• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Hasil

3. Bentuk Coping Stres Subjek 3

Secara umum subjek 3 menggunakan lima bentuk coping stres, yang dapat dibagi menjadi 3 bentuk coping stres berdasarkan klasifikasi strategi

problem focused coping atau coping yang berfokus pada masalah dan 2 bentuk coping stres berdasarkan klasifikasi strategi emotional focused coping atau coping yang berfokus pada emosi. Berikut adalah gambaran bentuk coping stres yang digunakan oleh subjek 2 yang diurutkan berdasarkan yang paling sering digunakannnya.

a.Problem Focused Coping a.1.Active Coping

Bentuk coping stres yang sering subjek gunakan adalah active coping atau pengambilan langkah aktif untuk menghilangkan tekanan, menghindari tekanan dan memperbaiki dampaknya (Carver, dkk, 1989). Bentuk coping stres ini sering kali digunakan dalam situasi harus segera mengambil langkah untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan ASI anaknya. Sebagai contoh, ketika sedang berada di kantor. Demi memenuhi kebutuhan ASI anaknya, subjek harus mengatur waktu istirahat makan siangnya agar dapat digunakan untuk memerah ASI. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan wawancara berikut:

“Pernah juga itu dulu sebelum hamil kan saya suka makan di luar. Makan di luar kan gak Cuma sekedar makan tapi juga makan waktu kan. hehehe. Akhirnya saya gak udah gak makan di luar. Karena saya sadar diri. Saya kan juga pumping ambil waktu jam kerja. Dah akhirnya gak. Terus… udah itu. Jadi… Tapi pekerjaan saya juga load-nya tinggi. Kalau misalnya lagi program banyak buat pelanggan, review nya kan ada di saya. Seminggu kan bisa ada 3 program jalan. Otomatis kan saya bikin 3 program review. Pernah waktu itu saya sampai 2 hari gak mompa sama

sekali..”

WS3 B 43

Active coping juga dilakukan oleh subjek saat berusaha mengkomunikasikan waktu memerah ASI-nya kepada atasan agar mendapat dukungan dan lebih leluasa untuk memompa ASI. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara berikut:

“Kemudian bos saya juga bilang waktu saya masuk “ee mas, saya

mau… eee ini saya kan ASI, saya butuh waktu buat mompa. 2 kali. Tapi saya mau coba 3 kali. Tapi kalau bisa saya coba 2 kali.” Terus dia nanya “emang sekali pompa butuh waktu berapa lama?” jadi dia nanya… dia sudah beristri, tapi dia belum punya anak. Jadi dia nanya “emang sekali pompa butuh waktu berapa lama.” “gak tau sih mas, saya belum pernah

coba di kantor. Saya pernah coba di rumah…” “ya udah gak pa-pa. ini aja.

Take your time.”

WS3 B 51

a.2. Seeking Social Support for Instrumental Action

Bentuk coping lain yang juga sering digunakan oleh subjek adalah seeking social support for instrumental action atau upaya mencari dukungan sosial (dari orang lain), berupa bimbingan, nasehat, dan informasi (Carver, dkk, 1989). Bentuk coping stres ini digunakan subjek ketika berada dalam situasi ketidaktahuan terhadap suatu masalah yang dihadapinya dan informasi yang dimilikinya dirasa tidak cukup, sehingga subjek merasa membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang lain. Sebagai contoh ketika subjek yang merasa tidak tahu apa-apa mengenai ASI eksklusif membutuhkan banyak informasi mengenai pemberian ASI eksklusif sambil bekerja, subjek bertanya kepada senior dan kakak-kakak sepupunya yang sudah lebih berpengalaman, seperti dalam kutipan wawancara berikut:

“Trus abis itu akhirnya saya cari-cari tahu dari internet lah, googling segala macem, segala website saya buka, blog-blog saya buka. Tanya-tanya senior-senior, kakak-kakak sepupu yang pernah ASI eksklusif. Udah akhirnya mulai persiapan. Nyari botol-botol, trus ini, persiapan mental, apa segala macem. Kebetulan temen-temen juga ini “kamu mau ASI ken?” “iya…” yaudah akhirnya dikadoin juga pompa itu. Yaudah. Ya trus, waktu

itu….

WS3 B 23

Subjek cukup sering melakukan bentuk coping ini. Bahkan ketika produksi ASI nya menurun, subjek berkonsultasi dengan teman-teman yang disebutnya geng mama perah. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan wawancara berikut:

“Jadi pas yang 2 hari saya pekerjaan banyak jadi lewat waktu mompa siang gak mompa sore gak mompa. Itu akhirnya karena gak ngeluarin kan sakit. Eee… 2 hari setelah itu atau 3 hari setelah itu, produksi ASI ngedrop. Saya biasa pulang bawa 3 atau 4 botol, itu Cuma bawa 2 botol. Jadi nge-drop sekitar 30 persen kali ya. Jadi ngobrol sama genk mama perah di kantor. “Udah gak pa-pa pompa terus. Emang harus segera di kosongin” akhirnya saya sakit. Saya pikir ngedrop itu juga gak semata-mata karena ini gak dikeluarkan. Tapi karena saya juga mengkonsumsi antibiotik itu kan. ada

yang bilang konsumsi antibiotik emang bikin seret.

WS3 B 65

a.3. Planning

Planning atau membuat rencana bagaimana mengatasi tekanan dan memikirkan tindakan (Carver, dkk, 1989) juga merupakan salah satu bentuk coping yang digunakan oleh subjek. Bentuk coping ini biasa dilakukan oleh subjek pada saat subjek harus mempersiapkan diri menghadapi tekanan-tekanan yang akan diterimanya saat akan memenuhi kebutuhan ASI anaknya. Bentuk

coping planning yang dilakukan subjek adalah pada saat subjek memikirkan management ASI perah perharinya agar mampu mencukupi kebutuhan anak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

“Satu bulan masuk kantor ya… saya dapet sekitar 50 an. Dan

konsisten. Udahlah target saya segitu. Tinggal verse in verse out aja

konsisten segitu…

WS3 B29

b. Emotional Focused Coping b.1. Turning to Religion

Dalam situasi tertekan dan tidak tahu harus berbagi kepada siapa agar dapat tetap fokus memberi ASI eksklusif kepada anaknya,

subjek menggunakan bentuk coping turning to religion atau kembali pada ajaran agama untuk mendapatkan kekuatan dan pikiran positif (Carver, dkk, 1989). Seperti dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut:

“…Udahlah kerja itu ibadah, ngurusin suami sama anak-anak juga ibadah. Kalau saya bisa jalanin dua-duanya ya udah… Trus saya pikir gak ada lah yang bisa nyamain ciptaan Tuhan. Ya itu kenapa saya masih mau tetep itu karena saya mau yang terbaik untuk anak saya…”

WS3 B 69

b.2. Seeking Social Support for Emotional Reason.

Bentuk coping stres lain yang juga digunakan oleh subjek adalah seeking social support for emotional reason atau mencari dukungan sosial untuk membantu emosi kita. Misalnya mencari rasa simpati, pengertian, dan dukungan moral (Carver, dkk, 1989). Bentuk

coping coping ini dilakukan subjek ketika produksi ASI nya dirasa menurun dan membuatnya tertekan. Situasi menekan yang membuatnya harus menghibur dirinya sendiri dan menaikkan lagi semangatnya agar dapat kembali fokus membuat bentuk coping ini digunakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut.

“Ya udah hari pertama masih kurang. Udah trus, udah akhirnya ngobrol-ngobrol di BBM apa sama-sama ibu-ibu mama perah juga “udah jangan stres… kalau stres nanti ini. Udah jangan dipikirin… kangen anak… udah pasang foto aja, pasang foto.” Jadi di ruang pumping itu dipasang foto bayi-bayi nya ibu itu buat penyemangat. “ayo semangat-semangat.” Gitu kan. kadang-kadangkan jadwalnya suka beda-bedakan… yaudah itu pompa, sore pompa.”

Dokumen terkait