5.1 Perburuan Satwa Liar oleh Suku Dayak Kenyah .1 Motivasi Berburu
5.1.3 Kegiatan Berburu
5.1.3.8 Bentuk pemanfaatan dan intensitas pemanfaatan
Dalam memanfaatkan satwa liar, khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani, masyarakat Dayak Kenyah dapat digolongkan sering mengonsumsi daging. Meskipun berdasarkan hasil wawancara, masyarakat menjawab bahwa intensitas mengonsumsi daging adalah tidak pasti dan hanya sesuai keinginan. Akan tetapi jika dihitung dalam rentang waktu satu minggu maka minimal satu kali dalam satu minggu, masyarakat Dayak selalu mengonsumsi daging. Lebih dari itu, bahkan masyarakat Dayak Kenyah disini mengonsumsi daging mencapi 2 sampai 3 kali dalam satu minggu.
Pemanfaatan satwa liar sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani merupakan bentuk pemanfaatan utama dari satwa liar hasil buruan (Gambar 15). Sementara itu beberapa bentuk pemanfaatan lain hanya bentuk pemanfaatan tambahan atau bukan pemanfaatan utama. Setiap kali melakukan kegiatan berburu maka tujuan utama adalah mengambil daging dari satwa tersebut. Bentuk pemanfaatan lain merupakan suatu pemanfaatan nilai tambah dari pemanfaatan satwa liar yang ditangkap. Kegiatan berburu yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan tambahan tersebut tidak dilakukan oleh masyarakat.
Gambar 15 Pemanfaatan kebutuhan protein hewani dari Babi Berjenggot.
Berikut ini adalah beberapa bentuk pemanfaatan lain dari satwa hasil buruan :
a. Pemanfaatan sebagai obat-obatan
Berbagai satwa liar dimanfaatkan masyarakat untuk obat-obatan, baik dari mamalia, burung maupun reptilia (Tabel 2). Meskipun telah terdapat
puskesmas namun beberapa masyarakat masih memanfaatkan obat tradisional dari satwa liar saat sakit. Tidak ada kegiatan perburuan satwa secara khusus untuk diambil bagian tubuhnya sebagai obat. Ketika berburu satwa liar kemudian mendapatkan satwa yang bagian tubuhnya ada yang dapat dimanfaatkan untuk obat, maka bagian tubuh tersebut diambil dan disimpan untuk dapat dimanfaatkan dikemudian hari. Sebagai contoh tengkorak burung Rangkong gading yang dimanfaatkan untuk obat sakit gigi (Gambar 16).
Gambar 16 Tengkorak Rangkong Gading.
Dari 16 jenis mamalia yang dimanfaatkan masyarakat sebagai obat, 12 jenis diantaranya adalah dari mamalia. Sementara itu sisanya adalah 2 jenis dari reptil dan 2 jenis dari burung (Gambar 17).
Gambar 17 Jumlah jenis satwa per-kelas satwa liar. 12 2 2 Mamalia Aves Herpetofauna
Tabel 2 Pemanfaatan satwa liar sebagai obat
No Jenis Satwa Liar Bagian yang Dimanfaatkan Penyakit yang Diobati Pengolahan 1 Beruang madu (Helarctos malayanus) Empedu Lelah, Capek badan, jatuh Dicampur dengan madu, diminum 2 Binturong (Arctictis binturong) Empedu Lelah, Capek badan, jatuh Dicampur dengan madu, diminum
3 Landak raya (Hystrix brachyura)
Batu guliga Muntah darah, demam berdarah Dikikis, dicampur air, diminum
Isi usus besar (kotoran) Maag, usus buntu Dikeringkan, dicampur air hangat, diminum
Duri Sakit perut Dibakar, ditumbuk, dicampur air, diminum
4 Rusa sambar (Cervus unicolor)
Cairan di dalam ranggah muda Maag Diminum
Ranggah muda Sakit perut, asma Ambil bagian muda yang bisa diiris, sampai yang tidak bertulang
Embrio Menambah stamina laki-laki Dicampur ciu, diminum ciu nya Semacam empedu di sela-sela kaki Mempermudah persalinan Campur madu, diminum 5 Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis)
Otak Maag Dimakan mentah
6 Ular sawah (Python reticulatus)
Daging Alaergi kulit, menambah stamina Dikonsumsi sebagai lauk
Empedu Lelah; koreng Dicampur madu, diminum; dikeringkan dioleskan
Lemak Luka bakar Lemak dioleskan pada luka bakar
7 Landak butun (Hystrix crassispinis) Ujung ekor Sakit perut Dibakar sampi hitam, dikikis, campur air, diminum
8 Babi berjenggot (Sus barbatus) Batu guliga Sakit perut Dibakar, dicampur air, disaring, diminum Kuku Liver, sakit dalam, pegal-pegal Dikerok tambah air panas, minum 9 Beruk (Macaca nemestrina) Otak, batu guliga, empedu Jatuh Campur madu, diminum
10 Rangkong gading (Rhinoplax vigil) Tengkorak kepala Sakit gigi Bagian kuning dikerok, campur air, minum
11 Musang pisang (Mustela nudipes) Bulu Pegal-pegal Dibakar, dicampur air, diminum 12 Pelanduk (Tragulus javanicus) Embrio Menambah stamina laki-laki Dicampur ciu, diminum ciu nya
Semacam empedu di sela-sela kaki Mempermudah persalinan Campur madu, diminum 13 Kijang (Muntiacus muntjak) Semacam empedu di sela-sela kaki Mempermudah persalinan Campur madu, diminum
Lanjutan Tabel 2
No Jenis Satwa Liar Bagian yang Dimanfaatkan Penyakit yang Diobati Pengolahan Embrio Menambah stamina laki-laki Dicampur ciu, diminum ciu nya 14 Bubut teragop (Centropus rectunguis) Minyak hasil penggorengannya Patah tulang Dioleskan pada tulang yang patah 15 Biawak (Varanus salvator) Daging Koreng Dimasak dengan irisan jahe, dimakan 16 Rindil bulan (Echinosorex gymnurus) Kulit dan bulu Sakit kuning Kulit dan bulu dibakar sampai asap naik,
b. Pemanfaatan sebagai hiasan, upacara adat dan kerajinan tangan
Setelah pemanfaatannya sebagai pemenuhan protein, beberapa jenis satwa dimanfaatkan untuk hiasan, upacara adat maupun kerajinan tangan. Seperti halnya untuk pemanfaatan sebagai obat, pemanfaatan satwa untuk hiasan tidak dengan memburu satwa liar secara khusus untuk kebutuhan ini. Akan tetapi bagian tubuh satwa yang dimanfaatkan untuk hiasan ini diambil dari satwa hasil buruan. Berikut ini adalah pemanfaatan satwa sebagai hiasan di desa Long Alango (Tabel 3).
Tabel 3 Pemanfaatan satwa liar untuk hiasan, upacara adat dan kerajinan tangan
No Jenis Satwa Liar Pemanfaatan Hiasan Bagian yang Dimanfaatkan 1 Rusa sambar (Cervus unicolor) Hiasan dinding, sarung
parang
Ranggah Alas duduk Kulit 2 Beruang madu (Helarctos
malayanus)
Hiasan kalung, hiasan bening
Gigi Hiasan dinding Kulit 3 Macan dahan (Neofelis nebulosa) Hiasan bening Gigi Baju tari Kulit 4 Banteng (Bos javanicus) Hiasan dinding Tanduk 5 Kijang (Muntiacus muntjak) Hiasan dinding Ranggah
Alas duduk Kulit 6 Rangkong Badak (Buceros
rhinoceros)
Hiasan topi adat, alat menari
Bulu
Hiasan dinding Tengkorak kepala 7 Rangkong gading (Rhinoplax vigil) Hiasan topi adat, alat
tari
Bulu 8 Kuau raja (Argusianus argus) Hiasan topi adat Bulu
Ranggah rusa maupun kijang menjadi barang berharga karena dapat dimanfaatkan untuk hiasan parang khas Dayak Kenyah (Gambar 18 b). Ranggah rusa atau kijang ini dapat diukir dan dipergunakan sebagai sarung parang. Parang yang dilengkapi ukiran dari ranggah rusa maupun kijang seperti ini merupakan parang yang termahal. Selain itu parang seperti ini biasanya dipergunakan untuk rangkaian upacara pernikahan yaitu melamar mempelai wanita.
Bulu rangkong badak dan rangkong gading dipergunakan untuk hiasan topi adat (Gambar 18 e). Topi adat ini dipergunakan saat upacara-upacara adat tertentu. Selain itu bulu burung ini dipergunakan untuk topi adat yaitu saung seling, semacam caping yang bagian atasnya penuh dengan hiasan bulu
rangkong gading. Topi ini hanya dipakai oleh wanita kaum bangsawan (paren)
terutama saat membawa bayi atau anak kecil keluar dari rumah. Sementara itu untuk gigi beruang madu dan macan dahan dipergunakan untuk hiasan pada
bening (Gambar 18 d), alat untuk menggendong balita. Namun pemanfaatannya saat ini sudah mulai berkurang dan digantikan dengan tiruannya yang terbuat dari plastik. Hal ini dikarenakan sudah mulai susah menemukan macan dahan maupun beruang madu. Baju tari yang terbuat dari bulu burung Rangkong gading maupun Rangkong badak serta dari kulit Macan dahan biasanya dipergunakan saat upacara adat (Gambar 18 a dan c).
(a) (b)
Gambar 18 (a) Baju tari dari Bulu Rangkong, (b) parang dengan ukiran ranggah Rusa/Kijang, (c) kulit Macan Dahan, (d) bening
dengan gigi satwa, (e) kepala dan bulu Rangkong Gading.
c. Pemanfaatan Bahan Makanan Lain
Selain daging sebagai sumber protein, bagian tubuh lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk makanan maupun untuk tambahan memasak. Kulit rusa maupun kijang dapat diolah menjadi kerupuk. Cara pengolahannya adalah dengan menghilangkan bulu, dipotong, direbus, kemudian dijemur hingga kering, dan ketika akan mengonsumsinya digoreng terlebih dahulu.
Selain itu, lemak babi berjenggot yang berbadan gemuk biasanya diambil untuk dijadikan minyak babi (Gambar 19). Cara pengolahannya adalah dengan memisahkan lemak dari daging babi, kemudian dipotong dan dipanaskan hingga mencair atau keluar minyaknya. Selain dikonsumsi sendiri, minyak babi ini kadang dijual oleh pengolahnya. Harga jual minyak babi adalah Rp 15.000/liter. Pemanfaatan lain adalah dengan pembuatan kasam, yaitu makanan yang terbuat dari kulit rusa atau kijang. Cara pengolahannya adalah dengan menghilangkan bulunya kemudian dimasukkan ke dalam bambu. Dibiarkan sekitar dua hari atau sampai membusuk. Saat akan dikonsumsi kasam ini dimasak kembali.
Gambar 19 Minyak Babi.