• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat dan Pemangku Tradisi

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-56)

2. Proses Komodifikasi Tabut Pada Masa Reformasi

4.1.4 Respon Masyarakat dan Pemangku Tradisi

Dari hasil temuan di lapangan, menunjukan bahwa dukungan masyarakat Bengkulu terhadap komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya dalam perkembangannya menunjukan respon yang cukup baik dari sisi ekonomi. Dengan adanya komodifikasi tabut dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk menjual dagangan mereka saat acara tabut dilakukan. Hal ini terlihat dari sejumlah stand-stand yang disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat yang ingin menjajakan barang dagangan mereka.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rusli Zairin (46 tahun) salah seorang warga Sipai, hasil wawancaranya sebagai berikut.

tabut yang dibentuk oleh pemerintah sangat nyata sekali memberikan perubahan bagi masyarakat Bengkulu. Dengan adanya festival ini banyak warga sekitar yang terbantu yaitu, dibukanya stand-stand bagi warga (wawancara, 16 November 2015).

Dari hasil wawancara di atas, dapat dianalisis bahwa informan merasa senang dengan dijadikannya tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu, karena adanya bantuan dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas-fasilitas bagi warga untuk berjualan selama prosesi ritual tabut dilaksanakan. Komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu bukan hanya menguntungkan bagi masyarakat dari sisi ekonomi saja, akan tetapi juga membuat tradisi tabut tetap lestari dan terjaga dari kepunahan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hasan Basri. S.Sos (52 tahun) salah seorang warga Sipai, hasil wawancaranya sebagai berikut.

tabut seperti sekarang ini. Tradisi tabut semakin dikenal masyarakat luas, karena setiap tahunnya tabut dilakukan secara rutin. Ini merupakan terobosan yang sangat

(wawancara, 16 November 2015).

Sesuai dengan keterangan informan di atas menunjukan respon positif masyarakat setempat terkait pengembangan tabut menjadi daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. Masyarakat setempat mempunyai pemikiran bahwa komodifikasi tabut merupakan inovasi dan terobosan baru dari pemerintah Provinsi Bengkulu dalam upaya menjaga kelestarian tradisi tabut dari kepunahan. Selain itu, program pemerintah tersebut juga telah membuat tradisi ini dikenal oleh masyarakat baik di dalam maupun di luar Provinsi Bengkulu.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Lukman. S.E (40 tahun) salah seorang warga Sipai, hasil wawancaranya sebagai berikut.

tabut menjadi sebuat media pemersatu bangsa. Mengapa saya bilang begitu, karena ketika tabut ini dilaksanakan banyak warga dari berbagai daerah datang untuk menyasikan festival budaya ini seperti dari Padang, Palembang, Jakarta, bahkan dari berbagai negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga datang untuk menyaksikan tradisi tabut ini selama 10 hari berturut- (wawancara, 17 November 2015).

Dari hasil penuturan yang dikemukakan oleh salah seorang warga Sipai tersebut, menunjukan bahwa tradisi tabut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menarik minat pengunjung datang ke Bengkulu. Hal ini terlihat dari antusiasnya warga dari luar Provinsi Bengkulu datang dan berkunjung untuk menyaksikan festival tahunan ini. Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan, Perencanaan, dan Pengembangan Wisata (P3W) Provinsi Bengkulu Bapak Suparhim.S.E (56 tahun). Hasil kutipan wawancaranya sebagai berikut:

tabut yang kami selenggarakan merupakan festival yang paling meriah di antara festival tabut yang pernah dilakukan sebelumnya, karena konsep dan perencananaan sudah dilakukan jauh-jauh hari mulai dari pelatihan, pembuatan tabut, dan sampai dengan penyediaan fasilitas. Hasilnya sangat mengembirakan kami, karena dari data yang kami himpun untuk tahun ini jumlah kunjungan wisatawan meningkat baik wisatawan domestik maupun

(wawancara, 17 November 2015).

Dari wawancara yang dilakukan, menunjukan respon yang cukup baik. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Dinas Pariwisata di tahun 2015, bahwa jumlah wisatawan domestik yang tersebar di pulau Sumatera dan Jawa mencapai lebih dari 346 orang, sedangkan untuk wisatawan asing mencapai lebih dari 96 orang yang tersebar dibeberapa negara seperti Malaysia, Inggris, dan Jepang untuk menyaksikan ritual tabut yang dilaksanakan selama 10 hari tersebut.

Banyak wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu untuk menyaksikan tabut sehingga, hal ini membuka peluang usaha sendiri bagi masyarakat lokal. Ini terbukti dengan banyaknya di buka UMKM bagi masyarakat untuk menciptakan kerajinan tangan atau oleh-oleh khas Bengkulu dalam bentuk miniatur tabut. Untuk mendukung upaya itu semua, pihak pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi mengadakan lomba cinderamata miniatur tabut sebagai buah tangan atau oleh-oleh khas Bengkulu.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Mifta S.E (44 tahun) selaku Kepala Seksi Pengembangan Aneka Wisata (PAW). Hasil kutipan wawancaranya sebagai berikut.

i mengajak masyarakat Bengkulu untuk ikut berpartisipasi dalam lomba cinderamata tabut. Kami memilih produk terbaik dari warga tersebut untuk dijadikan soevenir khas Bengkulu yang kemudian dipasarkan di pusat oleh-oleh Kota Bengkulu. Untuk menarik partisipasi masyarakat, kami dari Dinas Pariwisata memberikan sertifikat dan sejumlah uang kepada warga yang ikut

(wawancara, 17 November 2015).

Dari hasil wawancara yang dilakukan, menunjukan bahwa lomba cinderamata yang dilakukan merupakan wujud dari kepedulian pemerintah terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat lokal dilibatkan secara langsung dalam kegiatan ekonomi pariwisata melalui penjualan aneka macam souvenir tabut. Penjualan souvenir tabut sendiri dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Banyak masyarakat Bengkulu yang menjajakan souvenir tabut. Hasil penjualan soevenir tersebut dapat menambah penghasilan warga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Darmini (38 tahun) salah seorang pedagang souvenir tabut, hasil wawancaranya sebagai berikut.

rsyukur mas dengan berjualan souvenir tabut. Alhamdulilah mas penghasilan saya setiap hari bertambah, apalagi mulai memasuki bulan Muharam ini banyak sekali orang-orang dari luar daerah datang ke kios saya untuk membeli soevenir, bahkan turis dari luar negeri pun juga ikut membeli souvenir yang saya

(wawancara, 8 Pebruari 2014).

Dari hasil wawancara menunjukan bahwa, program pemerintah tersebut telah dirasakan pengaruhnya bagi perekonomian warga lokal. Para pedagang mengaku dengan berjualan souvenir mereka dapat meraup keuntungan. Para pembeli biasanya berasal dari luar daerah bahkan ada pembeli yang berasal dari luar negeri. Komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya telah banyak memberi manfaat bagi masyarakat lokal, pemangku tradisi, dan pemerintah sendiri sebagai pemangku kepentingan. Berikut adalah gambar 4.21 yaitu souvenir tabut yang berhasil dikembangkan oleh pemerintah menjadi produk bernilai jual.

Gambar 4.21 : Souvenir Tabut

Sumber: Dokumentasi Yudhi Susanto 2015

Gambar 4.21 tersebut di atas menunjukan bahwa program pengembangan pariwisata telah membuat tabut yang dahulunya hanya sebuah tradisi lokal, kini tabut memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat dan pemangku tradisi yaitu sebagai modal ekonomi yang memberikan manfaat keuntungan secara finansial. Hal ini terlihat dari sejumlah respon positif dari masyarakat dan pemangku tradisi yang merasakan dampak positif dari komodifikasi tabut. Respon positif ini tentu tidak lepas dari kinerja pemerintah yang begitu gigih menjadikan tabut sebagai daya tarik wisata budaya, bahkan untuk mewujudkan itu semua pemerintah mengeluarkan dana yang cukup besar setiap tahunnya demi terselenggaranya tabut menjadi suguhan yang menarik bagi pengunjung. Untuk dana pembinaan saja di tahun 2015 ini, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 159.250.000, uang pembuatan tabut Rp. 80.000.00, dan uang gaji KKT sebesar Rp 15.000.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Anggaran Dana Tabut

No Anggaran Dana

1 Pembinaan Rp. 159.250.000

2 Pembuatan Tabut KKT Rp. 85.000.000 3 Pembuatan Tabut Pembangunan Rp. 80.000.000

4 Upah/Gaji KKT Rp. 30.000.000

Jumlah Rp. 354.250.000

Dari tabel 4.3 tersebut di atas menunjukan bahwa pemerintah setiap tahunnya menganggarkan dana yang cukup besar demi terselenggaranya tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu dalam bentuk festival budaya. Tidak tanggung-tanggung dana yang dikeluarkan mencapai lebih dari Rp 354.250.000 mencakup seluruh kebutuhan yang diperlukan dalam perayaan festival budaya tabut yang terhitung pada tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam setiap tahunnya. Dana yang dikeluarkan merupakan kewajiban penuh dari pemerintah daerah yang berperan sebagai penyandang dana, pelaksana kegiatan, organisasi pengawas, dan advokasi. Hal tersebut sesuai dengan master plan yang telah disepakati pada masa Orde Baru pada saat proses negosiasi yang dilakukan antara pihak pemerintah yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dan pemangku tradisi yaitu orang-orang Sipai yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Provinsi Bengkulu.

Pernyataan tersebut di atas, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak I.r Syafril (56 tahun) selaku ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), hasil wawancaranya yaitu sebagai berikut:

alam perayaan tabut memerlukan dana yang cukup besar, akan tetapi hal ini wajar saja karena kami melaksanakan tabut sesuai dengan instruksi dan modifikasi dari pemerintah yaitu agar tabut yang disuguhkan

(wawancara, 18 November 2015).

Dari hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa pemangku tradisi dalam hal ini masyarakat Sipai yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) mengikuti intruksi dan kebijakan pemerintah dalam memodifikasi tabut menjadi daya tarik wisata budaya, karena hal ini telah disepakati pada jalinan kerjasama yang dilakukan, maka dari itu pemangku tradisi hanya menjalankan dan mendukung segala kebijakan yang dilakukan pemerintah terhadap kemajuan tradisi tabut menjadi daya tarik wisata budaya Provinsi Bengkulu

Dominasi pemerintah menimbulkan perubahan pola pikir tersendiri bagi masyarakat Sipai yang tergabung dalam KKT. Masyarakat Sipai pada saat ini lebih antusias menyelenggarakan tabut setiap tahunnya dibandingkan sebelum dijadikanya tabut sebagai daya tarik wisata budaya, sebab pemerintah selalu

memberikan bantuan bagi mereka. Bantuan yang diberikan berupa gaji/upah dalam mengerjakan pembuatan tabut dan sebagai pelaksana tradisi.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syaiful Hidayat. S.H (49 tahun). selaku sekertaris Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), hasil wawancaranya sebagai berikut.

tabut sebagai daya tarik wisata budaya kami sangat terbantu, sebab dahulunya sebelum ada campur tangan dari pemerintah kami harus meminta sumbangan untuk membeli peralatan pembuatan tabut seperti bambu, perlengkapan sesaji, dan kenduri. Sekarang hal tersebut tidak terjadi lagi, karena setiap tahunnya KKT menerima bantuan dari pemerintah, bahkan setiap anggota

(wawancara, 18 November 2015).

Dari pernyataan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa pemerintah selalu memberikan bantuan kepada pihak pemangku tradisi yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT). Bantuan diberikan berupa dana yang difungsikan untuk biaya oprasional pelaksanaan tabut. Dengan adanya bantuan pemerintah tersebut, pihak pemangku tradisi tidak lagi merasa kesulitan dalam menyediakan segala kebutuhan alat dan bahan-bahan yang diperlukan saat perlaksanaan festival budaya tabut. Pelaksanaan tabut yang telah dimodifikasi oleh pemerintah sebenarnya merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi pihak pemangku tradisi yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) karena setiap tahunya pihak KKT selalu mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rustam Effendi S.Sos (54 tahun) selaku pewaris budaya tabut, hasil wawancaranya sebagai berikut.

tabut sebagai daya tarik wisata budaya, membuat masyarakat Sipai selalu bergantung dari bantuan pemerintah. masih saya ingat dua atau tiga tahun yang lalu pihak KKT hanya melaksanaan tabut seadaanya saja, sebab ketika itu pemerintah mengalami kendala dalam mencairkan dana tabut. Saya menganggap pada dasarnya terselenggaranya tabut merupakan untung tahunan yang cukup menjanjikan yang tidak hanya dirasakan oleh orang-orang dari KKT tetapi juga dirasakn oleh pihak-pihak swasta seperti agen-agen perjalanan wisata di Provinsi

Hal senada juga dituturkan oleh Krisna. S.ST.Par (36 tahun) selaku pengelolah Travel Agent Alesha Wisata Provinsi Bengkulu, hasil kutipan wawancaranya yaitu sebagai berikut:

tabut menjadi daya tarik wisata, tentunya ini membuka peluang bagi kami selaku perusahaan yang bergerak dibidang agen perjalanan untuk menjual produk wisata budaya Bengkulu. Setiap tahunya banyak konsumen yang membeli paket wisata yang kami jual. Hampir dari semua konsumen merupakan wisatawan yang berasal dari luar Bengkulu seperti Jakarta, Bandung, bahkan sebagian ada wisatawan yang berasal dari luar negeri seperti Inggris, Malaysia, dan India untuk menyaksikan festival budaya tabut di Provinsi Bengkulu. Tentu hal ini membuat kami sebagai biro agen perjalanan wisata menjadi begitu bersemangat untuk memasarkan wisata budaya tabut (wawancara, 21 November 2015).

Hasil wawancara yang dilakukan dari sejumlah responden tersebut di atas menunjukan bahwa, tabut secara tidak langsung telah dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan masyarakat Bengkulu. Tradisi tabut menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi pelaku tradisi dan pihak perusahaan yang bergerak di bidang perjalanan wisata. Akibat dari komodifikasi tabut tersebut, membuat para agen perjalanan wisatawan mendapat banyak permintaan dari sejumlah wisatawan baik lokal maupun internasional untuk datang ke Bengkulu melihat ritual tabut.

Dari hasil keseluruhan hasil menujukan bahwa adanya respon postif yang dirasakan dari sejumlah responden yang mengatakan bahwa, tabut merupakan untung tahunan yang mendatangkan banyak profit dalam membangun perekonomian masyarakat Bengkulu, walaupun para tokoh tabut yang masih memegang teguh ajaran Syekh burhanuddin memiliki respon negatif terhadap program pemerintah tersebut. Mereka tetap mengiginkan tabut dilakukan sesuai dengan makna yang pernah diajarkan oleh lehuhur yaitu lebih mengutamakan makna filosofi yang terkandung dalam bangunan tabut.

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 49-56)