• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Interaksi

Dalam dokumen 56143878 Attachment dan id. pdf (Halaman 70-75)

Manusia adalah makhluk sosial, artinya makhluk yang selalu hidup bersama- sama dengan manusia lain. Manusia memang tidak dapat hidup sendiri dan mandiri tanpa pertolongan orang lain. Bahkan secara ekstrim, manusia tidak akan mempunyai arti jika tidak ada manusia lain. Oleh karena itu, secara kodrati, manusia memerlukan manusia yang lain untuk melakukan interaksi sosial. Adapun dorongan-dorongan terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Sugesti

Salah satu faktor pendorong interaksi sosial adalah sugesti, yaitu pengaruh psikis yang ada pada seseorang yang berasal datang dari diri sendiri atau pun dari orang lain karena adanya kepercayaan terhadap sesuatu hal dari orang yang dipercayai. Pengaruh ini datang secara tiba-tiba dan tanpa adanya pemikiran yang detail yang dipertimbangkan terlebih dahulu. Singkatnya sugesti menciptakan dorongan kepada individu untuk melakukan suatu kontak sosial dengan pihak lain.

2. Imitasi

Yang dimaksud imitasi pada hakikatnya adalah suatu keinginan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang lain. Imitasi muncul disebabkan oleh adanya minat, perhatian atas sikap mengagumi terhadap pihak lain yang dianggap cocok. Contoh: meniru gaya bicara guru idolanya, meniru mode pakaian artis yang menjadi idolanya, dan lain-lain. Pada waktu melaksanakan peniruan terhadap sesuatu

yang menarik dari orang yang dikagumi ini muncul suatu kemegahan dan kebanggaan dalam jiwa orang yang bersangkutan. Imitasi terdiri dari peniruan terhadap pola pikir orang lain, peniruan terhadap perilaku, dan peniruan terhadap benda-benda hasil karya atau artefak.

3. Identifikasi

Yang dimaksud dengan identifikasi dalam suatu interaksi sosial adalah dorongan seseorang untuk menjadikan dirinya identik atau sama dengan orang lain. Motif identifikasi dipergunakan ketika orang menjadi bagian dari kelompok yang besar. Contoh: soal pakaian seragam, soal ketaatan terhadap peraturan, atau opini pribadi terhadap kelompoknya. Proses identifikasi diikuti dengan perbuatan-perbuatan yang lebih konkret dan merupakan hasil pertimbangan yang matang pada diri seseorang. Berbeda dengan imitasi, identifikasi melalui proses kejiwaan akan melahirkan suatu sikap yang menyerupai dengan pihak yang ditiru.

4. Simpati

Pengaruh psikis yang paling mendasar dalam suatu interaksi sosial adalah rasa simpati seseorang terhadap orang lain. Simpati merupakan suatu sikap ketertarikan kepada orang lain disebabkan oleh menariknya penampilannya, kebijaksanaannya, atau pola pikirnya. Simpati dapat menjadi dorongan yang sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak dan komunikasi dengan mitranya. Simpati akan sangat dirasakan bila terjadi proses pertukaran pendapat dan nilai-nilai. Dengan adanya rasa simpati, seseorang dapat berbuat apa saja untuk mewujudkan rasa simpatinya.

5. Motivasi

Motivasi dalam suatu interaksi sosial merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalitas. Contoh: seseorang mengikuti suatu kegiatan tertentu karena adanya motif-motif tertentu seperti motif ekonomi, motif popularitas, motif politik, dan lain-lain. Motivasi seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pun pengaruh dari orang lain sehingga seorang individu melakukan kontak dengan orang lain.

6. Empati

Rasa empati merupakan rasa haru ketika seseorang melihat orang lain mengalami sesuatu yang menarik perhatian. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya. Contoh: ketika seseorang yang mengalami kecelakaan dan menangis, tiba-tiba kita pun yang melihatnya menangis. Tindakan ikut menangis dan melakukan pertolongan tertentu ketika melihat seseorang yang mengalami musibah merupakan contoh dari empati.

Bentuk-bentuk interaksi sosial ada yang bersifat asosiatif maupun disosiatif. Pola hubungan interaksi sosial yang bersifat asosiatif (menyatukan) akan mendorong terbentuknya lembaga, kelompok, dan organisasi sosial. Sebaliknya, bentuk interaksi disosiatif akan menghambat terbentuknya lembaga, kelompok, dan organisasi sosial. Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif antara lain sebagai berikut.

a. Kooperasi

Kooperasi adalah kerja sama antara beberapa kelompok sosial yang ada sebagai upaya mencapai tujuan bersama. Bentuk-bentuk kooperasi antara lain tawar-menawar, kooptasi, koalisi, dan patungan.

x Tawar-menawar (bargaining), yaitu kerja sama sebagai hasil kesepakatan tawar-menawar antara kedua belah pihak.

x Kooptasi (cooptation), melalui kesempatan penunjukan pimpinan yang akan mengendalikan kerja sama.

x Koalisi (coalition), yaitu kerja sama antarkelompok untuk mencapai tujuan yang sama meskipun di antara mereka terjadi perbedaan-perbedaan struktural.

x Patungan (joint-venture), yaitu usaha bersama untuk melakukan suatu kegiatan dengan pembagian keuntungan bersama secara merata dan proporsional.

b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses kesepakatan di antara kedua belah pihak yang tengah bersengketa yang bersifat darurat (sementara) dengan tujuan mengurangi ketegangan di antara kedua belah pihak. Beberapa bentuk akomodasi antara lain sebagai berikut.

x Coercion

Proses akomodasi ini dilaksanakan karena adanya paksaan. Dalam coercion, salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaan coercion dapat dilakukan secara langsung atau fisik dan secara tidak langsung atau psikologis. Bentuk akomodasi ini dapat kalian lihat ketika rakyat Indonesia menjadi romusha pada masa penjajahan Jepang tahun 1942. Romusha menjadi pihak dalam posisi lemah dan tidak dapat melawan. Dalam hal ini, interaksi sosial didasarkan pada penguasaan Jepang terhadap romusha-nya yang dianggap tidak mempunyai hak-hak apapun juga.

x Kompromi

Lewat bentuk akomodasi ini, masing-masing pihak yang terlibat konflik saling mengurangi tuntutannya. Salah satu pihak harus bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain. Dengan begitu, akan tercapai penyelesaian dari konflik yang ada.

x Mediasi dan arbitrase

Arbitrase merupakan bentuk akomodasi dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang kedudukannya lebih tinggi daripada pihak-pihak yang berkonflik. Seperti halnya arbitrase, mediasi juga meminta bantuan pihak ketiga untuk membantu dalam penyelesaian konflik. Tetapi dalam mediasi, pihak ketiga bersikap nertal dan bertindak sebagai penasihat tanpa mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. Pihak ketiga di sini harus mengutamakan penyelesaian secara damai.

x Peradilan (ajudikasi)

Dalam adjudikasi, konflik diselesaikan lewat pengadilan. x Toleransi

Toleransi timbul tidak sadar dan tidak direncanakan, yang terwujud dalam bentuk saling menghargai, saling menghormati, dan tidak saling curiga. Perilaku ini timbul karena masing-masing pihak berusaha menghindarkan diri dari perselisihan.

x Stalemate

Bentuk akomodasi ini terjadi ketika masing-masing pihak menghentikan konflik karena kekuatan yang seimbang. Mereka merasa sudah tidak ada kemungkinan lagi untuk maju atau mundur.

c. Asimilasi

Proses asimilasi adalah proses sosial yang masing-masing pihak terdorong keinginannya untuk bergabung dan bekerja sama dalam mewujudkan suatu keharmonisan. Proses asimilasi digolongkan sebagai proses asosiatif, yaitu masing-masing pihak saling memerlukan dengan tujuan membentuk kehidupan baru yang saling menguntungkan serta membentuk corak kehidupan yang berbeda dengan masa sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses asimilasi, antara lain sebagai berikut.

x Sikap dan kesediaan saling menenggang (toleransi).

x Sikap dalam menghadapi orang asing dan kebudayaannya. x Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang. x Keterbukaan golongan penguasa.

x Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya. x Perkawinan campuran.

x Adanya musuh bersama dari luar.

Sebaliknya, proses asimilasi juga dapat terhambat oleh faktor-faktor berikut.

x Ada isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok.

x Minimnya pengetahuan dari salah satu kelompok atas kebudayaan kelompok lain.

x Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain. x Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu. x Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah.

x Adanya perasaan in-group yang kuat. x Adanya diskriminasi.

x Adanya perbedaan kepentingan antarkelompok.

Sumber:Fotomedia,Juni 2001

Ã

ÃÃ

ÃÃ

Gambar 3.2 Proses asimilasi bisa dilakukan melalui

perkawinan campuran.

Adapun bentuk-bentuk interaksi yang bersifat disosiatif, terdiri dari persaingan (kompetisi), kontravensi, dan pertentangan (konflik).

a. Persaingan (kompetesi)

Persaingan merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya persaingan antarindividu atau kelompok dalam mencari keuntungan dengan cara menarik perhatian tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan terjadi dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.

x Persaingan ekonomi, persaingan ini timbul ketika jumlah persediaan yang terbatas tidak seimbang dengan jumlah konsumen yang ada.

x Persaingan dalam hal kedudukan dan peranan, persaingan ini timbul karena adanya keinginan-keinginan dari tiap orang untuk mempunyai kedudukan dan peranan yang lebih tinggi dari yang sudah dimiliki.

x Persaingan kebudayaan, keagamaan, pendidikan, dan lembaga kemasyarakatan.

x Persaingan ras, persaingan ini terjadi karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan corak rambut.

b. Kontravensi

Kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Proses sosial semacam ini ditandai dengan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan atau kebencian terhadap seseorang.

c. Pertentangan (konflik)

Proses sosial semacam ini dilakukan oleh seorang individu atau kelompok yang berusaha mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan ancaman atau kekerasan. Pertentangan dapat terjadi karena adanya perbedaan pendirian dan perasaan di antara individu dan perbedaan latar belakang kebudayaan. Konflik juga dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Selain itu, perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat yang akan mengubah nilai masyarakat yang ada sering kali juga menimbulkan konflik dalam masyarakat.

1. Menurutmu apakah persaingan dapat dipakai untuk menyeleksi kemampuan seseorang? Jelaskan pendapatmu!

2. Sebutkan jenis-jenis proses sosial asosiatif dan disosiatif! 3. Bagaimana terjadinya konflik dalam masyarakat?

4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan suatu konflik sosial?

C. BENTUK-BENTUK INTERAKSI YANG MENDORONG TERCIPTANYA

Dalam dokumen 56143878 Attachment dan id. pdf (Halaman 70-75)

Dokumen terkait