• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk dan Jenis Bangunan Tabut

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 57-62)

Semenjak dilakukannya proses negosiasi antara pemerintah dan masyarakat Sipai dalam menjadikan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu, bangunan tabut saat ini tidak lagi berjumlah 2 buah bangunan yang terdiri dari tabut berkas dan tabut bangsal akan tetapi, ada penambahan jumlah tabut yang dibuat oleh pemerintah yakni bernama tabut pembangunan dan tabut kkt yang merupakan bangunan tabut yang secara khusus dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk menambah jumlah atraksi tabut agar terlihat lebih banyak yang pada akhirnya akan menarik minat wisatawan untuk menyaksikan atraksi tabut ketika ditampilkan.

Hal ini sejalan dengan apa yang dituturkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan, Perencanaan, dan Pengembangan Wisata (P3W) Provinsi Bengkulu Bapak Suparhim.S.E (56 tahun). Hasil kutipan wawancaranya sebagai berikut.

Iya tabut pembangunan dan tabut kkt merupakan salah satu trobosan dari kami Dinas Pariwisata untuk menambah jumlah atraksi pada tabut bangsal dan tabut berkas yang hanya berjumlah 2 tabut sakral saja kini menjadi 33 buah bangunan yang secara resmi ditampilkan saat pelaksanaan tradisi tabut. Ini kami lakukan sebagai sebuah strategi untuk menarik minat wisatawan untuk menyaksikan tabut . (wawancara, 20 November 2015).

Hal senada juga dituturkan oleh Bapak Rustam Effendi. S.Sos (54 tahun) selaku pewaris budaya tabut, hasil wawancaranya sebagai berikut.

Saya lihat bahwa tabut pembangunan dan tabut kkt tidak hanya sebagai trobosan untuk memajukan wisata budaya di Bengkulu saja, tetapi melalui tabut yang diusung pemerintah juga merupakan salah satu cara sebagai media pemersatu antara pemerintah dan orang-orang Sipai yang kini telah tergabung dalam KKT. Kenapa saya bilang seperti itu, karena melalui tabut pembangunan dan tabut kkt ini lah banyak orang yang berada diluar suku Sipai ikut serta terlibat dalam

memiliki tradisi ini, sehingga tabut tidak hanya milik orang Sipai saja, akan tetapi juga milik seluruh masyarakat Bengkulu . (wawancara, 22 November 2015).

Dari hasil wawancara kepada informan tersebut di atas menunjukan bahwa, adanya pergeseran jenis dan bentuk tabut pada saat sebelum dan sesudah dilakukan proses negosiasi antara pemerintah dengan pemangku tradisi. Jenis dan jumlah tabut sendiri pada masa sekarang berjumlah 33 buah. Jumlah 33 bangunan tabut tersebut, seluruhnya merupakan hasil komodifikasi yang telah disepakati antara kedua belapihak sebagai wujud keseriusan pemerintah dan pemangku tradisi dalam menjadikan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. Kini bentuk dan jenis tabut lebih bervariasi mulai dari segi bentuk dan ukuran yang sangat sesuai untuk ditampilkan dalam event pariwisata budaya di Provinsi Bengkulu. Adapun pergeseran jenis dan bentuk tabut pada saat sebelum dan sesudah adanya proses negosiasi, seperti pada gambar 4.22 sebagai berikut.

Gambar 4.22 : Tabut Pembangunan

Sumber: Dokumentasi Yudhi Susanto 2015

Gambar 4.22 di atas merupakan salah satu contoh tabut yang dibuat oleh pemerintah yakni tabut pembangunan. Pembuatan tabut ini tujuanya tidak hanya untuk menambah jumlah daya tarik dari tabut sendiri, akan tetapi sebagai bentuk rasa memilikinya pemerintah terhadap tradisi yang dimiliki masyarakat Sipai. Gambar di atas merupakan salah satu dari 33 tabut yang dibuat oleh pemerintah, salah satunya adalah tabut pembangunan yang berasal dari BKKBN Provinsi Bengkulu. Jika kita kaitkan dengan tingkat keaslian dari bentuk dan jenis bangunan tabut pada masa Reformasi atau masa sekarang ini, baik tabut

makna keasliannya semenjak telah dilakukan proses negosiasi antara pemerintah dan masyarakat Sipai. Bangunan tabut sebelum adanya proses negosiasi hanya memiliki 4 tingkatan yang hanya terbuat dari daun rumbia sebagai atap, bambu sebagi badan dan tulang atau kerangka tabut.

ini sejalan dengan apa yang dituturkan oleh Ujang (42 tahun) salah seorang penjaga makam Syekh Burhanuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, hasil wawancaranya sebagai berikut.

Wah, kalau adek tanya tentang keaslian dari tabut sih sebenarnya sudah sangat tidak asli lagi, sebab setelah adanya kesepakatan antar pemerintah dengan suku Sipai. Bangunan tabut sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar menarik untuk dilihat. Mengapa saya bilang begitu, tabut yang asli itu hanya memiliki 4 tingkatan dan hanya terbuat dari daun rumbia dan bambu yang melambangkan daging dan kulit manusia yang semuanya berasal dari saripatih nabi Adam. Bangunan tabut sakral hanya ada dua yaitu tabut berkas dan bangsal. Pada tabut bangsal adalah cerminan nabi Adam, sedangkan tabut bangsal adalah cerminan Siti Hawa. Kalau yang kita lihat sekarang bangunan tabut sangat indah dan memiliki banyak tingkatan serta bangunan tabut sudah terbuat dari kayu dan gips dengan dihiasin ornamen dan pernak pernik yang mencolok seperti lampu, bunga pelastik, dan kertas hias. Tradisi tabut tidak hanya dipandang untuk memperingati terbunuhnya cucu Nabi Muhammad saja akan tetapi ada ajaran ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Burhanuddin dan banyak orang Bengkulu yang tidak tahu akan hal itu . (wawancara, 23 November 2015).

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan di atas menunjukan bahwa bentuk dan jenis tabut pada masa sekarang sudah jauh dari makna keasliannya sebab, bangunan tabut kkt maupun tabut pembangunan merupakan modifikasi dari hasil negosiasi yang telah disepakati antara pemerintah dan masyarakat Sipai yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Provinsi Bengkulu. Bangunan tabut tidak hanya dipandang sebagai peti atau kotak untuk membawa potongan jasad Husain menuju Karbala, akan tetapi sebenarnya ada makna filosofi lain yang disampaikan oleh Syekh Burhanuddin yang merupakan tokoh pertama yang membawa tradisi ini ke Bengkulu, yaitu untuk menyampaikan dan mengajarkan ilmu tasawuf kepada masyarakat Bengkulu.

Bangunan tabut yang asli hanya terdiri dari 4 tingkat yang kesemuanya terbuat dari bahan-bahan sederhana dan mudah didapat yakni untuk atap tabut hanya terbuat dari daun rumbia, sedangkan untuk badan tabut hanya terbuat dari

bambu. Atap tabut yang terbuat dari daun rumbia sebenarnya melambangkan daging manusia, sedangkan badan tabut yang terbuat dari bahan bambu melambangkan tulang manusia. Semua unsur tersebut secara hakikat, berasal dari saripatih nabi Adam yang tercermin dari bangunan tabut sakral. Bangunan tabut sakral hanya ada dua yaitu tabut berkas dan bangsal. Pada tabut bangsal adalah cerminan nabi Adam, sedangkan tabut bangsal adalah cerminan Siti Hawa. Pada tingkatan tabut yang berjumlah 4 tersebut, juga bermakna sebagai perjalanan spiritual manusia dalam menjalankan perintah Allah S.W.T yang terdiri dari tingkatan pertama makrifat, tingkatan kedua hakikat, tingkatan ketiga tarikat, dan yang terakhir syariat, untuk lebih jelasnya tabut sakral dapat dilihat pada gambar 4.23 sebagai berikut.

Gambar 4.23 : Tabut Sakral

Sumber: Dokumentasi Masyarakat Sipai 2015

Gambar 4.23 di atas merupakan replika atau gambaran bangunan tabut ketika belum dijadikan komodifikasi oleh pemerintah. Bangunan tabut pada masa Orde Baru masih sangat sederhana, tabut hanya terdiri dari 4 tingkatan 1 bagian tubuh dan 2 kaki. Atap tabut hanya terbuat dari daun rumbia. Daun rumbia dalam konsep ajaran tasawuf diibaratkan sebagai daging manusia. Tubuh atau kerangka tabut hanya terbuat dari bambu. Bambu sendiri dalam konsep ajaran tasawuf diibaratkan sebagai tulang manusia. Dalam konsep ilmu tasawuf sendiri, ada 4 tingkatan ilmu dalam agama Islam yaitu tingkatan pertama dalam tabut disebut

sebagai ilmu makrifat yaitu ilmu mengenal allah, tingkatan kedua disebut sebagai ilmu hakikat yaitu ilmu membersihkan hati, tingkatan ketiga disebut sebagai ilmu tarikat yaitu ilmu tentang jalan atau cara membersihkan hati, dan yang terakhir adalah ilmu syariat yaitu ilmu tentang sunah rasul yaitu segala sesuatu yang dikerjakan rasul seperti sholat, zakat, naik haji, puasa, dan hukum-hukum Islam atau segala sesuatu yang dapat didengar dan dilihat. Jika kita kaitkan antara bangunan tabut pada masa sekarang ini tentu hal ini sangat berbeda jauh dengan bentuk bangunan tabut pada saat belum menjadi produk komoditi wisata budaya. hal tersebut dapat dilihat dari gambar 4.24 sebagai berikut.

Gambar 4.24 : Bangunan Tabut Setelah Dilakukan Komodifikasi

Sumber: Dokumentasi Yudhi Susanto 2015

Dari gambar 4.24 di atas terlihat bangunan tabut pada masa sekarang yang dibuat oleh orang-orang Sipai tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) sangat berbeda jauh dengan bentuk tabut saat sebelum dijadikan produk komoditas oleh pemerintah. Tampilan tabut dibuat sedemikian menarik untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bengkulu. Bangunan tabut pada masa sekarang sudah menggunakan bahan-bahan modern yang tergolong mahal, sedangkan bentuk bangunan tabut yang pernah disampaikan oleh Syekh Burhanuddin masih sangat sederhana dengan mengunakan bahan yang sangat murah dan mudah di dapat, karena memang konsep ajaran tasawuf lebih menekankan pada manusia untuk hidup di dunia ini dengan sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Maka dari

itu, dapat disimpulkan bahwa bentuk dan jenis tabut pada masa sekarang sudah bergeser nilai kesakralannya dan keasliannya akibat dari komodifikasi yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat Sipai yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT).

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 57-62)