• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Bentuk-Bentuk Saluran Distribusi

Dalam saluran pemasaran menggunakan jumlah tingkatan dari perantara untuk menentukan panjang sebuah saluran dan melukiskan beberapa saluran pemasaran barang konsumsi dengan panjang yang berbeda,

Menurut Djaslim Saladin, (2006:155) mengemukakan bentuk saluran distribusi adalah sebagai berikut:

1. Saluran Nol Tingkat Atau Saluran Pemasaran langsung (A Zero Levels Channel Or Direct Marketing Channel)

Yaitu produsen menjual langsung ke konsumen.

2. Saluran Satu Tingkat (A One-Level Channel) Yaitu penjualan melalui satu perantara.

3. Saluran Dua Tingkat (Two-Level Channel)

Yaitu penjualan yang mempunyai dua perantara penjualan.

4. Saluran Tiga Tingkat (A Three-Level Channel) Yaitu, penjualan yang mempunyai tiga perantara.

5. Saluran Aneka Tingkat (Higher Level Channel) Yaitu, saluran distribusi lebih dari tiga tingkat.

Saluran distribusi untuk barang konsumsi menurut Basu Swastha dan Irawan (2005:295) sebagai berikut:

a. Saluran distribusi untuk barang konsumen

Saluran distribusi ini meliputi produsen ke konsumen, produsen-pengecer – konsumen, produsen – pedagang besar – produsen-pengecer – konsumen, produsen – agen – pengecer – konsumen, produsen – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen.

b. Produsen ke konsumen

Produsen menggunakan saluran langusng dengan penjualnya dari rumah ke rumah atau melalui pos. Pada perusahan penerbit buku biasanya menggunakan dengan cara menjual dari sekolah ke sekolah atau dari kampus ke kampus.

c. Produsen – pengecer – konsumen

Banyak para pengecer besar bertindak sebagai perantara sekaligus sebagai pengecer dan juga sebagai penyalur industri.

d. Produsen – pedangan besar – pengecer – pengecer – konsumen

Di dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer.

e. Produsen – agen – pengecer – konsumen

Produsen juga melakukan perantara agen untuk tercapai para pengecer besar maupun pengecer kecil di pasar. Misalkan produsen makanan menggunakan broker untuk memasukkan kue ke pengecer besar (supermarket) atau pengecer kecil (took kecil).

f. Produsen – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen

Untuk mencapai pengecer kecil, produsen produsen sering menggunakan pedagang besar untuk menyalurkan ke para pengecer kecil.

g. Saluran distribusi untuk barang industri Produsen – pemakai

Saluran distribusi langsung ini dilakukan untuk produk industri berat yang harganya relative mahal dan mempunyai struktur saluran yang lain.

h. Produsen – distributor industri – pemakai

Untuk produsen alat-alat kantor, operating supplies, dan lain-lain produsen menggunakan distributor industri dalam menyalurkan barangnya ke konsumen.

i. Produsen – agen – pemakai

Untuk suatu produk baru atau memasuki pasar baru produsen menggunakan agen atau tenaga penjual sendiri.

j. Produsen – agen – distributor industri – pemakai

Produsen tidak bias menjual barangnya dengan menggunakan agen untuk dijual langsung kepada pemakai tetapi menggunakan jasa distributor industri untuk dijual kepada pemakai.

k. Saluran distribusi untuk jasa

Untuk saluran distribusi jasa ada dua macam, yaitu produsen – konsumen, dan produsen – agen – konsumen.

l. Produsen – konsumen

Karena jasa merupakan batang tidak berwujud maka proses produksi dan aktivitas penjualan membutukan kontak langsung antara produsen dan konsumen. Tipe saluran langsung ini banyak digunakan oleh jasa-jasa professional, seperti akuntan, konsultan.

j. Produsen – agen – konsumen

Penjualan jasa juga sering menggunakan agen sebagai penghubung antara produsen dan konsumen, seperti jasa angkutan, travel dan sebagainya.

1. Menurut Indriyo Gitosundarmo

Macam saluran distribusi dibedakan menjadi tiga, yaitu saluran distribusi intensif, saluran distribusi selektif, dan saluran distribusi eksklusif.

a. Saluran distribusi intensif

Saluran ini merupakan cara distribusi di mana barang yang dipasarkan itu di usahakan agar dapat menyebar seluas mungkin

sehingga dapat secara intensif menjangkau semua lokasi di mana calon konsumen itu berada.

b. Saluran distribusi selektif

Saluran ini merupakan cara distribusi di mana barang-barang hanya disalurkan oleh beberapa penyalur saja yang terpilih atau selektif.

c. Saluran distribusi eksklusif

Saluran ini merupakan bentuk penyaluran yang hanya menggunakan penyalur yang sangat terbatas jumlahnya, bahkan pada umum hanya ada satu penyalur tunggal untuk satu daerah tertentu.

D. Fungsi-fungsi Saluran Distribusi

Pada pokoknya fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan dalam saluran distribusi dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu fungsi pertukan fungsi penyediaan fisik, dan fungsi penunjang (Danang Sunyoto, 2014).

1. Fungsi Pertukaran

Pada fungsi pertukaran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pembelian, penjualan, pengambilan resiko.

a. Pembelian

Fungsi pembelian merupakan usaha memiliki barang-barang yang dibeli untuk dijual kembali atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual dan kualitas tertentu

b. Penjualan

Fungsi penjualan dilakukan oleh pedangang besar sebagai alat pemasaran bagi produsennya. Fungsi ini sangat penting karena bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua biaya untuk memperoleh laba.

c. Pengambilan resiko

Fungsi pengambilan reiko merupakan fungsi menghindari dan mengurangi resiko terhadap semua masalah dalam pemasaran, sehingga akan melibatkan beberapa fungsi yang lain.

2. Fungsi Penyediaan Fisik

Ada empat macam fungsi yang termasuk dalam penyediaan fisik yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan

a. Pengumpulan

Sebagai alat penyaluran perantara melakukan fungsi pengumpulan barang-barang dari beberapa sumber atau beberapa macam barang dari sumber yang sama.

b. Penyimpanan

Fungsi ini menciptakan faedah waktu karena melakukan penyesuaian antara penawaran dengan permintaannya.

c. Pemilihan

Fungsi ini dilakukan oleh penyalur dengan cara menggolong-golongkan, memeriksa dan menentukan jenis barang yang disalurkan.

d. Pengangkutan

Fungsi ini, merupakan fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan.

3. Fungsi Penunjang

Fungsi ini bersifat membantu untuk menunjang terlaksananya fungsi yang lain termasuk fungsi ini, yaitu pelayanan sesudah pembelian, pembelanjaan, penyebar informasi, dan koordinasi saluran.

a. Pelayanan sesudah pembelian

Dapat disebutkan di sini bawha barang atau produk seperti sepeda motor sangat memelurkan pelayanan sesudah pembelian mengenai harga purna jual, reparasi, ketersediaan dan kemudahan memperoleh alat-alat (onderdil motor) atau suku cadang, harga suku cadang.

b. Pembelanjaan

Kedua belah pihak baik konsumen maupun produsen memerlukan sember pembelanjaan, yang bias didapat oleh penjual, penyedia dengan cara membayar kredit.

c. Penyebar informasi

Berbagai macam informasi diperlukan dalam penyaluran barang karena dapat membantu untuk menemukan sumbernya.

d. Koordinasi saluran

Fungsi ini lakukan untuk mengorganisasi semua lembaga yang terlibat dalam saluran distribusi dan sangat berkaitan dengan fungsi penyebar informasi.

Yang dimaksud dengan fungsi utama / pokok adalah tugas-tugas yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi meliputi:

1. Pengangkutan (Transportasi)

Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan alat transportasi (pengangkutan).

2. Penjualan (Selling)

Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut.

3. Pembelian (Buying)

Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.

4. Penyimpanan (Stooring)

Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan).

Contoh, kalian bisa lihat mengapa orang tua kita ada yang membuat lumbung padi?

5. Pembakuan Standar Kualitas Barang

Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut.

Pembakuan (standardisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.

6. Penanggung Risiko

Barang yang didistribusikan bisa jatuh dan pecah, maka rusaklah barang yang akan didistribusikan tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi pada kegiatan distribusi, maka seorang distributor tentunya akan menanggung risiko. Pada jaman sekarang untuk menanggung risiko yang muncul bisa dilakukan kerjasama dengan lembaga/perusahaan asuransi.

E. Produk

1. Pengertian Produk

Produk juga merupakan titik pusat dari kegiatan perusahaan karena produk merupakan hasil dari perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, kemasan, pelayanann, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut.

Menurut Buchari Alma (2007: 139) yaitu “Produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.”

Pengertian produk (product) menurut Kotler dan Armstrong, dalam Susatyo Herlambang, (2014: 35) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau kebutuhan. Secara konsepsual produk adalah pemahaman subyektif dalam produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan oganisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh perusahaan yang melalui hasil

produksinya.produksi dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Selain produk utama ada beberapa atribut yang menyertai produk, menurut Kotler dan Armstrong dalam susatyo herlambang (2014: 35) beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk adalah:

a. Merek (branding)

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifisikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produr pesaing

b. Pengemasan (packing)

Pengemasan (packing) adalah kegiatan yang merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.

c. Kualitas produk (product quality)

Kualitas produk (product quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.

2. Tingkatan Produk

Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:

a. Produk Inti (Core Product)

Produk inti terdiri manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.

b. Produk Aktual (Actual Product)

Seorang perencana produk harus menciptakan produk actual disekitar produk inti.

c. Produk Tambahan

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan. Kotler dan Armstrong dalam susatyo herlambang (2014:

37).

3. Perencanaan Produk

Perencanaan produk sebenarnya meliputi 3 hal yaitu:

a. Perencanaan produk yang sama sekali baru b. Redesain produk

c. Kemasan atau bungkus

Perencanaan produk yang sama sekali baru merupakan perancangan yang paling kompleks paling sulit, oleh karena itu kita akan membahas perencanaan ini. Pembahasan produk yang sama sekali baru akan sudah mencakup perncanaan yang kedua (redesain) maupun yang ketiga yakni merancang kemasan produk. Perencangan produk baru tentu saja akan menyangkut bentuk produk atau desain produknya, karena memang produk itu belum pernah ada. Masalah sering ini disebut sebagai perancangan atau pengembangan produk baru.

Agar produk baru tersebut dapat berhasil, maka haruslah dilakukan penelitian yang mendalam agar dapat diperoleh pengembangan produk baru yang sukses.

Persoalan pengembangan produk baru itu sebenarnya mencakup berbagai masalah terutama menyangkut 5 masalah yakni:

a. Daya saing produk baru itu.

b. Produk baru itu harus dapat memenuhi kebutuhan riil konsumen.

c. Produk baru itu harus dapat berperanan positif terhadap produk kita yang lain (produk yang lama).

d. Produk baru itu harus berperanan positif terhadap citra perusahaan.

e. Hak patent produk baru itu.

Daya saing produk tentu saja akan sangat ditentukan oleh harga jual produk itu. Harga jual akan di tentukan oleh harga pokok atau biaya produksinya.

Produk baru harus dapat memenuhi kebutuhan riil konsumen.

Apabila produk baru kita itu dapat betul-betul memenuhi kebutuhan riilnya konsumen, maka produk akan pasti akan terjadi produk yang akan berhasil.

Produk baru dapat berperanan negative terhadap produk kita yang lain yakni yang lama atau yang sudah dipasarkan sebelumnya.

Produk baru yang terdiversifikasi serta beraneka ragam akan membentuk citra produk yang baik bahkan akan menciptakan citra positif terhadap perusahaan atau korporasi.

F. Kerangka pikir

Perusahaan PTPN X Pabrik Gula Camming yang berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen bergerak dalam bidang produksi dan pendistribusian menjadi objek penelitian penulis, dalam bidang industri.

Saluran distribusi sangatlah penting mengingat untuk mempermudah konsumen dengan produk yang mereka butuhkan , dan produk adalah suatu yang diperlukan oleh konsumen produk yang dekat dengan konsumen maka produk tersebut akan dipilih oleh konsumen. Uraian diatas akan di gambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Akur kerangka Pikir

PT. PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone.

PEMASARAN

SALURAN DISTRIBUSI

PRODUK

REKOMENDASI

G. Hipotesis

Berdasarkan pada masalah pokok yang diajukan, maka yang menjadi hipotesis adalah : diduga bahwa “saluran distribusi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penjualan produk gula pada PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Daerah dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan dan melakukan penelitian ini, penulis memiliki lokasi objek penelitian pada PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone. Adapun waktu yang dipergunakan penulis dalam melakukan peneitian kurang lebih tiga ( 3 ) bulan lamanya yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Metode obsevasi yaitu penelitian awal dimaksud memperoleh data melalui pengamanan tentang kondisi perusahaan yang akan menjadi obyek penelitian.

2. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara secara lasung terhadap pemimpin maupun karyawan yang diberi wewenang untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan dan yang ada kaitannya dengan masalah seluruh distribusi.

C. Jenis Dan Sumber Data

Dalam hubungan dengan pengumpulan data, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis dan sumber data sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dan memcatat hasil obsevasi dan wawancara dengan turun langsung kelapangan. Jenis data yang digunakan berupa kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang ada kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen serta sumber lainnya berupa informasi lainnya terutama mengenai harga pokok dan harga jual gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming.

D. Metode Analisi Data

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode analisis, sebagai berikut :

1. Metode analisis deskriptif yaitu menguraikan metode penhitungan harga pokok produksi yang digunakan perusahaan.

2. Analisis penetapan harga pokok produksi secara full costing

3. Analisi korelasi Linier Sederhana

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

4. Analisis koefisien determinasi

E. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional yang dikemukakan, sebagai berikut : 1. Bahan baku adalah bahan yang akan dikelolah dalam proses produksi

Menjadi barang siap jual.

2. Tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang siap pakai dan telah menpunyai keterampilan tersendiri.

3. Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja;

4. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berpengaruh walaupun tingkat produksi meningkat atau menurun tidak mengikuti perkembangan biaya yang digunakan.

5. Biaya variable adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi berpengaruh terhadap perkembangan produksi, artinya biaya ini ada kalanya berubah-ubah karena mengikuti perkembangan aktivitas pada perusahaan bila meningkat biaya turut berubah dan bila aktivitas menurun juga biaya berkurang.

6. Harga jual dalam arti sempit adalah merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Dalam arti luas, harga jual adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.

BAB IV

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Pabrik

PTP XX (Persero) berkerja sama dengan PT. Tanindo Jakarta dan Victorias Milling Company, inc, Philippines, melakukan studi kelayakan proyek gula Camming Sulawesi Selatan. Penguasaan lahan bukan merupakan problem setelah Bupati KDH Tk.II Bone mengeluarkan SK No.

84/DnY/Kpts/V/1981 tanggal 18 mei 1981 yang memutuskan alokasi untuk perkebunan tebuh seluas 9.000 Hektar. Setelah disurvey hanya 7.200 Hektar yang layak ditanami ebu sisanya dapat digunakan sebagai pemukiman penduduk, infrastruktur, kompleks pabrik dan lain sebagainya.

Pabrik gula camming secara resmi dibangun dengan ditandai keluarnya SK Mentan No. 668/Kpta/org/1981 tanggal 11 Agustus 1981 yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negri. Untuk mencapainya maka PTP XX (Persero) selaku pengembang SK melakukan penanaman tebu di wilayah Camming.

Pada awal tahun 1985 PTP XX (Persero) bekerja sama dengan The Triveni E.W India melakukan pembangunan Pabrik Gula berkapasitas 3.000 TCD dan pada tanggal 2 Agustus 1968 dilakukan giling perdana Pabrik Gula Camming.

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 thn 1991 dan SK Menteri Keuangan RI No. 950/KMK-013/1991 dan No. 51/KMK-013/1991. Dibentuk PTP XXXII (Persero) yang berkedudukan di Ujung Pandang untuk mengelolah Pabrik-Pabrik Gula di Sulawesi Selatan, yang terdiri Pabrik Gula Bone, Pabrik Gula Takalar dan Pabrik Gula Camming.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 361/KPTS/07.210/5/1994 tanggal 9 Mei 1994 dilakukan Restrukturisasi BUMN sector Pertanian.

Kemudian PTP XXXII (Persero) merupakan Badan Usaha Group Sulawesi- Maluku- NTT- Irian yang terdiri dari 3 kelompok usaha di Kawasan Timur Indonesia yaitu: PTP XXXII (persero), PTP XXVII (Persero) dan Bina Mulya Ternak. tanggal 3 mei 1994. Himgga saat ini Pabrik Gula Camming merupakan salah satu unit produksi PTP Nusantara XIV (Persero). Namun berdasarkan surat Menteri BUMN No. S-702/MBU/2007 sejak 1 Oktober 2007 PTPN XIV (Persero) bekerja sama dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dalam rangka peningkatan kinerja pabrik gula dengan membentuk suatu badan pengelola 3 unit pabrik gula milik PTPN XIV (Persero) yang disebut BPPG- PTPN XIV.

Sesuai SK meneg BUMN No. 363 tanggal 29 Juli 2009 pengelola PG Camming dan PG Bone dialihkan ke PTPN X (Persero).

Pada tanggal 7 Desember 2011 dikeluarkan SK Meneg BUMN No.563 tentang pengelolaan 3 pabrik gula yaitu: PG Bone, PG Camming, dan PG Takalar oleh PTPN X (Persero).

Pabrik gula Camming terletak di Desa Wanuawaru Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan. Terletak 170 Km dari ibu kota Propinsi dan 85 Km dari ibu kota kabupaten.

B. Struktur Organisasi

Dalam menunjang aktivitas suatu perusahaan, maka usaha bentuk apapun tentu digerakkan oleh 2 (dua) orang atau lebih selalu membutuhkan saling pengertian dan kerja sama antara mereka itu. Bila tidak demikian maka dapatlah dipastikan usaha akan mengalami kegagalan yang tidak mungkin memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu syarat untuk menunjang suksesnya suatu perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Tanpa adanya struktur organisasi yang baik dan mantap, maka ada kemungkinan terjadi suatu kesimpulan siuran dalam menjalankan tugasnya masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan adanya struktur organisasi yang baik untuk dapat mengatur tugas dan tanggung jawab serta wewenang dari masing-masing bagian yang terdapat dalam lingkungan perusahaan.

Agar Nampak lebih jelas dan mudah mengerti mengenai stuktur organisasi dari perusahaan, sebaiknya kita lihat gambar 1 mengenai struktur organisasi PTP Nusantara X Gula Camming di Kabupaten Bone sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PTP Nusantara Pabrik Gula

Struktur organisasi PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming sebagai berikut:

1. Administratur

Pabrik Gula dipimpin oleh seorang Administratur yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan Direktur PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dab bertanggung jawab kepada Direktur atas kelancaran pelaksanaan tugas pengelolah Pabrik Gula. Administratur mempunyai tugas pokok :]

a. Melaksanakan dan melakukan program kegiatan secara keseluruhan yang telah ditetapkan Direktur dalam pengelolah Pabrik Gula.

b. Memimpin dan mengkoordinir tugas para Manager di Pabrik Gula agar terdapat kesatuan tindak dalam melaksanakan kegiatan operasional yang terpadu guna mencapai target produksi secara efektif dan efesien.

c. Mengelola serta mempertanggung-jawabkan penggunaan sumber daya manusia, sumber dana dan sarana/peralatan pabrik termasuk pengadaan bahan, barang dan jasa sesuai norma yang berlaku.

2. Manager TUK/Umum Tugas pokok:

Bagian TUK/Umun membantu Administratur dalam merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan-kegiatan di Sub.

Bagian pembukuan, Gudang, Keuangan, dan HAK/Umum, untuk memenuhi sistem, tata cara dan ketentuan yang digariskan Direktur.

3. Manager Tanaman Tugas Pokok

Pimpinan/coordinator pengolahan produksi tanaman tebu dan pembinaan produktivitas kerja Bagian Tanaman.

4. Manager Instalasi Tugas Pokok

a. Memimpin bagian instalasi

b. Mengkordinir kegiatan masinis dalam melaksanakan tugas agar lebih efektif dan efesien

c. Mengendalikan semua aktifitas bidang Instansi 5. Manager Pengolahan

Tugas Pokok

a. Memimpin, merencanakan, mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaan semua kegiatan bidang pengolahan sesuai kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan administrates Administratur sesuai penggarisan Direktur.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi pabrikasi, mulai tebu terambang sampai pengarungan gula agar dapat mencapai mutu produksi secara efektif serta pengolahan Water Treatment plant dan effluent treatment plant.

BAB V

HASIL PENILITAN DAN PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Biaya

Dalam pengelolahan pabrik gula memang memerlukan waktu uang cukup, karena melalui pengolahan bahan baku, seperti penanaman tebu,

Dalam pengelolahan pabrik gula memang memerlukan waktu uang cukup, karena melalui pengolahan bahan baku, seperti penanaman tebu,

Dokumen terkait