• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kayan Mentarang awalnya ditunjuk sebagai cagar alam seluas 1,6 juta hektar berdasarkan SK No. 84 Kpts/Um/II/25 November 1980, mengingat tingginya keanekaragaman hayati di lokasi tersebut. Pada tahun 1989, PHPA, LIPI serta WWF Indonesian Programme menandatangani MoU untuk memulai proyek kerjasama penelitian dan pengembangan untuk Kayan Mentarang yang bertujuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan yang mengintegrasikan konservasi dengan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar cagar alam. Dengan statusnya sebagai cagar alam maka terdapat hambatan secara hukum bagi mayarakat adat untuk melanjutkan cara hidup trsdisional mereka yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Pada tahun 1992, WWF mengusulkan perubahan status Kayan Mentarang menjadi taman nasional mengingat status taman nasional memungkinkan pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional di zona yang telah ditentukan. Departemen Kehutanan membentuk tim unutk mengevaluasi rekomendasi WWF tersebut. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1996, Menteri Kehutanan menyetujui dan menunjuk Kayan Mentarang sebagai taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan no. 631/Kpts-II/1996. Melalui keputusan ini pemerintah Indonesia memberi hak secara khusus bagi masyarakat adat untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara tradisional di zona taman nasional yang telah ditunjuk (Tim Penyusun 2002a).

4.1.2 Letak dan Luas

Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) berada pada posisi diantara 2O LU dan 4O LU dari khatulistiwa. Taman nasional ini memiliki luas wilayah lebih kurang 1.360.500 hektar yang terletak di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. TNKM berbentuk panjang dan

menyempit, dan mengikuti batas internasional dengan negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia (Tim Penyusun 2002b).

4.1.3 Iklim

Berdasarkan sistem Koppen, iklim bagian kawasan taman nasional yang memiliki elevasi rendah diklasifikasikan sebagai tipe A atau iklim tropis hujan tanpa musim kemarau serta suhu tinggi disepanjang tahun. Sementara itu di daerah elevasi tinggi diperkirakan memiliki iklim C atau iklim temperatur hangat dengan hujan tanpa musim kemarau. Secara keseluruhan wilayah taman nasional termasuk tipe A atau agroklimatik paling basah di Indonesia sehingga iklim tersebut terlalu basah dan berawan untuk pertumbuhan tanaman pertanian (Tim Penyusun 2002b).

Penyebaran curah hujan di dalam taman nasional sangat kompleks. Daerah paling kering terdapat di pedalaman dan lembah-lembah di sepanjang hulu Sungai Kayan dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. Sedangkan di daerah lain di dalam kawasan tersebut curah hujan berkisar antara 3000-4000 mm/tahun. Secara umum dari bagian barat ke bagian timur kawasan, curah hujannya makin berkurang (Tim Penyusun 2002b).

Keadaan angin di wilayah ini relatif kecil dan tidak terpengaruh oleh topan tropis karena lokasinya berdekatan dengan garis khatulistiwa. Pada daerah yang berbukit biasanya tertutup awan hampir sepanjang tahun sehingga jumlah radiasi matahari untuk fotosintesis berkurang.

4.1.4 Hidrologi

TNKM merupakan daerah tangkapan air bagi tiga sungai besar di Kalimantan Timur yaitu Sungai Kayan, Sungai Sesayap dan Sungai Sembakung. Sumber air untuk Sungai Kayan terletak berdekatan dengan batas taman nasional bagian selatan dan salah satu anak sungainya, yaitu Sungai Bahau, mengalir melalui taman nasional. Pegunungan yang berada di bagian tengah dan utara kawasan merupakan sumber air untuk Sungai Mentarang dan Sungai Tubu yang keduanya merupakan anak sungai dari Sungai Sesayap (Tim Penyusun 2002b).

Puncak aliran permukaan sungai terbesar terjadi pada bulan November, Desember dan Mei. Sementara itu aliran permukaan terendah terjadi pada bulan Juni sampai dengan September. Volume aliran dan tinggi air sungai naik dan turun dengan cepat tergantung dari tingkat kekeringan dan curah hujan yang terjadi pada bagian hulu sungai di kawasan (Tim Penyusun 2002b).

4.1.5 Topografi

Taman Nasional Kayan Mentarang terletak di punggung pegungungan yang membentang dari timur ke barat sepanjang perbatasan Malaysia-Indonesia. Taman nasional ini berada pada ketinggian 300-2500 mdpl. Kemiringan lereng di kawasan ini umunnya lebih dari 40%. Secara geomorfologis ada dua bagian kawasan taman nasional yang menarik. Di wilayah kecamatan Long Pujungan terdapat formasi endapan yang tertutup dengan lapisan vulkanik dasar. Di sebelah utara wilayah kecamatan Krayan, merupakan dataran tinggi (1000-11000) yang memiliki strata endapan yang sama seperti Long Pujungan tetapi tidak tertutupi oleh lapisan batuan vulkanik.

4.1.6 Potensi Flora

Di dalam kawasan taman nasional terdapat beberapa tipe hutan, dari hutan pegunungan dataran rendah sampai hutan kerangas. Pada hutan pegunungan dataran rendah, tumbuhan didominasi oleh famili Dipterocapaceae. Salah satu sifat hutan di Kalimantan adalah fenomena panen raya, yaitu famili Dipterocarpaceae berbuah pada saat yang sama. Berdasarkan penelitian Puri (1999) fenomena ini terjadi antar bulan Juli dan November. Perkecambahan biji yang terjadi secara bersamaan ini membanjiri satwa pemangsa dan membantu kelangsungan hidup sebagian anakan pohon. Dengan fenomena ini secara bergantian Babi hutan dan satwa pemakan buah lainnya mengikuti kejadian tersebut sehingga melakukan migrasi dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pohon Ara dari genus Ficus kemungkinan besar adalah jenis makanan utama dan penting bagi kelangsungan hidup satwa di hutan.

Pada hutan pegunungan rendah yang meliputi 40% kawasan TNKM, famili tumbuhan terpenting adalah Myrtaceae, Fagaceae, Lauraceae, dan

Guttiferae. Beberapa jenis konifer khususnya Agathis borneensis merupakan jenis dominan di punggungan gunung. Sementara itu di hutan pegunungan tinggi famili yang paling penting adalah Myrtaceae dan Fagaceae sera semak Ericaceae.

Padang rumput di TNKM terdapat di hulu Sungai Bahau yaitu di utara desa Apau Ping dan di hulu Sungai Iwan. Padang rumput ini kemungkinan terjadi akibat perladangan secara periodik oleh masyarakat setempat dengan melakukan pembakaran berkali-kali. Munculnya padang rumput dan semak ini menarik kehadiran satwa-satwa besar seperti Banteng dan Kijang sehingga memungkinkan kegiatan perburuan. Untuk di hutan kerangas, vegetasi bervariasi dari pohon sampai semak terbuka. Pohon dari genus Agathis merupakan jenis yang umum dalam komunitas kerangas. Pada hutan riparian atau tepian sungai, umumnya dapat mencerminkan komposisi jenis yang terdapat pada hutan di pedalaman.

4.1.7 Potensi Fauna

Berdasarkan data dari dokumen Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang 2001-2025 terdapat berbagai potensi fauna. Dari 228 jenis mamalia yang berada di pulau Kalimantan, diperkirakan 150 jenis diantaranya berada di kawasan taman nasional, diantaraya Lutung banggat (Presbytis hosei), Beruk (Macaca nemestrina), Owa kelawat (Hylobates muelerri), Trenggiling (Manis javanica), Landak raya (Hystrix brachyura), Beruang madu (Helarctos malayanus), Binturong (Arctictis binturong), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Kucing batu (Pardofelis marmorata), Babi berjenggot (Sus barbatus), Pelanduk kancil (Tragulus javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Banteng (Bos javanicus), berbagai jenis kelelawar dan tikus dan lain-lain. Sementara itu dari 44 jenis mamalia endemik Kalimantan, sedikitnya 14 jenis diantaranya dilaporkan berada di dalam kawasan TNKM. Jenis primata yang ada di TNKM antara lain Lutung (Presbytis spp.), Owa kalawat (Hylobates muelleri), dan bekantan

(Nasalis larvatus). Jenis endemik lain adalah Kucing merah (Felis badia), Kijang kuning (Muntiacus atherodes) dan lain-lain.

Untuk potensi burung, dilaporkan telah teridentifikasi sebanyak 337 jenis burung. Jenis endemik yang terdapat di TNKM diantaranya Elang ular kinabalu (Spilornis kinabaluensis), Takur tengkuk emas (Megalaima pulcherrima), Anis

kinabalu (Zoothera everetti), Pijantung kalimantan (Arachnothera everetti) dan masih banyak jenis lain. sementara itu untuk jenis dilindungi antara lain Kuau raja

(Argusianus argus), Julang jambul hitam (Acceros corrugatus), Enggang badak

(Buceros rhinoceros), Enggang gading (Buceros virgil), Cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) dan lain-lain.

Data mengenai reptil dan amfibi sejauh ini terdapat 26 jenis reptil dan 27 jenis amfibi. Jenis-jenis tersebut antara lain Biawak (Varanus salvator), (Python reticulatus), Ular kobra (Ophiophagus hannah), Ranna kuhlii, Rana calconata, Ansonia leptopus, Pedosbites hosii dan lain-lain.

4.2 Desa Long Alango

Dokumen terkait