• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain itu, juga dapat berguna dan dapat memberikan sumbangan positif bagi siapa saja yang ingin melakukan studi, kajian atau penelitian lebih lanjut

yang terkait dengan masalah bimbingan dan konseling Islami dan pembinaan

kesehatan mental khususnya praktik bimbingan dan konseling Islami yang

dilakukan oleh kiyai dan ustadz di pesantren sumatera utara.

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PEMBINAAN

1. Rumusan Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Konseling sebagai suatu profesi pada awalnya berasal dari Amerika, ketika “1986 – a psychological counseling clinic was establised by Lightner Witmer at the University of Pennysylvania.”52 Namun Shertzer dan Stone memperkirakan bahwa konseling mulai ada pada tahun 1898 melalui ungkapan, “Counseling may have begun in 1989 when Jesse B. Davis begun work as a counselor at Central High School in Detroit, Michigan.”53 Kedua kutipan di atas menyajikan data yang sama kuat dan jelas. Akan tetapi data tersebut terakhir tampak lebih praktis karena jelas ada seorang konselor yang bertugas dan tidak sekedar pendirian sebuah klinik. Setelah mengalami proses perkembangan dan pemantapan di negeri asalnya, kemudian konseling berkembang diberbagai negara termasuk Indonesia yang tergolong lekat dalam upaya dan pengembangan bimbingan sekolah di Indonesia 1960.54

Sementara itu Saiful Akhyar mengemukakan bahwa program bimbingan dimulai permulaan abad ke 20 di Amerika, yang ditandai pendirian suatu “vocational

burcau” tahun 1908 oleh Frank Parsons, tokoh yang memperkenalkan bimbingan

pertama kali sehingga mendapat julukan “The Father Of Guidance” ia menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal dan memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelegen dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya.55

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tergolong relatif baru. Kehadiran upaya bimbingan dan konseling ini mula-mula dikembangkan di

52John J. Pietrofesa, et.al., Counseling: Theory, Research, and Practice (Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1978), h. 11.

53Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling (Boston: Hougton Mifflin Company, 1974), h. 22.

54Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 100-120. Lihat juga dalam Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikotrapi, cet. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h. 10.

sekolah, terutama sekolah menengah. Melihat kemajuan masyarakat Indonesia yang sangat baik akhir-akhir ini, akhirnya konseling juga diterapkan di pusat-pusat rehabilitasi sosial dan lembaga-lembaga sosial dan industri.

Di Indonesia pekerjaan di bidang bimbingan dan konseling ini mulai menunjukkan perkembangannya, sekalipun keadaan ini tidak dapat diperbandingkan dengan perkembangan yang ada di negara-negara maju. Selain karena masih relatif baru, pekerjaan ini belum banyak dirasakan “kebutuhannya” atau tidak dapat dianggap sebagai hal yang mendesak dan tidak menjadi prioritas dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan sosial, meskipun banyak orang yang sebenarnya memerlukan layanan konseling ini.

Di negara-negara maju, layanan bimbingan dan konseling telah diselenggarakan secara meluas. Selain telah menjadi bagian dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, bimbingan dan konseling juga dilembagakan sebagai instansi, seperti perusahaan, instansi sosial, rumah sakit, dan lembaga koreksional. Jika apa yang terjadi di Amerika Serikat itu merupakan gambaran kebutuhan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia yang akan datang, maka nantinya layanan ini menjadi bagian yang cukup penting bagi upaya peningkatan kesehatan mental masyarakat Indonesia yang akan datang.

Saat ini kemajuan dan kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling telah ditopang dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang mendidik tenaga-tenaga konselor profesional. Dalam waktu yang relatif singkat dimungkinkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya layanan bimbingan dan konseling akan meningkat.

Sejalan dengan kemajuan dalam pelayanan terhadap kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat di berbagai institusi, kini bimbingan dan konseling telah dicoba dikembangkan secara luas, baik melalui pendidikan, riset, maupun praktek di lapangan. Bimbingan dan konseling yang kini berkembang di masyarakat selain bimbingan dan konseling pendidikan yang telah meluas diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan, juga berkembang bimbingan dan konseling jabatan (di industri), bimbingan dan konseling untuk reproduksi, bimbingan dan konseling bidang kesehatan, bimbingan dan konseling keluarga untuk persiapan purna tugas, dan sebagainya. Dengan demikian

bimbingan dan konseling ini menjadi usaha pemecahan masalah yang mulai dirasakan manfaat dan perkembangannya menunjukkan tanggapan yang positif dari masyarakat.56

Istilah konseling yang digunakan dalam kajian ini merupakan berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.57 Istilah konseling juga biasa diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.58

Secara terminologi, Abu Bakar mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan hidupnya.59

Menurut McDanial sebagaimana disadur Prayitno dan Amti, mengatakan bahwa konseling adalah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.60 Maclean dalam Prayitno dan Amti, mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara sesorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.

56Mappiare, Pengantar Konseling, h. 12.

57Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, cet. 2, Edisi Revisi (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 99.

58Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Grafindo Persada, 2011), h. 21.

59Abu Bakar M. Luddin, Kinerja Kepala Sekolah dalam Bimbingan dan Konseling, cet. 1, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 15.

Tolbert dalam Prayitno dan Amti mengatakan bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.61

Dengan melihat uraian tentang konseling di atas, maka dapat dirumuskan tentang pengertian konseling yaitu serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli pada konseling dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sistematis.

Menurut Singgih, konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu konseli dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.62 Pietrofesa menunjukan sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut:

a. Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh