• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

B. Struktur Organisasi

Dalam menunjang aktivitas suatu perusahaan, maka usaha bentuk apapun tentu digerakkan oleh 2 (dua) orang atau lebih selalu membutuhkan saling pengertian dan kerja sama antara mereka itu. Bila tidak demikian maka dapatlah dipastikan usaha akan mengalami kegagalan yang tidak mungkin memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu syarat untuk menunjang suksesnya suatu perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Tanpa adanya struktur organisasi yang baik dan mantap, maka ada kemungkinan terjadi suatu kesimpulan siuran dalam menjalankan tugasnya masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan adanya struktur organisasi yang baik untuk dapat mengatur tugas dan tanggung jawab serta wewenang dari masing-masing bagian yang terdapat dalam lingkungan perusahaan.

Agar Nampak lebih jelas dan mudah mengerti mengenai stuktur organisasi dari perusahaan, sebaiknya kita lihat gambar 1 mengenai struktur organisasi PTP Nusantara X Gula Camming di Kabupaten Bone sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PTP Nusantara Pabrik Gula

Struktur organisasi PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming sebagai berikut:

1. Administratur

Pabrik Gula dipimpin oleh seorang Administratur yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan Direktur PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dab bertanggung jawab kepada Direktur atas kelancaran pelaksanaan tugas pengelolah Pabrik Gula. Administratur mempunyai tugas pokok :]

a. Melaksanakan dan melakukan program kegiatan secara keseluruhan yang telah ditetapkan Direktur dalam pengelolah Pabrik Gula.

b. Memimpin dan mengkoordinir tugas para Manager di Pabrik Gula agar terdapat kesatuan tindak dalam melaksanakan kegiatan operasional yang terpadu guna mencapai target produksi secara efektif dan efesien.

c. Mengelola serta mempertanggung-jawabkan penggunaan sumber daya manusia, sumber dana dan sarana/peralatan pabrik termasuk pengadaan bahan, barang dan jasa sesuai norma yang berlaku.

2. Manager TUK/Umum Tugas pokok:

Bagian TUK/Umun membantu Administratur dalam merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan-kegiatan di Sub.

Bagian pembukuan, Gudang, Keuangan, dan HAK/Umum, untuk memenuhi sistem, tata cara dan ketentuan yang digariskan Direktur.

3. Manager Tanaman Tugas Pokok

Pimpinan/coordinator pengolahan produksi tanaman tebu dan pembinaan produktivitas kerja Bagian Tanaman.

4. Manager Instalasi Tugas Pokok

a. Memimpin bagian instalasi

b. Mengkordinir kegiatan masinis dalam melaksanakan tugas agar lebih efektif dan efesien

c. Mengendalikan semua aktifitas bidang Instansi 5. Manager Pengolahan

Tugas Pokok

a. Memimpin, merencanakan, mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaan semua kegiatan bidang pengolahan sesuai kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan administrates Administratur sesuai penggarisan Direktur.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi pabrikasi, mulai tebu terambang sampai pengarungan gula agar dapat mencapai mutu produksi secara efektif serta pengolahan Water Treatment plant dan effluent treatment plant.

BAB V

HASIL PENILITAN DAN PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Biaya

Dalam pengelolahan pabrik gula memang memerlukan waktu uang cukup, karena melalui pengolahan bahan baku, seperti penanaman tebu, hingga bahan tambahan lainnya yang sering menghambat percepatan.

Selanjutnya perlu ditambahkan bahwa perusahaan yang tentram terus menerus, perusahaan membeli bahan baku, membayar upah buruh untuk mengelolah bahan baku tersebut dan mengeluarkan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan sehinggah bahan baku tersebut dapat diubah menjadi barang jadi.

Proses ini berulang kali karena setelah produk jadi akan digunakan untuk membeli bahan baku membayar upah buruh dan seterusnya.

Kemudian dalam menetapkan unsure-unsur biaya menurut jenis biaya selama proses produksi berlangsung yang dikorbankan pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone sebagai berikut :

1. Biaya bahan baku yang berupa tebu 2. Biaya tenaga kerja langsung

a. Gaji dan upah karyawan b. Biaya kesejahteraan c. Biaya lembur 3. Biaya overhead pabrik

a. Biaya tenaga kerja tidak langsung b. Bahan pengolahan

c. Bahan kantong

d. Bahan bakar dan listrik e. Minyak pelumas f. Biaya angkut g. Jalan dan jembatan

h. Biaya pemeliharaan mesin dan instalasi i. Biaya penyusutan gedung

PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan gula pasir dalam melaksanakan fungsinya sebagai produk hingga ke tangan konsumen, sehingga segala sesuatu yang perlu dipersiapkan perusahaan utamanya dalam pengolaan dengan memperhitungkan harga pokok yang perlu diketahui oleh pihak pengelola agar harga jual segera diketahui dan harga untuk agen dan pengecer sudah diperhitungkan secara seksama.

Adapun unsure-unsur biaya yang diterapkan pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming sebagai berikut :

1. Biaya produksi terdiri dari:

a. Pimpinan dan Tata Usaha b. Pembibitan

c. Tebu Giling

d. Tebang dan Angkut Tebu e. Pabrik

f. Pengolahan g. Penyusutan

2. Biaya non produksi terdiri dari : a. Administrasi dan Umum b. Pengemasan Gula

Jenis-jenis biaya yang diterapkan pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming untuk periode tahun 2014, tabel dibawah ini:

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh dengan adanya perubahan volume atau aktivitas perusahan dalam suatu periode. Unsur-unsur biaya tetap pada PTO Nusantara X Pabrik Gula Camming, yaitu : a. Pimpinan dan Tata Usaha

b. Penyusutan

Perincian jumlah biaya tetap pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming untuk periode tahun 2014, tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Perincian Jumlah Biaya Tepat Untuk periode tahun 2014

Unsur-unsur biaya Jumlah (Rp) Pimpinan dan Tata Usaha 6.416.086.426 Penyusutan 4.172.192.924

Total 10.588.279.350

Sesuai dengan aktivitas perusahaan produksi gula pasir PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming, bahwa ada dua komponen biaya tetap yang sangat dominan yaitu, pembayaran gaji pimpinan dan tata usaha sebesar Rp.

6.416.086.426, penyusutan sebesar Rp. 4.172.192.924, sehingga biaya tetap berjumlah sebesar Rp. 10.588.279.350,-.

2. Biaya variable (variable cost)

Biaya variable adalah biaya yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan mengikuti perkembangan aktivitas perusahaan. Unsur-unsur biaya variable pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming, yaitu :

a. Pembibitan b. Tebuh giling

c. Tebang dan angkut tebu d. Pabrik

e. Pengolahan

Tabel 2. Perincian Jumlah Biaya Variabel Untuk Priode Tahun 2014

Unsur-unsur biaya Jumlah (Rp) Pembibitan 3.934.328.305 Tebu giling 35.110.528.-049 Tenag dan Angkut Tebu 22.340.357.009 Pabrik 17.550.281.427 Pengolahan 4.635.585.580 Total 83.571.080.370

Berdasarkan tabel diatas sesuai dengan aktivitas perusahaan bahwa ada beberapa ada beberapa komponen biaya variable mulai dari pembibitan, tebugiling, tebang dan angkut tebu, pabrik, sampai pengolahan. Sehingga total biaya variable sebesar Rp. 83.571.080.370.

Perincian biaya tetap dan biaya variable yang tadinya terpisah, maka pada halaman ini akan akan digunakan untuk diketahui berapa sebenarnya jumlah keseluruhan yang digunakan perusahaan selama proses produksi, sehingga dapat diketahui harga pokok produksi.

Penggabungan antara biaya tetap dan biaya variable yang terperinci dari masing-masing alokasi baiaya yang dikeluarkan berdasarkan aktivitas perusahaan alat tulis menulis pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Rekapitulasi Perincian Biaya Secara Keseluruhan Antara Biaya Tetap dan Biaya Variabel Untuk Periode Tahun 2014

Rekapitulasi Biaya Jumlah (Rp) Biaya tetap 10.588.279.350 Biaya variable 83.571.080.370 Total 94.159.359.720

Sesuai dengan aktivitas perusahaan produksi gula pasir PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming, biaya tetap periode tahun 2014 sebesar Rp.

10.588.279.350,- dan biaya variable untuk periode tahun 2014 sebesar Rp.

83.571.080.370,- sehingga jumlah biaya produksi sebesar Rp.

94.159.259.370,-.

B. Analisis Harga Pokok Produk Gula

Dalam meningkatkan volume penjualan haraga mempunyai peranan penting memainkan peran politik harga yang terbentuk di pasar dalam melaksanakan jasa yang mensukseskan hasil penjualan gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone.

Haraga merupakan suatu alat distribusi yang menghubungkan konsumen atau pengguna jasa yang melakukan transaksi antara pembelian dan penjual.

Pada dasarnya harga merupakan sebagai salah satu sarana untuk mempertemukan antara konsumen dan produsen sehingga terjadi terjadi

transaksi jual beli antara pembeli dan penjuak. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh atas harga jual yaitu :

1. Mutu dan kualitas barang 2. Harga dapat bersaing

3. Pelayanan dan service menjadi prioritas utama

4. Memberikan potongan harga bila membeli dalam jumlah besar

Perusahaan PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming dalam perhitungan harga pokok perjualan (HPP) atau harga jual per unit atau per kilogram tentu secara keseluruhan biaya-biaya yang akan diakumulasi, agar jumlah pengeluaran Nampak diantaranya biaya-biaya produksi serta biaya administrasi perusahaan.

Hasil penjualan perusahaan yang dikurangi dengan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan, untuk mengetahui laba (keuntungan) yang diperoleh perusahaan, maka untuk mengetahui perhitungan rugi laba perusahaan untuk tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Perhitungan Laba (Rugi) yntuk Tahun 2014 Berdasarkan Produk Gula

Uraian Produk Gula

I Volume Penjualan 7.682,68 Ton

II Harga Rata-rata 8.750,221

III Nilai Penjualan 67.225.150.455

IV Harga Pokok Penjualan Persedian Awal

- Gula SHS 5.342,36 Ton 40.747.811.394 - Gula sisan 125.00 Ton 953.413.178

Jumlah 41.701.224.572

Biaya produksi

- Pimpinan & Tata Usaha 6.416.086.426

- Pembibitan 3.934.328.305

- Tebu Giling 35.110.528.049

- Tebang & Angkut Tebu 22.340.357.009

- Pabrik 17.550.281.427

VI Biaya Umum & Administrasi (3.326.396.367) VII Pendapatan Lain-lain & Biaya Luar Usaha

- Pendapatan Lain 379.272.903

- Pendapatan Raw Sugar _ - Biaya di Luar Usaha (6.356.813.826)

Pendapatan di LU (5.877.540.923)

VIII Laba / (Rugi) Sebelum Pajak 5.934.332.431

Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone Berdasarkan alokasi baiaya produksi bersama (joint cost) tahun 2014 sebagai berikut :

Tabel 5. Alokasi Biaya Produksi Bersama (joint cost)

Uraian Produk Gula

1 Penjualan 7.682,68 Ton

2 Pesediaan Awal 5.467,36 Ton

3 Produksi Tahun 2014 12.171,72 Ton

4 Alokasi Biaya Produksi Bersama

- Pimpinan & Tata Usaha 6.416.086.426

- Pimpinan 3.934.328.305

- Tebu Giling 35.110.528.049

- Tebang & Angkut Tebu 22.340.357.009

- Pabrik 17.550.281.427

- Pengolahan 4.635.585.580

- Penyusutan 4.172.192.924

Biaya Administrasi & Umum 3.326.396.367

Jumlah 97.485.756.088

Pengemasan Gula 784.638.434

98.270.394.522 5 Harga Pokok produksi per Kg 8.073,67

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming, dengan perincian berdasarakan data tabel 5 sebagai berikut :

Analisis Full Costing :

Produksi gula tahun 2014 = 12.171,72 Ton = 12.171.720 Kg Jumalah biaya sebesar = 98.270.394.522

= Rp. 8.073,67 / Kg

Jadi harga pokok produksi gula pasir per kilogram pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Tahun 2014 adalah Rp. 8.073,67,-

Jumlah produksi gula pasir pada tahun 2014 sebesar 12.171,72 Ton sedangkan volume penjualan sebesar 7.682,68 Ton sehingga terdapat selisih sebesar 4489,04 Ton yang tidak terjual. Berarti gula pasir yang tidak laku terjual memang ada, karena perusahaan ini milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Tinggi rendahnya jumlah produksi gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming pada periode tertentu dipengaruh oleh kualitas bahan baku yaitu tebu yang digunakan untuk memproduksi gula pasir. Semakin tinggi kualitas tebu maka produksi gula pasir akan meningkat pula.

C. Analisi Harga Jual Gula

Dalam hal penentuan harga jual memang tidak semudah itu, karena harus disesuaikan dengan harga pasar, sehingga barang yang akan dipasarkan bisa bersaing. Kalau ditinjau segi perkembangan penjualan memang tergantung daripada jenis produk keadaan pasar, misalnya timbulnya harga yang ditetapkan oleh perusahaan adalah konsisten dengan jenis barang yang akan dipasarkan, di mana perisahaan tersebut paling tidak melakukan penjualan.

Selanjutnya analisis harga jual rata-rata atau harga jual per unit gula pasir dapat dilihat tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Nilai penjualan 2014

Analisis harga jual per unit gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming dengan perincian berdasarkan tabel 6 di atas sebagai berikut :

Rincian :

Total harga jual = Rp. 67.225.150.455 Volume Produk = 7.682,68 Ton

= 7.682.680 Kg

= Rp. 8.750,221

Jadi harga jual per unit yang diperoleh sebesar Rp 8.750,211. Sehingga apabila perusahaan menjual dengan harga dibawah Rp 8.750,221 maka perusahaan akan menderita rugi, tetapi apabila diatas dari atau sama dengan Rp 8.750,211 maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan.

Harga jual yang berlaku pada PTP Nusantara Pabrik Gula Camming yaitu harga jual yang dimenangkan oleh harga jual tender, sehingga tinggi rendahnya harga jual yang terjadi pada perusahaan tidak dipengaruhi oleh harga pokok oroduksi artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara perhitungan harga pokok produksi terhadap harga jual.

Dalam kegiatan perusahaan biaya merupakan salah satu factor penting, karena besarnya biaya yang dikeluarkan produk akan sangat menentukan besar kecilnya nilai dari produk yang akan dihasilkan tersebut, yaitu semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka akan semakin besar pula nilai dari produk dihasilkan.

Harga pokok produksi yang dikeluarkan oleh masing-masing tahun dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah usaha untuk mengejar target produksi yang telah dibebankan kepada unit produksi. Usaha pencapaian target ini dapat menjadi kendala lagi unit produksi, apabila tidak dilakukan pengendalian atas kualitas produk, setiap tahun banyak berorientasi

pada jumlah yang harus dihasilkan tanpa peduli pada kualitas produksi, karena biaya produksi yang dilakukan diimbangi dengan besarnya penjualan yang diperoleh untuk meningkatkan laba perusahaan.

Menetapkan harga jual atas produksi yang dihasilkan merupakan pekerjaan yang tidak boleh diabaikan, karena kesalahan didalam menetapkan harga jual akan berdampak langsung terhadap keberhasilan usaha. Dalam perusahaan kecil penetapan harga jual seringkali dilakukan oleh manajemen atas sementara pada perusahaan besar harga jual biasanya dilakukan oleh manager divisi dengan memperhatikan berbagai factor, diantaranya factor persaingan, perilaku konsumen, sifat barang yang dijual dan lain-lain.

D. Analisis Saluran Distribusi

Pada umumnya produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk membawaan produk mereka ke pasar. Para perantara membentuk suatu saluran pemasaran (disebut saluran perdagangan atau saluran distribusi).

Fungsi saluran distribusi sangat penting artinya baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen karena fungsi itu bertugas menyampaikan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan kepada konsumennya.

Penggunaan perantara sebagian besar karena keunggulan efesiensi mereka dalam bentuk barang tersedia secara luas dan mudah diperoleh pasar sasaran.

Dengan hubungan pengalaman, spesialisasi, dan skala operasi mereka biasanya menawarkan pada perusahaan lebih banyak dari pada mereka yang mereka capai.

Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan pemilihan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya.

Dalam merancang saluran distribusi pemasaran, produsen harus memutuskan apa yang ideal, apa yang mungkin, dan apa yang tersedia.

Perusahaan baru biasanya memulai sebagian usaha local yang menjual di pasar tersebut, karena modalnya terbatas, biasanya perantara ini menggunakan perantara yang sudah ada.

Gambar 3. Sistem Saluran Distribusi Gula pada PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone

Pelabuhan (Line I)

Gudang Gudang

(Line II) (Line III)

Penyalur/

Agen

Konsumen

Sistem saluran distribusi gula yang digunakan oleh PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Sistem distribusi dengan cara langsung ini dilakukan dimana PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone menjula gula tersebut dipelabuhan (lini I) kepada konsumen (pembeli dalam jumlah besar).

Sedangkan cara tidak langsung justru dimana gula dari kapal dibawa kegudang besar (lini II) yang berlokasi di kota Makassar, Takalar, yang kemudian disalurkan melalui agen-agen tertentu di daerah yang kemudian menyalurkan kepada para konsumen, atau gula yang berasal dari kapal/pelabuhan (lini I) atau dari gudang besar (line II) disalurkan ke gudang-gudang yang ada di kabupaten (line III) yang disalurkan kepada konsumen.

Jadi pada dasarnya sistem saluran distribusi gula yang di lakukan oleh PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone secara langsung ke konsumen dan dapat melalui agen atau penjual gula camming.

Agen penyalur yang digunakan PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone dibantu oleh sub agen yang disebar disetiap daerah yang dengan jumlah mencapai 196 agen. Adapun perkembangan jumlah penyalur pada sumber : PTPN X Pabrik gula camming dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Penyalur (Agen) Pada PTP Nusantara X yang digunakan oleh PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone selalu meningkat. Peningkatan jumlah penyalur terbesar terjadi pada tahun 2012 yang naik sekitar 13,01 % dari tahun sebelumnya dari peningkatan terkecil terjadi pada tahun 2014 yang naik sekitar 8,29 % dari tahun sebelumnya.

Demikian pula dengan rata-rata jumlah distribusi mengalami kenaikan dengan rata-rata 15,75 % dalam prosentase 9,75 % pertahun.

E. Uji Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui adakah hubungan antara harga pokok produksi terhadapa harga jual, maka penulis menggunakan alat analisis kolerasi linier sederhana sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Sebelumnya uji kolerasi linier sederhana untuk mengetahu adakah hubungan antara harga pokok produksi dan harga jual gula pasir lima tahun

terakhir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming dapat dilihat dari tabel Harga Pokok Produksi dan Harga Jual di bawah ini :

Tabel 8. Harga Pokok Gula Pasir (Kg) Lima Tahun Terakhir Tahun Total Biaya (Rp) Jumlah Produki

(Kg)

Harga Pokok Produksi (Rp) 2010 88.523.624.060 9.441.000 9.376,5 2011 74.796.796.601 9.204.610 8.126,02 2012 81.653.501.240 8.228.990 9.922,66 2013 94.416.735.810 12.378.780 7.627,31 2014 98.270.394.522 12.171.720. 8.073,67

Tinggi rendahnya harga pokok produksi yang telah ditentukan perusahaan dipengaruhi oleh besarnya biaya-biaya terutama biaya variable dan jumlah produksi gula. Meningkatnya jumlah produksi gula yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas bahan baku utama gula pasir yaitu tebu.

Tabel 9. Harga Jual Rata-rata/ per Unit Gula Pasir LimaTahun 2010 115.570.768.675 18.511.000 6.243,288 2011 70.791.395.405 8.520.760 8.308,113 2012 69.022.529.089 9.005.950 7.664,103 2013 64.498.141.000 7.315.390 8.816.774 2014 67.225.150.455 7.682.680 8.750.221

Meskipun PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming menggunakan analisisnya harga pokok produksi sebagai standar penentuan harga, penetapan harga jual gula pasir selalu dimenangkan oleh harga jual tender sehingga besar kecilnya harga pokok produksi gula pasir yang telah diperhitungkan perusahaan tidak ada hubungannya antara penentuan harga penjualan gula pasir tersebut baik tertimbang per ton maupun per kg.

Apabilan harga pokok produksi lebih tinggi daripada harga jualnya maka tetap perusahaan menderita rugi seperti yang terjadi pada tahun 2010 dan 2012 akan tetapi perusahaan tetap menjual gula pasir hasil produksinta dengan harga yang telah dimenangkan berdasarkan tender tersebut meskipun harganya lebih rendah dari standar perusahaan yaitu harga pokok produksi gula pasir.

Berdasarkan tabel di atas maka selanjutnya perhitungan analisis uji korelasi sebagai berikut :

X = Harga Pokok Produksi Y = Harga Jual

Tabel 10. Perbandingan Harga Pokok Produksi Terhadap Harga Jual

Tahun X Y XY

2010 9.376,5 6.243,5 87.918.752,25 38.977.546,24 58.539.364,8 2011 8.126,02 8.308,1 66.032.201,04 69.024.525,61 67.511.786,762 2012 9.922,6 7,664,1 98.457.990,76 58.738.428,81 76.047.798,66 2013 7.627,3 8.816,7 58.175.705,29 77.734.198,89 67.247.615,91 2014 8.073,6 8.750,2 65.183.016,96 76.566.000,04 70.645.614,72 ∑ 43.126,02 39.783,3 375.767.666,3 321.040.699,5 339.992.180,852

Berdasarkan tabel 9 di atas maka diperoleh :

n = 5 ∑ = 375.767.666,3

∑X = 43.126,02 ∑ = 321.040.699,59

∑Y = 39.782,3 ∑ XY = 339.992.180.852

Analisi statistic uji dengan menggunakan korelasi linier sederhana sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Berdasarkan uji statistic di atas dengan menggunakan analisis uji korelasi linier sederhana maka terhadap korelasi negative antara X dan Y. Apabila koefisien korelasi dikuadratkan ( atau menjadi koefisien diterminasi sebesar = (-0,758 = 0,574564, artinya tidak dapat ada hungungan yang signifikan antara pokok produksi dengan harga jual sebesar 0,5745 atau 57,45

%

Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, upah buruh dan biaya pabrik.

Harga jual biaya produksi ditambah laba yang di inginkan. Saluran distribusi panjang pendeknya di pengaruhi oleh sipat barang yang di perdagangkan.

Jadi antara variavel X (harga pokok produksi) dan variable Y (harga jual) terjadi korelasi negative. Artinya bawha antara harga pokok produksi dengan harga jual berkorelasi terbaik, apabila harga pokok produksi meningkat maka harga jual tidak selamanya ikut meningkat pula.

Berdasarkan hasil analisi uji korelasi linier sederhana di atas maka tidak terdapat hubungan yang tinggi/rendah atau signifikan antara harga pokok produksi terhadap biaya produksi jual gula pasir pada PTN Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone.

Pada kenyataanya harga jual yang diteraokan PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone yaitu berdasarkan harga jual yang dimenangkan oleh harga hual tender. Apabila harga pokok produksi gula pasir lebih tinggi dari harga jual, perusahaan tetap menjual berdasarkan harga tender untuk menutupi biaya operasional meskipun perusahaan tahu akan mengalami kerugian.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem saluran distribusi yang digunakan oleh PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone adalah dengan cara langsung dan tidak langsung. Sistem distribusi dengan cara langsung ini dilakukan di mana oleh PTPN X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone, menjual gula tersebut di pelabuhan kepada konsumen. Sedangkan cara tidak langsung yaitu dimana gula yang dari kapal dibawa ke gudang besar (lini II) yang berlokasi di kota Makassar, yang kemudian disalurkan melalui agen tertentu di daerah yang kemudian disalurkan kepada konsumen.

2. Dalam upaya perusahan untuk meningkatkan volume penjulaan adalah dengan cara menambah jumlah saluran distribusi (penyalur) disamping itu juga menggunakan unsure marketing yang lain seperti kebijaksanaan dan promosi.

3. Tidak terdapat hubungan yang tinggi/rendah atau signifikan antara harga pokok produksi terhadap biaya produksi gula pasir pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sebagai masukan kepada perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat meningkatkan volume penjualan dimana yang akan datang, maka sebaiknyan perusahaan menambah jumlah saluran distribusi (penyalur).

2. Dalam pemilihan penyalur ini, maka perusahaan juga sebaiknya menggunakan toko-toko pengecer sebagai penyalur utamanya untuk daerah yang jangkauannya cukup jauh.

3. Sistem pengendalian kualitas pada PTP Nusantara X Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone masih belum berjalan secara efektif sehingga perlu ditingkatkan terutama pengolahan tebu. Mutu tebu yang baik akan menghasilkan produk gula pasir yang berkualitas pula.

63 Pertama. Alfabeta: Bandung .

Assauri Sofjan, 2008. Manajemen Pemasaran, edisi kesatu, cetakan kesembilan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Basu Swastha dan Irawan, 2005. Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta.

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009. Akuntansi Biaya. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Fandi Tjiptono, 2005. Strategi Pemasaran Andi Offest, edisi ketiga, Yogyakarta.

Gitosudarmo, Indriyo, 2008. Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan keenam, Penerbit : BPFE – Yogyakarta.

Gitosudarmo, Indriyo. 2012. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua. BPFE-Yogyakarta.

Griffin W. Ricky dan Ronald J. Ebert, 2006. Bisnis, Terjemahan Benyamin Molan, Prenhallindo. Jakarta.

Herlambang, Susatyo. 2014. Basic marketing ( Dasar-dasar Pemasaran ).

Pustaka Baru: Yogyakarta.

Iman Ghozali, 2009, Aplikasi Multivariate program SPPS, badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13,

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13,

Dokumen terkait