaitu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu pengetahuan serta sosiologi dan antropologi sebagai metode.
1. Konsep-konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi
x Masyarakat x Nilai dan Norma x Kebudayaan x Kepribadian
x Interaksi Sosial x Perilaku Menyimpang x Sosialisasi x Pengendalian Sosial x Kebutuhan Hidup x Perubahan Sosial Budaya 2. Kebutuhan hidup ini terdiri dari 3 macam, yaitu sebagai berikut.
x Kebutuhan mendasar, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi dan apabila tidak dipenuhi maka orang akan mati.
x Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan manusia untuk bersama-sama dengan manusia yang lain. Kebutuhan ini muncul sebagai hakikat manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon).
x Kebutuhan integratif, yaitu kebutuhan kejiwaan manusia seperti misalnya kebutuhan berekreasi, kebutuhan untuk mengungkapkan rasa estetika, kebutuhan untuk mengungkapkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebutuhan untuk mengungkapkan harga diri, dan lain-lain.
3. Metode-metode Sosiologi dan Antropologi x Metode Wawancara
x Metode Observasi Langsung x Metode Observasi Partisipan x Metode Angket
x Metode Kepustakaan
x Metode Penelusuran Sejarah x Metode Pengukuran Langsung x Metode Dokumenter
x Metode Analisis Media Massa
4. Konsep-konsep Tentang Realitas Sosial Budaya x Kemiskinan
x Kebodohan
x Kesenjangan Sosial
x Kesenjangan Kebudayaan (Cultural of Lag) x Kedudukan dan Peran
5. Hubungan Antarberbagai Konsep Tentang Realitas Sosial Budaya x Kemiskinan dan Kebodohan
x Modernisasi dan Kesenjangan Sosial x Sosialisasi dan Kepribadian
x Kedudukan dan Peran Sosial
x Masyarakat dan Kebudayaan sebagai Sistem x Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial x Nilai, Norma, dan Pranata Sosial
6. Data Sosiologis dan Antropologis Tentang Fenomena Sosial di Lingkungan Masyarakat Setempat
x Demoralisasi x Konsumerisme x Sekularisme
x Gejala Demokratisasi