• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Framing Berita Jawa Pos dan

4.2.3.2 Berita Tanggal 24 Maret 2010

Dalam pemberitaan tanggal 24 Maret 2010, surat kabar harian Jawa Pos menyajikan berita tentang posisi Nahdlatul Ulama dalam kancah perpolitikan praktis yang menjadi perhatian presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato pembukaan muktamar Nahdlatul Ulama ke 32 di Celebes Convention Center, Makassar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato pembukaan

muktamar menyebutkan beberapa hal. Diantaranya, kebebasan dan keterbukaan yang makin mengemuka dewasa ini tidak boleh meninggalkan kesantunan dan kepada pranata agama. Presiden juga mengharapkan muktamar dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat menegaskan peran NU sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen.

Kaitan NU dan politik praktis selama ini kerap dialamatkan pada kepemimpinan ketua umum tanfidziyah PB NU, sering dituding terlibat dalam dukung mendukung calon kepala daerah. Isu NU dan keterlibatan dalam politik praktis memang cukup mengemuka pada muktamar NU kali ini. Sebagian besar kandidat calon ketua umum tanfidziyah terang-terangan mengusung tema komitmen menjaga dari politik praktis sebagai materi utama. Adapun rincian beritanya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Judul Berita : SBY Minta NU Kembali ke Khitah

Deskripsi ringkas berita-berita Muktamar NU ke-32 di surat kabar Jawa Pos Edisi 24 Maret 2010

Elemen Judul Berita Isi Berita Sumber Berita

SBY Minta NU Kembali ke Khitah (24 Maret 2010)

Sambutan yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang

Yudhoyono dalam pembukaan muktamar NU ke-32, dimana presiden menyinggung tentang harapannya akan organisasi NU agar kembali ke khitah NU. Harapan yang

disampaikan oleh presiden tersebut mendapatkan beberapa tanggapan dari beberapa tokoh NU.

Presiden Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono; Ketua Umum Tanfidziyah PBNU – Hasyim Muzadi; Kandidat ketua umum PBNU – Masdar Farid Mas’udi

Analisis :

Unsur sintaksis Jawa Pos yang diperoleh dalam pemberitaan tanggal 24 Maret 2010 adalah penonjolan terhadap isi pidato sambutan pembukaan muktamar Nahdlatul Ulama ke 32 di Celebes Convention Center, Makassar oleh Presiden Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu isi pidato sambutan tersebut berkenaan dengan keberadaan atau posisi Nahdlatul Ulama dalam kancah perpolitikan praktis, yang oleh presiden sangat disesalkan dan menyoba untuk mengingatkan agar NU kembali ke khitahnya. Untuk isi pidato sambutan yang berkaitan dengan politik praktis ini, mendapatkan beberapa keterkaitan dan reaksi oleh para nahdliyin. Beberapa kutipan yang berkaitan dengan politik praktis yang ditulis oleh Jawa Pos sebagai berikut :

- Posisi Nahdlatul Ulama (NU) dalam kancah perpolitikan praktis menjadi perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat memberikan sambutan dalam pembukaan Muktamar ke-32 NU di Celebes Convention Center, Makassar, kemarin (23/3), SBY berharap organisasi massa Islam terbesar di Indonesia itu tidak mudah tergoda dan larut dalam politik praktis. “Kami berharap NU dapat kembali ke khitahnya yang mulia,” ujarnya.

-Kutipan yang lain tentang politik praktis ini adalah sebagai berikut :

- Dia menyatakan, NU sebenarnya memiliki budaya dan tradisi yang mulia untuk tidak mudah tergoda dalam politik praktis. Politik NU, menurut SBY, adalah politik yang berada pada tatanan nilai-nilai luhur. Selain itu NU tetap mengedepankan kepentingan umat dan menjunjung tinggi moralitas akhlakul karimah. “Saat ini dan kedepan, sekali lagi saya berharap NU dapat tetap istiqamah,” ujarnya.

-Pidato tersebut mendapatkan tanggapan oleh tokoh NU yaitu ketua umum tanfidziyah KH Hasyim Muzadi yang diperlihatkan dalam kutipan berikut :

- Hasyim sendiri tidak merasa tersengat dengan pidato SBY. Meskipun demikian, dia menolak pernyataan bahwa NU harus kembali ke khitah. “Nggak ada kembali ke khitah, karena selama ini sudah khitah, dan tidak

pernah meninggalkan khitah.” tegas Hasyim Muzadi setelah acara pembukaan.

-Selain Hasyim Muzadi juga ada tokoh lain NU yang menanggapi dan memahami maksud dari pidato sambutan presiden tersebut. Hal ini dikuatkan dengan kutipan berita berikut :

- berbeda dengan Hasyim, salah satu kandidat ketua umum PB NU Masdar Farid Mas’udi, justru bisa memahami pernyataan SBY tersebut. “Ini cerminan bahwa hal itu (NU dan politik praktis, Red) sudah menjadi keprihatinan semua pihak.” katanya.

-Unsur skrip Jawa Pos (what) Pidato pembukaan muktamar Nahdlatul Ulama ke 32 yang berisikan ajakan agar kembali ke khitah dan tidak terjebak politik praktis (when) 23 Maret 2010 (who) Presiden Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono (where) Celebes Convention Center, Makassar (why) Selama ini dibawah kepemimpinan ketua umum tanfidziyah KH Hasyim Muzadi sering terjebak politik praktis (how) ketua umum tanfidziyah KH Hasyim Muzadi sering dituding terlibat dalam dukung mendukung calon kepala daerah dan keberpihakannya pada salah satu calon kandidat presiden.

Unsur tematik Jawa Pos mengusung beberapa tema yang pertama yaitu tentang harapan presiden akan hadirnya kembali kebangkitan ulama sebagai penjuru atau pembimbing masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara lewat organisasi keagamaan. Sepertihalnya pada saat Nahdlatul Ulama diberdirikan. Bimbingan yang menghasilkan suatu masayarakat Indonesia yang berkarakter, berakhlak mulia, dan berdaya saing. Hal ini dikuatkan dengan kutipan berita sebagai berikut :

- Menurut dia, pada awal abad ke-21 saat ini, kehadiran kembali semangat kebangkitan ulama, sebagaimana lahirnya NU di awal abad ke 20, amatlah

penting. Para ulama, kata presiden, harus dapat menjadi penjuru dan pembimbing membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter, berkhlak mulia, dan berdaya saing. “Kepundak para ulama, kita gantungkan harapan ini,”

tandasnya.-Tema yang kedua adalah berhubungan dengan karakter manusia Indonesia dalam mengarungi perkembangan zaman. Yaitu karakter santun yang selama ini selalu diidentikan kepada rakyat Indonesia, dan juga karakter kepatuhan yang juga merupakan suatu tradisi di Nahdlatul Ulama dan cerminan masyarakat Indonesia. Dengan karakter tersebut berusaha tetap menjaga diera saat ini yaitu era keterbukaan dan kebebasan, presiden mengharapkan agar karakter tersebut tetap terjaga. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, dapat dilihat pada kutipan berita berikut ini :

- SBY mengingatkan, kebebasan dan keterbukaan yang makin mengemuka dewasa ini tidak boleh meninggalkan kesantunan dan kepatuhan kepada pranata agama, hukum dan sosial. Sebab, demokrasi disamping memekarkan hak dan kebebasan, tetaplah dalam relung keteduhan dan ketentraman.

-Tema yang ketiga adalah tentang tergodanya Nahdlatul Ulama kedalam politik praktis, dimana presiden sangat menyesalkan dan mengharapkan agar Nahdlatul Ulama kembali ke khitahnya yaitu sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan modern. Tema ini sudah muncul sejak awal dan bahkan menjadi tema utama, tetapi penulisan tentang tema ini terdapat di beberapa alinea yang berbeda. Salah satu alinea yang mengguatkan akan pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

- Posisi Nahdlatul Ulama (NU) dalam kancah perpolitikan praktis menjadi perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat memberikan sambutan dalam pembukaan Muktamar ke-32 NU di Celebes Convention Center, Makassar, kemarin (23/3), SBY berharap organisasi massa Islam terbesar di Indonesia itu tidak mudah tergoda dan larut dalam politik

praktis. “Kami berharap NU dapat kembali ke khitahnya yang mulia,” ujarnya.

-Tema keempat masih berhubungan dengan tema ketiga, yaitu keterkaitan NU dengan politik praktis. Hal ini menyinggung beberapa tokoh maupun beberapa nahdliyin (warga NU) yang ikut larut kedalam politik, khususnya di kepemimpinan ketua umum tanfidziyah KH Hasyim Muzadi. Tokoh tersebut sering kali melakukan aksi dukung mendukung pada pemilihan kepala daerah, dan yang terlihat jelas ketika pemilihan kepala negara, dimana beliau memihak salah satu kandidat. Tema ini dikuatkan pada kutipan berita berikut :

- Kaitan NU dan politik praktis selama ini kerap dialamatkan ke kepemimpinan Ketua Umum Tanfidziyah PB NU Hasyim Muzadi. Mantan cawapres pendamping Megawati pada 2004 lalu itu sering dituding terlibat dalam dukung-mendukung calon kepala daerah di berbagai daerah. Termasuk, kecenderungan dukungan kepada pasangan Jusuf Kalla (JK)Wiranto dalam Pilpres 2009 lalu.

-Unsur retoris, Jawa Pos lebih menekankan kepada pidato presiden yang berhubungan dengan politik dan keterkaitannya dengan periode kepemimpinan ketua umum PBNU. Selain itu penggunaan kata “tersengat” yang dapat diartikan sebagai ketersingungan, penggunaan kalimat tersebut cukup menonjol dibandingkan dengan kalimat lainnya yang cukup halus. Penonjolan sosok presiden juga terlihat dengan keberadaan foto beliau dihalaman depan, yang menunjukkan keberadaan dan pengaruh beliau di muktamar NU kali ini.

Tabel 4.4

Elemen dan Strategi Penulisan Framing

Elemen Strategi Penulisan

Frame Pidato sambutan presiden Indonesia pada pembukaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke 32 di Celebes Convention Center, Makassar

Sintaksis

Penonjolan terhadap isi pidato presiden Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat pembukaan muktamar Nahdlatul Ulama ke 32 di Makassar. Penonjolan itu berupa keinginan dan harapan presiden agar organisasi Nahdlatul kembali ke khitahnya, berupa penegasan agar organisasi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan modern.

Skrip

Dari struktur skrip Jawa Pos memuat dominasi isi pidato presiden tentang politik praktis dalam pembukaan muktamar Nahdlatul Ulama dan tanggapan serta reaksi tokoh NU terhadap isi pidato tersebut.

Tematik

1. Kehadiran kembali kebangkitan para ulama

2. Kesantunan dan kepatuhan ditengah kebebasan dan keterbukaan 3. Harapan agar tidak terjebak terhadap politik praktis

4. Menyinggung kepemimpinan ketua umum PBNU

Retoris

Jawa Pos lebih menekankan kepada pidato presiden yang berhubungan dengan politik dan keterkaitannya dengan periode kepemimpinan ketua umum PBNU. Selain itu penggunaan kata “tersengat” yang dapat diartikan sebagai ketersingungan, penggunaan kalimat tersebut cukup menonjol dibandingkan dengan kalimat lainnya yang cukup halus. Penonjolan sosok presiden juga terlihat dengan keberadaan foto beliau dihalaman depan, yang menunjukkan keberadaan dan pengaruh beliau di muktamar NU ini.

Dokumen terkait