• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. ASI Eksklusif

1. Pengertian Menyusui Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan kecuali obat dan vitamin (Roesli, 2000). Bayi dianjurkan diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya. Kemudian, setelah 6 bulan, dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI selama dua tahun. Makanan padat, dapat diperkenalkan pada bayi pada usia 6 bulan untuk melengkapi nutrisi ASI (Hegar, 2010).

Badan kesehatan dunia (WHO) (dalam Trihono, Suradi, Oswari, dan Hendarto, 2011) menganjurkan ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan dan untuk selanjutnya, bayi tetap diberi ASI beserta makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.

2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Dalam artikel ilmiah berdasarkan review yang dilakukan Hegar terhadap penelitian yang dilakukan oleh Department of Nutrition for Health and Development dan Department of Child and Adolescent Health and DevelopmentWHO pada tahun 2002, serta penelitian yang dilakukan oleh Carfoot, Williamson, dan Dickson tahun 2005, dan juga penelitian yang dilakukan oleh Kostrya dan Mazur pada tahun 2002 membuktikan bahwa ada banyak manfaat yang ditemukan dalam praktek pemberian ASI eksklusif (Hegar, 2010). Manfaat tersebut antara lain:

a. Bagi Bayi

1. Perlindungan kesehatan bayi.

Menyusui eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi dan penyakit lainnya di kemudian hari.

2. Kesehatan saluran cerna.

Keuntungan lainnya adalah ASI lebih mudah dicerna daripada susu formula, sehingga saluran cerna dapat melakukan kerjanya secara optimal. Selain itu, ASI keluar langsung dari payudara, sehingga kemungkinan tercemarnya pun menjadi lebih kecil ketimbang susu formula.

Berdasarkan kajian ilmiah, ditemukan bahwa ASI berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak.

4. Rasa aman, nyaman, dan hangat selama menyusui.

Bayi menikmati rasa aman, nyaman, hangat, serta keberadaan ibunya selama menyusu. Khususnya bila terjadi ‘kontak kulit-dengan-kulit’ selama menyusu.

b. Bagi Ibu

1. Praktis dan Ekonomis.

Pemberian ASI tidak perlu melalui proses penyajian dan pensterilan alat makan seperti dot bayi sehingga menjadi lebih praktis. Selain iu, ASI diproduksi oleh tubuh ibu sehingga lebih ekonomis.

2. Meningkatkan kadar antibodi dalam darah ibu.

Menyusui dapat membuat antibodi yang ada dalam darah ibu secara otomatis akan bertambah, sehingga ibu tidak mudah terpapar penyakit dan jika ibu terkena penyakit, tubuh ibu akan memproduksi antibodi untuk dirinya sendiri dan juga untuk anaknya melalui ASI.

3. Menunda kehamilan.

Menyusui dapat berperan sebagai alat kontrasepsi alami. Selama menyusui, ovulasi akan tertekan, sehingga kemungkinan hamil selama menyusui lebih kecil.

3. Gambaran Pemberian ASI di Indonesia.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012. Tentang pemberian ASI eksklusif. Hak ibu menyusui dan anak untuk mendapatkan ASI eksklusif sebetulnya dilindungi oleh negara meskipun dalam pelaksanaannya, peraturan tersebut belum tersosialisasikan dengan baik dan tidak didukung dengan sanksi yang kuat bagi siapa saja yang melanggarnya. Berikut adalah uraian peraturan pemerintah dalam tentang permberian ASI eksklusif.

a. Inisiasi Menyusui Dini

Dalam Pasal 9, pada ayat 1 dikatakan bahwa tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan wajib melakukan inisiasi menyusui dini. Pada bayi yang baru lahir selama 1 jam. Pada ayat 2 juga dijelaskan bagaimana cara melakukan inisiasi dini sesuai standarat yang benar.

b. Rawat Gabung

Pada pasal 10, ayat 1 dan 2 dikatakan bahwa penyelenggara fasilitas kesehatan wajib menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan kecuali ada indikasi dokter untuk memudahkan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

c. ASI Eksklusif 6 Bulan

Pada pasal 2 dijelaskan bahwa pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Serta memberikan perlindungan kepada ibu

dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pada pasal 6 dikatakan bahwa setiap ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang baru dilahirkannya.

Sebenarnya, ibu bekerja yang menyusui juga dilindungi hak menyusuinya oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat melalui peraturan perundangan sebagai berikut:

a. Pada pasal 30, ayat 1 dikatakan bahwa pengurus tempat kerja dan penyelengara tempat umum harus mendukung program pemberian ASI eksklusif. Pada ayat 3 dikatakan bahwa pengurus tempat kerja dan penyelenggara sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui/ memerah ASI.

b. Pada pasal 34, dikatakan bahwa pengurus tempat kerja wajib memberikan kesempatan pada ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi, atau memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja.

c. Pada pasal 35, juga pemerintah mengharuskan pengurus tempat kerja untuk membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program ASI eksklusif.

Meskipun peraturan pemerintah tersebut sudah dirumuskan. Namun, petunjuk pelaksanaannya belum diterbitkan, sehingga peraturan ini belum mampu ditegakkan secara tegas. Selain itu peraturan pemerintah ini juga belum disosialisasikan dengan baik, pelaksanaannya pun belum sepenuhnya didukung dengan peraturan

pemerintah daerah, sehingga sanksi atas segala bentuk pelanggaran ataupun penghalangan dalam praktek pemberian ASI eksklusif bisa dikatakan kurang tegas, sebagian rumah sakit di beberapa kota besar di Indonesia telah memberlakukan praktek rumah sakit sayang ibu dan bayi. Tercatat, ada 26 rumah sakit terbaik dari 26 provinsi yang telah memenuhi 10 kriteria sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 273/1997 tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Di antaranya adalah tidak memasang iklan susu formula serta mendukung upaya ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.

4. Gambaran Pemberian ASI di Luar Negeri

Berbeda dengan di Indonesia, sebagian Negara di luar Negeri seperti Kanada memberikan perlindungan yang lebih ketat pada hak ibu menyusui dan anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, bahkan tempat kerjanya pun memberlakukan cuti bagi ibu menyusui hingga 54 minggu dan para ibu menyusui tersebut tetap mendapatkan gajinya selama cuti menyusui sebagai hak atas karyawan (Association of Registered Nurses of Newfoundland and Labrador et al, 2006).

Provinsi-provinsi di Kanada saling bekerja sama dengan pemerintah dan sektor-sektor lain seperti swasta, pendidikan, dan organisasi sukarela untuk membantu melindungi hak ibu menyusui dan bayi mendapatkan ASI eksklusif. Di Kanada provinsi Newfoundland dan Labrador contohnya saling bekerja sama memajukan program

menyusui di wilayahnya. Kedua provinsi ini menetapkan kebijakan untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung menyusui bagi kemajuan kesehatan Kanada. Kedua provinsi ini sungguh-sungguh mendedikasikan sumber daya keuangan untuk pengembangan dan implementasi dari program ini. Mereka membatasi iklan produk susu formula. Mereka sungguh-sungguh memantau inisiasi-inisiasi terkait dan memastikan bahwa praktek pemberian ASI eksklusif berjalan dengan baik dan membatasi pemberian susu formula (Association of Registered Nurses of Newfoundland and Labrador et al, 2006).

5. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI.

Banyak hal yang menyebabkan ASI Eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini bisa dipengaruhi oleh (Siregar, 2004):

a. Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga -keluarga pindah ke kota.

b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.

c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik daripada ASI.

d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu formula adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.

e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.

f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.

g. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu formula botol kepada bayi yang baru lahir.

h. Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada puting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah, serta bayi yang dalam keadaan sakit.

i. Kurangnya pengertian dan pengertahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu formula.

Dokumen terkait