• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eclective Counseling yaitu campuran dari kedua teknik di atas yaitu directive counseling dan non-directive counseling. Teknik ini dipelopori oleh F.P Robinson. Konselor menggunakan kedua pendekatan secara komprehensif dan melengkapinya sesuai dengan situasi dan kondisi konseli serta sifat masalah konseli. Kondisi ini menuntut bahwa seorang konselor harus fleksibel dengan keahlian yang memadai dan pengalaman yang cukup langkah-langkah konseling ini tidak dapat dirumuskan secara jelas karena dapat saja konselor menggunakan kedua pendekatan seperti di atas secara bergantian atau secara bersama-sama sekaligus sesuai dengan sifat masalah dan kondisi konseli.106

Aliran eclective counseling sering dipergunakan oleh konselor, karena kedua alternatif teknik sebelumnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Seorang konselor akan berhasil menjalankan tugasnya tidak hanya berpegang pada salah satu teknik atau pendekatan yang disesuaikan dengan sifat masalah konseli dan situasi konseling itu sendiri. Seorang konselor menggunakan teknik atau pendekatan unsur directive dan non-directive. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara pada awal konseling, konselor menggunakan teknik atau pendekatan non directive untuk memberikan keleluasaan kepada konseli untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, dan kemudian menggunakan teknik directive oleh konselor untuk menyalurkan arus pemikiran konseli yang lebih aktif, atau bisa saja menggunakan kedua-duanya.

Konseling direktif dan konseling non-direktif merupakan dua pendekatan yang amat berbeda, yang satu lebih menekankan peranan konselor, sedangkan yang lain menekankan peranan konseli. Masing-masing berdiri pada dua kutub yang berlawanan, satu kutub direktif dan yang lain kutub non-direktif. Apabila dari kutub yang satu ditarik garis ke kutub yang lain, maka akan terbentuklah garis kontinum, yaitu garis kontinum konseling direktif dan non-direktif. Di atas garis kontinum itu terbentang kemungkinan gerak pengembangan berbagai modifikasi ataupun “pengawinan” antara dua arus teori konseling itu.107

106Gunarsa, Konseling, h. 133-136.

Teknik eklektik dalam kegiatan sehari-hari ternyata banyak dilakukan oleh para konselor dan psikolog. Tenyata mereka telah lama menggunakannya meskipun tanpa disadari atau disengaja, di samping banyak pula dipihak lainnya menggunakannya dengan kesadaran bahkan keyakinan yang penuh.108

Secara garis besar karakteristik teknik eklektik ini dapat dikemukakan sebagai berikut:109

1. Bertumpu pada data yang dikumpulkan oleh konselor dan dikemukakan

konseli.

2. Bersangkut paut dengan intelek dan kehidupan emosi.

3. Mendekatkan pendekatan ilmiah atau seni hubungan antar manusia.

4. Meliputi pendidikan, jabatan atau jurusan dan bidang perorangan/sosial.

5. Menitikberatkan pada masalah dan proses.

2. Konseling Islami

1. Pengertian Konseling Islami

Istilah konseling yang digunakan dalam kajian ini merupakan berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.110 Istilah konseling juga biasa diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.111 Dengan demikian konseling adalah pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan secara berhadapan (face

108Saiful Akhyar, Konseling Islami dalam Komunitas, h. 56.

109Ibid.

110Prayitno dan Amti, Dasar-dasar Bimbingan, h. 99. Lihat juga dalam Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, cet. 2(Jakarta: Amzah, 2013), h. 10-11.

111Saiful Akhyar Lubis, “Konseling Islami dan Pendidikan Mental”, dalam Syukur Kholil (Ed.), Bimbingan Konseling dalam Perspektif Islam, cet. 1(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 139.

to face) dari seseorang yang mempunyai kemahiran (konselor) kepada seseorang yang mempunyai masalah (konseli).112

Dalam literatur bahasa Arab kata konseling disebut al-irsyad atau al-istisyarah,

dan kata bimbingan disebut dengan al-taujih. Secara etimologi kata al-irsyad berarti al-huda, ad-dalalah yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah petunjuk, sedangkan al-istisyarah berarti t}alaba min al-masyurah/al-nas}ih}ah yang berarti meminta nasihat atau konsultasi.113

Menurut Fakhr al-Di>n, bentuk asal kata Irsyad yaitu al-Irsyad yang berarti petunjuk, kebenaran, ajaran, dan bimbingan dari Allah swt yang mengandung suasana kedekatan antara pemberi dan penerima al-Irsyad. Secara istilah Irsyad berarti menunjukkan kebenaran ajaran, dan membimbing orang lain dalam menjalankannya yang berlangsung dalam suasana tatap muka dan penuh keakraban.114 Irsyad dalam pengertian di atas, dalam prosesnya akan melibatkan unsur, (1), mursyid (pembimbing), (2) maudhu (pesan atau materi bimbingan), (3) metode, (4) mursyad bih (peserta bimbingan atau klien), (5) tujuan yang akan dicapai.

Pada seminar Bimbingan dan Konseling Islami yang diselenggarakan oleh UII di Yogyakarta pada tahun 1985 dirumuskan bahwa bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.115

M.D Dahlan mengemukakan bahwa konseling Islami adalah: bimbingan kehidupan yang intinya tertuju kepada realisasi do’a rabbana> a>tina> fi ad-dunya> h}asanah wa fil al-a>khirati h}asanah wa qina> ‘az}a>ba an-na>r. Berisikan rintisan jalan kearah penyadaran kepribadian manusia sebagai makhluk Allah, dengan menumbuhkan rasa tentram dalam hidup karena selalu merasa dekat dengan Allah dan ada dalam lindungannya.116

Kelihatan dengan jelas bahwa konseling Islami itu adalah: proses konseling yang berorientasi pada ketenteraman hidup manusia dunia akhirat. Pencapaian rasa tenang

112Lahmuddin Lubis, Bimbingan Konseling Islami, cet. 1(Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007), h. 16.

113Saiful Akhyar, Konseling Islami dalam Komunitas, h. 56-57.

114Fakhru al-Di>n al-Razi, Mafa>tih} al-Gai>b (Beirut: Da>r Fikr, 1994), h. 16-17.

115Syaiful Akhyar, Konseling Islami, h. 63.

116M. D. Dahlan, Dasar-dasar Konseptual Penanganan Masalah-Masalah Bimbingan dan Konseling Islami di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: UII, 1997), h. 3 dan 5.

(sakinah) itu adalah melalui upaya untuk memperoleh perlindungan-Nya. Terapi sakinah

itu akan menghantarkan individu untuk berupaya sendiri dan mampu menyelesaikan masalah kehidupannya. Dengan demikian, secara tegas dikatakan bahwa konseling Islami mengandung dimensi spiritual dan dimensi material. Dimensi spiritual adalah membimbing manusia pada kehidupan rohaniah untuk menjadi beriman dan bertakwa kepada Allah. Sedangkan dimensi material membantu manusia untuk dapat memecahkan masalah kehidupan agar dapat mencapai kemajuan. Prinsip-prinsip inilah yang dengan tegas membedakan konsep konseling barat dengan konsep konseling Islami.117

Konseling Islami yang dibangun di atas prinsip-prinsip psikologi dalam Islam memiliki perbedaan esensial dengan konseling yang dibangun di atas fondasi empirik spekulatif, karena konseling Islami merupakan wujud aktualisasi kelengkapan dan kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Sehubungan dengan ini, dapat dilihat pendapat Hasan Muhammad Asy-Syarqawi yang memaparkan perbedaan antara Psikologi Islam dan Psikologi Barat. Perbedaannya terletak pada sikap penyerahan total kepada Allah dengan keimanan demi terwujudnya kesehatan jiwa. Dengan senantiasa mempedomani petunjuk-petunjuk Allah, hati manusia akan menjadi tentram karena disinari oleh cahaya, nu>r ila>hi.118

Sebagai model pendekatan Psikologi bercorak Islam, konseling Islami juga merupakan upaya merekontruksi serta aktualisasi kembali konsep diri agar dapat mencapai an-nafs al-mut}mainnah (jiwa yang tenteram). Kawasan garapannya terutama adalah hati manusia (al-qalb) sebagaimana tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Beranjak dari definisi-definisi dan uraian tentang konseling Islami seperti yang dikemukakan di atas, dapat pula disimpulkan beberapa rumusan pokok berikut ini:

1. Konseling Islami adalah layanan bentuan kepada konseli untuk

mengetahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan

hakikatnya, atau memahami kembali keadaan dirinya. Dengan pengertian

lain, mengingatkan kembali konseli akan fitrahnya.

2. Konseling Islami adalah layanan bantuan kepada konseli untuk

memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapinya saat ini, ia

117Syaiful Akhyar, Konseling Islami, h. 63.

dibantu untuk merumuskan masalah yang dihadapinya dan sekaligus